Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH
SRI WILUJENG
150311015
Oleh :
SRI WILUJENG
NIM. 150311015
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai
oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan
misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan
terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi
normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk
di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat
menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu
gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru,
udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang
luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak
dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga
kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD (Water Seal
Drainage).
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?
1.3 Tujuan
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan pemasangan
WSD (Water Seal Drainage).
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
1. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan
perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
2. Terapi :
3. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga mechanis of
breathing tetap baik.
2.2 TUJUAN
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut
a. Pneumothoraks :
b. Hemothoraks :
Robekan pleura
Kelebihan antikoagulan
c. Hemopneumothorak
d. Thorakotomy :
Lobektomy
Pneumoktomy
f. Emfiema :
Kondisi indflamsi
2.5 KOMPLIKASI
2.6 MACAM-MACAM
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks
Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk
ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai
penampung dan botol penampung Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung
selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang
menyebabkan kolaps paru
Note:
Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena
menyebabkan paru kolaps.
Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru
untuk mengeluarkan cairan atau udara.
Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena
adanya kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube.
Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara
dari rongga pleura keluar
Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
Ekpirasi menurun
Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal.
Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang
pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat
dihubungkan dengan suction control Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan
udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2 Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol
yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan
keluar melalui selang masuk ke WSD Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks,
hemopneumothoraks, efusi peural Keuntungannya adalah water seal tetappada satu level
Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan Paling aman untuk
mengatur jumlah hisapan Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol
ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol
WSD Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan Botol ke-3
mempunyai 3 selang : Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke
dua Tube pendek lain dihubungkan dengan suction Tube di tengah yang panjang sampai di
batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer
BAB III
B. Bagian basal
3.2.1 Persiapan
1. Pengkajian
1. Persiapan alat
2. Motor suction
3.3.2 Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan
dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris
anterior dan media
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus
interkostalis
1. Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
Note:
Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik ke
atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya gaya gravitasi
dan perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara.
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
1. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari
melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh
paru
2. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan
Kelly forceps
3. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada
2. Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan
perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak
boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
3. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi
analgetik oleh dokter.
3. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1
jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
3. Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction
kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2
duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal :
slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang
slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang
keluar kalau ada dicatat.
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas,
botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)
6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya
cairan atau udara pada rongga intra pleura
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1.1. Anamnesa
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
1. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
2. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam
dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif,
sedangkan pada pneumothorak
Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit
yang diderita pasien sekarang.
Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir
sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.
5. Riwayat Psikososial
2. Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor
atau koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien
selama dilakukan anamnesa, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
B1 (Breath)
1. Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
2. Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
4. Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
5. Fremitus fokal
9. Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi
paru.
B2 (Blood)
1. Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
2. Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
3. Hipertensi / hipotensi
4. CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
5. Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah
B3 (Brain)
3. Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.
5. Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada
sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah
saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien
B4 (Bladder)
Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:
2. Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar
500cc/hari dan berwarna kuning bening
4. Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan yang
normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
B5 (Bowel)
7. Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
8. Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
B6 (Bone)
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Darah lengkap dan kimia darah
3. Bakteriologis
5. Pemeriksaan radiologis
6. Biopsi
b) Penurunan co2
c) Takikardi
d) Hiperkapnia
e) Keletihan
f) Somnolen
g) Iritabilitas
h) Hypoxia
i) Kebingungan
j) Dyspnoe
k) Nasal faring
l) Agd normal
m) Sianosis
o) Hipoksemia
p) Hiperkarbia
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (terpasang WSD) ditandai dengan
pasien melaporkan nyeri secara verbal, skala nyeri 5 (1-10) nyeri dada b.d factor-
faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
NIC NOC
Intervensi Aktivitas Rasional Outcome Indikator
Airway 1. Posisikan pasien setengah duduk 1. Untuk memaksimalkan ventilasi Respiratory Status 1. Pernafasan
2. Irama nafas
Management udara Tujuan :
2. Lakukan terpai fisik dada, sesuai kebutuhan 3. Auskultasi suara
2. Untuk melonggarkan jalan nafas
3. Keluarkan secret dengan melakukan batuk Setelah diberikan asuhan
3. Untuk mengeluarkan sekret yang nafas
efektif atau dengan melakukan suctioning keperawatan selama 3 x 4. Sesak
menghambat jalan nafas
4. Catat dan monitor pelan, dalamnya 5. Kesadaran
4. Untuk mengobservasi pernafasan 24 jam diharapkan status
pernapasan dan batuk
dan batuk pada pasien pertukaran gas klien
5. Berikan terapi oksigen, sesuai keebutuhan
5. Untuk mencukupi kebutuhan
normal
6. Regulasi intake cairan untuk mencapai oksigen pada pasien
6. Agar terjadi keseimbangan cairan
keseimbangan cairan
yang dibutukan sesuai dengan
7. Monitor status respiratory dan oksigenasi
kebutuhan tubuh
7. Untuk sebagai bahan observasi
1. Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pasien ketika sesak
pernapasan.
2. Monitor adanya suara abnormal/noisy pada
1. Untuk mengetahui kepatenan jalan
pernapasan seperti snoring atau crowing. 1. Saturasi O2
nafas pada pasien
2. Sianosis
2. Untuk sebagai bahan pertimbangan
Respiratory 3. Kaji keperluan suctioning dengan Respiratory Status : 3. PH darah
untuk menentukan diagnosa apabila 4. PaCO2
Monitoring melakukan auskultasi untuk mendeteksi Gas Exchange
5. PaO2
terdapat suara nafas tambahan
adanya crackles dan rhonchi di sepanjang Tujuan :
jalan napas. 3. Untuk membantu melonggarkan Tekanan parsial oksigen
4. Catat onset, karakteristik dan durasi batuk.
jalan nafas pasien apabila pasien dalam darah arteri PaO2
tidak bisa batuk efektif dalam rentang normal
1. Monitor tekanan darah, nadi, temperature,
4. Untuk perkembangan gangguan pola
dan status respirasi, sesuai kebutuhan.
2. Monitor respiration rate dan ritme nafas pasien
(kedalaman dan simetris)
1. Untuk data awal pengajian pada
3. Monitor suara paru
status pernafasan pasien
4. Monitor adanya abnormal status respirasi 2. Untuk mengetahui irama dan
Vital Signs (cheyne stokes, apnea, kussmaul) kedalaman nafas pasien jika pasien
5. Monitor adanya sianosis pada central dan
Monitoring sesak
perifer 3. Untuk mendengarkan suara nafas
tambahan
4. Untuk menentukan status kegawatan
respirasi pasien
5. Untuk mengetahui pasien
kekurangan oksigen
DIAGNOSA : Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Injuri ( Fisik )
NIC NOC
Intervensi Aktivitas Rasional Outcome Indikator
Manajement 1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, 1. Untuk menentukan intervensi yang Kontrol nyeri 1. Menggunakan skala
nyeri karakteristik dan faktor-faktor yang dapat sesuai dan keefektifan dari therapi Tujuan : nyeri untuk
menambah nyeri yang diberikan Setelah dilkukan mengidentifikasi
2. Amati isyarat non verbal tentang 2. Membantu dalam mengidentifikasi
perawatan selama 3x24 tingkat nyeri
kegelisaan derajat ketidaknyamnan 2. Pasien menyatakan
jam nyeri pasien
3. Fasilitasi linkungan nyaman 3. Meningkatkan kenyamanan
nyeri berkurang
4. Berikan obat anti sakit 4. Mengurangi nyeri dan berkurang
3. Pasien mampu
memungkinkan pasien untuk
istirahan/tidur
mobilisasi tampa nyeri 4. Menggunakan
5. Peninggin lengan menyebabkan pasie
5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman tekhnik non
rileks
farmakologi
6. Meningkatkan relaksasi dan
6. Ajarkan penggunaan tehnik tanpa
membantu untuk menfokuskan
pengobatan (ct: relaksasi, distraksi,
perhatian shg dapat meningkatkan
massage, guidet imageri)
sumber coping
7. Memudahkan partisipasi pada aktifitas
7. Tekan dada saat latihan batuk tampa timbul rasa tidak nyaman
4.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
3. https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/
di edit oleh admin portalperawat.com