Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya,kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus kelompok Keperawatan
Medikal Bedah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Sectio Caesarea ex
Chepalo Pelvik Disproportion.
Pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
maupun rekan yang telah membantu, selama kami melaksanakan praktik Keperawatan
Medikal Bedah sampai selesainya pembuatan laporan ini.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Kedua orang tua yang telah membantu doa
dan materi sehingga laporan kasus ini dapat selesai dengan baik, Teman-teman seangkatan
yang telah ikut membantu selama kegiatan pembuatan video praktik Keperawatan Medikal
Bedah ini sampai selesai, Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangannya. Maka
dari itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan
selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan kasus praktik Keperawatan Medikal Bedah ini dapat
memberi pencerahan serta manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
I.2.Tujuan Pembuatan Makalah
BAB II KONSEP DASAR
2.I. Pengertian Sectio Caesarea
2.2. Etiologi
2.3. Patofisiologi
2.4. Pathway Keperawatan
2.5. Pemeriksaan Penunjang
2.6. Komplikasi
2.7. Pengkajian
2.8. Diagnosa Keperawatan
2.9. Fokus Intervensi, dan Rasional
2.10. Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
3.I. Asuhan Keperawatan Pra Operatif di Kamar Bedah
3.2. Asuhan Keperawatan Intra Operatif di Kamar Bedah
3.3. Asuhan Keerawatan Post Operatif di Kamar Bedah
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
4.1. Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Saat ini operasi Caesar menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun
terakhir angka operasi Caesar meningkat pesat. Operasi ini kadang-kadang terlalu sering
dilakukan sehingga para kritikus menyebutnya sebagai Panacea (obat mujarab) praktek
kebidanan. Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat terutama
antibiotik dan tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya angka operasi
Caesar di seluruh dunia (Seno Adjie, 2002). Di Indonesia angka persalinan caesar di 12
Rumah Sakit pendidikan antara 2,1 % 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul
oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan
Caesar nasional (Rahwan,2004). Di Propinsi Gorontalo, khususnya di RS rujukan angka
kejadian SC pada tahun 2008 terdapat 35 % dan meningkat menjadi 38 % pada tahun 2009.
(Profil Dikes Propinsi, 2009).
Ada beberapa indikasi dari sectio caesarea, salah satunya adalah Chepalo Pelvik
Disproportion (CPD). Panggul sempit didefinisikan sebagai ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami.
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik dan termotivasi untuk menyusun
Laporan Kasus Keperawatan Medikal Bedah dengan mengambil kasus berjudul Asuhan
Keperawatan pada Ny. A dengan Sectio Caesarea ex ChepaloPelvik Disproportion Di Ruang
IBS RSUD Bangli.
1.2.Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan sectio
caesarea (Pre, Intra dan Post Operatif).
2. Tujuan khusus
a) Memahami definisi Sectio Caesarea.
b) Mengetahui Etiologi, Patofisiologi Sectio Caesarea.
c) Mengetahui Manifestasi klinik Sectio Caesarea.
d) Mengetahui penatalaksanaan dalam Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sectio
Caesarea.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1. Pengertian
2.2. Etiologi
1. Indikasi section caesarea
c. Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan
terperangkapnya kepala apabila dilahirka pervaginam dibandingkan dengan janin
presentasi kepala.
2.3. Patofisiologi
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat dari
kantung amnion adalah bakteriostatik yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan infeksi pada
janin. Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah amnion terinfeksi oleh
bakteri dan disebut kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada
25% klien cukup bulan yang terkena infeksi amnion, persalinan kurang bulan terkena indikasi
ketuban pecah dini daripada 10% klien persalinan cukup bulan indikasi ketuban pecah dini
akan menjadi tahap karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan cerviks yang baik
pada kontraksi uterus yang baik, maka persalinan per vagina dianjurkan, tetapi apabila terjadi
gagal induksi cerviks atau induksi cerviks tidak baik, maka tindakan sectio caesarea tepat
dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya janin lebih parah.
2.6. Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi
setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)
a. Perdarahan
Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama
persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam
diberikan untuk mengurangi sepsis.
Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh
didalam ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria
yang singkat dapat terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor
didaerah dinding kandung kemih.
d. Komplikasi Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria.
Menurut statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang
baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono,
1999).
2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat
5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setelah pembedahan
6. Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur
dengan bantuan orang lain
7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari
keempat setelah pembedahan
A. Data Subyektif
1. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
a) Pengertian tentang bedah yang dianjurkan
o Tempat
o Bentuk operasi yang harus dilakukan
o Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di
bedah.
o Kegiatan rutin sebelum operasi.
o Kegiatan rutin sesudah operasi.
o Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
B. Data Obyektif
- Sistem pernafasan
Apakah pasien bernafas teratur ?
Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
- Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare ?
- Sistem reproduksi : Apakah pasien mengalami menstruasi?
- Sistem saraf : kesadaran
- Validasi persiapan fisik pasien
Apakah pasien puasa ?
Lavement ?
Kapter ?
Perhiasan ?
Make up ?
Scheren / cukur bulu pubis ?
Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
3. Pengkajian
a. Status Fisiologis : Baik
b. Tingkat Kesadaran : Composmentis
c. Status Psikososial :
Subyektif :
Pasien / keluarga sering bertanya tentang operasi (lamanya operasi, dokternya
siapa)
Pasien mengatakan takut menghadapi operasi
Obyektif :
Pasien kelihatan tegang
Kulit teraba dingin
Tremor atau gemetar
TD : 123/89 mmHg, N : 92 x/mnt, RR : 22 x/mnt, S : 36 C
Data lain :
Hasil USG dan pelvimetri = CPD (pinggul sempit)
Hb : 15.5 g/dl
Gol darah : O
Gula darah sewaktu : 92
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia :32 thn
Dx. INTERVENSI KEPERAWATAN
No TT
Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Takut, Cemas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat - Untuk
b/d kurangnya tindakan keperawatan kecemasan Ps. mengetahui tingkat
pengetahuan, selama 1 x 10 menit (berat, sedang, kecemasan dan
ancaman diharapkan ringan) tepat cara
kegagalan takut,cemas ps. 2. Kaji TTV memberikan
operasi Berkurang atau 3. Beri dukungan asuhan
DS : hilang dengan KH : emosional keperawatan
- Ps. - Ps. Terlihat rileks - Untuk
Mengatakan - Ps. Mengungkapkan 4. Ajarkan teknik mengetahui
takut cemas relaksasi (tarik seberapa tingkat
menghadapi berkurang/hilang nafas dalam, kecemasan ps.
operasi - TTV dalam batas imajinasi dll) - membantu
- Ps/keluarga normal 5.Beri mengurangi
sering bertanya TD : < 140/90 mmHg pengetahuan kecemasan
tentang operasi N : 60-90 x/mnt tentang jalannya - Membantu
DO : S : 36-37 C operasi sectio mengurangi
- Ps. Kelihatan RR : 16-24 x/mnt kecemasan
tegang - Agar ps.
- Kulit teraba Mengetahui
dingin tentang jalannya
- Tremor atau operasi dan
gemetar kecemasan pasien
- TD : 123/89 berkurang
mmHg
- N : 92 x/mnt
- RR : 22 x/mnt
- S : 36 C
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
No
Tanggal/ jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT
Dx
1 31 jan 2012 - Mengkaji tingkat S : - ps. Mengatakan cemas
09.20 kecemasan ps., Memberi menghadapi operasi berkurang
ps. Dukungan emosional, - Ps. Kooperatif
Mengajarkan ps. Teknik - Ps. Bertanya tentang lama nya
relaksasi (tarik nafas operasi, dokternya siapa
dalam), Memberi O : - Ps. Terlihat aktif bertanya
pengetahuan ke ps. - Ps. Terlihat melakukan teknik
Tentang jalannya operasi relaksasi nfas dalam
section - Ps. Tidak terlihat tremor
- Kulit masih teraba dingin
- TD : 123/89 mmHg
- N : 92 x/mnt
- S : 36 C
- RR : 22 x/mnt
EVALUASI
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
No Tanggal/jam Evaluasi (SOAP) TT
1 31 jan 2012 S : - ps. Mengatakan cemas menghadapi operasi
09.30 berkurang
- Ps. Kooperatif
- Ps. Bertanya tentang lama nya operasi, dokternya siapa
O : - Ps. Terlihat aktif bertanya
- Ps. Terlihat melakukan teknik relaksasi nfas dalam
- Ps. Tidak terlihat tremor
- Kulit masih teraba dingin
- TD : 123/89 mmHg
- N : 92 x/mnt
- S : 36 C
- RR : 22 x/mnt
A :Masalah cemas, takut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi Beri dukungan emosional, kaji
TTV
A. Pengkajian
1. Subyektif : -
2. Obyektif
Pasien sadar dengan spinal anestesi :
Tidak ada batuk
Posisi pasien : supinasi, kaki lebih rendah dari kepala
TD : 115/57 mmHg
RR : 24 x/menit
Nadi : 81 x/menit, S: 36 C
Lebar luka : 15 cm, Horizontal
Lama Pembedahan : 15 menit
Jumlah pendarahan : 500 cc
Data lain : pasien terlihat menangis, gemetar.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
No
Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT
Dx
1, 2, 31 jan 2012 - Mengkaji Pola nafas S : -
3 09.30 klien O : - TD :115/57 mmHg, RR :24
- Memberi posisi supinasi x/mnt, S : 36 C, N ; 81 x/mnt
(kaki lebih rendah dari - ps. terlihat terbaring dengan
09.32 kepala) posisi supinasi, kaki lebih
- Memberi obat anestesi rendah dari kepala
(antara lumbal 3 dan 4) - terpasang O2 dengan nassal
09.34 - Memasang manset kanul 3 lt/mnt
tensimeter di ekstremitas - jumlah pendarahan ; 500cc
atas (sinistra) - terpasang infus NaCl 500cc
- Memasang alat pemantau - terpasang inf. RL (guyur
HR dan saturasi O2 di 200cc)
ekstremitas atas (dekstra) - Oxytocin 1 A (drip)
- Memasang kannula nasal - Bledstop 1 A (Bolus)
O2 3lt/mnt - Efedrin 1 A (10 mg) +
- Dokter, perawat mencuci Aquabides 4 cc (IV)
tangan - Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
09.36 - Dokter, perawat - Tramadol 3 x 100 mg ( IV)
mengenakan pakaian - Lebar luka 15 cm,horizontal
operasi steril (dijahit)
- Melakukan desinfektan
09.40 di daerah abdomen (yang
akan dioperasi dengan
iodyne)
- Menyiram daerah
desinfektan (yang telah
diberi iodyne ) dengan
NaCl
- Memasang duk streril
(mengelilingi) abdomen
yang akan di sayat
- Menyayat abdomen
sampai 7 lapisan (lebar
luka 15 cm, horizontal)
- Mengeluarkan bayi
- Mensuction darah yang
sebelumnya diguyur NaCl
09.47 500 cc
- Memberi cairan elektrolit
NaCl (guyur)
- Mengobservasi
pendarahan
- Memantau TTV
- Memberi cairan elektrolit
RL (guyur 200cc) dan obat
sesuai kolaborasi :
*Oxytocin 1 A (drip)
*Bledstop 1 A(bolus)
*Efedrin 1 A (10 mg) +
Aquabides 4 cc (IV)
*Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
*Tramadol 3 x 100 mg
(IV)
- penutupan luka dengan
dijahit
- Menutup jahitan luka
dengan kassa steril
sebelumnya diberi iodine
09.52
EVALUASI
Nama : Ny. A
Usia : 32 thn
No CM : 67.23.07
TD : 121/68 mmHg
RR : 22 x/menit,
N : 76 x/menit, S : 36 C
Lebar luka : 15 cm, horizontal
Lama operasi : 15 menit
Jumlah pendarahan : 500 cc
Posisi ps. : supinasi, kaki lebih rendah dari kepala
3. Standar score
BROMAGE SCORE
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
Usia : 32 thn
No CM : 27.63.07
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT
Dx
1, 2 31 jan 2012 Di Recovery Room S :
10.00 dilakukan tindakan sebagai O : -- TD :121/68 mmHg,
berikut : RR :22 x/mnt, S : 36 C, N ;
- Memonitoring TTV 76 x/mnt
- Memasang nassal kanul - ps. terlihat terbaring
O2 2 lt/mnt dengan posisi supinasi, kaki
- Memberi ps. posisi kaki lebih rendah dari kepala
lebih rendah dari kepala - terpasang O2 dengan
(supinasi) nassal kanul 2 lt/mnt
- Memasang pengaman - terlihat ps. terbaring di
samping bed bed dengan penghalang di
- Menganjurkan ps. untuk samping kanan kiri
mengangkat - ps. terlihat mencoba
kaki/menekkukan lutut mengangkat kaki, dan bisa
- Mengkaji gerakan mengangkat kaki setelah 3
ekstremitas dengan menit menggerak-gerakan
Bromage Score ekstremitas bawah, namun
belum dapat menekkukan
lutut (score 1)
EVALUASI
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan
Keperawatan pada ny. A dengan sectio caesarea (pre,intra,post) ex CPD (Chepalo Pelvik
Disproportion/panggul sempit) di IBS RSUD Bangli.
Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan
pendekatan konsep dasar yang mendukung. Kami akan menguraikan tentang kesenjangan
yang muncul pada asuhan keperawatan antara teori dengan kasus yang penulis kelola. Kami
akan membahas tentang diagnosa yang muncul, yang tidak muncul, serta dukungan dan
hambatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada ny. A selama 35 menit.
a. Diagnosa yang muncul
1. Cemas,ancaman pada konsep diri, kurangnya pengetahuan
Kecemasan kami ambil sebagai diagnosa pertama kali sebelum menjalani operasi
karena tindakan operasi dapat menaikkan tingkat kecemasan pasien dan meningkatkan
hormon pemicu stress (Ibrahim, 2006). Cemas merupakan reaksi normal pasien terhadap
ancaman pembedahan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain jenis kelamin, usia, pekerjaan,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan tipe kepribadian sedangkan faktor
eksternalnya antara lain ancaman terhadap integritas biologis dan ancaman terhadap
konsep diri (Stuart and Sundeen, 1998).
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pre operasi didapatkan data subyektif
yaitu pasien sering bertanya tentang jalannnya operasi, dokter yang mengoperasi dan
lamanya operasi. Dan data obyektif yaitu pasien terlihat tremor atau bergetar, kulit teraba
dingin, pasien terlihat tegang, TD : 123/89 mmHg, N : 92 x/mnt, RR : 22 x/mnt, S : 36 C.
Untuk mengatasi atau mengurangi tingkat kecemasan pasien maka dilakukan
intervensi dan implementasi yang tepat dan sesuai. Implementasi yang kami lakukan
adalah mengkaji tingkat kecemasan pasien, apakah sedang, berat, ringan, lalu kami
memberi pasien dukungan emosional, mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam
dan memberi pengetahuan tentang jalannya operasi.
Dengan implementasi tersebut kami mengevaluasi keadaan pasien dan didapat hasil
masalah cemas teratasi sebagian ditandai dengan pasien tidak lagi terlihat tremor, pasien
melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam, pasien juga mengungkapkan cemas
berkurang. Tetapi kami tetap melanjutkan intervensi untuk tetap memberi dukungan
emosional serta mengkaji tanda tanda vital pasien.
2. Resiko gangguan pola nafas b/d posisi klien.
Kami mengambil dan menjadikan diagnosa ini sebagai diagnosa pertama pada intra
operatif di kamar bedah karena, menurut abraham maslow, kebutuhan dasar utama yang
harus di penuhi adalah pola pernafasan. Gangguan pola nafas adalah keadaan vital yang
bila tidak segera di tangani akan sangat beresiko besar bagi pasien.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pasien di dapatkan data obyektif
sebagai berikut yaitu diketahui bahwa dilakukan spinal anestesi pada pasien, dimana yang
teranestesi adalah daerah sekitar abdomen ke ekstremitas bawah. Posisi pasien disini
sangat diperlukan sebab, bila posisi pasien tidak dipertahankan yang terjadi adalah obat
anestesi bisa naik ke atas daerah sekitar jantung, paru-paru dan otak yang akan
mengganggu pola nafas pasien. Bila pola nafas pasien terganggu maka pasien tidak
mendapatkan suplai oksigen yang cukup sesuai kebutuhan, dan saraf-saraf juga tidak
mendapat oksigen, keadaan seperti ini bisa menyebabkan kelumpuhan sistem saraf atau
stroke.
Untuk menangani resiko gangguan pola nafas maka implementasi yang kami lakukan
adalah mengkaji pola napas klien, memberi klien posisi yang lebih tinggi dari kaki,
memonitor TTV, dan memberi terapi oksigen.
Dengan implementasi tersebut, hasilnya dapat diketahui masalah berhubungan dengan
resiko gangguan pola nafas pasien teratasi namun tetap melanjutkan intervensi untuk beri
terapi oksigen, jaga posisi pasien (kaki lebih rendah dari kepala), monitor TTV.
3. Resiko defisit volume cairan b/d pendarahan
Resiko defisit volume cairan penulis angkat sebagai diagnosa prioritas kedua karena
selama proses pembedahan pasien banyak mengeluarkan darah, keadaan itu akan
mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh (stewart). Cairan elektrolit di dalam
tubuh berfungsi sebagai proses metabolik dan mempercepat proses penyembuhan.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan selama intra operasi yaitu pendarahan pasien
sebanyak 500 cc, maka perlu dikolaborasikan untuk pemberian cairan elektrolit tambahan
melalui IV (intra vena) seperti cairan NaCl 0,9%, dan Ringer Laktat (RL).
Untuk mengurangi resiko defisit volume cairan intervensi dan implementasi yang
kami lakukan antara lain memonitor jumlah pendarahan, memonitor TTV,
mengkolaborasi cairan elektrolit seperti infuse NaCl 0,9 % (500cc), infuse ringer laktat
(guyur 200cc), oxytocin 1 A (drip), Bledstop 1 A (Bolus) untuk mengatasi pendarahan
selama kelahiran, Efedrin 1 A (10 mg) + aquabides 4 cc (IV) sebagai bronkodilator,
Ketorolac 3 x 30 mg (IV) sebagai anti inflamasi.
Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko defisit
volume cairan dapat teratasi, dan perlu adanya intervensi lanjut yaitu monitor jumlah
pendarahan, monitor TTV.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (insisi bedah,
kulit tak utuh, trauma jaringan)
Dalam melakukan operasi, teknik steril sangat diperlukan untuk menghindari
kemungkinan infeksi pada pasien karena terdapat jaringan terbuka akibat insisi bedah.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain lebar luka 15 cm,
horizontal. Untuk mengurangi resiko infeksi yang mungkin terjadi maka kami melakukan
implementasi antara lain mengkaji luka apakah terdapat tanda-tanda infeksi,
menggunakan larutan desinfektan sebelum melakukan insisi, menutup luka dengan
jahitan agar kuman patogen dan non patogen tidak masuk selama jaringan kulit terbuka,
dan menutup jahitan dengan balut (kassa steril) yang sebelumnya di beri larutan
desinfektan (iodyne)
Dengan implementasi yang kami lakukan dapat diketahui hasilnya yaitu masalah
resiko infeksi teratasi, tetap lanjutkan intervensi melakukan teknik steril (memberi
desinfektan saat ganti balut).
5. Resiko cidera b/d efek anestesi, immobilisasi, dan kelemahan fisik
Sikap perawat dalam mendukung safety patient sangat diperlukan untuk menjamin
keselamatan pasien yang dirawat. Asuhan keperawatan ini bertujuan mencegah terjadinya
kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain posisi pasien
supinasi (kaki lebih rendah dari kepala), pasien terlihat terbaring dengan spinal anestesi
(pasien sadar, ekstremitas bawah tidak bisa bergerak).
Untuk mengurangi resiko cidera pada pasien maka kami melakukan intervensi dan
implementasi antara lain memberi penghalang samping bed (kanan, kiri) pasien,
menganjurkan pasien untuk menggerak-gerakkan ekstremitas bawah.
Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko cidera
teratasi pasien dapat dipindah ke ruangan ditandai dengan pasien dapat mengangkat kaki
tetapi belum dapat menekkukan lutut dan dikaji dengan bromage score yaitu scorenya 1.
Delegasikan keperawat ruangan untuk tetap melanjutkan intervensi memberi penghalang
bed samping.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Ny. A
dengan Sectio Caesarea ex Chepalo Pelvik Disproportion di Ruang IBS RSUD Bangli dapat
disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul adalah cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan, situasi dan kegagalan operasi, resiko gangguan pola nafas berhubungan dengan
posisi pasien, resiko defisit cairan berhubungan dengan perdarahan, resiko infeksi
berhubungan dengan lebar luka pembedahan, resiko cidera berhubungan dengan tempat (bed),
dan resiko injury berhubungan dengan efek anestesi dan immobilisasi. Pada tahap ini penulis
menarik kesimpulan :
Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam penatalaksanaan pasien pre, intra, post
operasi yaitu :
- Sebelum operasi dilakukan perawat harus melakukan pengkajian pre operatif awal,
rencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, perawat sebisa
mungkin melakukan wawancara terhadap keluarga pasien dan pastikan kelengkapan
pemeriksaan pre operatif dan tentukan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai.
Sebelum operasi kasus yang banyak terjadi adalah pasien mengalami kecemasan untuk
itu sebagai perawat harus bisa memberi dukungan emosional kepada pasien, dan
mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim-tim bedah.
- Saat pelaksanaan operasi perawat harus memperhatikan status emosional pasien dan
memenuhi kebutuhan pasien akan suplai oksigen, volume cairan tubuh, dan
kemungkinan infeksi. Perawat harus bisa bertindak cepat, tepat dan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
- Setelah dilakukan operasi, efek anestesi dapat mempengaruhi sistem pernafasan dan
sistem motorik pasien. Maka dari itu pemantauan secara terus menerus diperlukan guna
mengurangi resiko akan cidera yang akan dialami pasien karena efek anestesi.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre,
intra dan post sectio caesarea di kamar bedah adalah :
1. Bagi Perawat
Peningkatan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan tentang teori dan prosedure asuhan
keperawatan penting agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai
dengan yang dibutuhkan klien maka dari itu perawat klinik di IBS perlu mengikuti
sejumlah pelatihan-pelatihan IBS.
2. Bagi Akademik
Pengetahuan dalam tindakan asuhan keperawatan di ruang bedah sangat diperlukan maka
untuk akademik bisa menambah jam-jam kuliah sperti kunjungan IBS sesering mungkin,
agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuannya. Jadi sewaktu mahasiswa
terjun ke lapangan mahasiswa sudah memiliki bekal dan siap mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta :
mocaMedia
Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetric dan Ginekologi. EGC. Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
http//:www.SC/sectio-caesarea.html