Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan
masingmasing (Grossman,Eichler,Winckoff,1980)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Masalah pokok dalam pembahasan ini adalah:
1. Apa definisi Pengertian Ibu hamil dan Ibu menyusui ?
2. Apa saja konsep perkembangan perubahan fisik ?
3. Apa malasalah yang sering terjadi pada ibu hamil ?
4. Bagaimana tugas perkembangan pada ibu hamil ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan ibu hamil ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum:
Mahasiswa mampu untuk memahami tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Ibu Hamil dan Menyusui.
Tujuan khusus:
1. Mahasiswa mampu memahami definisi ibu hamil dan menyusui
2. Mahasiswa mampu memahami definisi perubahan fisik pada ibu hamil
3. Mahasiswa mampu memahami tentang masalah yang sering terjadi pada ibu hamil
4. Mahasiswa mampu memahami tentang tugas perkembangan ibu hamil
5. Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan ibu
hamil
2
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KELUARGA
DENGAN IBU HAMIL
A. PENGERTIAN
Ibu hamil (Bumil) adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami
kehamilan.
Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan
antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan terbagi atas:
- trimester I (1 14 minggu)
- trimester II (14 28 minggu)
- trimester III (28 42 minggu)
3
3. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin
dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan
pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
a. Payudara membesar, tegang dan sakit
b. Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.
c. Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola
mamae sekunder
d. Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan
kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan
agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat
berkembang biak bakteri.
e. Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai
32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari
kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih
kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut
kolostrum.
4. Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga
kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5
bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan
pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea
alba serta linea nigra.
5. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang
menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
6. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang
membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
4
7. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
Perkembangan / Perubahan Psikologis. Menurut teori Rubin, perubahan
psikologis yang terjadi pada:
- Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
- Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris
dan berpusat pada diri sendiri.
- Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan
merefleksikan pengalaman masa lalu.
C. MASALAH YANG SERING TERJADI
1. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada
trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan
pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh
tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini
semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi
kehilangan batasan batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri
sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai nilai yang
diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan
kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I.
Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif.
Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka
dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan
persepsi yang permanen tentang diri mereka.
5
peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama
hamil.
Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat
memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan
tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi
seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan
pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan
bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu
perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat
mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman,
1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan
ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita
kemungkinan akan mengingat kembali saat saat ia tidak menginginkan anak
tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang
memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah
menyebabkan anaknya cacat.
3. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan
menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain
mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda beda ini dipengaruhi oleh faktor
faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa
hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa
tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan
seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita
menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki
trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang
meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan
seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan
ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks
menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual
mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan
6
keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka.
Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak
memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama
masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan
membicarakan perubahan perubahan yang mereka alami, pasangan dapat
mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan.
Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada
pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita
selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
4. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda beda selama masa
hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang
sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai
periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan
adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah
kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa
cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa
anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa
anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti
semakin tidak dipikirkan orang tua.
D. TUGAS PERKEMBANGAN
1. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut
(Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan
respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
- Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan
bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama
pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti
menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang
kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan
maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
7
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala gejala
awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita
yang memiliki perasaan kuat, seperti tidak sekarang, bukan saya, dan
tidak yakin, mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin,
1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses
keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain,
kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu
mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari
perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang
diperlihatkan banyak wanita ialah respon suatu hari nanti, tetapi tidak
sekarang.
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak
alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka
hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang
anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak
dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak
menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
- Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering
memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian
dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung
percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk
anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik,
namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat
untuk dijumpai pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang
lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya.
Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka
cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena
suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap
kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat
akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual
8
atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan
timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang
terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang
tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak
yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala gejala yang dialaminya akan
menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini,
disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama
dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya
perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat
kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk
meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa
senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan
dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman
ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak
nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan
tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan
koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)
2. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang
wanita, yakni melalui memori memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh
oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga
membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau
tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran peran batu loncatan,
seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik adik, dapat
meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak anak, dan
menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi
orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan
akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman,
Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak
mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka
9
sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan
keputusan keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.
11