You are on page 1of 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress, tetapi
berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan
mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk menghadapi
peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua.
Secara bertahap, ia berubah dari seseorang yang bebas dan berfokus pada diri sendiri
menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk merawat seorang individu lain.
Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas tugas perkembangan tertentu:
menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu antara dirinya dan pasangannya,
membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri untuk
menghadapi pengalaman melahirkan (Rubin, 1967; Lederman, 1984; Stainton, 1985).
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi dari pasangan merupakan faktor penting
dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan ini (Entwistle, Doering, 1981;
Mercer, 1981).
Pengalaman subyektif tentang waktu dan ruang berubah selama masa hamil karena
rencana dan komitmen kini diatur oleh tanggal taksiran partus (TTP) (Rubin, 1984). Pada
awal masa hamil tampaknya tidak ada yang terjadi dan keinginan untuk menghentikan
hari-hari yang penuh tuntutan spesial dan aktivitas timbul supaya dapat menikmati waktu
kosong tanpa beban. Banyak waktu dihabiskan dengan tidur. Dengan munculnya
quickening pada trimester kedua, terjadilah reduksi waktu dan ruang, baik secara
geografik maupun sosial karena wanita tersebut mengalihkan perhatiannya kedalam,
yakni pada kandungannya dan pada hubungan dengan ibunya dan wanita lain yang
pernah atau sedang hamil. Pada trimester ketiga terjadi perlambatan aktivitas dan waktu
terasa cepat berlalu karena aktivitas wanita tersebut dibatasi (Rubin, 1984).
Kehamilan merupakan salah satu tahap perkembangan keluarga baru menikah,
dengan fungsi reproduksi yang tergolong dalam pasangan usia subur (PUS) dan
memungkinkan untuk terjadinya kehamilan. Kehamilan melibatkan seluruh anggota
keluarga. Karena konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang
berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga
baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga, maka setiap anggota keluarga

1
harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan
masingmasing (Grossman,Eichler,Winckoff,1980)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Masalah pokok dalam pembahasan ini adalah:
1. Apa definisi Pengertian Ibu hamil dan Ibu menyusui ?
2. Apa saja konsep perkembangan perubahan fisik ?
3. Apa malasalah yang sering terjadi pada ibu hamil ?
4. Bagaimana tugas perkembangan pada ibu hamil ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan ibu hamil ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum:
Mahasiswa mampu untuk memahami tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Ibu Hamil dan Menyusui.
Tujuan khusus:
1. Mahasiswa mampu memahami definisi ibu hamil dan menyusui
2. Mahasiswa mampu memahami definisi perubahan fisik pada ibu hamil
3. Mahasiswa mampu memahami tentang masalah yang sering terjadi pada ibu hamil
4. Mahasiswa mampu memahami tentang tugas perkembangan ibu hamil
5. Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan ibu
hamil

1.4 METODE PENULISAN


Dalam penulisan makalah ini ditempuh metode penulisan deskriftif kualitatif, yakni
metode penulisan dengan cara mengumpulkan berbagai sumber sumber yang memuat
tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Ibu Hamil dan Menyusui . Sumber
dapat berupa buku, internet, dll. Sumber tersebut kemudian diolah dengan cara menyusun
suatu simpulan yang terdiri atas kalimat kalimat.

2
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KELUARGA
DENGAN IBU HAMIL

A. PENGERTIAN
Ibu hamil (Bumil) adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami
kehamilan.
Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan
antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan terbagi atas:
- trimester I (1 14 minggu)
- trimester II (14 28 minggu)
- trimester III (28 42 minggu)

B. KONSEP PERKEMBANGAN / PERUBAHAN FISIK


1. Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada
wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng
(topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting
susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar
areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola
mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih
menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas
simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul
garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain
hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit.
Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria
albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
2. Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria.
Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.

3
3. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin
dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan
pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
a. Payudara membesar, tegang dan sakit
b. Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.
c. Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola
mamae sekunder
d. Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan
kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan
agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat
berkembang biak bakteri.
e. Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai
32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari
kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih
kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut
kolostrum.
4. Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga
kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5
bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan
pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea
alba serta linea nigra.
5. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang
menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
6. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang
membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

4
7. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
Perkembangan / Perubahan Psikologis. Menurut teori Rubin, perubahan
psikologis yang terjadi pada:
- Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
- Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris
dan berpusat pada diri sendiri.
- Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan
merefleksikan pengalaman masa lalu.
C. MASALAH YANG SERING TERJADI
1. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada
trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan
pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh
tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini
semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi
kehilangan batasan batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri
sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai nilai yang
diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan
kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I.
Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif.
Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka
dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan
persepsi yang permanen tentang diri mereka.

2. Ambivalensi selama masa hamil


Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti
cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi
adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu

5
peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama
hamil.
Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat
memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan
tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi
seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan
pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan
bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu
perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat
mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman,
1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan
ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita
kemungkinan akan mengingat kembali saat saat ia tidak menginginkan anak
tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang
memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah
menyebabkan anaknya cacat.
3. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan
menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain
mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda beda ini dipengaruhi oleh faktor
faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa
hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa
tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan
seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita
menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki
trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang
meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan
seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan
ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks
menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual
mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan

6
keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka.
Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak
memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama
masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan
membicarakan perubahan perubahan yang mereka alami, pasangan dapat
mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan.
Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada
pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita
selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
4. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda beda selama masa
hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang
sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai
periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan
adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah
kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa
cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa
anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa
anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti
semakin tidak dipikirkan orang tua.
D. TUGAS PERKEMBANGAN
1. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut
(Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan
respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
- Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan
bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama
pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti
menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang
kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan
maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
7
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala gejala
awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita
yang memiliki perasaan kuat, seperti tidak sekarang, bukan saya, dan
tidak yakin, mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin,
1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses
keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain,
kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu
mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari
perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang
diperlihatkan banyak wanita ialah respon suatu hari nanti, tetapi tidak
sekarang.
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak
alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka
hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang
anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak
dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak
menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
- Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering
memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian
dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung
percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk
anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik,
namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat
untuk dijumpai pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang
lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya.
Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka
cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena
suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap
kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat
akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual
8
atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan
timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang
terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang
tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak
yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala gejala yang dialaminya akan
menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini,
disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama
dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya
perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat
kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk
meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa
senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan
dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman
ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak
nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan
tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan
koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)
2. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang
wanita, yakni melalui memori memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh
oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga
membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau
tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran peran batu loncatan,
seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik adik, dapat
meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak anak, dan
menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi
orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan
akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman,
Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak
mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka

9
sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan
keputusan keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.

3. Hubungan Ibu Anak


Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni
ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin,
1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan akan dirinya adalah
seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki.
Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua
yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk
mengantisipasi perubahan perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya
akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan
terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan
yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk
membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967)
menemukan bahwa wanita menerapkan dan menguji perannya sebagai ibu
dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang
memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan
pengalaman.
Hubungan ibu anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu
proses perkembangan(Rubin, 1975)
- Persiapan melahirkan
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri
untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas
untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara
perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang
terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese,
Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan
proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
4. Hubungan dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah
sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita
yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan
menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi
10
persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas
(Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang
ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah
menerima tanda tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah
merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan
mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa
wanita hamil harus memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam
keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu.
Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama
lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami
bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa
kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami istri akibat peran dan
aspek aspek baru yang ditemukan dalam diri masing masing pasangan.
5. Kesiapan untuk melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan
gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri
pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya
varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung
mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan
mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan,
apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan
yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera
menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

11

You might also like