You are on page 1of 84

LAPORAN UKM

MINI PROYEK (F7)

PELATIHAN ASI EKSKLUSIF


UNTUK KADER DAN IBU HAMIL SERTA IBU MENYUSUI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh


Program Dokter Internship
Puskesmas Ungaran

OLEH :
dr. Mega Vijiar R

PUSKESMAS UNGARAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. MEga Vijiar Rakhma


Topik : Mini Proyek (F7)
Judul : Asi Ekslusif
Tanggal Pengesahan :

Ungaran, 2017

Mengetahui

Kepala PKM Ungaran, Pendamping,

dr. Nugraha dr. Astri Aninda Niagawati


NIP 19651108 200212 1 003 NIP 19741005 200701 2 017
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul . 1
Halaman Pengesahan . 2
Daftar Isi . 3
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang . 4
Besar Masalah . 5
Tujuan . 6
Manfaat . 6
BAB II Tinjauan Pustaka
Gambaran Umum Puskesmas . 7
Ungaran
Perawatan Payudara . 8
Inisiasi Menyusu Dini . 8
ASI Eksklusif . 9
Cara Menyusui, Kendala Ibu . 10
Menyusui, dan Cara
Memerah ASI
Menyimpan dan Memberikan . 12
ASI Perah
Tanda Bayi Cukup . 14
Mendapatkan ASI
Gizi Seimbang untuk Ibu . 15
Menyusui
Keterampilan Konseling ASI . 15
Eksklusif
Theory of Plan Behaviour . 17
BAB III Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Metode Pelatihan dan . 22
Penelitian
Tempat dan WaktuKegiatan . 22
Kerangka Konsep . 23
Kerangka Pelatihan dan . 24
Penelitian
Rundown Acara Pelatihan . 25
BAB IV Pelaksanaan . 26
BAB V Monitoring dan . 30
Evaluasi
BAB VI Kesimpulan dan . 38
Saran
Dokumentasi Kegiatan . 40
Daftar Pustaka . 42
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian Asi eksklusif pada bayi baru lahir sangatlah penting bagi masa pertumbuhan, selain
itu asi memiliki banyak manfaat yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Pemberian asi saja selama 6
bulan awal kehidupan bayi sudah memenuhi semua kebutuhan bayi. Seiring dengan menurunya
pemberian Asi ekslusif kejadian diare akibat pemberian susu formula semakin tinggi, selain itu
obesitas terhadap anak karna pemberian susu formula juga semakin meningkat.

ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui.
ASI adalah jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi,
sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti
alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin,
2004).

ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi tinggi serta
terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI segera atau 30 menit hingga
satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian ASI saja atau menyusui secara ekslusif hingga
bayi usia enam bulan dan pemberian makanan tambahan setelah umur enam bulan serta tetap
memberian ASI diteruskan sampai umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI, 2005;22).

ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan ataupun makanan lain. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan
dan minuman lain, ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air, teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) hanya sekitar 35% anak-anak di dunia yang
mendapatkan ASI eksklusif (www.ejhd.uib.no). UNICEF melaporkan bahwa persentase bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif di beberapa negara antara lain Asia Tenggara 45%, Asia Timur 32%,
Timur Tengah 29%, Eropa Tengah 27%, dan Afrika 22%. (www.breastfeedingbasics.org).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 cakupan pemberian
ASI eksklusif di jawa tengah meningkat dari tahun 2013 sebesar 52,99% , tahun 2014 menjadi
60,7%, dan pada tahun 2015 menjadi 61,6%. Tetapi presentase pemberian ASI eksklusif di
kabupaten semarang hanya 6,72%. Sedangkan di Wilayah kerja Puskesmas Ungaran meningkat dari
bulan Februari tahun 2014 sebesar 53,06% menjadi 51,8% pada bulan Agustus 2014. Tetapi, pada
bulan februari tahun 2015 presentase menurun menjadi 44,4% dan pada bulan agustus 44,1%.

Menyikapi permasalahan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi, pemerintah Indonesia
telah menggalakkan program pemberian ASI eksklusif sejak tahun 1990 yang dikenal dengan
Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-ASI). Sehubungan dengan itu telah ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI secara
eksklusif pada bayi Indonesia (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas terlihat bahwa cakupan ASI eksklusif masih dibawah target
yang seharusnya. Dengan demikian dirasa perlu untuk dilakukannya analisa program cakupan ASI
eksklusif dan analisa faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif. Analisis
masalah secara menyeluruh dengan menganalisa kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh
program ASI eksklusif sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dan sebagai dasar perencanaan
peningkatan program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ungaran.

B. Besar Masalah
Rendahnya presentasi pemberian ASI eksklusif di Wilayah kerja Pusksmas Ungaran dengan
data pada bulan Februari tahun 2014 sebesar 53,06% menjadi 51,8% pada bulan Agustus 2014. dan
adanya penurunan presentase di tahun 2015 pada bulan februari menjadi 44,4% dan pada bulan
agustus 44,1%. hal ini menjadikan sorotan penting bagi puskesmas ungaran dikarenakan presentase
pemberian ASI eksklusif masi dibawah provinsi Jawa Tengah di tahun 2015 yaitu 61,6%. selain itu
pemberian ASI ekslusif sangatlah penting untuk tumbuh kembang serta daya tahan tubuh si bayi.
Dengan meningkatnya pemberian ASI ekslusif maka angka kesakitan bayi akan menurun. Ibu
menyusui harus menyadari betapa pentingnya pemberian ASI ekslusif.
Dengan permasalahan tersebut, dalam Mini Proyek kami ingin meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat pada umumnya dan ibu menyusui pada khususnya tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif. Dan diharapkan ada perubahan prilaku dari ibu menyusui tersebut.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
i. Mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ungaran.
2. Tujuan Khusus
i. Meningkatkan pemahaman kader kesehatan perihal urgensi pemberian ASI eksklusif.
ii. Meningkatkan pemahaman bagi ibu hamil dan ibu menyusui perihal urgensi pemberian
ASI eksklusif.
iii. Mengidentifikasi karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan),
pengalaman menyusui, dukungan lingkungan dalam memberikan ASI eksklusif.

D. Manfaat
1. Peningkatan wawasan terhadap pentingnya pemberian ASI ekslusif bagi bayi 0-6 bulan.
2. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan cakupan program
3. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian
ASI Eksklusif.
4. Mempromosikan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan saran yang membangun
untuk penelitian selanjutnya.
5. Mengetahui faktor faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif sebagai
dasar masalah tidak tercapainya target cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Ungaran
6. Mendapatkan perencanaan program untuk meningkatkan kualitas kinerja tenaga kesehatan
dan motivasi kader di Puskesmas dalam mendukung program ASI eksklusif sehingga
kegiatan promosi ASI eksklusif dalam bentuk penyuluhan, konseling, maupun KIE-ASI
lebih maksimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Puskemas Ungaran
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Ungaran terdapat di Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang,
Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah kerja 8.52 Ha. Terdiri dari 4 kelurahan dan 1 desa,
yaitu: Kelurahan Ungaran, Kelurahan Genuk, Kelurahan Langensari, Kelurahan Candirejo,
Desa Gogik. Berikut adalah data umum geografis Puskesmas Ungaran.
Tabel 1. Data Umum Geografis Puskemas Ungaran
No. Desa/Kelurahan Dusun RW RT
1. Ungaran 12 12 72
2. Genuk 8 8 44
3. Langensari 6 6 44
4. Candirejo 3 6 21
5. Gogik 2 2 16
TOTAL 32 35 192
Puskesmas Ungaran merupakan puskesmas yang pertama dari dua puskesmas yang ada
di wilayah Kecamaan Ungaran Barat. Dengan batas sebagai berikut:
a. Sebelah utara: wilayah kerja Puskesmas Kalongan.
b. Sebelah selatan: wilayah kerja Puskesmas Bergas.
c. Sebelah timur: wilayah kerja Puskesmas Leyangan.
d. Sebelah barat: wilayah kerja Puskesmas Lerep.
2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang Tahun 2014, jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ungaran adalah 36.200 jiwa, dengan perbandingan
jumlah penduduk laki-laki 17.854 jiwa dan perempuan 18.346 jiwa.

B. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang

disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayi yang mengandung

nutrisi-nutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang
sehat. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada

bayi yang baru lahir. Karena ASI sangat mudah dicerna sistem pencernaan bayi yang masih rentan,

bayi mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan energi

selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat

menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum (Pudjiadi, 2005).

2 Volume ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI.

Apabila tidak ada kelainan, pada 4 hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 100-300

ml ASI dalam sehari, dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 300-450

ml/hari pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Pada hari ke 10 sampai seterusnya volume

bervariasi yaitu 300850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada

tahun pertama adalah 400850 ml/hari, tahun kedua 200400 ml/hari, dan sesudahnya 200 ml/hari

(Manajemen laktasi, 2004).

3 Komposisi ASI

Komposisi ASI berubah menurut stadium penyesuaian sesuai dengan kebutuhan bayi pada saat itu.

ASI yang dihasilkan sampai minggu pertama (kolostrum) komposisinya berbeda dengan ASI yang

dihasilkan kemudian (ASI peralihan dan ASI matur). ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan

kurang bulan komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu melahirkan cukup bulan.

Demikian pula komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusui dan akhir fase menyusui.

Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda

yaitu:

a. Stadium Kolostrum

Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi sebesar 150300 ml/hari.

Komposisi kolostrum ASI lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur,
tetapi berlainan dengan ASI matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum protein

yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang

membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga

mencegah alergi makanan. Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih usus bayi) yang

membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap

menerima makanan selanjutnya. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58 kalori/100 ml

b. ASI transisi / peralihan

ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10. Jumlah volume ASI semakin meningkat

tetapi komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini

untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai

beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.

c. ASI matang / matur

adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya dengan volume bervariasi yaitu

300850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi

yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi

mulai dikenalkan dengan makanan pendamping selain ASI.

Properti ASI Susu Sapi Susu Formula

Kontaminasi Tdk ada Mgkn ada Ada bila


bakteri dicampurkan

Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada

Faktor Ada Tidak ada Tidak ada


pertumbuhan

Protein Jml sesuai dan Terlalu banyak dan Sebagian


mdh dicerna sukar dicerna diperbaiki

Kasein:whey Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn


40:60 ASI

Whey : alfa Whey:


betalactoglobulin

Lemak -Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE


lemak esensial
- Tdk ada lipase -Tdk ada DHA
(ALE), DHA / AA
dan AA
-Mengandung
- Tdk ada lipase
lipase

Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan


mudah dicerna diserap dgn baik ekstra tdk diserap
dgn baik

Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan

Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu


tambahan

Tabel 1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula

Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan : kerjasama

WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000

Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu yang

melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang

melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Pada bayi yang lahir sebelum waktunya (preterm) ASI

yang dihasilkan ibu memiliki kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak

dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih belum dalam

keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap permasalahan kesehatan (Neonatal

division AIIMS, 2005).


Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan akhir fase menyusu. Pada

awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan

bening yang hanya mengandung

sekitar 1 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer ini akan

membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut hindmilk

yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang

kental dan putih ini berasal dari payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga

sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan

oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini (Mizuno, K. et

al., 2008).

4 Zat Gizi dalam ASI

Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa, yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari

menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Misalnya hidrat arang dalam kolustrum untuk tiap 100

ml ASI adalah 5,3 gram, dan dalam ASI peralihan 6,42 gram, ASI hari ke 9 adalah 6,72 gram; ASI

hari ke 30 adalah 7 gram. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 yang berarti ASI

terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, kondisi ini yang menyebabkan bayi yang sudah

mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI.

Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa merupakan nutrisi vital untuk

pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan nutrisi medula spinalis, yaitu untuk pembentukan

myelin (pembungkus sel saraf). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan magnesium yang

sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi

dan perkembangan tulang. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap bayi yang mendapat ASI
ekslusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat pada bayi berumur 5 atau 6 bulan,

dan gerakan motorik kasarnya lebih cepat.

Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini membuat

suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat menguntungkan karena akan menghambat

pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang

baik yaitu lactobacillus bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh glukosamin (Pudjiadi,

2004)

Protein

Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan pekembangan bayi. Protein ASI

sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan

bayi. Hal ini disebabkan karena protein ASI merupakan kelompok protein Whey, protein yang

sangat halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein yang ada di dalam susu sapi

adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat sukar dicerna oleh bayi.

Lemak

Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak

kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi.

Docosahexaenoic acid (DHA) dan Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai

panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak (myelinasi)

yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan

kecerdasan anak. Selain itu DHA dan AA dalam tubuh dapat disintesa dari substansi prekusornya

yaitu asam linolenat (Omega 3) dan asam linoleat (Omega 6).

Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi tetapi

mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan

gliserol oleh enzim lipase dalam ASI. (Dadhich, J.P., Dr. 2007).
Mineral

Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak

dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tidak sebesar susu sapi tetapi dapat diserap secara

keseluruhan dalam usus bayi. Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar

harus dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna. Kadar

mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan,

menganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang

merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga bayi kembung,

gelisah karena konstipasi atau gangguan metabolisme.

Vitamin

Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI

dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu pertama usus bayi belum mampu membentuk

vitamin K, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami pendarahan perifer yang perlu dibantu

dengan pemberian vitamin K untuk proses pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada dalam

jumlah yang cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan pantotenik sangat kurang.

Tetapi tidak perlu ditambahkan karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.

5 Kandungan Antibodi dalam ASI

ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang melindungi bayi terhadap infeksi

terutama bilamana kebersihan lingkungan tidak baik. Faktor-faktor proteksi dalam ASI tersebut

6 Manfaaat ASI

ASI sebagai makanan utama bayi mempunyai manfaat terhadap bayi, antara lain sebagai berikut:
1.ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah dicerna dan memiliki komposisi, zat

gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.

2.ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus

laktosa akan di fermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk :

-menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

-Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan

mensintesa beberapa jenis vitamin.

-Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti calsium, magnesium.

3.ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 0-6 bulan pertama

4.ASI tidak mengandung betalactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.

5.ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit jantung anak pada masa dewasa.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan manfaat pada ibu, yaitu :

1.Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula.

2.Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.

3.Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah kehamilan. Namun,

ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia

enam bulan; dan ibu belum haid.

4.Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayi.

5.Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain adalah sebagai berikut:

1.Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli

susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

2.ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3.Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat

biaya untuk berobat.

C. INISIASI MENYUSU DINI (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana
bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi
Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja)
dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan
mencegah anak kurang gizi. Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang
merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena
inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu
bulan.

Manfaat Inisiasi Menyusu Dini


Untuk Ibu
a. Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi
b. Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko perdarahan sesudah
melahirkan
c. Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama
masa bayi
d. Mengurangi stress Ibu setelah melahirkan.
Untuk Bayi
a. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat
b. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung
c. Kolonisasi bakiterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal
d. Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan tenaga yang dipakai bayi
e. Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara Ibu untuk mulai menyusu
f. Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi
g. Mempercepat keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yang
pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban)
h. Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan menyusu
i. Membantu perkembangan persyarafan bayi (nervous system)
j. Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi
k. Mencegah terlewatnya puncak refleks mengisap pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah
lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali
dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian.

TAHAP-TAHAP INISIASI MENYUSU DINI


1. Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini
a. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak menggunakan obat
kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu banyak, dikhawatirkan akan terbawa
ASI ke bayi yang nantinya akan menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
b. Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan, akan melakukan
kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika ibu harus menjalani
operasi caesar.
c. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan vernix (kulit
putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.
d. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit
ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi. Kemudian, jika
perlu, bayi dan ibu diselimuti.
e. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri puting
susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri
yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
f. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung dan dibantu
untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak
dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi.
g. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses
menyusu pertama selesai.
h. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi
vitamin K dan tetes mata.
i. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan ibu
menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak
boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan
bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan selain itu
dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.
3. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan
kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena
hypothermia (kedinginan).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi
lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi
pemakaian energi.
c. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI. Bakteri
baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih
ganas dari lingkungan.
d. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat
kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi
ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan makanan.
e. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin
kelangsungan hidup sang bayi.
f. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus,
dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia
(misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
g. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan
mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
h. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang
keluarnyaoksitosin yang penting karena:
Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi
perdarahan ibu.
Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai
bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri),
dan timbul rasa sukacita/bahagia.
Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna
putih) dapat lebih cepat keluar.
SOP Inisiasi Menyusu Dini Pada Partus Spontan
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
2. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi / tidak menggunakan obat
kimiawi
3. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa
menghilangkan vernix Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di tengkuarpkan di dada-perut ibu dengan kulit
bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi
dapat diberi topi.
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
6. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
7. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu bayi bersentuhan sampai
setidaknya 1 jam
8. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting
tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit
atau 1 jam lagi.
9. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau selesai menyusu
awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K.
10. Rawat gabung bayi: Ibu bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24
jam.
11. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi
dot atau empeng.

D. ASI EKSKLUSIF

Pengertian ASI Eksklusif


ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi
sejak lahir sampai usia 6 bulan (Depkes RI, 2003). Pada tahun 2002 World Health Organization
menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik.
Dengan demikian ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup 4 bulan) sudah tidak
berlaku lagi. Menyusui eksekusif adalah memberikan hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi
berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum (Depkes RI, 2005).

Komposisi ASI
Komposisi dan volume dapat berubah saat dilahirkan dan 6 bulan kemudian. Berdasarkan
waktu produksinya, ASI digolongan dalam tiga kelompok, yakni:
1. Kolostrum
Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari pertama. Setelah kelahiran bayi,
berwarna kekuningan dan lebih kental, karena mengandung banyak vitamin A, protein dan zat
kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga
mengandung vitamin A, E, dan K serta beberapa mineral seperti Natrium dan Zn (Depkes RI,
2001).
Menurut Roesli (2000) kolostrum adalah ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari
ke-4 yang merupakan cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein
tinggi. Volume kolostrum adalah 150 300 ml / 24 jam.
2. ASI transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi matang.
Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah kelahiran. Kandungan protein akan makin
rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi dibandingkan pada kolostrum,
juga volume akan makin meningkat (Krisnatuti, 2000)
3. ASI matang/mature
ASI matang/mature adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya
komposisi relatif tetap (Roesli, 2000). Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan
yang diakibatkan warna dari gambar Ca-casenat riboflavin, dan karoten yang terdapat di
dalamnya. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-
satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1997).
Selama 6 bulan pertama, volume ASI pada ibu sekurang-kurangnya sekitar 500 700 ml/hari,
bulan kedua sekitar 400 600 ml/hari dan 300 500 ml/hari setelah bayi berusia satu tahun.

Manfaat Menyusui
Manfaat ASI sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak, karena dengan
menyusui tidak hanya memberi keuntungan pada bayi saja, tetapi juga bagi ibu dan keluarga,
bahkan bagi negara.
Keuntungan menyusui bagi bayi, yaitu :
1. Ditinjau dari aspek gizi
Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang
yang optimal. Mudah dicerna dan diserap, karena perbandingan whey protein /casein
adalah 80/20, sedangkan susu sapi 40/60. Disamping itu ASI mengandung lipase yang
memecah trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Laktosa dalam ASI mudah terurai
menjadi glukosa dan galaktosa, dan enzim laktase sudah ada sejak bayi lahir.
2. Ditinjau dari aspek imunologi
3. Mengandung kekebalan antara lain:
4. Imunitas selular yaitu lekosit sekitar 4000/ml ASI yang terutama terdiri dari Makrofag
Imunitas humoral, misalnya IgA- enzim pada ASI yang mempunyai efek antibakteri
misalnya lisozim, katalase dan peroksidase.Laktoferin Faktor bifidus Antibodi lainnya:
Interferon, faktor antistafilokokus, antibodi HSV, B12 binding protein, dan komplemen C3
dan C4. Tidak menyebabkan alergi.
5. Ditinjau dari aspek psikologis
6. Mendekatkan hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang penting
untuk mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai mempercayai orang lain / ibu dan
akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.
7. Manfaat lainnya bagi bayi
a. Mengurangi insidens karies dentis
b. Mengurangi maloklusi rahang
c. Asi mengandung sekitar 13 macam hormon antara lain ACTH, TRH, TSH, EGF,
Prolaktin, Kortikosteroit, Prostaglandin, dll.

Keuntungan Menyusui
1. Bagi Ibu
a. Dapat mengurangi pendarahan post partum,mempercepat involusi uterus dan
mengurangi insidens karsinoma payudara.
b. Mendekatkan hubungan ibu dan anak serta memberikan perasaan dipelukan.
c. Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan kehamilan. Perlu
diketahui bahwa frekuensi menyusui yang sering baru mempunyai efek keluarga
berencana.
2. Bagi keluarga
a. Hemat karena tidak perlu menyediakan dana untuk membeli susu formula
b. Bayi jarang sakit, bisa menghemat biaya pengobatan
c. Mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3. Bagi bangsa dan Negara
a. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
b. Mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan Ibu dan anak.
c. Mengurangi subsidi biaya perawatan anak sakit.
d. Mengurangi devisa negara untuk membeli susu formula.
e. Meningkatkan kualitas generasi penerus.

Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI


1. Rangsangan Otot Buah Dada
Produksi ASI memerlukan rangsangan pada otot buah dada agar kelenjar buah dada
bekerja lebih efektif, otot buah dada yang terdiri dari otot polos dengan adanya
rangsangan akan berkontraksi lebih baik misalnya dengan melakukan massage / mengurut
buah dada, menyiram buah dada dengan air hangat dan dingin secara bergantian.
2. Keteraturan Anak Menghisap
Penghisapan oleh anak mempunyai pengaruh dalam pengeluaran hormon pituitrin
dengan adanya pengeluaran hormon pituitrin yang lebih banyak, akan mempengaruhi
kuatnya kontraksi otot polos buah dada dan uterus dimana kontraksi pada buah dada
berpengaruh pada pembentukan air susu Ibu sedang kontraksi pada uterus untuk
mempercepat involusi.
3. Keadaan Ibu
Untuk dapat menghasilkan air susu Ibu yang cukup, keadaan Ibu harus sehat baik
jasmani dan rohani. Keadaan ini berpengaruh pada pembentukan produksi ASI karena
untuk pembentukannya bahan diambil dari Ibu. Bila Ibu tidak dapat mensuplay bahan
karena tubuh tidak sehat, input makanan yang kurang, untuk membawa bahan yang akan
diolah sel acini di buah dada maka bahan tidak sampai pada sel acini tersebut. Dengan
demikian, sel acini tidak memiliki bahan mentah yang akan diolah menjadi ASI sehingga
produksi ASI menurun.
4. Faktor Makanan
Makanan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan ASI, karena ASI dibuat
dari zat makanan yang diambil dari darah Ibu yang sudah disiapkan sejak terjadinya
kehamilan, karena itu Ibu hamil harus mendapatkan yang cukup kualitas dan kuantitasnya
untuk kebnutuhan sendiri, pertumbuhan janin dan persiapan laktasi.
5. Faktor Istirahat
Istirahat berarti mengadakan pelemasan pada otot dan syaraf setelah mengalami
ketegangan dalam melaksanakan kegiatan. Dengan istirahat, akan timbul penyegaran
kembali demikian juga pada Ibu menyusui yang membutuhkan istirahat yang lebih
banyak di luar maupun di dalam tubuhnya yaitu untuk memproduksi ASI. Dalam
beristirahat sel dan jaringan akan mendapatkan kesegaran kembali dan dapat bekerja lebih
giat, hingga demikian, prosuksi ASI dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
6. Faktor fisiologis
Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolactin yang dikeluarkan sel alfa dari
lobus anterior kelenjar hypofise. Hormon ini merangsang sel acini untuk membentuk ASI
apabila ada kelainan misalnya hormone ini tidak terbentuk atau kurang yang dikeluarkan
dengan sendirinya rangsangan pada sel acini juga berkurang sehingga sel acini pun
jumlahnya kurang atau tidak dapat membentuk ASI
7. Faktor Obat
Obat yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI adalah obat yang
mengandung hormone. Hormon tersebut dikhawatirkan mempengaruhi hormone prolaktin
dan pituitrine yang berpengaruh pada pruduksi dan pengeluaran ASI. Apabila hormone
prolactin terhambat pengeluarannya karena obat yang mengandung hormone
tersebut,tentu rangsangan kepada sel acini untuk membentuk air susu akan berkurang.

E. Perawatan Payudara (Breast Care)


Pengertian perawatan payudara (Breast Care)
1. Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa
nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI.
2. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan menyusui yang
merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan
lancar (Suririnah, 2007).
3. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini
dikarenakan payudara merupakan satu-satu pengahasil ASI yang merupakan makanan pokok
bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.

Tujuan Perawatan Payudara ( Breast Care)


1. Memelihara hygene payudara
2. Melenturkan dan menguatkan puting susu
3. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi
4. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan
cepat berubah sehingga kurang menarik.
5. Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap oleh
bayi.
6. Melancarkan aliran ASI
7. Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan sehingga siap untuk
disusukan kepada bayinya.

Manfaat Perawatan Payudara ( Breast Care)


Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama kehamilan dalam upaya
mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum ibu menyusu bayinya kelak.
Berikut ini perawatan payudara banyak manfaat, antara lain:
1. Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.
2. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.
3. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar.
4. Dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk
mengatasinya.
5. Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.

Persiapan Alat dan Bahan Perawatan Payudara (Breast care)


Persiapan Alat :
1. Baby oil secukupnya.
2. Kapas secukupnya
3. Waslap, 2 buah
4. Handuk bersih, 2 buah
5. Bengkok
6. 2 baskom berisi air (hangat dan dingin)
Persiapan Ibu :
1. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk.
2. Baju ibu bagian depan dibuka
3. Pasang handuk

Cara Perawatan Payudara (Breast Care)


1. Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama 5 menit,
kemudian puting susu dibersihkan
a. Jika putting susu normal,lakukan langkah berikut:
Oleskan minyak pada ibu jari telunjuk, lalu letakkan pada kedua putting susu.
Lakukan gerakan memutar kearah dalam sebanyak 30x putaran untuk kedua
putting susu.
b. Jika putting susu datar atau masuk ke dalam, lakukan langkah berikut:
Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu, kemudian tekan dan
hentakkan kearah luar menjauhi putting susu secara perlahan.
Letakkan kedua ibu jari diatas dan di bawah putting susu, lalu tekan serta hentakkan
kea rah luar menjauhi putting susu secara perlahan.
2. Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.
3. Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam pengurutan posisi
tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan.
4. Pengurutan diteruskan kebawah, kesamping selanjutnya melintang, lalu telapak tangan
mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi gerakan 20-30
kali
5. Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar
sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada puting susu. Lakukan tahap yang
sama pada payudara kanan, lakukan dua kali gerakan pada tiap payudara.
6. Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan
sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua
payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
7. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin bergantian selama 5
menit, keringkan payudara dengan handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih dan
menopang.

Gambar 1. Cara Perawatan Payudara


Keterangan:
1. Pengurutan buah dada dari tengah ke samping kemudian ke bawah
2. Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping kemudian ke bawah
3. Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping kemudian ke bawah
4. Pengurutan buah dada dari pangkal ke puting.

F. CARA MENYUSUI, MEMERAH ASI DAN KENDALA IBU MENYUSUI

Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil atau
menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya. Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air
susu kepada bayi dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-
kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI dekat puting
melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai
tiba saatnya bayi mengisapnya melalui puting payudara.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus
lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosi oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin
memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi
alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari
alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat
bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini
dinamakan let down reflect atau pelepasan. Pada akhirnya, let down dapat tanpa rangsangan
hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekadar memikirkan
tentang banyinya.
Kurangnya asupan ASI pada minggu pertama akan berdampak ikterik pada bayi.
Kebanyakan ikterik adalah keadaan fisiologis yang merupakan tindakan penyesuaian protektif
terhadap lingkungan di luar uterus. Ikterik fisiologis biasanya terjadi pada 2 -3 hari setelah
kelahiran, biasanya hilang dalam 7-10 hari, meskipun kadar bilirubin tetap meningkat untuk
beberapa minggu. Biasanya mencapai puncak 3-5hari setelah kelahiran

Teknik Menyusui
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan
dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
1. Persiapan menyusui
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan,
payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembanganya kelenjar-kelenjar
payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,
perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar,
puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin
menghitam.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak
menumpuk.
b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan
bayi.
c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

Dalam menyusui yang lebih penting daripada menyiapkan payudara adalah menyiapkan
kepala anda. Masudnya, pelajari sebanyak mungkin hal tentang menyusui. Carilah dokter
ahli anak yang sangat setuju pemberian ASI. Carilah juga ibu lau yang mampu memberi
dukungan dan menjawab pertanyaan anda.
Kampanyekan niat memberikan ASI eksklusif pada pasangan dan keluarga karena
merekalah yang akan berada di sekeliling anda saat bayi lahir (kehadiran mereka bisa
menguatkan atau melemahkan keputusan anda). Kalau perlu bekali mereka dengan informasi
yang cukup.
Tidak ada perawatan khusus untuk puting atau payudara sebelum menyusui. Puting
sudah dirancang untuk menyusui. Dalam banyak kasus, mereka akan menjalankan fungsinya
dengan sukses tanpa persiapan.
Perawatan puting malah dapat berbahaya misalnya pengolesan puting dengan minyak,
alcohol, atau mencucinya dengan sabun akan membuat puting kering sehingga lebih mudah
pecah. Menggosok putting dengan sikat bisa mengiritasi jaringan. Memijat payudara atau
puting saat anda masih hamil pun tidak dianjutkan karena bisa memulai terjadinya kontraksi.
Jika anda bersikeras ingin melakukan persiapan, periksakan payudara anda pada dokter
kandung untuk mengetahui apakah ada kelainan anatomi, seperti puting terbalik atau
kelenjar yang kurang berkembang dengan baik.

Teknik Dasar Menyusui


a. Sebelum menyusui, keluargan ASI sedikit, oleskan pada puting dan areola (kalang) di
sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban puting.
b. Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pagang belakang bahu bayi dengan satu
lengan. Kepada bayi terletak di lengkung siku ibu. Tahan bokong bayi dengan telapak
tangan. Usahakan perut bayi menempel pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
c. Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara dengan ibu jari atas jari
yang lain menopang di bawahnya. Jangan menekan puting susu atau areola-nya saja.
d. Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi atau
sisi mulut bayi dengan puting. Setelah bayi buka mulut, segera dekatkan puting ke mulut
bayi. Jangan menjejalkan puting ke mulutnya. Biarkan bayi mengambil inisiatif.
e. Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola masuk ke dalam
mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian puting, kelenjar-kelenjar susu tidak akan
mengalami tekananan sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika bagian puting
saja yang diisap bisa menyebabkan puting nyeri dan lecet.
f. Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung bayi agar pernapasannya
tidak terganggu.
g. Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara, jangan menariknya
dengan kuat karena dapat menimbulkan luka. Pertama-tama, hentikan isapan dengan
menekan payudara atau meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi agar ada udara yang
masuk
h. Selama menyusui, tataplah bayi penuh kasih sayang.
i. Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik maupun bayi masih
belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan latihan agar proses menyusui menjadi
lancer.
Posisi menyusui

Gambat 2. Macam Posisi Menyusui


Langkah-langkah Menyusui yang Benar
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut:
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini menmpunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
a. Ibu duduk atau barbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung)
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak menengadah,
dan bokng bayi ditahan dengan telapak).
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di
depan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang
di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudara saja.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rootingreflex) dengan
cara:
a. Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
b. Menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut
bayi :
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut
bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-lagit dan lidah
bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila
bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan
masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi.
Sedangkan menurut Sulystyawati, (2009) sebagai berikut:

29
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASi dan oleskan disekitar
puting, duduk dan berbaring dengan santai.
b. Bayi diletakkan menghadapi ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidup bayi berhadapan dengan puting susu,
dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya
dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
c. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu
dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka dan bibir bawah bayi
membuka lebar.

Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar


Menurut Sulystyawati (2009) menyusui dengan teknik yang tidak benar
dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal
sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan
menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak
yang masuk
f. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g. Puting susu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
i. Kepala bayi agak menengadah.
j. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan
bayi (Soetjiningsih, 2006) :
Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
atau,
Dagu bayi ditekan ke bawah.
k. Setelah selesai menyusui, ASI keluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan di sekitar kalang payudara; biarkan kering dengan
sendirinya.

30
l. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh Jawa) setelah menyusui.
Cara menyendawakan bayi:
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian
punggunnya ditepuk perlahan-lahan,
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudaia punggungnya ditepuk
perlahan-lahan.
Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan
atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui
bayinya. Bayi yang sehat dapat menyosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang
teratur menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu
kemudian.
Menyusui yang dijadwalkan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan
menyusui tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak
masalah yang mungkin timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna
bagi ibu yang bekerja, karena dengan sering disusukan pada malam hari
akan memacu produksi ASI, dan juga dapat mendukungh keberhasilan
menunda kehamilan. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua
payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui harus digunakan kedua
payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi
ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir
disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang
(BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

Cara Memerah ASI


Manfaat :
Mengurangi bengkak dan sumbatan / ASI statis

31
Membantu bayi melekat pada payudara
Memberi ASI perah pada ;
1. BBLR yang tidak dapat menyusu
2. Bayi sakit yang tidak dapat menyusu
3. Bayi yang kesulitan dalam koordinasi menyusu
4. Bayi yang menolak menyusu, sementara bayi belajar menyukai
proses menyusu
Mempertahankan pasokan ASI saat ibu / bayi saakit
Meninggalkan ASI untuk bayi ketika ibu bekerja
Menjaga produksi ASI, kesehatan payudara
Mencegah putting dan kalang menjadi kering / lecet
Memerah dan pasteurisasi ASI dari ibu yang terinfeksi HIV
Merangsang refleks oksitosin

Cara memerah ASI dengan menggunakan tangan


1. Siapkan wadah bersih kering dengan mulut lebar
2. Cuci tangan dengan sabun
3. Bersihkan payudara sekali sehari, terlalu sering kulit kalang menjadi
kering dan memudahkan putting menjadi retak
4. Duduk / berdiri dengan nyaman
5. Pegang wadah dibawah kalang dan putting dengan tangan lainnya
6. Letakkan ibu jari pada payudara di ATAS putting dan areola, jari telunjuk
pada payudara di BAWAH putting dan areola, ibu menopang payudara
dengan jari-jarinya
7. Menekankan dan melepas payudara diantara ibu jari dan telunjuk beberapa
kali
8. Jika ASI tidak keluar posisikan ulang
9. Menekan dan melepaskan mengelilingi payudara
10. Perah satu payudara sampai ASI mengalir perlahan dan menetes (2-5mnt)
11. Bergantian antar payudara setelah 5/6 kali min.waktu yang dibutuhkan
untuk satu kali proses 20-30mnt
12. Hindari memerah pada putting ! menghambat aliran ASI
13. Hindari mengurut jari kita pada payudara menggesek nyeri
Kendala Ibu Menyusui Dan Penanganannya
1. Putting susu datar/tertarik kedalam (Inverted Nipple)
Penanganannya:
Dengan pengurutan putting susu, posisi putting susu ini akan menonjol
keluar seperti keadaan normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak
menonjol, usaha selanjutnya adalah dengan memakai Breast Shield atau
dengan pompa payudara (Breast Pump). Jika dengan cara-cara tersebut diatas

32
tidka berhasil (ini merupakan True Inverted Nipple) maka usaha koreksi
selanjutnya adalah dengan tindakan pembedahan (operatif).

Gambar 3. Macam-macam Bentuk Puting Susu

2. Putting susu lecet (Abraded and or cracked nipple)


Penyebabnya:
Tehnik menyusui yang kurang tepat.
Pembengkakan payudara
Iritasi dari bahan kimia, misalnya sabun
Moniliasis (infeksi jamur)
Penanganan:
Posisi bayi sewaktu menyusu harus baik
Hindari pembengkakan payudara dengan lebih seringnya bayi disusui, atau
mengeluarkan air susu dengan urutan (massage)
Payudara dianginkan di udara terbuka
Puting susu diolesi dengan lanolin
Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
Untuk mengurangi rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika.

3. Pembengkakan payudara (Engorgement)


Penyebab:
Pengeluaran air susu tidak lancar oleh karena putting susu jarang diisap
Penanganan:
- payudara dikompres dengan air hangat
- payudara diurut sehingga air susu mengalir keluar, atu dengan pompa
payudara.
- Bayi disusui lebih sering
- Untuk menghilangkan rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika

4. Saluran air susu tersumbat (Obstructed Duct)


Penyebab:
1. Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini terjadi sebagai
akibat air susu jarang dikeluarkan.
2. Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat, setelah itu bayi disusui

33
- Payudara siurut (massage), setelah itu bayi disusui
- Bayi disusui lebih sering
5. Mastitis (peradangan payudara)
Penyebab:
Umumnya didahului dengan: putting susu lecet, saluran air susu tersumbat atau
pembengkakan payudara.
Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat
- Untuk mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet analgetika
- Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotika.
- Bayi disusui mulai dengan payudara yang mengalami peradangan, dan ibu
jangan dianjurkan menghentikan menyusui bayinya.
- Istirahat yang cukup.
6. Sekresi dan pengeluaran air susu kurang
Penyebabnya:
- Isapan pada putting susu jarang, atau diisap terlalu singkat
- Metode isapan bayi kurang efektif
- Bayi sudah mendapat makanan tambahan hingga keinginan untuk menyusu
berkurang.
- Nutrisi (makanan) ibu kurang sempurna
- Adanya hambatan atas lets down reflex, misalnya oleh karena stress atu
cemas
- Obat-obatan yang menghambat sekresi air susu
- Kelainan hormonal
- Kelainan parenchym payudara.
7. Abses payudara
Penyebab: Infeksi bakterial, khususnya staphylococcus virulent
Penanganan:
- Kultur pus atau sekresi dari putting susu, untuk menentukan antibiotika yang
ampuh
- Pus dikeluarkan dengan pompa payudara.
- Atau kalau ada indikasi untuk tindakan operatif, dibuat pengeluaran
(drainage) pus
- Jika penyebabnya bukan bakteri virulent, bayi dapat diberi air susu ibunya
asal saja si ibu sudah diberi antiobiotika 12 jam sebelumnya
- Ibu dengan keadaan penyakitnya berat dan keadaan umum tidak baik, bayi
diberi ASI donor.
8. Tumor Payudara
Tumor payudara yang dijumpai pada masa laktasi, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan biopsi tanpa menghentikan laktasi. Dari pemeriksaan patologi
sediaan biopsi ini, sikap tentang laktasi diputuskan. Laktasi dapat dilanjutkan
jika tumor jinak, kemudian tumor dieksterpasi (dibuang).Jika ibu mendesak

34
untuk segera dilakukan ekstirpasi, maka permintaan ini dikabulkan tanpa
menghentikan laktasi. Jika ternyata jenis tumor ganas (kanker), maka laktasi
segera dihentikan (bayi disapih). Kanker payudara lebih sering dijumpai pada
kelompok ibu yang tidak menyusui bayinya dibandingkan dengan kelompok
ibu yang menyusui bayi.
9. Ibu menderita hepatitis atau pembawa kuman (carrier)
Ibu yang darahnya mengandung hepatitis B antigen dapat menularkannya
ke bayi semasa hamil (transplacental), pada waktu persalinan, dan akibat
hubungan (kontak) yang berlangsung lama antara ibu-bayi. Penularan dari ibu
kepada bayi ini dikenal dengan istilah Vertical Transmission. Beberapa
peneliti melaporkan bahwa air susu penderita Hepatitis B mengandung
hepatitis B antigen, tetapi penularan melalui ASI belum dapat dipastikan. Bayi
yang lahir harus diberi Hepatitis B immunoglobulin. Ibu yang dalam keadaan
infeksi aktif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya.
10. Herpes
Ibu yang mendapat infeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI. Untuk
mencegah penularan, laktai dihentikan.
11. Persalinan operatif (seksio sesarea)
Seksio sesarea tanpa komplikasi berat, ibu dapat menyusui bayinya 12 jam
pasca persalinan. Sebaiknya obat-obatan untuk si ibu diberikan setelah bayi
disusui. Bayi yang dilahirkan dengan seksio sasarea dan belum dapat disusui,
ASI harus dipompa dan diberikan kepada bayinya dengan menggunakan
sendok teh.
12. Toksemia
Persalinan pada ibu yang menderita pre eklampsia/eklampsia yang masih
mendapat pengobatan diuretik, antihipertensi ataupun sedativa, sebaiknya bayi
jangan diberi ASI. ASI dipompa dan dibuang, dan bayi diberi air susu ibu dari
donor. Setelah kondisi ibu pulih dan obat-obatan dihentikan, ibu dianjurkan
menyusui bayinya.
13. Tuberkulosis
Ibu yang menderita TBC boleh menyusui bayinya. Si Ibu diberi
pengobatan dan bayi diberi INH atau divaksinasi dengan BCG dari jenis INH

35
resistant straint. Ibu yang menderita TBC payudara TBC payudara tidak
dianjurkan menyusui bayinya.
14. Lepra
Ibu penderita lepra dibolehkan menyusui bayinya. Ibu dan bayi
berhubungan hanya waktu menyusui, setelah selesai, dipisah kembali. Ibu dan
bayi diberi pengobatan oral diaminodiphenyl sulfone.
15. Diare oleh sebab infeksi bakterial
Ibu yang menderita diare oleh bakteri boleh menyusui bayinya setelah
lebih dahulu si Ibu diberi pengobatan.
16. Diabetes melitus
Ibu penderita diabetes mellitus dibolehkan menyusui bayinya.
17. Hypertyroidisme
Ibu penderita hypertyroidisme boleh menyusui bayinya, asal saja kadar T4
dan TSH dalam darah bayi diukur secara berkala.
18. Psikosis
Ibu yang menderita psikosis tidak dianjurkan menyusui bayinya oleh
karena dikhawatirkan bayi mendapat perlakuan buruk.
19. Ibu bekerja
Penyebab utama penyapihan bayi adalah ibu yang aktif bekerja. Sebaiknya
diberi kesempatan pada si Ibu untuk menyusui bayinya ditempat ia bekerja.

G. Tips dan Trik Menyimpan dan Memberikan ASI Perah

Persiapan Memerah ASI


Saat memerah ASI dan menyimpannya, ada beberapa hal yang perlu diketahui
oleh ibu, yaitu:
1. Pastikan ibu mencuci tangan dengan bersih sebelum memerah ASI
maupun menyimpannya.
2. Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih. Ibu dapat menggunakan
botol kaca atau kontainer plastik dengan tutup yang rapat dengan bahan
bebas bisphenol A (BPA). Hindari pemakaian kantong plastik biasa
maupun botol susu disposable karena wadah-wadah ini mudah bocor dan
terkontaminasi. Kontainer harus dicuci dengan air panas dan sabun serta
dianginkan hingga kering sebelum dipakai.

36
3. Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
4. Pastikan bahwa pada wadah ASI telah diberi label berisi nama anak dan
tanggal ASI diperah.
5. Tanggal kapan ASI diperah perlu dicantumkan untuk memastikan bahwa
ASI yang dipakai adalah ASI yang lebih lama.
6. Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih
baru pada wadah penyimpanan.
7. Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian
berikutnya.
8. Putarlah kontainer ASI agar bagian yang mengandung krim pada bagian
atas tercampur merata. Jangan mengocok ASI karena dapat merusak
komponen penting dalam susu
Wadah Penyimpanan ASI
1. Botol atau jenis wadah lainnya yang terbuat dari kaca (beling) dengan
tutup yang rapat
2. Botol atau wadah plastik dengan permukaan yang keras (jenis yang
tembus pandang dan tidak buram) dan mempunyai tutup yang rapat
3. Kantong plastik khusus untuk menyimpan ASIP
4. Kantong plastik makanan dengan label food grade
Botol Kaca Plastik ASIP
Bisa dipakai ulang Sekali pakai
Volume lebih berat Volume lebih ringan
Bahan botol kaca yang rentan pecah Bahan plastik yang praktis
ASIP cenderung lebih aman karena Rentan bocor
bahan kaca yang kokoh dan tutup
karet tidak mudah tumpah
Membutuhkan lebih banyak ruangan Membutuhkan lebih sedikit
di kulkas ruangan di kulkas
Biaya relatif lebih mahal Biaya relatif lebih murah
Tabel 3. Wadah Penyimpan Asi

Beberapa tips dalam membekukan ASI:


1. Kencangkan tutup botol atau kontainer pada saat ASI telah membeku
sepenuhnya
2. Sisakan ruang sekitar 2,5 cm dari tutup botol karena volume ASI akan
meningkat pada saat beku
3. Jangan menyimpan ASI pada bagian pintu lemari es atau freezer.

37
Tabel 4. Cara Penyimpanan ASI
Tempat Suhu Durasi Keternagan
Meja Suhu 6-8 jam Wadah harus ditutupi dan dijaga
ruangan sedingin mungkin. Bila perlu dibalut
(max dengan handuk dingin
250C)
Cooler -15 40C 24 jam Pastikan es batu menyentuh wadah ASI
bag sepandang waktu. Hindari membuka
tertutu cooler bag
p
Lemari 40C 5 hari Simpan ASI pada bagian belakang
es lemari es
Freezer
Freezer -150C 2 minggu Simpan ASI pada bagian
degan belakang freezer dimana suhu
lemari berada dalam kondisi paling
es 1 stabil. ASI yang disimpan lebih
pintu lama dari waktu yang dianjurkan
Freezer -180C 3-6 bulan
tetap aman, tetapi kandungan
degan
lemak mulai terdegradasi
lemari
sehingga kualitas menurun
es 2
pintu
Freezer -200C 6-12 bulan
degan
pintu di
atas
Panduan Menyimpan ASI Perah untuk Bayi Sehat yang Lahir Aterm

Beberapa tips dalam menghangatkan ASI perah yang telah


dibekukan:
1. Cek tanggal pada label wadah ASI. Gunakan ASI yang paling dulu
disimpan
2. ASI tidak harus dihangatkan. Beberapa ibu memberikannya dalam
keadaan dingin

38
3. Untuk ASI beku: pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam atau ke
dalam bak berisi air dingin. Naikkan suhu air perlahan-lahan hingga
mencapai suhu pemberian ASI
4. Untuk ASI dalam lemari es: Hangatkan wadah ASI dalam bak berisi air
hangat atau air dalam panci yang telah dipanaskan selama beberapa menit.
Jangan menghangatkan ASI dengan api kompor secara langsung.
5. Jangan menaruh wadah dalam microwave. Microwave tidak dapat
memanaskan ASI secara merata dan justru dapat merusak komponen ASI
dan membentuk bagian panas yang melukai bayi. Botol juga dapat pecah
bila dimasukkan ke dalam microwave dalam waktu lama.
6. Goyangkan botol ASI dan teteskan pada pergelangan tangan terlebih
dahulu untuk mengecek apakah suhu sudah hangat.
7. Berikan ASI yang dihangatkan dalam waktu 24 jam. Jangan membekukan
ulang ASI yang sudah dihangatkan.

Perlu diketahui bahwa ASI yang telah dihangatkan kadang terasa


seperti sabun karena hancurnya komponen lemak. ASI dalam kondisi ini
masih aman untuk dikonsumsi. Apabila ASI berbau anyir karena
kandungan lipase (enzim pemecah lemak) tinggi, setelah diperah,
hangatkan ASI hingga muncul gelembung pada bagian tepi (jangan
mendidih) lalu segera didinginkan dan dibekukan. Hal ini dapat
menghentikan aktivitas lipase pada ASI. Dalam kondisi inipun kualitas
ASI masih lebih baik dibandingkan dengan susu formula.

H. TANDA BAYI CUKUP ASI


Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya
meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI
eksklusif masih dirasa kurang. Biasanya, sealipun ibu mengganggap dirinya tidak
punya cukup ASI, nyatanya bayi mendapatkan semua yang dibutuhkan. Hampir
semua ibu dapat menghasilkan lebih dari yang bayi mereka perlukan.
Kekhawatiran ASI tidak cukup mungkin timbul sebelum ibu dapat menyusui
tertama 2 minggu setelah melahirkan. Ibu membutuhkan bantuan dan dukungan
utnuk menyusui. Kesulitan mungkin timbul setelah ibu bisa menyusui, setelah
bayi berumur 1 bulan. Ibu membutuhkan bantuan untuk mempertahankan
produksi ASI.

39
Terkadang seorang bayi tidak mendapatkan cukup ASI. Tapi ini biasanya
karena bayi tidak cukup sering menyusu, atau tidak menyusu secara efektif. Hal
ini jarang disebabkan karena ibu tidak cukup memproduksi ASI. Hal tersebut yang
perlu diperhatikan bagi setiap ibu yang menyusui. Beberapa tanda bayi
cukup/tidak mendapatkan ASI serta beberapa alasan bayi mungkin tidak
mendapatkan cukup ASI akan dipaparkan dalam tabel.

Tabel 5. Tanda Bayi Cukup ASI

TANDA
TANDA BAYI CUKUP
TANDA ASIMUNGKIN TIDAK CUKUP MENDAPAT ASI
BAYI
Jumlah BAK paling sedikit 6 DAPAT DIPERCAYA
kali sehari.
Pertambahan
Terutama bagi berat badanberusia
bayi yang kurang<6 minggu,
(Pertumbuhan berjalan
frekuensi lambat
buang air besardari kurva
(BAB)
standard).
paling tidak 2-5 kali sehari. Hal ini tidak Bayibayi
berlaku bagi baru
yanglahir kehilangan
berusia >6
minggu. berat badan lebih dari 10% dari berat
Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan
cukup. lahir; atau kurang dari berat lahir saat

Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalamusia 224minggu


jam.
Mengeluarkan air seni pekat Kurang dari 6 kali sehari, warnanya
Pertumbuhan berat badan bayi dan tinggi badan bayi sesuai dengan grafik
dalam jumlah sedikit kuning dan baunya tajam
pertumbuhan.
Perkembangan motorik yang baik. Bayi aktif, motoriknya sesuai dengan
MUNGKIN
rentang usia.
Bayi tidak puas setelah menyusu
Bayi sering menangis
Sangat sering menyusu
Menyusu sangat lama, bayi menolak disusui
Bayi mengeluarkan tinja keras, kering atau hijau
Bayi mengeluarkan tinja sedikit dan jarang
ASI tidak keluar ketika ibu mencoba memerah
Payudara tidak membesar (selama kehamilan)
ASI tidak keluar (persalinan)
Tabel 6. Tanda Bayi Tak Cukup ASI

ALASAN MENGAPA BAYI MUNGKIN TAK MENDAPAT CUKUP ASI


Faktor menyusui Ibu: Faktor Ibu: Kondisi fisik Kondisi bayi
psikologis

40
- Awal yang - Kurang percaya - Pil kontrasepsi - Penyakit
- Diuretika - Cacat
tertunda diri
- Kehamilan
- Pelekatan tidak - Khawatir, stress bawaan
- Malnutrisi berat
- Tidak senang
baik - Alkohol
- Menyusui pada menyusui - Perokok
- Penolakan - Tertinggalnya
waktu-waktu
terhadap bayi sisa plasenta
tetap
- Kelelahan
- Menyusui tidak (jarang)
- Perkembangan
sering
- Tidak menyusui payudara tidak
malam hari baik (amat
- Menyusui dalam
jarang)
waktu singkat
- Botol, empeng
- Makanan lain
- Cairan lain (air
putih, teh)
Tabel 7. Alasan Bayi Tidak Cukup ASI

I. GIZI IBU MENYUSUI


Gizi Seimbang Untuk Ibu Menyusui
1. Kebutuhan Gizi
Busui
K
e
b
u
t
u
h
a
n

Zat2

Kebut uhan

Makan

Gambar 4. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


2. ASI
Energi yg dibutuhkan untuk menghasilkan 100 cc susu adalah 85 kkal

41
Rata rata produksi ASI/hari 850 cc (600 kkal)
Laktasi berlangsung selama 3 bl, &selama itu BBI ibu menurun jumlah
kalori tambahan harus ditingkatkan

Gambar 5. Kebutuhan KAlori Menurut Usia


4. ENERGI
6 bl pertama +500 kkal
6 bl kedua +550 kkal

5. Sumber karbohidrat
BM yg mengandung KH kompleks
Nasi (makanan pokok dicampur jagung kuning, labu kuning, ubi merah
(mengandung karoten)

6. Sumber Protein
Ikan, ayam, daging, hati ayam/sapi
Susu non fat, tempe, tahu dan kacang-kacangan

7. Sumber Lemak
Lemak tidak jenuh
Minyak kedelai, minyak kacang, minyak biji bunga matahari, minyak
kelapa sawit

7. Sumber vitamin dan mineral


Sayuran berwarna hijau dan kuning (daun pepaya, daun singkong, daun
katuk, bayam, sawi hijau, daun bangun2, wortel
Labu kuning, pepaya, jambu biji, mangga jeruk, semangka, avokad

8. Sumber serat
Minimal 1 sayuran per hari
Sumber : bayam, daun katuk, buah bit, ubi jalar, dan biji-bijian

9. Daftar kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu menyusui

42
Gambar 6. Gizi untuk Ibu Menyusui

10. PROTEIN
Perlu tambahan 20g/hr
100 cc ASI mengandung 1,2 g protein
850 cc ASI mengandung 10 g protein
Efisiensi konversi protein makanan menjadi protein susu hanya 70%

J. KETERAMPILAN KONSELING ASI EKSKLUSIF :


MENDENGARKAN DAN MEMPELAJARI

Secara umum, keterampilan konseling ASI Eksklusif meliputi atas bebera aspek
seperti yang tergambar pada grafik di bawah ini:

43
MP e e r n c i
adgl a yk e i a an j g i
DaRP r r i i wk r o i a s a
dnye as a t n
DdM a u e n k n
uMy u n e s g m u a
inp e l a j
a r i
Gambar 7. Aspek Ketrampilan ASI eksklusif
Tujuan dari mempelajari praktik konseling ASI Eksklusif dalam sub tema
mendengarkan dan mempelajari adalah:
1. Mempraktikkan mendengarkan dan mempelajari
2. Mempraktikkan menilai proses menyusui dengan ibu dan bayi di bangsal atau
klinik

Aspek pembelajaran sub tema mendengarkan dan mempelajari adalah:


A. KOMUNIKASI NONVERBAL
1. Sikap tubuh Menjaga agar kepala tetap samatinggi dengan ibu,
usahakan untuk duduk
2. Beri Perhatian Menghadap ke ibu dan menatapnya
3. Penghalang Singkirkan meja atau buku catatan
4. Ketersediaan waktu Jangan terburu-buru, tunjukkan kepada ibu jika
kita memilki cukup waktu
5. Sentuhan Sentuh ibu secara wajar, sesuai dengan kondisi

B. MENGAJUKAN PERTANYAAN TERBUKA


Pertanyaan terbuka dimulai dengan:
Bagaimana?
Apa?
Kapan?
Dimana?
Mengapa?
Contoh: Bagaimana ibu memberikan makanan bayi inu?

Pertanyaan tertutup dimulai dengan:


Memberikan pertanyaan yang jawabannya hanya bisa

44
diberikan dengan menjawab YA atau TIDAK
Simulasi : Pertanyaan tertutup yang hanya dapat ibu jawab dengan Ya
atau Tidak
PK : Selamat pagi, Bu (nama). Saya (nama), bidan di desa. Apa (nama
bayi) sehat?
Ibu : Ya, terima kasih.
PK : Apa Ibu menyusuinya?
Ibu : Ya.
PK : Apa ada kesulitan?
Ibu : Tidak.
PK : Apa (nama bayi) sering menyusu?
Ibu : Ya.
Simulasi : Pertanyaan terbuka
PK : Selamat pagi, Bu (nama)? Saya (nama), bidan di desa. Bagaimana
keadaan (nama bayi)?
Ibu : Baik, dia kelaparan.
PK : Boleh saya tahu, bagaimana Ibu memberinya minum?
Ibu : Dia menyusu. Saya cuma memberi susu satu botol kalau sore.
PK : Apa yang membuat Ibu memutuskan untuk memberi botol?
Ibu : Kalau sore dia minum banyak sekali, jadi saya pikir ASI saya
kurang.

C. RESPON YANG MENUNJUKKAN PERHATIAN


Cara penting untuk menunjukkan bahwa kita mendengarkan dan menaruh
perhatian adalah:
Dengan isyarat, misalnya: memandang padanya, mengangguk, dan
tersenyum
Dengan respon sederhana, misalnya: mengatakan ooh, hmm
Simulasi : Menggunakan respon dan isyarat yang menunjukkan perhatian
PK : Selamat pagi, Bu (sebutkan nama). Bagaimana menyusuinya
berlangsung?
Ibu : Selamat pagi. Rasanya baik-baik saja.

45
PK : Mmm. (mengangguk dan tersenyum.)
Ibu : Yah, saya agak khawatir kemarin, karena dia muntah-muntah.
PK : Oh ya (mengangkat alis, tampak tertarik )
Ibu : Saya pikir jangan-jangan ada sesuatu yang saya makan, sehingga ASI
saya tidak cocok buat bayi.
PK : Ooh! (mengangguk dengan simpatik.)

D. MENGATAKAN KEMBALI
Para petugas kesehatan kadang mengajukan banyak pertanyaan faktual
kepada ibu. Akan tetapi, jawaban terhadap pertanyaan tersebut sering tidka
berguna. Semakin lama, ibu mungkin semakin sedikit berbicara dalam
menjawab pertanyaan. Akan lebih bermanfaat dengan mengulangi kembali
apa yang ibu katakan
Simulasi : Melanjutkan pertanyaan
PK : Selamat pagi, Bu (sebutukan nama). Apa kabar Ibu dan (sebutkan
nama bayi) hari ini?
Ibu : Bayi saya ingin minum terus, dia menyusu setiap saat!
PK : Kira-kira seberapa sering ya Bu?
Ibu : Kira-kira tiap setengah jam.
PK : Apa bayi ibu juga menyusu kalau malam?
Ibu : Iya.

Simulasi : Mengatakan kembali (reflect back)


PK : Selamat pagi, Bu (sebutkan nama). Apa kabar Ibu dan (sebutukan
nama bayi) hari ini?
Ibu : Bayi saya ingin minum terus, dia menyusu setiap saat!
PK : (Nama bayi) sering sekali menyusu?
Ibu : lya. Minggu ini dia lapar sekali. Saya pikir ASI saya kering.
PK : Bayi ibu sepertinya lebih lapar seminggu ini, ya?
Ibu : Iya, dan saudara saya bilang, saya harus memberi susu botol juga.
PK : Saudara Ibu bilang bahwa bayi ibu perlu tambahan?
Ibu : Iya. Susu formula mana sih yang paling bagus?

46
E. EMPATI
Bersimpati adalah suatu bentuk rasa kasihan terhadap seseorang,
tetapi melihanya dari sudut pandang kita. Sehingga terkadang tidak
membuat ibu merasa bahwa kita memahaminya. Sedangkan berempati
adalah kondisi dimana kita memahami perasaan seseorang dari sudut
pannag orang tersebut.
Contoh:
Seorang Ibu datang kepada Anda dengan keluhan:
bayi saya sering minta disusui, saa jadi capek sekali!
Respon:
1. oh, saya mengerti perasaan ibu. Bayi saya dulu juga sering minta
disusui, dan saya merasa capek! respon ini adalah contoh dari
bentuk SIMPATI
2. ibu merasa cepek sekali, ya? respon ini adalah contoh dari
bentuk EMPATI

Simulasi : Bersimpati
PK : Selamat pagi, Bu (sebut nama). Apa kabar Ibu dan (sebut nama bayi)?
Ibu : (Nama bayi) tidak mau menyusu, sepertinya sekarang dia tak suka ASI
saya
PK : Oh! Saya mengerti perasaan Ibu. Bayi saya dulu juga tidak mau
menyusu ketika saya kembali bekerja.
Ibu : Lalu apa yang dilakukan?
Simulasi : Berempati
PK : Selamat pagi, Bu (sebut nama). Apa kabar Ibu dan (sebut nama bayi)
hari ini?
Ibu : (sebut nama bayi) tidak mau menyusu - kelihatannya sekarang dia
tidak suka ASI saya!
PK : Sekarang Ibu merasa bayi ibu tidak menyukai Ibu?
Ibu : Iya, sepertinya dia tidak begitu menyayangi saya mulainya tiba- tiba
saja di minggu ini, setelah neneknya tinggal bersama kami. Neneknya senang

47
sekali memberinya susu botol!
PK : Ibu merasa, neneknya mau menjadi satu-satunya orang yang Memberi
dia minum?
Ibu : Iya - neneknya ingin merebut dia dari saya!

F. MENGHINDARI KATA-KATA YANG MENGHAKIMI


Kata-kata menghakimi adalah kata-kata, seperti: benar, salah, baik, buruk,
bagus, cukup, tepat, dll.
Dengan menggunakan kata-kata yang bersifat menghakimi, kita bisa
membuat ibu merasa dirinya salah atau ada yang salah dengan bayinya.
Contoh:
1. apakah bayi ibu tidur dengan baik? ini adlaah contoh pertanyaan yang
menghakimi
2. bagaimana bayi ibu tidur?

Simulasi : Menggunakan kata-kata yang menghakimi


PK : Selamat pagi, Bu (sebutkan nama). Apa (nama bayi) menyusunya
normal?
Ibu : Yah - saya rasa begitu.
PK : Apa Ibu menganggap ASI cukup untuk bayi ibu?
Ibu : Nggak tahu, ya... Saya harap sih begitu, tapi mungkin juga tidak
cukup... (Ibu kelihatan cemas).
PK : Apa berat badannya bertambah dengan baik bulan ini? Boleh saya lihat
KMS-nya? Ibu : Nggak tahu, ya...
Simulasi : Menghindarkan kata-kata yang menghakimi
PK : Selamat pagi, Bu (sebut nama). Bagaimana menyusui (sebut nama
bayi)-nya, Bu? Ibu : Lancar sekali. Kami berdua menikmatinya, lho!
PK : Bagaimana berat badannya? Boleh saya lihat KMS-nya?
Ibu : Perawat bilang, bulan ini bayi bertambahnya lebih dari 1/2 kg. Saya
senang sekali.
PK : Wah, jelas bayi mendapatkan semua ASI yang dibutuhkan ya.

K. Theory of Planned Behaviour

48
a. Pengertian
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan
lebih lanjut dari TRA. Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum
ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived
behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami
keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku
tertentu .Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu
perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata,
tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya
yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control
beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2005) menambahkan faktor latar
belakang individu ke dalam perceived behavioral control, sehingga secara
skematik perceived behavioral control dilukiskan sebagaimana pada
gambar 2.

Gambar 8. Teori Of Planned Behavior


b. Variabel variable
Model teoritik dari Teori Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan)
mengandung berbagai variabel yaitu :

1. Latar belakang (background factors)


Seperti usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati,
sifat kepribadian, dan pengetahuan) mempengaruhi sikap dan perilaku

49
individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada dasarnya
adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model
Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Dalam
kategori ini Ajzen (2005), memasukkan tiga faktor latar belakang,
yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal adalah sikap
umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality
traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya.
Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender),
etnis,pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah
pengalaman, pengetahuan, dan ekspose pada media.

2. Sikap
Menurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon terhadap suatu objek dalam bentuk rasa suka atau tidak
suka. Sikap merupakan kecenderungan untuk mengevaluassi dengan
beberapa derajat suka ( favor ) atau tidak suka ( unfavor ), yang
ditunjukan dalam respon kognitif, afektif, dan tingkalh laku terhadap
suatu objek, situasi, institusi, konsep atau orang / sekelompok orang.

Komponen sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
a) Kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai
oleh individu pemilik sikap. Mam menjelaskan bahwa komponen
kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimliki
individu mengenai sesuatu. Contohnya adalah sikap profesi medis.
Percaya bahwa profesi medis seperti dokter dan perawat
berhubungan dengan kepercayaan yang tidak profesional, tidak
berkualifikasi baik, hanya berorientasi pada uang adalah beberapa
contoh kepercayaan negatif yang dipikirkan seseorang yang
kemudian akan mengarahkan orang tersebut pada akhirnya
memiliki sikap yang negatif terhadap profesi medis, demikian juga
sebaliknya jika ia memiliki kepercayaan yang positif.
b) Afektif

50
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek
sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah
yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh
pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.Apabila
diaplikasikan pada contoh sikap terhadap profesi medis diatas,
seseorang yang memiliki perasaan jijik terhadap profesi medis dan
apa yang dikerjakannya akan melahirkan sikap yang negatif pada
orang tersebut, demikian sebaliknya jika ia memiliki perasaan
positif, maka ia juga akan memiliki sikap positif pada profesi
medis.

c) Konatif ( Tingkah Laku )


Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya. Jika diaplikasikan pada contoh sikap diatas,
seseorang yang memiliki sikap positif pada profesi medis jika
orang tersebut menyatakan kesediannya untuk memberikan
sumbangan pada pembangunan rumah sakit baru, bersedia
mengunjungi dokter, dan lainnya. Individu akan merasa nyaman
kalau ketiga komponen tersebut bersesuaian atau harmoni. Jika
tidak ada kesesuaian berarti terjadi disonansi, yang menyebabkan
konsumnen merasa tidak nyaman dan tidak enak.

3. Norma Subjektif
Norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap
adanya tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan
tingkah laku. Selain itu ,Ajzen juga mendefinisikan norma
subjektif sebagai belief seseorang individu atau kelompok tertentu
menyetujui dirinya untuk menampilkan tingkah laku tertentu.
Peran Norma Subjektif untuk melakukan seseuatu yang
penting, biasanya seseorang mempertimbangkan apa harapan orang
lain ( orang orang terdekat, masyarakat ) terhadap dirinya.
Namun, harapan orang orang lain tersebut tidak sama

51
pengaruhnya. Ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang
cenderung diabaikan.
Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih
memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan
tersebut, akan lebih menyokong kemungkinan seseorang
bertingkah laku sesuai dengan harapan.

4. Kontrol Perilaku yang dirasakan


Kontrol perilaku yang dirasakan merupakan persepsi
seseorang tentang kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan
tingkah laku. Persepsi ini merupakan refleksi dari pengalaman
masa lampau individu dan juga halangan atau rintangan untuk
menampilkan tingkah laku.
Sebagaimana sikap dan norma subjektif, control perilaku
yang dirasakan juga merupakan sebuah fungsi belief, yang biasa
disebut control belief yang mengacu pada persepsi pada persepsi
seseorang apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas
untuk menunjukkan perilaku. Control belief merupakan belief
tentang ada atau tidaknya faktor faktor yang mempermudah atau
menghambat dalam menampilkan tingkah laku tersebut tidak
hanya didasarkan pada pengalaman masa lalu individu dengan
perilaku, tetapi juga dipengaruhi oleh informasi tidak langsung dari
pihak kedua mengenai perilaku, hasil observasi terhadap
pengalaman bertingkah laku teman, serta faktor lain yang dapat
meningkatkan atau mengurangi persepsi individu terhadap
kesulitan untuk menampilkan tingkah laku.
Ajzen berpendapat bahwa semakin besar sumber atau
kesempatan yang seseorang pikir untuk menampilkan tingkah laku
serta semakin sedikit halangan dan rintangan yang dapat
diantisipasi, maka semakin besar pula persepsi mereka terhadap
control untuk menampilkan perilaku.
Peran Kontrol perilaku yang dirasakan Kontrol perilaku yang
dirasakan adalah faktor yang sangat berperan dalam memprediksi
tingkah laku yang tidak berada dibawah control penuh individu
tersebut. Kontrol perilaku yang disarankan berperan dalam

52
meningkatkan terwujudnya niat kedalam tingkah laku pada saat
yang tepat. Individu bisa saja memiliki sikap yang positif dan
persepsi bahwa orang lain akan sangat mendukung tindakannya
tersebut, namun ia mungkin saja tidak dapat melakukannya karena
ia terhambat oleh faktor seperti perasaan tidak mampu untuk
melakukannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun
individu memiliki sikap, dan norma subjektif yang mendukungnya
untuk melaksanakan suatu tingkah laku, namun eksekusi tingkah
laku itu sendiri masih bergantung pada faktor kontrol perilaku yang
dirasakan yang ia miliki.
Pengukuran kontrol Perilaku yang dirasakan ini dapat diukur
secara langsung dengan memberikan pertanyaan pada individu
apakah ia mampu menampilkan suatu tingkah laku yang
diinginkannya atau apakah individu tersebut percaya bahwa ia
dapat melakukannya dengan sepenuhnya di bawah kontrol mereka.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa control
belief mengacu pada persepsi seseorang apakah ia mempunyai
atau tidak mempunyai kapasitas untuk menunjukkan perilaku.
Kontrol perilaku yang dirasakan diukur dengan menggunakan 2
skala yaitu :
a. Skala yang mengukur control belief subjek yaitu mengenai
ada tidaknya faktor yang menghambat atau mendorong untuk
menampilkan perilaku.
b. Skala yang mengukur perceived power yaitu mengenai
persepsi individu terhadap kekuatan faktor faktor yang ada
dalam mendorong atau menghambat ditampilkannya
perilaku.

5. Niat
Niat berperilaku menurut Fishbein, Ajzen dan banyak peneliti
merupakan suatu predictor yang kuat tentang bagaimana seseorang
bertingkah laku dalam situasi tertentu.Dapat disimpulkan bahwa
niat merupakan predictor yang kuat dari perilaku yang
menunjukkan seberapa keras seseorang mempunyai keinginana

53
untuk mencoba, seberapa besar usaha mereka untuk merencanakan,
sehingga menampilkan suatu tingkah laku.
Fishbein dan Ajzen mengatakan bahwa seberapa kuat niat
seseorang menampilkan suatu perilaku ditunjukkan dengan
penilaian subjektif seseorang ( subjective probability ), apakah ia
akan melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut. Beberapa
ahli juga berpendapat bahwa cara yang paling sederhana untuk
memprediksi apakah seseorang akan melakukan sesuatu adalah
dengan menanyakan apakah mereka berniat atau mempunyai niat
untuk melakukannya. Oleh karena itu, niat diukur denagn meminta
seseorrang untuk menempatkan dirinya dalam sebuah dimensi
yang bersifat subjektif yang meliputi hubungan antara individu
dengan perilaku.

6. Perilaku
Secara etimologis kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi
seseorang ( individu ) terhadap rangsangan / lingkungan. Selain itu,
perilaku juga merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam
usaha memenuhi kebutuhan. Dari aspek biologis, perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organism atau makhluk hidup yang
bersangkutan.
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner
ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon).
Theory Planned Behaviour merupakan pengembangan lebih
lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA). Konstruk yang
belum ada adalah kontrol perilaku yang dipersepsi. Konstruk ini
ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki
individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata
lain, dilakukannya atau tidak dilakukannya perilaku tidak hanya
ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata tapi juga
persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang

54
bersumber pada keyakinannya terhadap control tersebut (control
beliefs).
Sebagai aturan umum, semakin baik sikap dan norma
subjektif dan semakin besar control yang dirasakan, semakin besar
niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.

c. Aplikasi Theory Planned Behaviour


Contoh aplikasi : PHBS di lingkungan Sekolah Dasar (SD)
1. Sikap
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya sikap para siswa
mengenai PHBS di lingkungan sekolah, salah satunya adalah
pengarahan yang diberikan oleh guru atau penyuluhan oleh petugas
kesehatan. Dari kegiatan semacam itu akan memberikan pengetahuan
terhadap para siswa mengenai apa dan bagaimana PHBS itu (kognitif).
Dengan pengetahuan pengetahuan tersebut akan memunculkan sikap
dalam siri para siswa. Sikap yang muncul pada tiap-tiap siswa pasti
berbeda. Sikap tersebut bisa berupa :
- Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.
Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran siswa
terhadap PHBS.
- Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek. Dalam hal ini berarti bagaimana para siswa
menilai terhadap PHBS, apakah merupakan suatu hal yang baik dan
bermanfaat, biasa saja atau malah sesuatu yang tidak berguna.
- Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau
berperilaku terbuka (tindakan). Dalam hal ini siswa akan
berpikir/berancang-ancang untuk menerapkan PHBS.
a. Norma Subjektif
Norma subjektif dalam hal ini berkaitan dengan perilaku warga
sekolah yang lain serta penerapah PHBS di lingkungan
keluarga para siswa. Norma subjektif merupakan adanya
pengaruh orang lain atau kelompok terhadap munculnya niat
untuk berperilaku tertentu. Siswa akan melihat bagimana

55
penerapan PHBS oleh warga sekolah tersebut, apakah PHBS
benar-benar diterapkan dengan baik oleh semua pihak atau
tidak. Selain itu, kebiasaan di lingkungan keluarga juga
memberikan pengaruh terhadap siswa untuk mau menerapkan
PHBS di sekolah. Saat semua warag sekolah atau sebagian
besar warga sekolah melaksanakan PHBS di sekolah, maka
kemungkinan besar seorang siswa juga akan menerapkannya
karena jika tidak, ia akan merasa berbeda dengan
lingkungannya. Atau karena adanya peraturan di rumahnya
yang membentuk kebiasaan PHBS terhadap seorang siswa,
maka siswa tersebut akan memiliki kebiasaan PHBS
dimanapun dia berada. Dalam hal ini norma keluarga
mempengaruhi kecenderungan berperilaku dari siswa tersebut.
b. Kontrol Perilaku yang Disadari
Kontrol perilaku di sini adalah mengenai penilaian diri atas
kemungkinan dilaksanakannya suatu perilaku tetentu. Dalam
hal ini seorang siswa mampu atau tidak dirinya menerapkan
PHBS di sekolah serta mengenai ada tidaknya hambatan yang
mungkin menghalangi siswa tersebut untuk menerapkan PHBS
di sekolah. Dalam contoh kasus ini faktor control perilaku yang
disadari menurut kami memberikan pengaruh yang kecil karena
dalam penerapan PHBS, semua siswa pasti mampu
melaksanakannya selama ada sikap yang positif, apalagi
didukung dengan norma subjektif yang positif pula. Mengenai
hambatannya, pihak sekolah sebalum membuat komitmen
untuk menerapkan PHBS terhadap semua warga sekolah,
tentunya semua persiapan telah dilakukan, seperti sarana dan
prasarana, misal tempat sampah yang memadai, tempat cuci
tangan yang layak dan memadai, dan lain-lain.
c. Niat
Niat untuk melakukan sesuatu akan muncul setelah munculnya
sikap yang positif, adanya dukungan normatif yang positif dan
adanya kemampuan diri untuk melakukannya. Setelah seorang
siswa merasa bahwa PHBS di sekolah memang baik dan

56
penting untuk diterapkan karena nanti juga akan berdampak
baik bagi dirinya dan lingkungannya, dia juga termotivasi dari
orang-orang sekitarnya, serta merasa mampu untuk
melaksanakannya, maka akan muncul niat dalam diri siswa
tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah.
d. Perilaku
Niat yang muncul dalam diri siswa tersebut akan teraplikasi
dalam sebuah perilaku, yaitu perilaku hidup bersih di sekolah.

Contoh aplikasi : Perilaku Ibu untuk Mengimunisasikan Anaknya di


Posyandu Didasari oleh Niat Ibu Sendiri. Niat ibu ini ditentukan oleh :
a. Sikap ibu, yakni penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginya
tindakan yang akan diambil untuk imunisasi anaknya,
b. Norma subjektif, yakni kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap
perilaku yang akan diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak
setuju.
c. Pengendalian diri, yakni persepsi ibu tersebut tentang akibat-akibat
yang harus ditanggung bila anaknya sakit setelah diimunisasi.

57
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

A. Metode Pelatihan dan Penelitian


Metode yang digunakan pada pelatihan ini adalah model pelatihan
dengan off job training dengan metode kuliah/ceramah dan bermain peran
(role play), sedangkan untuk penelitian menggunakan Theory of Planned
Behaviour (TPB) dan indepth interview.

B. Tempat dan Waktu Kegiatan


Kegiatan pelatihan dilakukan pada :
a. Hari / Tanggal : Senin, 8 Mei 2017
b. Tempat : Ruang Pertemuan Puskesmas Ungaran
c. Waktu : 08.00-13.00 WIB
d. Acara : Pelatihan kader, Ibu hamil, dan ibu menyusui
e. Intervensi : Memberikan penyuluhan dan pelatihan konseling bagi
kader, Ibu hamil, dan ibu menyusui perihal ASI eksklusif
f. Peserta : Perwakilan kader, Ibu hamil, dan ibu menyusui dari
wilayah kerja Puskemas Ungaran
Kelurahan Langensari
Kelurahan Genuk
Kelurahan Candirejo
Kelurahan Ungaran
Desa Gogik
g. Monitoring dan evaluasi hasil dilakukan dengan melakukan kunjungan
rumah kepada peserta pelatihan (ibu menyusui) dalam rentang waktu 1
bulan setelah kegiatan pelatihan dilakukan. Kunjungan rumah dilakukan
oleh pelatih, petugas gizi, dan bidan desa. Penilaian terhadap kegiatan
monitoring dan evaluasi dilihat dari kuisioner yang diberikan pada
responden dan indepth interview. Jadwal kegiatan kunjungan rumah untuk
monitoring dan evaluasi seperti tercantum pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Jadwal Kunjungan dan Daftar Nama Petugas Monev


No. Nama Responden Waktu Lokasi Petugas Monev
Kunjungan
1. Ny. P 7 Juni 2017 Langensari dr. Okto
2. Ny. A 7 Juni 2017 Langensari dr. Okto
3. Ny. Y 7 Juni 2017 Langensari dr. Mega
4. Ny. D 7 Juni 2017 Langensari dr. Mega
5. Ny. S 8 Juni 2017 Genuk dr. Dendy
6. Ny. T 8 Juni 2017 Genuk dr. Dendy
7. Ny. S 8 Juni 2017 Genuk dr. Bintan
8. Ny. A 8 Juni 2017 Genuk dr. Bintan

58
9. Ny. U 9 Juni 2017 Candirejo dr. Ginanto
10. Ny. T 9 Juni 2017 Candirejo dr. Ulil
11. Ny. I 14 Juni 2017 Ungaran dr. Laras

C. Kerangka Konsep

Latar Keyakin Sikap ibu


Belakang: an pada dalam
Personal : ibu usaha
Sikap dalam bahwa memberik
pemberian ASI ASI an ASI
eksklusif eksklusif eksklusif
penting
Sosial:
Umur, Jenis
Norma- Pemaham Niat ibu Perilaku
Kelamin,
norma an yang untuk ibu untuk
Pendidikan,
penting salah member meberik
Pekerjaan,
pemberia terkait ikan ASI an ASI
dukungan
n ASI dengan eksklusi eksklusif
keluarga dan
eksklusif ASI f
lingkungan
sosial

Informasi:
Pengetahuan Pertim- Norma subjektif
tentang ASI bangan yang memotifasi
eksklusif, keuntun ibu untuk
pengalaman gan dan memberikan ASI
memberikan kerugian eksklusif pada
ASI, iklan di memberi anak dalam
media massa kan ASI kondisi
terkait dengan eksklusif bagaimanapun
susu formula

59
-
j(
g
v
m
k
K
d
r
o
P
t
ilp
h
a
s
u
y
n
e
)
D. Kerangka Pelatihan dan Penelitian

60
E. Acara Pelatihan
Jadwal Materi Penanggung Jawab
08.00-08.15 Pembukaan Dr. Nugraha

08.15-08.30 Pretest Dr. Okto

08.20-08.30 Perawatan Payudara Dr. Dendy

09.30-09.30 Inisiasi Menyusu Dini Dr. Mega

09.30-10.00 ASI Eksklusif Dr. Laras

10.00-10.30 Cara menyusui, memerah Dr. Bintan


dan kendala

10.30-11.00 Penyimpanan ASI Dr. Ulil

11.00-11.30 Tanda bayi cukup menerima Dr. Anto


ASI

11.30-12.00 Gizi ibu menyusui Dr. Okto

12.00-12.15 Role Play Tim

12.15-12.30 Post test Tim

61
BAB IV
PELAKSANAAN
Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama satu hari yaitu pada hari Senin, 8
Mei 2017 yang bertempat di aula Puskesmas Ungaran. Persiapan dilakukan pada
pukul 07.30 wib hingga pukul 08.00 wib. Acara di mulai pukul 10.00 wib, saat
peserta datang peserta mengisi daftar hadir lalu duduk sesuai keinginan. Setelah
semua peserta terkumpul acara dimulai dengan sambutan dari kepala puskesmas
ungaran dan dilanjutkan pembukaan secara simbolis dengan diserahkannya modul
ASI eksklusif kepada salah satu perwakilan kader desa.
Sebelum acara pemberian penyuluhan tentang ASI ekslusif dimulai para
peserta diharuskan mengikuti pre-test terlebih dahulu. Peserta duduk saling
membelakangi berjajar menjadi dua barisan, hal ini dilakukan agar menambah
obyektivitas dari masing masing peserta. Setelah dilakukan pre-test kegiatan
selanjutnya dimulai untuk penyuluhan tentang materi ASI eksklusif
Pemberian materi penyuluhan ASI eksklusif dilakukan secara
bergantian oleh dokter internship Puskesmas Ungaran Periode April Juli
2017. Secara berurutan materi yang diberikan adalah:
1. Cara perawatan payudara
2. Pentingnya melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
3. Pentingnya pemberian ASI eksklusif
4. Permasalahan-permasalahan dalam memberikan ASI eksklusif
5. Cara memerah ASI dan menyimpan ASI perah
6. Tanda-tanda kecukupan pemberian ASI pada bayi
7. Gizi untuk ibu hamil dan ibu menyusui
8. Bermain peran: pelaksanaan konseling ASI Eksklusif dari kader ke ibu
menyusui
Selama materi diberikan peserta antusias dalam menyimak dan
bertanya. Setelah pemberian materi selesai, peserta melanjutkan acara
yaitu role play, peserta dibagi menjadi tujuh pasang yang terdiri dari satu
kader dan satu ibu menyusui untuk melakukan role play. Role play
tersebut dilakukan selama 30 menit dengan 2 sekenario yang berbeda.
Mereka diharapkan dapat menggunakan materi-materi yang telah
diberikan.
Acara pelatihan dan penyuluhan ASI eksklusif di tutup dengan
evaluasi dan post-test, selain itu ibu akan dikunjungi kembali kerumah
satu bulan setelah pelatihan ini untuk merefres kembali dan memantau ASI

62
ekslusif. Para dokter mengevaluasi role play yang sudah dilakukan para
kader desa dan ibu menyusui tersebut. Dari pelatihan tersebut didapatkan
hasil pre-test dan post-test sebagai berikut:
Jumlah Peserta dengan Jawaban Betul
Nomor Pertanyaan
Pre Test Post Test
1. 19 20
2. 18 19
3. 16 20
4. 19 19
5. 19 20
6. 18 20
7. 15 17
8. 19 20
9. 16 19
10. 17 20

Dilihat dari hasil pre dan post test terdapat peningkatan dari para
peserta. Dari hasil pelaksanaan role play, didapatkan hasil sebagai berikut:
Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Komunikasi non-verbal V
2. Mengajukan pertanyaan terbuka V
3. Respon yang menunjukkan perhatian V
4. Mengatakan kembali V
5. Empati V
6. Menghindari kata-kata yang menghakimi V
Keterangan:
- Nilai 0 diberikan apabila aspek penilaian tidak dilakukan
- Nilai 1 diberikan apabila aspek penilaian dilakukan namun tidak sempurna
- Nilai 2 diberikan apabila aspek penilaian dilakukan dengan sempurna
Dari hasil role play, konselor dinilai sudah cukup baik dalam
memnerikan konseling tetapi masih kurang dalam penggalian masalah dan
penyampaian ulang atau bagian kesimpulan.
Yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan penyuluhan ini
adalah : peserta yang datang terlambat membuat acara menjadi semakin
terburu waktu, selain itu terdapat peserta yang tidak hadir dalam pelatihan
ASI eksklusif ini. Selain itu banyak bayi yang rewel dan ibu harus keluar
masuk ruangan untuk menyusui bayinya.

63
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Guna melakukan monitoring dan evaluasi, peneliti melakukan


kunjungan rumah pada ibu-ibu menyusui yang hadir sebagai peserta
pelatihan. Kunjungan rumah ini dilakukan oleh peneliti dan didampingi
oleh petugas gizi dari Puskesmas Ungaran serta bidan desa terkait. Berikut
adalah daftar ibu menyusui yang dilakukan kunjungan rumah, sesuai
dengan tabel 6.
Tabel 6. Daftar Ibu Menyusui yang Dilakukan Kunjungan Monev
Nama Usia Pekerjaan Pekerjaan Usia Anak PB Anak BB Anak
No. Alamat
Ibu (th) Ibu Ayah (bln) (cm) (kg)
1. Ny. P 28 IRT Swasta 1,5 50 4,8 Langensari
2. Ny. A 26 IRT Swasta 5 59 6,5 Langensari
3. Ny. Y 40 IRT Buruh 4 55 5,0 Langensari
Pabrik
4. Ny. D 35 IRT Swasta 2,5 58 5,3 Langensari
5. Ny. S 28 IRT Swasta 4 57 6,5 Genuk
6. Ny. T 25 IRT Swasta 5 60 6,8 Genuk
7. Ny. S 34 Buruh Swasta 2 55 5,2 Genuk
pabrik
8. Ny. A 29 IRT Swasta 3 59 6,5 Genuk
9. Ny. U 30 IRT Swasta 4 6,2 7 Candirejo
10. Ny. T 27 IRT Buruh 2 56 5,2 Candirejo
pabrik

64
11. Ny. I 26 IRT Swasta 7 65 7,2 Ungaran
Penilaian dari kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah dengan
melakukan memory recall dan pengamatan perilaku ibu melalui kuisioner
terstruktur. Penyusunan kuisioner didasarkan pada materi yang telah
disampaikan pada pelaksanaan pelatihan sebelumnya. Di samping itu,
secara kualitatif juga dilakukan indepth interview pada responden.
Kunjungan kepada responden dibagi menurut jumlah dokter
intership Puskesmas Ungaran sebagai peneliti dan lokasi tempat tinggal
responden. Dalam hal ini, peneliti tidak melakukan kunjungan pada
seluruh responden tersebut diatas, melainkan hanya pada salah satu dari
responden yaitu responden nomor 10.
Secara keseluruhan, kami melakukan analisa dari hasil wawancara
dengan menggunakan instrumen kuisioner dan indepth interview. Dalam
melakukan analisa ini, kami mengelompokkan karakteristik ibu
berdasarkan usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, pola
perilaku, dan dukungan keluarga. Penilaian yang kami berikan kami
paparkan dalam tabel 7, adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Kriteria Penilaian Kuisioner dan Indepth Interview Monev
Variable Definisi Hasil Ukur
Umur Penentuan umur responden 1 : muda 30thn
berdasarkan tahun kelahiran 2 : tua >30 thn

Pendidikan Ibu Jenjang pendidikan terakhir 1 : Rendah SMP


yang diselesaikan 2 : Tinggi SMA
responden
Pekerjaan Ibu Kegiatan yang dilakukan 1. Tidak Bekerja
responden untuk 2. Bekerja
mendapatkan upah atau gaji
Tingkat Tingkat pemahaman Dilihat dari item pertanyaan : 3, 4,
Pengetahuan responden tentang ASI 9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20. Jika
eksklusif jawaban benar >70% maka baik
Perilaku Ibu Perilaku responden terhadap Dilihat dari item pertanyaan : 1, 2,
5, 6, 7, 8, 11, 14, 15, 16, 17, 19.
Jika jawaban benar >70% maka
baik
Dukungan Peranan lingkungan dalam Keterangan didapatkan melalui
Lingkungan membentuk norma dan indepth interiew dengan
perilaku responden tentang memberikan pertanyaan, seperti:
ASI eksklusif 1. Apakah suami/nenek

65
menyarankan untuk memberi
makan ke bayi?
2. Apakah keluarga memberikan
informasi terkait dengan ASi
eksklusif?
3. Apakah kader sudah pernah
memberikan penjelasan ttg asi
eksklusif?
Berdasarkan penilaian tersebut, kami memperoleh gambaran data
sebagaimana tercantum dalam tabel 8 berikut ini.

66
Tabel 8. Gambaran Umum Pengetahuan dan Perilaku Ibu terhadap Berbagai Indikator Personal, Sosial, dan Informasi
No Responde Usia Pendidika Pekerjaan Pengetahuan Perilaku Dukungan Lingkungan
. n (th) n Ibu Ibu
1. R1 28 SMA IRT Kurang Kurang Lingkungan responden tidak mendukung untuk peberian ASI eksklusif.
2. R2 26 SMP IRT Baik Baik Responden mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusfi dari
keluarga dan suami.
3. R3 40 SMP IRT Baik Kurang Responden kurang mendapatkan dukungan dari keluarga.
Kader kesehatan tidak memberikan pengetahuan terkait dengan ASI
eksklusif.
Responden mendapatkan informasi mengenai cara merawat bayi, cara
mengasuh bayi, cara memberi ASI, dan makan yang bergizi dari ibu
responden
4. R4 35 SMP IRT Baik Baik Dukungan keluarga baik.
Kader kesehatan tidak memeberikan informasi mengenai ASI
eksklusif.
Responden mendapatkan informasi mengenai dari teman.
5. R5 28 SMA IRT Baik Baik Rresponden mendapatkan dukungan dari suami untuk memberikan
ASI eksklusif kepada anaknya.
6. R6 25 SMA IRT Baik Baik Responden mendapatkan dukungand ari suami dan anggota keluarga
lain untuk meberikan ASI eksklusif.
7. R7 34 SMA Buruh Baik Baik Responden mendapatkan dukungan penuh dari suami dalam
Pabrik memberikan ASI eksklusif sehingga membantu memfasilitasi peralatan
seperti cooler bag, botol kaca, dll.
8. R8 29 SMA IRT Baik Baik Responden mendapatkan dukungan meberian ASI eksklusif dari
keluarga.

67
Responden telah mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif dari
tenaga kesehatan
9. R9 30 SMA IRT Kurang Kurang Kader kesehatan serta bidan desa telah memberikan informasi mengenai
ASI eksklusif saat posyandu.
10. R10 27 SMA IRT Baik Baik Suami mendukung penuh istrinya untuk memberikan ASI eksklusif.
Orang tua responden tidak memberikan pengaruh agar memberikan
MP ASI.
Kader kesehatan dan orang tua telah berperan dalam memberikan
pengetahuan tentang ASI eksklusif.
11. R11 26 SMA IRT Baik Baik Responden telah menyelesaikan pemberian ASI eskklusif saat
dilakukan kunjungan rumah.
Informasi mengenai ASI eksklusif didaptkan dari kader kesehatan dan
tenaga medis
Responden mendapatkan dukungan penuh dari suami untuk
memberikan ASi eksklusif.

68
Berdasarkan data tersebut, peneliti dapat mencoba untuk menghubungkan
antara beberapa aspek, seperti usia, pendidikan, pekerjaan, dukungan keluarga,
dan dukungan tenaga kesehatan (nakes) terhadap tingkat pengetahuan ibu dan
perilaku ibu berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif kepada anak. Data
rekapitulasi hubungan antara aspek penilaian tersebut tercantum dalam tabel 9
berikut ini.
Tabel 9. Hubungan Aspek Personal, Sosial, dan Informasi terhadap Tingakat
Pengetahuan dan Perilaku Ibu pada Pemberian ASI Eksklusif
Tingkat Pengetahuan
Perilaku Ibu
No. Kriteria Ibu
Baik Tidak Baik Tidak
1. Usia <30 th (muda) 6 2 6 2
>30 th (tua) 3 2 1
3. Pendidikan SMP (rendah) 3 2 1
SMA (tinggi) 6 2 6 2
5. Pekerjaan Bekerja 1 1
Tidak bekerja 8 2 7 3
7. Dukungan Mendukung 9 9
Tidak mendukung 1 1 2
keluarga
9. Dukungan Nakes Mendukung 9 10
Tidak mendukung 2 1

Sehingga dari data tersebut dapat kami simpulkan bahwa:


1. Sebanyak 75% responden memiliki tingkat perilaku yang baik terhadap ASI
eksklusif di kedua kelompok usia.
2. Sebanyak 75% responden memiliki tingkat perilaku yang baik terhadap ASI
eksklusif di kedua kelompok tingkat Pendidikan.
3. Sebanyak 100% responden yang bekerja memiliki tingkat perilaku yang baik
terhadap ASI eksklusif.
4. Sebanyak 70% responden yang tidak bekerja memiliki tingkat perilaku yang
baik terhadap ASI eksklusif.
5. Sebanyak 81% responden mendapatkan dukungan keluarga untuk
memberikan ASI eksklusif memiliki perilaku yang mendukung diberiknnya
ASI eksklusif.
6. Sebanyak 91% responden mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan
untuk memberikan ASI eksklusif memiliki perilaku yang mendukung
diberiknnya ASI eksklusif.

69
Dari hasil kunjungan rumah tersebut, terdapat 20 pertanyaan dari kuisioner
yang diberikan dan telah dijawab secara keseluruhan oleh responden. Berikut
adalah hasil wawancara kepada responden dengan panduan kuisioner monitoring
dan evaluasi yang telah disusun oleh peneliti, seperti tencantum pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil Penilaian Kuisioner Monev
Responden Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 YA TIDAK
1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2
2 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 3
3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
5 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 8 3
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
7 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9 2
8 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 3
9 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 8 3
Pertanyaan

10 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4 7
11 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 8
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
13 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 6 5
14 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 4 7
15 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 3 10
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
19 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 3
20 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 3
Keterangan:
- 0 adalah jawaban tidak
- 1 adalaj jawaban iya
Berdasarkan penilaian kuisioner dan interview yang dilakukan oleh
peneliti kepada responden nomor 3 dan 4, didadapatkan hasil sebagai berikut:
Dari kuisioner yang dibagikan peneliti memonitoring dan mengevaluasi
koresponden 3 dan 4 di desa langensari pada tanggal 7 juni 2017

Koresponden 3

70
Responden merupakan ibu rumah tangga dengan usia 40 tahun, memiliki
anak laki-laki yang lahir tanggal 22 februari 2017 dan sekarang memasuki usia
kurang lebih 4 bulan.

Saat dilakukan wawancara pada koresponden diperoleh informasi bahwa


selama kehamilan bayi tersebut ibu tidak melakukan perawatan payudara secara
teratur karena kurangnya informasi dari tenaga kesehatan atau kader setempat,
selain itu selama kehamilanya ibu juga sibuk mencari tambahan biaya untuk
melahirkan si bayi.sehingga ibu hanya merawat kehamilannya sebisanya. Selain
itu saat melahirkan di bidan ibu juga merasa tidak dilakukan IMD (inisisasi
menyusu dini) karna saat melahirkan anaknya langsung disusui tetapi tidak seperti
tahap tahap yang sudah diterangkan saat penyuluhan di Puskesmas Ungaran.
Berikut adalah kutipan pernyataan dari sang ibu :

saya tidak melakukan perawatan apa apa dok, apalagi untuk melakukan
perawatan pada payudara. Saya sibuk dengan pekerjaan saya menyetrika
pakaian-pakaian tetangga dok untuk tambahan biaya melahirkan saat itu. Saat
melahirkan di bidan anak saya langsung di arahkan keputing saya dok, tidak
seperti yang sudah di terangkan kemaren

saat dilakukan wawancara mengenai manfaat ASI eksklusif ibu dapat


menjawab semuanya dengan benar, contohnya seperti ibu tahu tentang manfaat
ASI terhadap daya tahan tubuh atau untuk melawan infeksi, mengurangi resiko
perdarahan setelah melahirkan. Berikut kutipan dari sang ibu :

iya dok, saya masih ingat yang kemarin di tampilkan saat penyuluhan,
selain manfaatnya buat ngelawan infeksi, menyusui juga dapat mengurangi
perdarahan setelah melahirkan. Saat itu saya merasakan betl kencengnya perut
saya saat saya menyusui bayi saya

Saat dilakukan wawancara tentang cara menyusui ibu menceritakan dari awal
yaitu dengan mengeluarkan sedikit air susunya lalu dioleskan di puting hingga
kalang payudara, lalu bayi diarahkan ke puting dan kalang payudara agar mulut
bayi dapat mencangkup seluruhnya. Tetapi saat menyusu ibu tidak menopang
payudaranya dengan ibu jari dan jari telunjuk, ibu juga tidak memerah asi

71
dikarenakan produksi asinya terlalu sedikit. Setelah selesai menyusui anaknya ibu
selalu menyendawakan dengan cara di gendong dan di tepuk tepuk bagian
punggungnya. Berikut pemaparannya :

saya biasanya memang mengeluarkan sedikit air susu lalu dioleskan di


payudara sampai kehitam-hitam payudaran dok, saya tau informasi ini dari ibu
saya dulu, dan bayi saya selalu mencangkup semua hitam hitam di payudara saya
saat menyusu dok, setelah menyusu saya sendawakan dengan cara saya tepuk
tepuk di bagian sininya dok (punggung). payudara saaya tidak pernah saya
topang dok saya juga tidak memerah asi karna selain air susu saya sedikit

Saat dilakukan wawancara mengenai masalah jika payudara terasa nyeri dan
bengkak ibu tahu cara mengatasinya yaitu dengan cara mengompres dengan iar
hangat , berikut perntaan sang ibu :

saya pernah sekali mbangkaki dok, lalu saya kompres dengan air hangat

Saat ditanya tentang pemerahan ASI ibu tidak melakukan pemerahan ASI
dikarenakan ASI yang keluar hanya sedikit, selain tidak cukup untuk bayinya ASI
tersebut juga tidak bisa diperah. Sehingga ibu memilih untuk menambahkan susu
formula untuk si bayi dikarenakan si bayi terus menangis walaupun disusui, dan
menurut ibu bayi merasa tidak puas saat menyusu.

bagaimana memerah dok, ASI saya saja keluarnya sedikit sedikit dok,
kadang malah tidak keluar sama sekali, anak saya sering nagis terus dok kalau
setelah menyusu, saya jadi bingung, baru 5 hari lalu saya membeli susu formula
dok, lalu saya minumkan ke bayi saya pakai dot.

Saat ditanya tentang pertumbuhan berat badan si bayi apakah naik sesuai
garis hijau KMS ibu langsung mengambilkan buku KMS dan menceritakan bahwa
peningkatan berat badannya sesuai dengan garis hijau KMS tersebut

Saat dilakukan wawancara tentang tertidurkah bayi setelah menyusu ibu


menjawab tidak karena menurut ibu si bayi tidak puas dalam menyusu sehingga
bayi terus menangis walaupun menyusu. Dan untuk frekuensi buang air kecilnya

72
memang sudah lebih dari 6 kali dikarenakan ibu sering mengganti popok kurang
lebih 3 jam sekali.

tidak dok, anak saya tetap menangis walaupun saya susui, kadang dia juga
menolak saya susui, sudah sering saya coba dok tapi tidak bisa, jadi saya bero
susu formula tadi itu dok , tapi untuk buang air kecilnya banyak dok saya sering
mengganti popoknya tiap 3-4 jam sekali

Saat dilakukan wawancara tentang penambahan energi sebanyak 500 kkal


ibu menjawab kurang setuju, dan ibu sudah merasa makan banyak tetapi produksi
asinya dirasa tidak bertambah.namun macam yang dimakan oleh ibu memang
tidak seimbang dan tidak beragam, kadang hanya nasi dan tempe saja kadang nasi
dan sayur jarang sekali makan daging ayam atau ikan Berikut penututuranya:

saya tidak tahu tentang penambahan energi tersebut dok, saya sudah
makan banyak tapi asi saya tetap sedikit dok.saya biasanya makan nasi banyak
dan tempe dua butir, tapi memang tidak makan bermacam macam dok

Responden 2

Responden merupakan ibu rumah tangga berusia 35 tahun, memiliki anak laki
laki yang lahir pada tanggal 18 maret 2017 dengan usia 3 bulan.

Saat dilakukan wawancara pada koresponden diperoleh informasi bahwa ibu


melakukan perawatan payudara saatkehamilan anaknya ini, karena ibu
memperoleh informasi dari keluarga dan bidan setempat, selain itu ini juga sudah
pengalaman kedua ibu mempunyai anak. Ibu merawat payudaranya dengan cara
menempelkan handuk hangat dan memijat mijat payudara. Saat melahirkan anak
kedua ini ibu mengaku di rumah sakit dilakukan IMD (inisisasi menyusu dini)
yaitu setelah bayi lahir, bayi di bersihkan dan di tempelkan diperut ibu hingga
bayi mencari puting ibu sendiri. Berikut pernyataan ibu :

iya dok, saya dari hamil pertama sudah rutin untuk melakukan perawatan
payudara menggunakan handuk hangat yang saya tempelkan ke payudara saya

73
dan saya pijat pijat sedikit. Saya tau ini dari kakak saya dok. Saat melahirkan
anak saya juga di IMD saya melahirkan di rst semarang.

saat dilakukan wawancara mengenai manfaat ASI eksklusif ibu dapat


menjawab semuanya dengan benar, contohnya seperti ibu tahu tentang manfaat
ASI terhadap daya tahan tubuh atau untuk melawan infeksi, mengurangi resiko
perdarahan setelah melahirkan. Berikut kutipan dari sang ibu :

iya dok, saya masih ingat yang kemarin di tampilkan saat penyuluhan,
selain manfaatnya buat ngelawan infeksi, menyusui juga dapat mengurangi
perdarahan setelah melahirkan.

Saat dilakukan wawancara tentang cara menyusui ibu menceritakan dari awal
ibu melakukan yaitu dengan cara puting susunya dibersihkan dengan air hangat
lalu lansung di minumkan ke bayi tidak dengan cara mengeluarkan air susu dan
dioleskan ke kalang. Saat menyusu Mulut bayi dapat mencangkup seluruhnya.
Setelah selesai menyusui anaknya ibu tidak menyendawakan bayinya. Berikut
pemaparannya :

saya tidak pakai air susu dok, saya malah pakai air matang hangat kadang
bayi juga langsung nyusu saja dok, gak pakai saya oleh air susu dulu. Tapi ulut
bayi pasti mencangkup sampai kalang dok kalau tidak sakit soalnya dok, tapi
jarang saya sendawakan dok

Saat dilakukan wawancara mengenai masalah jika payudara terasa nyeri dan
bengkak ibu tahu cara mengatasinya yaitu dengan cara mengompres dengan iar
hangat , berikut perntaan sang ibu :

saya pernah sekali mbangkaki dok, lalu saya kompres dengan air hangat
dan payudara tersebut saya susukan keanak saya

Saat ditanya tentang pemerahan ASI ibu tidak melakukan pemerahan ASI
dikarenakan ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak ada kesibukan selain
kerjaan rumah jadi ibu masih sempat untuk menyusukan anaknya jam berapapun
tiap anaknya menginginkannya.

74
tidak pernah saya perah dok, saya lanhsung susukan ke anak saya, karna
dirumah saya cuma mengerjakan pekerjaan rumah saja, tidak ada kesibukan
lain,.

Saat ditanya tentang pertumbuhan berat badan si bayi apakah naik sesuai
garis hijau KMS ibu langsung mengambilkan buku KMS dan menceritakan bahwa
peningkatan berat badannya sesuai dengan garis hijau KMS tersebut.

iya dok, sesuai garis hijau saya juga rutin menimbangkan anak saya
keposyandu.

Saat dilakukan wawancara tentang tertidurkah bayi setelah menyusu ibu


menjawab iya bayi selalu anteng dan tertidur setelah menyusu. Dan untuk
frekuensi buang air kecilnya memang sudah lebih dari 6 kali dikarenakan ibu
sering mengganti popok kurang lebih 3-4 jam sekali.

iya dok , setiap anak saya rewel atau nangis langsung saya susui setelah
menyusu pasti langsung diem dan tertidur dok, buang air kecilnya juga banyak
dok. Saya sering menganti popoknya 3-4 jam sekali.

Saat dilakukan wawancara tentang penambahan energi sebanyak 500 kkal


ibu menjawab setuju, ibu masih ingat saat dilakukan penyuluhan di puskesmas
ungaran bahwa energi yang dibutuhkan ibu menyusui ditambah 500 kkal lebih
banyak. Dan makanan sehari hari sudah mencangkup karbohidrat protein dan
lemak serta serat. Berikut penututuranya:

iya dok saya masih ingat yang di terangkan kemarin dok , saya juga sudah
makan nasi ikan sayur buah buahan dok

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

75
i. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ungaran.
ii. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu hamil dalam
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ungaran.
iii. Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan
penyuluhan, dialog interaktif, Focus Group Discussion (FGD),
seminar, jambore, dll
iv. Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah tentang
ASI dan masalah kesehatan lainyaa (dan kerahasiaannya dijamin).
v. Meningkatkan pengetahuan mengenai Pentingnya ASI eksklusif

B. Hambatan
i. Keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian. Sehingga peneliti
tidak dapat melakukan pengamatan secara utuh sampai responden
menyelesaikan periode ASI eksklusif.
ii. Keterbatasan cakupan responden.
iii. Ketidakhadiran perwakilan dari salah satu kelurahan (Desa Gogik)
baik dari bidan desa, kader kesehatan, maupun ibu hamil dan ibu
menyusui dalam pelatihan. Sehingga tidak didapatkan gambaran
pemberian ASI dari Desa Gogik.
C. Saran
i. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap ibu hamil tentang ASI
eksklusif dapat lakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu
metode ceramah dan pembagian leaflet.
ii. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar
memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi
lainnya kepada masyarakat terutama dengan metode ceramah guna
membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu
mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.
iii. Sebaiknya para petugas lebih berkoordinasi terhadap kader setempat
agar pencapaian ASI eksklusif lebih meningkat, selain itu harus ada
perhatian yang lebih terhadap ibu ibu menyusui.

76
77
Dokumentasi Kegiatan

Pembukaan dan Pemberian Buku Modul Kepada Kader

Pemberian Materi IMD

78
KEgiatan Role Play

Kunjungan Rumah pada R3

79
Kunjungan Rumah pada R4

80
DAFTAR PUSTAKA

1. Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi Eksklusif
Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008. Medan: FK USU

2. Arifin, Siregar.2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhinya. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan: FK USU

3. Australian Breastfeeding Association. 2013. Expressing and storing breastmilk.


Diunduh dari: www.breastfeeding.asn.au/bf-info/breastfeeding-and-
work/expressing-and-storing-breastmilk pada tanggal 1 Mei 2017

4. Bonny Danuatmadja, 2003. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa Swara.

5. BPNI. 2007. Production of breastmilk, establishing breastfeeding skills and the


composition of breastmilk. http://www.bpni.com

6. Brinch, J.:Menyusui bayi dengan baik dan berhasil. Ayah Bunda, gaya Favorit Press.

7. Center of Disease Control and Prevention. 2010. Proper handling and storage of
human milk.
www.cdc.gov/breastfeeding/recommendations/handling_breastmilk.htm pada
tanggal 1 Mei 2017

8. Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf

9. Depkes RI, 2003. Penatalaksanaan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum, Departeman
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

10. Depkes RI. 2005. Perawatan Payudara. http://www.depkesRI.co.id

11. Dinas kesehatan Surabaya. Inisiasi Menyusu dini, manfaatnya seumur hidup. http:
www.surabaya-ehealth.org

12. Djamaludin, dkk, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Wahyu Media.
Jakarta

81
13. Emilia, Rika. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten
Simeulue (Nad) Tahun 2008 . Medan: FKM USU

14. Gartner L.M., Eidelman A.I. 2005. Breastfeeding and the use of human milk.

15. Inisiasi menyusu dini, 2010. http: www.dinkeskulonprogo.go.id

16. Irawati T., 2007. Menyusui pada satu jam pertama kehidupan dilanjutkan dengan
menyusui eksklusif 6 bulan, menyelamatkan lebih dari satu juta bayi. Available
from: http: www.pusatpromosikesehatan.com

17. Jones L., 2008. Principles to promote the initiation and establishment of lactation in
the mother of a preterm or sick infant. http: www.breastfeeding.com

18. Kristiyanasari, 2009. ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika

19. La Leche League International. 2012.What are the LLLI guidelines for storing my
pumped milk. https://www.llli.org/faq/milkstorage.html

20. Lawrence, R.A.: Breast feeding. A guide for the medical profession. Second Edition.
The CV Mosby Company, Toronto, 1985.

21. Linkages. 2002. Pemberian ASI eksklusif: Satu-satunya sumber cairan yang
dibutuhkan bayi usia dini. Academy for educational.
http://www.linkagesproject.org

22. Nelson E Waldo.2007.Text Book of Paediatric 18th edition. Philadelphia: Saunders

23. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta

24. Novak & Broom, 2001. Maternal and Child Health Nursing. Missiouri: Mosby, Inc.

25. Novianti, 2009. Menuyusui Itu Indah. Yogyakarta : Octopus

26. Paramita R. Manfaat inisiasi menyusu dini. 2008.


http://www.asipasti.co.cc/2008/02/manfaat-inisiasi-menyusui-dini-imd.htm

27. Pediatrics Hanyow, 2008. ASI Eksklusif Terjemahan, New Jersey.

82
28. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan Pelatihan Fasilitator
Konseling Menyusui oleh Departemen Kesehatan RI Tahun 2007

29. Perinasia, 2003. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta : Program Manajemen
Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

30. Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran.

31. Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

32. Prasetyono, 2009. ASI Eksklusif Pengenalan,Praktik dan Kemanfaatan


kemanfaatannya. Yogyakarta: Diva Press.

33. Riyanti, 2007. Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma

34. Roberte, W., Vermeersch, Williams., Nutrition and lactation. Third Edition.

35. Saleha, sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

36. Safitri Dian.2007. Dasar-Dasar Pemberian Susu Formula Pada Bayi,


http://www.babycenter.com/refcap/baby/babyfeeding/9195.html

37. Sentra Laktasi Indonesia. Panduan praktis IMD. 2009.

38. Soetjiningsih, 2006. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC

39. Sri purwanti, H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku saku untuk bidan,
Jakarta: EGC

40. Sulystyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: CV. Andi Offset.

41. Suririnah. 2007. ASI Menyelamatkan Jiwa Bayi

42. Winkjosastro, 2002. Ilmu Kandungan, Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirorahardjo

43. WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Geneva: Department
of Nutrition for Health and Development (NHD)

83
84

You might also like