Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
dr. Mega Vijiar R
PUSKESMAS UNGARAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Ungaran, 2017
Mengetahui
Halaman
Halaman Judul . 1
Halaman Pengesahan . 2
Daftar Isi . 3
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang . 4
Besar Masalah . 5
Tujuan . 6
Manfaat . 6
BAB II Tinjauan Pustaka
Gambaran Umum Puskesmas . 7
Ungaran
Perawatan Payudara . 8
Inisiasi Menyusu Dini . 8
ASI Eksklusif . 9
Cara Menyusui, Kendala Ibu . 10
Menyusui, dan Cara
Memerah ASI
Menyimpan dan Memberikan . 12
ASI Perah
Tanda Bayi Cukup . 14
Mendapatkan ASI
Gizi Seimbang untuk Ibu . 15
Menyusui
Keterampilan Konseling ASI . 15
Eksklusif
Theory of Plan Behaviour . 17
BAB III Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Metode Pelatihan dan . 22
Penelitian
Tempat dan WaktuKegiatan . 22
Kerangka Konsep . 23
Kerangka Pelatihan dan . 24
Penelitian
Rundown Acara Pelatihan . 25
BAB IV Pelaksanaan . 26
BAB V Monitoring dan . 30
Evaluasi
BAB VI Kesimpulan dan . 38
Saran
Dokumentasi Kegiatan . 40
Daftar Pustaka . 42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian Asi eksklusif pada bayi baru lahir sangatlah penting bagi masa pertumbuhan, selain
itu asi memiliki banyak manfaat yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Pemberian asi saja selama 6
bulan awal kehidupan bayi sudah memenuhi semua kebutuhan bayi. Seiring dengan menurunya
pemberian Asi ekslusif kejadian diare akibat pemberian susu formula semakin tinggi, selain itu
obesitas terhadap anak karna pemberian susu formula juga semakin meningkat.
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui.
ASI adalah jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi,
sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti
alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin,
2004).
ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi tinggi serta
terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI segera atau 30 menit hingga
satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian ASI saja atau menyusui secara ekslusif hingga
bayi usia enam bulan dan pemberian makanan tambahan setelah umur enam bulan serta tetap
memberian ASI diteruskan sampai umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI, 2005;22).
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan ataupun makanan lain. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan
dan minuman lain, ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air, teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) hanya sekitar 35% anak-anak di dunia yang
mendapatkan ASI eksklusif (www.ejhd.uib.no). UNICEF melaporkan bahwa persentase bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif di beberapa negara antara lain Asia Tenggara 45%, Asia Timur 32%,
Timur Tengah 29%, Eropa Tengah 27%, dan Afrika 22%. (www.breastfeedingbasics.org).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 cakupan pemberian
ASI eksklusif di jawa tengah meningkat dari tahun 2013 sebesar 52,99% , tahun 2014 menjadi
60,7%, dan pada tahun 2015 menjadi 61,6%. Tetapi presentase pemberian ASI eksklusif di
kabupaten semarang hanya 6,72%. Sedangkan di Wilayah kerja Puskesmas Ungaran meningkat dari
bulan Februari tahun 2014 sebesar 53,06% menjadi 51,8% pada bulan Agustus 2014. Tetapi, pada
bulan februari tahun 2015 presentase menurun menjadi 44,4% dan pada bulan agustus 44,1%.
Menyikapi permasalahan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi, pemerintah Indonesia
telah menggalakkan program pemberian ASI eksklusif sejak tahun 1990 yang dikenal dengan
Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-ASI). Sehubungan dengan itu telah ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI secara
eksklusif pada bayi Indonesia (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan latar belakang diatas terlihat bahwa cakupan ASI eksklusif masih dibawah target
yang seharusnya. Dengan demikian dirasa perlu untuk dilakukannya analisa program cakupan ASI
eksklusif dan analisa faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif. Analisis
masalah secara menyeluruh dengan menganalisa kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh
program ASI eksklusif sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dan sebagai dasar perencanaan
peningkatan program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ungaran.
B. Besar Masalah
Rendahnya presentasi pemberian ASI eksklusif di Wilayah kerja Pusksmas Ungaran dengan
data pada bulan Februari tahun 2014 sebesar 53,06% menjadi 51,8% pada bulan Agustus 2014. dan
adanya penurunan presentase di tahun 2015 pada bulan februari menjadi 44,4% dan pada bulan
agustus 44,1%. hal ini menjadikan sorotan penting bagi puskesmas ungaran dikarenakan presentase
pemberian ASI eksklusif masi dibawah provinsi Jawa Tengah di tahun 2015 yaitu 61,6%. selain itu
pemberian ASI ekslusif sangatlah penting untuk tumbuh kembang serta daya tahan tubuh si bayi.
Dengan meningkatnya pemberian ASI ekslusif maka angka kesakitan bayi akan menurun. Ibu
menyusui harus menyadari betapa pentingnya pemberian ASI ekslusif.
Dengan permasalahan tersebut, dalam Mini Proyek kami ingin meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat pada umumnya dan ibu menyusui pada khususnya tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif. Dan diharapkan ada perubahan prilaku dari ibu menyusui tersebut.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
i. Mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ungaran.
2. Tujuan Khusus
i. Meningkatkan pemahaman kader kesehatan perihal urgensi pemberian ASI eksklusif.
ii. Meningkatkan pemahaman bagi ibu hamil dan ibu menyusui perihal urgensi pemberian
ASI eksklusif.
iii. Mengidentifikasi karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan),
pengalaman menyusui, dukungan lingkungan dalam memberikan ASI eksklusif.
D. Manfaat
1. Peningkatan wawasan terhadap pentingnya pemberian ASI ekslusif bagi bayi 0-6 bulan.
2. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan cakupan program
3. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian
ASI Eksklusif.
4. Mempromosikan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan saran yang membangun
untuk penelitian selanjutnya.
5. Mengetahui faktor faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif sebagai
dasar masalah tidak tercapainya target cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Ungaran
6. Mendapatkan perencanaan program untuk meningkatkan kualitas kinerja tenaga kesehatan
dan motivasi kader di Puskesmas dalam mendukung program ASI eksklusif sehingga
kegiatan promosi ASI eksklusif dalam bentuk penyuluhan, konseling, maupun KIE-ASI
lebih maksimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Puskemas Ungaran
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Ungaran terdapat di Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang,
Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah kerja 8.52 Ha. Terdiri dari 4 kelurahan dan 1 desa,
yaitu: Kelurahan Ungaran, Kelurahan Genuk, Kelurahan Langensari, Kelurahan Candirejo,
Desa Gogik. Berikut adalah data umum geografis Puskesmas Ungaran.
Tabel 1. Data Umum Geografis Puskemas Ungaran
No. Desa/Kelurahan Dusun RW RT
1. Ungaran 12 12 72
2. Genuk 8 8 44
3. Langensari 6 6 44
4. Candirejo 3 6 21
5. Gogik 2 2 16
TOTAL 32 35 192
Puskesmas Ungaran merupakan puskesmas yang pertama dari dua puskesmas yang ada
di wilayah Kecamaan Ungaran Barat. Dengan batas sebagai berikut:
a. Sebelah utara: wilayah kerja Puskesmas Kalongan.
b. Sebelah selatan: wilayah kerja Puskesmas Bergas.
c. Sebelah timur: wilayah kerja Puskesmas Leyangan.
d. Sebelah barat: wilayah kerja Puskesmas Lerep.
2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang Tahun 2014, jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ungaran adalah 36.200 jiwa, dengan perbandingan
jumlah penduduk laki-laki 17.854 jiwa dan perempuan 18.346 jiwa.
1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang
disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayi yang mengandung
nutrisi-nutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang
sehat. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada
bayi yang baru lahir. Karena ASI sangat mudah dicerna sistem pencernaan bayi yang masih rentan,
bayi mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan energi
selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat
2 Volume ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI.
Apabila tidak ada kelainan, pada 4 hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 100-300
ml ASI dalam sehari, dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 300-450
ml/hari pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Pada hari ke 10 sampai seterusnya volume
bervariasi yaitu 300850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada
tahun pertama adalah 400850 ml/hari, tahun kedua 200400 ml/hari, dan sesudahnya 200 ml/hari
3 Komposisi ASI
Komposisi ASI berubah menurut stadium penyesuaian sesuai dengan kebutuhan bayi pada saat itu.
ASI yang dihasilkan sampai minggu pertama (kolostrum) komposisinya berbeda dengan ASI yang
dihasilkan kemudian (ASI peralihan dan ASI matur). ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan
kurang bulan komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu melahirkan cukup bulan.
Demikian pula komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusui dan akhir fase menyusui.
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda
yaitu:
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi sebesar 150300 ml/hari.
Komposisi kolostrum ASI lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur,
tetapi berlainan dengan ASI matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum protein
yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang
membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan. Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10. Jumlah volume ASI semakin meningkat
tetapi komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini
untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai
beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.
adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya dengan volume bervariasi yaitu
300850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi
yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi
WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000
Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu yang
melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Pada bayi yang lahir sebelum waktunya (preterm) ASI
yang dihasilkan ibu memiliki kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak
dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih belum dalam
keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap permasalahan kesehatan (Neonatal
awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan
sekitar 1 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer ini akan
membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut hindmilk
yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang
kental dan putih ini berasal dari payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga
sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan
oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini (Mizuno, K. et
al., 2008).
Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa, yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari
menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Misalnya hidrat arang dalam kolustrum untuk tiap 100
ml ASI adalah 5,3 gram, dan dalam ASI peralihan 6,42 gram, ASI hari ke 9 adalah 6,72 gram; ASI
hari ke 30 adalah 7 gram. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 yang berarti ASI
terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, kondisi ini yang menyebabkan bayi yang sudah
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa merupakan nutrisi vital untuk
pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan nutrisi medula spinalis, yaitu untuk pembentukan
myelin (pembungkus sel saraf). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan magnesium yang
sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi
dan perkembangan tulang. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap bayi yang mendapat ASI
ekslusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat pada bayi berumur 5 atau 6 bulan,
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini membuat
suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat menguntungkan karena akan menghambat
pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang
baik yaitu lactobacillus bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh glukosamin (Pudjiadi,
2004)
Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan pekembangan bayi. Protein ASI
sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan
bayi. Hal ini disebabkan karena protein ASI merupakan kelompok protein Whey, protein yang
sangat halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein yang ada di dalam susu sapi
adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat sukar dicerna oleh bayi.
Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak
kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi.
Docosahexaenoic acid (DHA) dan Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai
panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak (myelinasi)
yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan
kecerdasan anak. Selain itu DHA dan AA dalam tubuh dapat disintesa dari substansi prekusornya
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi tetapi
mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol oleh enzim lipase dalam ASI. (Dadhich, J.P., Dr. 2007).
Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tidak sebesar susu sapi tetapi dapat diserap secara
keseluruhan dalam usus bayi. Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar
harus dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna. Kadar
mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan,
menganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga bayi kembung,
Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI
dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu pertama usus bayi belum mampu membentuk
vitamin K, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami pendarahan perifer yang perlu dibantu
dengan pemberian vitamin K untuk proses pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada dalam
jumlah yang cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan pantotenik sangat kurang.
Tetapi tidak perlu ditambahkan karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.
ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang melindungi bayi terhadap infeksi
terutama bilamana kebersihan lingkungan tidak baik. Faktor-faktor proteksi dalam ASI tersebut
6 Manfaaat ASI
ASI sebagai makanan utama bayi mempunyai manfaat terhadap bayi, antara lain sebagai berikut:
1.ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah dicerna dan memiliki komposisi, zat
gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2.ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus
-Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan
3.ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 0-6 bulan pertama
4.ASI tidak mengandung betalactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
5.ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit jantung anak pada masa dewasa.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan manfaat pada ibu, yaitu :
1.Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula.
3.Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah kehamilan. Namun,
ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia
4.Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayi.
Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain adalah sebagai berikut:
1.Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli
2.ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3.Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana
bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi
Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja)
dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan
mencegah anak kurang gizi. Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang
merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena
inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu
bulan.
D. ASI EKSKLUSIF
Komposisi ASI
Komposisi dan volume dapat berubah saat dilahirkan dan 6 bulan kemudian. Berdasarkan
waktu produksinya, ASI digolongan dalam tiga kelompok, yakni:
1. Kolostrum
Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari pertama. Setelah kelahiran bayi,
berwarna kekuningan dan lebih kental, karena mengandung banyak vitamin A, protein dan zat
kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga
mengandung vitamin A, E, dan K serta beberapa mineral seperti Natrium dan Zn (Depkes RI,
2001).
Menurut Roesli (2000) kolostrum adalah ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari
ke-4 yang merupakan cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein
tinggi. Volume kolostrum adalah 150 300 ml / 24 jam.
2. ASI transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi matang.
Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah kelahiran. Kandungan protein akan makin
rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi dibandingkan pada kolostrum,
juga volume akan makin meningkat (Krisnatuti, 2000)
3. ASI matang/mature
ASI matang/mature adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya
komposisi relatif tetap (Roesli, 2000). Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan
yang diakibatkan warna dari gambar Ca-casenat riboflavin, dan karoten yang terdapat di
dalamnya. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-
satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1997).
Selama 6 bulan pertama, volume ASI pada ibu sekurang-kurangnya sekitar 500 700 ml/hari,
bulan kedua sekitar 400 600 ml/hari dan 300 500 ml/hari setelah bayi berusia satu tahun.
Manfaat Menyusui
Manfaat ASI sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak, karena dengan
menyusui tidak hanya memberi keuntungan pada bayi saja, tetapi juga bagi ibu dan keluarga,
bahkan bagi negara.
Keuntungan menyusui bagi bayi, yaitu :
1. Ditinjau dari aspek gizi
Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang
yang optimal. Mudah dicerna dan diserap, karena perbandingan whey protein /casein
adalah 80/20, sedangkan susu sapi 40/60. Disamping itu ASI mengandung lipase yang
memecah trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Laktosa dalam ASI mudah terurai
menjadi glukosa dan galaktosa, dan enzim laktase sudah ada sejak bayi lahir.
2. Ditinjau dari aspek imunologi
3. Mengandung kekebalan antara lain:
4. Imunitas selular yaitu lekosit sekitar 4000/ml ASI yang terutama terdiri dari Makrofag
Imunitas humoral, misalnya IgA- enzim pada ASI yang mempunyai efek antibakteri
misalnya lisozim, katalase dan peroksidase.Laktoferin Faktor bifidus Antibodi lainnya:
Interferon, faktor antistafilokokus, antibodi HSV, B12 binding protein, dan komplemen C3
dan C4. Tidak menyebabkan alergi.
5. Ditinjau dari aspek psikologis
6. Mendekatkan hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang penting
untuk mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai mempercayai orang lain / ibu dan
akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.
7. Manfaat lainnya bagi bayi
a. Mengurangi insidens karies dentis
b. Mengurangi maloklusi rahang
c. Asi mengandung sekitar 13 macam hormon antara lain ACTH, TRH, TSH, EGF,
Prolaktin, Kortikosteroit, Prostaglandin, dll.
Keuntungan Menyusui
1. Bagi Ibu
a. Dapat mengurangi pendarahan post partum,mempercepat involusi uterus dan
mengurangi insidens karsinoma payudara.
b. Mendekatkan hubungan ibu dan anak serta memberikan perasaan dipelukan.
c. Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan kehamilan. Perlu
diketahui bahwa frekuensi menyusui yang sering baru mempunyai efek keluarga
berencana.
2. Bagi keluarga
a. Hemat karena tidak perlu menyediakan dana untuk membeli susu formula
b. Bayi jarang sakit, bisa menghemat biaya pengobatan
c. Mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3. Bagi bangsa dan Negara
a. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
b. Mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan Ibu dan anak.
c. Mengurangi subsidi biaya perawatan anak sakit.
d. Mengurangi devisa negara untuk membeli susu formula.
e. Meningkatkan kualitas generasi penerus.
Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil atau
menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya. Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air
susu kepada bayi dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-
kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI dekat puting
melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai
tiba saatnya bayi mengisapnya melalui puting payudara.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus
lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosi oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin
memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi
alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari
alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat
bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini
dinamakan let down reflect atau pelepasan. Pada akhirnya, let down dapat tanpa rangsangan
hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekadar memikirkan
tentang banyinya.
Kurangnya asupan ASI pada minggu pertama akan berdampak ikterik pada bayi.
Kebanyakan ikterik adalah keadaan fisiologis yang merupakan tindakan penyesuaian protektif
terhadap lingkungan di luar uterus. Ikterik fisiologis biasanya terjadi pada 2 -3 hari setelah
kelahiran, biasanya hilang dalam 7-10 hari, meskipun kadar bilirubin tetap meningkat untuk
beberapa minggu. Biasanya mencapai puncak 3-5hari setelah kelahiran
Teknik Menyusui
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan
dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
1. Persiapan menyusui
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan,
payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembanganya kelenjar-kelenjar
payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,
perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar,
puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin
menghitam.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak
menumpuk.
b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan
bayi.
c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.
Dalam menyusui yang lebih penting daripada menyiapkan payudara adalah menyiapkan
kepala anda. Masudnya, pelajari sebanyak mungkin hal tentang menyusui. Carilah dokter
ahli anak yang sangat setuju pemberian ASI. Carilah juga ibu lau yang mampu memberi
dukungan dan menjawab pertanyaan anda.
Kampanyekan niat memberikan ASI eksklusif pada pasangan dan keluarga karena
merekalah yang akan berada di sekeliling anda saat bayi lahir (kehadiran mereka bisa
menguatkan atau melemahkan keputusan anda). Kalau perlu bekali mereka dengan informasi
yang cukup.
Tidak ada perawatan khusus untuk puting atau payudara sebelum menyusui. Puting
sudah dirancang untuk menyusui. Dalam banyak kasus, mereka akan menjalankan fungsinya
dengan sukses tanpa persiapan.
Perawatan puting malah dapat berbahaya misalnya pengolesan puting dengan minyak,
alcohol, atau mencucinya dengan sabun akan membuat puting kering sehingga lebih mudah
pecah. Menggosok putting dengan sikat bisa mengiritasi jaringan. Memijat payudara atau
puting saat anda masih hamil pun tidak dianjutkan karena bisa memulai terjadinya kontraksi.
Jika anda bersikeras ingin melakukan persiapan, periksakan payudara anda pada dokter
kandung untuk mengetahui apakah ada kelainan anatomi, seperti puting terbalik atau
kelenjar yang kurang berkembang dengan baik.
29
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASi dan oleskan disekitar
puting, duduk dan berbaring dengan santai.
b. Bayi diletakkan menghadapi ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidup bayi berhadapan dengan puting susu,
dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya
dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
c. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu
dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka dan bibir bawah bayi
membuka lebar.
30
l. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh Jawa) setelah menyusui.
Cara menyendawakan bayi:
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian
punggunnya ditepuk perlahan-lahan,
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudaia punggungnya ditepuk
perlahan-lahan.
Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan
atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui
bayinya. Bayi yang sehat dapat menyosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang
teratur menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu
kemudian.
Menyusui yang dijadwalkan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan
menyusui tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak
masalah yang mungkin timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna
bagi ibu yang bekerja, karena dengan sering disusukan pada malam hari
akan memacu produksi ASI, dan juga dapat mendukungh keberhasilan
menunda kehamilan. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua
payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui harus digunakan kedua
payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi
ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir
disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang
(BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
31
Membantu bayi melekat pada payudara
Memberi ASI perah pada ;
1. BBLR yang tidak dapat menyusu
2. Bayi sakit yang tidak dapat menyusu
3. Bayi yang kesulitan dalam koordinasi menyusu
4. Bayi yang menolak menyusu, sementara bayi belajar menyukai
proses menyusu
Mempertahankan pasokan ASI saat ibu / bayi saakit
Meninggalkan ASI untuk bayi ketika ibu bekerja
Menjaga produksi ASI, kesehatan payudara
Mencegah putting dan kalang menjadi kering / lecet
Memerah dan pasteurisasi ASI dari ibu yang terinfeksi HIV
Merangsang refleks oksitosin
32
tidka berhasil (ini merupakan True Inverted Nipple) maka usaha koreksi
selanjutnya adalah dengan tindakan pembedahan (operatif).
33
- Payudara siurut (massage), setelah itu bayi disusui
- Bayi disusui lebih sering
5. Mastitis (peradangan payudara)
Penyebab:
Umumnya didahului dengan: putting susu lecet, saluran air susu tersumbat atau
pembengkakan payudara.
Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat
- Untuk mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet analgetika
- Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotika.
- Bayi disusui mulai dengan payudara yang mengalami peradangan, dan ibu
jangan dianjurkan menghentikan menyusui bayinya.
- Istirahat yang cukup.
6. Sekresi dan pengeluaran air susu kurang
Penyebabnya:
- Isapan pada putting susu jarang, atau diisap terlalu singkat
- Metode isapan bayi kurang efektif
- Bayi sudah mendapat makanan tambahan hingga keinginan untuk menyusu
berkurang.
- Nutrisi (makanan) ibu kurang sempurna
- Adanya hambatan atas lets down reflex, misalnya oleh karena stress atu
cemas
- Obat-obatan yang menghambat sekresi air susu
- Kelainan hormonal
- Kelainan parenchym payudara.
7. Abses payudara
Penyebab: Infeksi bakterial, khususnya staphylococcus virulent
Penanganan:
- Kultur pus atau sekresi dari putting susu, untuk menentukan antibiotika yang
ampuh
- Pus dikeluarkan dengan pompa payudara.
- Atau kalau ada indikasi untuk tindakan operatif, dibuat pengeluaran
(drainage) pus
- Jika penyebabnya bukan bakteri virulent, bayi dapat diberi air susu ibunya
asal saja si ibu sudah diberi antiobiotika 12 jam sebelumnya
- Ibu dengan keadaan penyakitnya berat dan keadaan umum tidak baik, bayi
diberi ASI donor.
8. Tumor Payudara
Tumor payudara yang dijumpai pada masa laktasi, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan biopsi tanpa menghentikan laktasi. Dari pemeriksaan patologi
sediaan biopsi ini, sikap tentang laktasi diputuskan. Laktasi dapat dilanjutkan
jika tumor jinak, kemudian tumor dieksterpasi (dibuang).Jika ibu mendesak
34
untuk segera dilakukan ekstirpasi, maka permintaan ini dikabulkan tanpa
menghentikan laktasi. Jika ternyata jenis tumor ganas (kanker), maka laktasi
segera dihentikan (bayi disapih). Kanker payudara lebih sering dijumpai pada
kelompok ibu yang tidak menyusui bayinya dibandingkan dengan kelompok
ibu yang menyusui bayi.
9. Ibu menderita hepatitis atau pembawa kuman (carrier)
Ibu yang darahnya mengandung hepatitis B antigen dapat menularkannya
ke bayi semasa hamil (transplacental), pada waktu persalinan, dan akibat
hubungan (kontak) yang berlangsung lama antara ibu-bayi. Penularan dari ibu
kepada bayi ini dikenal dengan istilah Vertical Transmission. Beberapa
peneliti melaporkan bahwa air susu penderita Hepatitis B mengandung
hepatitis B antigen, tetapi penularan melalui ASI belum dapat dipastikan. Bayi
yang lahir harus diberi Hepatitis B immunoglobulin. Ibu yang dalam keadaan
infeksi aktif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya.
10. Herpes
Ibu yang mendapat infeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI. Untuk
mencegah penularan, laktai dihentikan.
11. Persalinan operatif (seksio sesarea)
Seksio sesarea tanpa komplikasi berat, ibu dapat menyusui bayinya 12 jam
pasca persalinan. Sebaiknya obat-obatan untuk si ibu diberikan setelah bayi
disusui. Bayi yang dilahirkan dengan seksio sasarea dan belum dapat disusui,
ASI harus dipompa dan diberikan kepada bayinya dengan menggunakan
sendok teh.
12. Toksemia
Persalinan pada ibu yang menderita pre eklampsia/eklampsia yang masih
mendapat pengobatan diuretik, antihipertensi ataupun sedativa, sebaiknya bayi
jangan diberi ASI. ASI dipompa dan dibuang, dan bayi diberi air susu ibu dari
donor. Setelah kondisi ibu pulih dan obat-obatan dihentikan, ibu dianjurkan
menyusui bayinya.
13. Tuberkulosis
Ibu yang menderita TBC boleh menyusui bayinya. Si Ibu diberi
pengobatan dan bayi diberi INH atau divaksinasi dengan BCG dari jenis INH
35
resistant straint. Ibu yang menderita TBC payudara TBC payudara tidak
dianjurkan menyusui bayinya.
14. Lepra
Ibu penderita lepra dibolehkan menyusui bayinya. Ibu dan bayi
berhubungan hanya waktu menyusui, setelah selesai, dipisah kembali. Ibu dan
bayi diberi pengobatan oral diaminodiphenyl sulfone.
15. Diare oleh sebab infeksi bakterial
Ibu yang menderita diare oleh bakteri boleh menyusui bayinya setelah
lebih dahulu si Ibu diberi pengobatan.
16. Diabetes melitus
Ibu penderita diabetes mellitus dibolehkan menyusui bayinya.
17. Hypertyroidisme
Ibu penderita hypertyroidisme boleh menyusui bayinya, asal saja kadar T4
dan TSH dalam darah bayi diukur secara berkala.
18. Psikosis
Ibu yang menderita psikosis tidak dianjurkan menyusui bayinya oleh
karena dikhawatirkan bayi mendapat perlakuan buruk.
19. Ibu bekerja
Penyebab utama penyapihan bayi adalah ibu yang aktif bekerja. Sebaiknya
diberi kesempatan pada si Ibu untuk menyusui bayinya ditempat ia bekerja.
36
3. Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
4. Pastikan bahwa pada wadah ASI telah diberi label berisi nama anak dan
tanggal ASI diperah.
5. Tanggal kapan ASI diperah perlu dicantumkan untuk memastikan bahwa
ASI yang dipakai adalah ASI yang lebih lama.
6. Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih
baru pada wadah penyimpanan.
7. Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian
berikutnya.
8. Putarlah kontainer ASI agar bagian yang mengandung krim pada bagian
atas tercampur merata. Jangan mengocok ASI karena dapat merusak
komponen penting dalam susu
Wadah Penyimpanan ASI
1. Botol atau jenis wadah lainnya yang terbuat dari kaca (beling) dengan
tutup yang rapat
2. Botol atau wadah plastik dengan permukaan yang keras (jenis yang
tembus pandang dan tidak buram) dan mempunyai tutup yang rapat
3. Kantong plastik khusus untuk menyimpan ASIP
4. Kantong plastik makanan dengan label food grade
Botol Kaca Plastik ASIP
Bisa dipakai ulang Sekali pakai
Volume lebih berat Volume lebih ringan
Bahan botol kaca yang rentan pecah Bahan plastik yang praktis
ASIP cenderung lebih aman karena Rentan bocor
bahan kaca yang kokoh dan tutup
karet tidak mudah tumpah
Membutuhkan lebih banyak ruangan Membutuhkan lebih sedikit
di kulkas ruangan di kulkas
Biaya relatif lebih mahal Biaya relatif lebih murah
Tabel 3. Wadah Penyimpan Asi
37
Tabel 4. Cara Penyimpanan ASI
Tempat Suhu Durasi Keternagan
Meja Suhu 6-8 jam Wadah harus ditutupi dan dijaga
ruangan sedingin mungkin. Bila perlu dibalut
(max dengan handuk dingin
250C)
Cooler -15 40C 24 jam Pastikan es batu menyentuh wadah ASI
bag sepandang waktu. Hindari membuka
tertutu cooler bag
p
Lemari 40C 5 hari Simpan ASI pada bagian belakang
es lemari es
Freezer
Freezer -150C 2 minggu Simpan ASI pada bagian
degan belakang freezer dimana suhu
lemari berada dalam kondisi paling
es 1 stabil. ASI yang disimpan lebih
pintu lama dari waktu yang dianjurkan
Freezer -180C 3-6 bulan
tetap aman, tetapi kandungan
degan
lemak mulai terdegradasi
lemari
sehingga kualitas menurun
es 2
pintu
Freezer -200C 6-12 bulan
degan
pintu di
atas
Panduan Menyimpan ASI Perah untuk Bayi Sehat yang Lahir Aterm
38
3. Untuk ASI beku: pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam atau ke
dalam bak berisi air dingin. Naikkan suhu air perlahan-lahan hingga
mencapai suhu pemberian ASI
4. Untuk ASI dalam lemari es: Hangatkan wadah ASI dalam bak berisi air
hangat atau air dalam panci yang telah dipanaskan selama beberapa menit.
Jangan menghangatkan ASI dengan api kompor secara langsung.
5. Jangan menaruh wadah dalam microwave. Microwave tidak dapat
memanaskan ASI secara merata dan justru dapat merusak komponen ASI
dan membentuk bagian panas yang melukai bayi. Botol juga dapat pecah
bila dimasukkan ke dalam microwave dalam waktu lama.
6. Goyangkan botol ASI dan teteskan pada pergelangan tangan terlebih
dahulu untuk mengecek apakah suhu sudah hangat.
7. Berikan ASI yang dihangatkan dalam waktu 24 jam. Jangan membekukan
ulang ASI yang sudah dihangatkan.
39
Terkadang seorang bayi tidak mendapatkan cukup ASI. Tapi ini biasanya
karena bayi tidak cukup sering menyusu, atau tidak menyusu secara efektif. Hal
ini jarang disebabkan karena ibu tidak cukup memproduksi ASI. Hal tersebut yang
perlu diperhatikan bagi setiap ibu yang menyusui. Beberapa tanda bayi
cukup/tidak mendapatkan ASI serta beberapa alasan bayi mungkin tidak
mendapatkan cukup ASI akan dipaparkan dalam tabel.
TANDA
TANDA BAYI CUKUP
TANDA ASIMUNGKIN TIDAK CUKUP MENDAPAT ASI
BAYI
Jumlah BAK paling sedikit 6 DAPAT DIPERCAYA
kali sehari.
Pertambahan
Terutama bagi berat badanberusia
bayi yang kurang<6 minggu,
(Pertumbuhan berjalan
frekuensi lambat
buang air besardari kurva
(BAB)
standard).
paling tidak 2-5 kali sehari. Hal ini tidak Bayibayi
berlaku bagi baru
yanglahir kehilangan
berusia >6
minggu. berat badan lebih dari 10% dari berat
Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan
cukup. lahir; atau kurang dari berat lahir saat
40
- Awal yang - Kurang percaya - Pil kontrasepsi - Penyakit
- Diuretika - Cacat
tertunda diri
- Kehamilan
- Pelekatan tidak - Khawatir, stress bawaan
- Malnutrisi berat
- Tidak senang
baik - Alkohol
- Menyusui pada menyusui - Perokok
- Penolakan - Tertinggalnya
waktu-waktu
terhadap bayi sisa plasenta
tetap
- Kelelahan
- Menyusui tidak (jarang)
- Perkembangan
sering
- Tidak menyusui payudara tidak
malam hari baik (amat
- Menyusui dalam
jarang)
waktu singkat
- Botol, empeng
- Makanan lain
- Cairan lain (air
putih, teh)
Tabel 7. Alasan Bayi Tidak Cukup ASI
Zat2
Kebut uhan
Makan
41
Rata rata produksi ASI/hari 850 cc (600 kkal)
Laktasi berlangsung selama 3 bl, &selama itu BBI ibu menurun jumlah
kalori tambahan harus ditingkatkan
5. Sumber karbohidrat
BM yg mengandung KH kompleks
Nasi (makanan pokok dicampur jagung kuning, labu kuning, ubi merah
(mengandung karoten)
6. Sumber Protein
Ikan, ayam, daging, hati ayam/sapi
Susu non fat, tempe, tahu dan kacang-kacangan
7. Sumber Lemak
Lemak tidak jenuh
Minyak kedelai, minyak kacang, minyak biji bunga matahari, minyak
kelapa sawit
8. Sumber serat
Minimal 1 sayuran per hari
Sumber : bayam, daun katuk, buah bit, ubi jalar, dan biji-bijian
42
Gambar 6. Gizi untuk Ibu Menyusui
10. PROTEIN
Perlu tambahan 20g/hr
100 cc ASI mengandung 1,2 g protein
850 cc ASI mengandung 10 g protein
Efisiensi konversi protein makanan menjadi protein susu hanya 70%
Secara umum, keterampilan konseling ASI Eksklusif meliputi atas bebera aspek
seperti yang tergambar pada grafik di bawah ini:
43
MP e e r n c i
adgl a yk e i a an j g i
DaRP r r i i wk r o i a s a
dnye as a t n
DdM a u e n k n
uMy u n e s g m u a
inp e l a j
a r i
Gambar 7. Aspek Ketrampilan ASI eksklusif
Tujuan dari mempelajari praktik konseling ASI Eksklusif dalam sub tema
mendengarkan dan mempelajari adalah:
1. Mempraktikkan mendengarkan dan mempelajari
2. Mempraktikkan menilai proses menyusui dengan ibu dan bayi di bangsal atau
klinik
44
diberikan dengan menjawab YA atau TIDAK
Simulasi : Pertanyaan tertutup yang hanya dapat ibu jawab dengan Ya
atau Tidak
PK : Selamat pagi, Bu (nama). Saya (nama), bidan di desa. Apa (nama
bayi) sehat?
Ibu : Ya, terima kasih.
PK : Apa Ibu menyusuinya?
Ibu : Ya.
PK : Apa ada kesulitan?
Ibu : Tidak.
PK : Apa (nama bayi) sering menyusu?
Ibu : Ya.
Simulasi : Pertanyaan terbuka
PK : Selamat pagi, Bu (nama)? Saya (nama), bidan di desa. Bagaimana
keadaan (nama bayi)?
Ibu : Baik, dia kelaparan.
PK : Boleh saya tahu, bagaimana Ibu memberinya minum?
Ibu : Dia menyusu. Saya cuma memberi susu satu botol kalau sore.
PK : Apa yang membuat Ibu memutuskan untuk memberi botol?
Ibu : Kalau sore dia minum banyak sekali, jadi saya pikir ASI saya
kurang.
45
PK : Mmm. (mengangguk dan tersenyum.)
Ibu : Yah, saya agak khawatir kemarin, karena dia muntah-muntah.
PK : Oh ya (mengangkat alis, tampak tertarik )
Ibu : Saya pikir jangan-jangan ada sesuatu yang saya makan, sehingga ASI
saya tidak cocok buat bayi.
PK : Ooh! (mengangguk dengan simpatik.)
D. MENGATAKAN KEMBALI
Para petugas kesehatan kadang mengajukan banyak pertanyaan faktual
kepada ibu. Akan tetapi, jawaban terhadap pertanyaan tersebut sering tidka
berguna. Semakin lama, ibu mungkin semakin sedikit berbicara dalam
menjawab pertanyaan. Akan lebih bermanfaat dengan mengulangi kembali
apa yang ibu katakan
Simulasi : Melanjutkan pertanyaan
PK : Selamat pagi, Bu (sebutukan nama). Apa kabar Ibu dan (sebutkan
nama bayi) hari ini?
Ibu : Bayi saya ingin minum terus, dia menyusu setiap saat!
PK : Kira-kira seberapa sering ya Bu?
Ibu : Kira-kira tiap setengah jam.
PK : Apa bayi ibu juga menyusu kalau malam?
Ibu : Iya.
46
E. EMPATI
Bersimpati adalah suatu bentuk rasa kasihan terhadap seseorang,
tetapi melihanya dari sudut pandang kita. Sehingga terkadang tidak
membuat ibu merasa bahwa kita memahaminya. Sedangkan berempati
adalah kondisi dimana kita memahami perasaan seseorang dari sudut
pannag orang tersebut.
Contoh:
Seorang Ibu datang kepada Anda dengan keluhan:
bayi saya sering minta disusui, saa jadi capek sekali!
Respon:
1. oh, saya mengerti perasaan ibu. Bayi saya dulu juga sering minta
disusui, dan saya merasa capek! respon ini adalah contoh dari
bentuk SIMPATI
2. ibu merasa cepek sekali, ya? respon ini adalah contoh dari
bentuk EMPATI
Simulasi : Bersimpati
PK : Selamat pagi, Bu (sebut nama). Apa kabar Ibu dan (sebut nama bayi)?
Ibu : (Nama bayi) tidak mau menyusu, sepertinya sekarang dia tak suka ASI
saya
PK : Oh! Saya mengerti perasaan Ibu. Bayi saya dulu juga tidak mau
menyusu ketika saya kembali bekerja.
Ibu : Lalu apa yang dilakukan?
Simulasi : Berempati
PK : Selamat pagi, Bu (sebut nama). Apa kabar Ibu dan (sebut nama bayi)
hari ini?
Ibu : (sebut nama bayi) tidak mau menyusu - kelihatannya sekarang dia
tidak suka ASI saya!
PK : Sekarang Ibu merasa bayi ibu tidak menyukai Ibu?
Ibu : Iya, sepertinya dia tidak begitu menyayangi saya mulainya tiba- tiba
saja di minggu ini, setelah neneknya tinggal bersama kami. Neneknya senang
47
sekali memberinya susu botol!
PK : Ibu merasa, neneknya mau menjadi satu-satunya orang yang Memberi
dia minum?
Ibu : Iya - neneknya ingin merebut dia dari saya!
48
a. Pengertian
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan
lebih lanjut dari TRA. Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum
ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived
behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami
keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku
tertentu .Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu
perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata,
tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya
yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control
beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2005) menambahkan faktor latar
belakang individu ke dalam perceived behavioral control, sehingga secara
skematik perceived behavioral control dilukiskan sebagaimana pada
gambar 2.
49
individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada dasarnya
adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model
Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Dalam
kategori ini Ajzen (2005), memasukkan tiga faktor latar belakang,
yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal adalah sikap
umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality
traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya.
Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender),
etnis,pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah
pengalaman, pengetahuan, dan ekspose pada media.
2. Sikap
Menurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon terhadap suatu objek dalam bentuk rasa suka atau tidak
suka. Sikap merupakan kecenderungan untuk mengevaluassi dengan
beberapa derajat suka ( favor ) atau tidak suka ( unfavor ), yang
ditunjukan dalam respon kognitif, afektif, dan tingkalh laku terhadap
suatu objek, situasi, institusi, konsep atau orang / sekelompok orang.
Komponen sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
a) Kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai
oleh individu pemilik sikap. Mam menjelaskan bahwa komponen
kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimliki
individu mengenai sesuatu. Contohnya adalah sikap profesi medis.
Percaya bahwa profesi medis seperti dokter dan perawat
berhubungan dengan kepercayaan yang tidak profesional, tidak
berkualifikasi baik, hanya berorientasi pada uang adalah beberapa
contoh kepercayaan negatif yang dipikirkan seseorang yang
kemudian akan mengarahkan orang tersebut pada akhirnya
memiliki sikap yang negatif terhadap profesi medis, demikian juga
sebaliknya jika ia memiliki kepercayaan yang positif.
b) Afektif
50
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek
sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah
yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh
pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.Apabila
diaplikasikan pada contoh sikap terhadap profesi medis diatas,
seseorang yang memiliki perasaan jijik terhadap profesi medis dan
apa yang dikerjakannya akan melahirkan sikap yang negatif pada
orang tersebut, demikian sebaliknya jika ia memiliki perasaan
positif, maka ia juga akan memiliki sikap positif pada profesi
medis.
3. Norma Subjektif
Norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap
adanya tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan
tingkah laku. Selain itu ,Ajzen juga mendefinisikan norma
subjektif sebagai belief seseorang individu atau kelompok tertentu
menyetujui dirinya untuk menampilkan tingkah laku tertentu.
Peran Norma Subjektif untuk melakukan seseuatu yang
penting, biasanya seseorang mempertimbangkan apa harapan orang
lain ( orang orang terdekat, masyarakat ) terhadap dirinya.
Namun, harapan orang orang lain tersebut tidak sama
51
pengaruhnya. Ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang
cenderung diabaikan.
Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih
memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan
tersebut, akan lebih menyokong kemungkinan seseorang
bertingkah laku sesuai dengan harapan.
52
meningkatkan terwujudnya niat kedalam tingkah laku pada saat
yang tepat. Individu bisa saja memiliki sikap yang positif dan
persepsi bahwa orang lain akan sangat mendukung tindakannya
tersebut, namun ia mungkin saja tidak dapat melakukannya karena
ia terhambat oleh faktor seperti perasaan tidak mampu untuk
melakukannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun
individu memiliki sikap, dan norma subjektif yang mendukungnya
untuk melaksanakan suatu tingkah laku, namun eksekusi tingkah
laku itu sendiri masih bergantung pada faktor kontrol perilaku yang
dirasakan yang ia miliki.
Pengukuran kontrol Perilaku yang dirasakan ini dapat diukur
secara langsung dengan memberikan pertanyaan pada individu
apakah ia mampu menampilkan suatu tingkah laku yang
diinginkannya atau apakah individu tersebut percaya bahwa ia
dapat melakukannya dengan sepenuhnya di bawah kontrol mereka.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa control
belief mengacu pada persepsi seseorang apakah ia mempunyai
atau tidak mempunyai kapasitas untuk menunjukkan perilaku.
Kontrol perilaku yang dirasakan diukur dengan menggunakan 2
skala yaitu :
a. Skala yang mengukur control belief subjek yaitu mengenai
ada tidaknya faktor yang menghambat atau mendorong untuk
menampilkan perilaku.
b. Skala yang mengukur perceived power yaitu mengenai
persepsi individu terhadap kekuatan faktor faktor yang ada
dalam mendorong atau menghambat ditampilkannya
perilaku.
5. Niat
Niat berperilaku menurut Fishbein, Ajzen dan banyak peneliti
merupakan suatu predictor yang kuat tentang bagaimana seseorang
bertingkah laku dalam situasi tertentu.Dapat disimpulkan bahwa
niat merupakan predictor yang kuat dari perilaku yang
menunjukkan seberapa keras seseorang mempunyai keinginana
53
untuk mencoba, seberapa besar usaha mereka untuk merencanakan,
sehingga menampilkan suatu tingkah laku.
Fishbein dan Ajzen mengatakan bahwa seberapa kuat niat
seseorang menampilkan suatu perilaku ditunjukkan dengan
penilaian subjektif seseorang ( subjective probability ), apakah ia
akan melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut. Beberapa
ahli juga berpendapat bahwa cara yang paling sederhana untuk
memprediksi apakah seseorang akan melakukan sesuatu adalah
dengan menanyakan apakah mereka berniat atau mempunyai niat
untuk melakukannya. Oleh karena itu, niat diukur denagn meminta
seseorrang untuk menempatkan dirinya dalam sebuah dimensi
yang bersifat subjektif yang meliputi hubungan antara individu
dengan perilaku.
6. Perilaku
Secara etimologis kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi
seseorang ( individu ) terhadap rangsangan / lingkungan. Selain itu,
perilaku juga merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam
usaha memenuhi kebutuhan. Dari aspek biologis, perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organism atau makhluk hidup yang
bersangkutan.
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner
ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon).
Theory Planned Behaviour merupakan pengembangan lebih
lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA). Konstruk yang
belum ada adalah kontrol perilaku yang dipersepsi. Konstruk ini
ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki
individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata
lain, dilakukannya atau tidak dilakukannya perilaku tidak hanya
ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata tapi juga
persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang
54
bersumber pada keyakinannya terhadap control tersebut (control
beliefs).
Sebagai aturan umum, semakin baik sikap dan norma
subjektif dan semakin besar control yang dirasakan, semakin besar
niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
55
penerapan PHBS oleh warga sekolah tersebut, apakah PHBS
benar-benar diterapkan dengan baik oleh semua pihak atau
tidak. Selain itu, kebiasaan di lingkungan keluarga juga
memberikan pengaruh terhadap siswa untuk mau menerapkan
PHBS di sekolah. Saat semua warag sekolah atau sebagian
besar warga sekolah melaksanakan PHBS di sekolah, maka
kemungkinan besar seorang siswa juga akan menerapkannya
karena jika tidak, ia akan merasa berbeda dengan
lingkungannya. Atau karena adanya peraturan di rumahnya
yang membentuk kebiasaan PHBS terhadap seorang siswa,
maka siswa tersebut akan memiliki kebiasaan PHBS
dimanapun dia berada. Dalam hal ini norma keluarga
mempengaruhi kecenderungan berperilaku dari siswa tersebut.
b. Kontrol Perilaku yang Disadari
Kontrol perilaku di sini adalah mengenai penilaian diri atas
kemungkinan dilaksanakannya suatu perilaku tetentu. Dalam
hal ini seorang siswa mampu atau tidak dirinya menerapkan
PHBS di sekolah serta mengenai ada tidaknya hambatan yang
mungkin menghalangi siswa tersebut untuk menerapkan PHBS
di sekolah. Dalam contoh kasus ini faktor control perilaku yang
disadari menurut kami memberikan pengaruh yang kecil karena
dalam penerapan PHBS, semua siswa pasti mampu
melaksanakannya selama ada sikap yang positif, apalagi
didukung dengan norma subjektif yang positif pula. Mengenai
hambatannya, pihak sekolah sebalum membuat komitmen
untuk menerapkan PHBS terhadap semua warga sekolah,
tentunya semua persiapan telah dilakukan, seperti sarana dan
prasarana, misal tempat sampah yang memadai, tempat cuci
tangan yang layak dan memadai, dan lain-lain.
c. Niat
Niat untuk melakukan sesuatu akan muncul setelah munculnya
sikap yang positif, adanya dukungan normatif yang positif dan
adanya kemampuan diri untuk melakukannya. Setelah seorang
siswa merasa bahwa PHBS di sekolah memang baik dan
56
penting untuk diterapkan karena nanti juga akan berdampak
baik bagi dirinya dan lingkungannya, dia juga termotivasi dari
orang-orang sekitarnya, serta merasa mampu untuk
melaksanakannya, maka akan muncul niat dalam diri siswa
tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah.
d. Perilaku
Niat yang muncul dalam diri siswa tersebut akan teraplikasi
dalam sebuah perilaku, yaitu perilaku hidup bersih di sekolah.
57
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
58
9. Ny. U 9 Juni 2017 Candirejo dr. Ginanto
10. Ny. T 9 Juni 2017 Candirejo dr. Ulil
11. Ny. I 14 Juni 2017 Ungaran dr. Laras
C. Kerangka Konsep
Informasi:
Pengetahuan Pertim- Norma subjektif
tentang ASI bangan yang memotifasi
eksklusif, keuntun ibu untuk
pengalaman gan dan memberikan ASI
memberikan kerugian eksklusif pada
ASI, iklan di memberi anak dalam
media massa kan ASI kondisi
terkait dengan eksklusif bagaimanapun
susu formula
59
-
j(
g
v
m
k
K
d
r
o
P
t
ilp
h
a
s
u
y
n
e
)
D. Kerangka Pelatihan dan Penelitian
60
E. Acara Pelatihan
Jadwal Materi Penanggung Jawab
08.00-08.15 Pembukaan Dr. Nugraha
61
BAB IV
PELAKSANAAN
Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama satu hari yaitu pada hari Senin, 8
Mei 2017 yang bertempat di aula Puskesmas Ungaran. Persiapan dilakukan pada
pukul 07.30 wib hingga pukul 08.00 wib. Acara di mulai pukul 10.00 wib, saat
peserta datang peserta mengisi daftar hadir lalu duduk sesuai keinginan. Setelah
semua peserta terkumpul acara dimulai dengan sambutan dari kepala puskesmas
ungaran dan dilanjutkan pembukaan secara simbolis dengan diserahkannya modul
ASI eksklusif kepada salah satu perwakilan kader desa.
Sebelum acara pemberian penyuluhan tentang ASI ekslusif dimulai para
peserta diharuskan mengikuti pre-test terlebih dahulu. Peserta duduk saling
membelakangi berjajar menjadi dua barisan, hal ini dilakukan agar menambah
obyektivitas dari masing masing peserta. Setelah dilakukan pre-test kegiatan
selanjutnya dimulai untuk penyuluhan tentang materi ASI eksklusif
Pemberian materi penyuluhan ASI eksklusif dilakukan secara
bergantian oleh dokter internship Puskesmas Ungaran Periode April Juli
2017. Secara berurutan materi yang diberikan adalah:
1. Cara perawatan payudara
2. Pentingnya melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
3. Pentingnya pemberian ASI eksklusif
4. Permasalahan-permasalahan dalam memberikan ASI eksklusif
5. Cara memerah ASI dan menyimpan ASI perah
6. Tanda-tanda kecukupan pemberian ASI pada bayi
7. Gizi untuk ibu hamil dan ibu menyusui
8. Bermain peran: pelaksanaan konseling ASI Eksklusif dari kader ke ibu
menyusui
Selama materi diberikan peserta antusias dalam menyimak dan
bertanya. Setelah pemberian materi selesai, peserta melanjutkan acara
yaitu role play, peserta dibagi menjadi tujuh pasang yang terdiri dari satu
kader dan satu ibu menyusui untuk melakukan role play. Role play
tersebut dilakukan selama 30 menit dengan 2 sekenario yang berbeda.
Mereka diharapkan dapat menggunakan materi-materi yang telah
diberikan.
Acara pelatihan dan penyuluhan ASI eksklusif di tutup dengan
evaluasi dan post-test, selain itu ibu akan dikunjungi kembali kerumah
satu bulan setelah pelatihan ini untuk merefres kembali dan memantau ASI
62
ekslusif. Para dokter mengevaluasi role play yang sudah dilakukan para
kader desa dan ibu menyusui tersebut. Dari pelatihan tersebut didapatkan
hasil pre-test dan post-test sebagai berikut:
Jumlah Peserta dengan Jawaban Betul
Nomor Pertanyaan
Pre Test Post Test
1. 19 20
2. 18 19
3. 16 20
4. 19 19
5. 19 20
6. 18 20
7. 15 17
8. 19 20
9. 16 19
10. 17 20
Dilihat dari hasil pre dan post test terdapat peningkatan dari para
peserta. Dari hasil pelaksanaan role play, didapatkan hasil sebagai berikut:
Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Komunikasi non-verbal V
2. Mengajukan pertanyaan terbuka V
3. Respon yang menunjukkan perhatian V
4. Mengatakan kembali V
5. Empati V
6. Menghindari kata-kata yang menghakimi V
Keterangan:
- Nilai 0 diberikan apabila aspek penilaian tidak dilakukan
- Nilai 1 diberikan apabila aspek penilaian dilakukan namun tidak sempurna
- Nilai 2 diberikan apabila aspek penilaian dilakukan dengan sempurna
Dari hasil role play, konselor dinilai sudah cukup baik dalam
memnerikan konseling tetapi masih kurang dalam penggalian masalah dan
penyampaian ulang atau bagian kesimpulan.
Yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan penyuluhan ini
adalah : peserta yang datang terlambat membuat acara menjadi semakin
terburu waktu, selain itu terdapat peserta yang tidak hadir dalam pelatihan
ASI eksklusif ini. Selain itu banyak bayi yang rewel dan ibu harus keluar
masuk ruangan untuk menyusui bayinya.
63
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
64
11. Ny. I 26 IRT Swasta 7 65 7,2 Ungaran
Penilaian dari kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah dengan
melakukan memory recall dan pengamatan perilaku ibu melalui kuisioner
terstruktur. Penyusunan kuisioner didasarkan pada materi yang telah
disampaikan pada pelaksanaan pelatihan sebelumnya. Di samping itu,
secara kualitatif juga dilakukan indepth interview pada responden.
Kunjungan kepada responden dibagi menurut jumlah dokter
intership Puskesmas Ungaran sebagai peneliti dan lokasi tempat tinggal
responden. Dalam hal ini, peneliti tidak melakukan kunjungan pada
seluruh responden tersebut diatas, melainkan hanya pada salah satu dari
responden yaitu responden nomor 10.
Secara keseluruhan, kami melakukan analisa dari hasil wawancara
dengan menggunakan instrumen kuisioner dan indepth interview. Dalam
melakukan analisa ini, kami mengelompokkan karakteristik ibu
berdasarkan usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, pola
perilaku, dan dukungan keluarga. Penilaian yang kami berikan kami
paparkan dalam tabel 7, adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Kriteria Penilaian Kuisioner dan Indepth Interview Monev
Variable Definisi Hasil Ukur
Umur Penentuan umur responden 1 : muda 30thn
berdasarkan tahun kelahiran 2 : tua >30 thn
65
menyarankan untuk memberi
makan ke bayi?
2. Apakah keluarga memberikan
informasi terkait dengan ASi
eksklusif?
3. Apakah kader sudah pernah
memberikan penjelasan ttg asi
eksklusif?
Berdasarkan penilaian tersebut, kami memperoleh gambaran data
sebagaimana tercantum dalam tabel 8 berikut ini.
66
Tabel 8. Gambaran Umum Pengetahuan dan Perilaku Ibu terhadap Berbagai Indikator Personal, Sosial, dan Informasi
No Responde Usia Pendidika Pekerjaan Pengetahuan Perilaku Dukungan Lingkungan
. n (th) n Ibu Ibu
1. R1 28 SMA IRT Kurang Kurang Lingkungan responden tidak mendukung untuk peberian ASI eksklusif.
2. R2 26 SMP IRT Baik Baik Responden mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusfi dari
keluarga dan suami.
3. R3 40 SMP IRT Baik Kurang Responden kurang mendapatkan dukungan dari keluarga.
Kader kesehatan tidak memberikan pengetahuan terkait dengan ASI
eksklusif.
Responden mendapatkan informasi mengenai cara merawat bayi, cara
mengasuh bayi, cara memberi ASI, dan makan yang bergizi dari ibu
responden
4. R4 35 SMP IRT Baik Baik Dukungan keluarga baik.
Kader kesehatan tidak memeberikan informasi mengenai ASI
eksklusif.
Responden mendapatkan informasi mengenai dari teman.
5. R5 28 SMA IRT Baik Baik Rresponden mendapatkan dukungan dari suami untuk memberikan
ASI eksklusif kepada anaknya.
6. R6 25 SMA IRT Baik Baik Responden mendapatkan dukungand ari suami dan anggota keluarga
lain untuk meberikan ASI eksklusif.
7. R7 34 SMA Buruh Baik Baik Responden mendapatkan dukungan penuh dari suami dalam
Pabrik memberikan ASI eksklusif sehingga membantu memfasilitasi peralatan
seperti cooler bag, botol kaca, dll.
8. R8 29 SMA IRT Baik Baik Responden mendapatkan dukungan meberian ASI eksklusif dari
keluarga.
67
Responden telah mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif dari
tenaga kesehatan
9. R9 30 SMA IRT Kurang Kurang Kader kesehatan serta bidan desa telah memberikan informasi mengenai
ASI eksklusif saat posyandu.
10. R10 27 SMA IRT Baik Baik Suami mendukung penuh istrinya untuk memberikan ASI eksklusif.
Orang tua responden tidak memberikan pengaruh agar memberikan
MP ASI.
Kader kesehatan dan orang tua telah berperan dalam memberikan
pengetahuan tentang ASI eksklusif.
11. R11 26 SMA IRT Baik Baik Responden telah menyelesaikan pemberian ASI eskklusif saat
dilakukan kunjungan rumah.
Informasi mengenai ASI eksklusif didaptkan dari kader kesehatan dan
tenaga medis
Responden mendapatkan dukungan penuh dari suami untuk
memberikan ASi eksklusif.
68
Berdasarkan data tersebut, peneliti dapat mencoba untuk menghubungkan
antara beberapa aspek, seperti usia, pendidikan, pekerjaan, dukungan keluarga,
dan dukungan tenaga kesehatan (nakes) terhadap tingkat pengetahuan ibu dan
perilaku ibu berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif kepada anak. Data
rekapitulasi hubungan antara aspek penilaian tersebut tercantum dalam tabel 9
berikut ini.
Tabel 9. Hubungan Aspek Personal, Sosial, dan Informasi terhadap Tingakat
Pengetahuan dan Perilaku Ibu pada Pemberian ASI Eksklusif
Tingkat Pengetahuan
Perilaku Ibu
No. Kriteria Ibu
Baik Tidak Baik Tidak
1. Usia <30 th (muda) 6 2 6 2
>30 th (tua) 3 2 1
3. Pendidikan SMP (rendah) 3 2 1
SMA (tinggi) 6 2 6 2
5. Pekerjaan Bekerja 1 1
Tidak bekerja 8 2 7 3
7. Dukungan Mendukung 9 9
Tidak mendukung 1 1 2
keluarga
9. Dukungan Nakes Mendukung 9 10
Tidak mendukung 2 1
69
Dari hasil kunjungan rumah tersebut, terdapat 20 pertanyaan dari kuisioner
yang diberikan dan telah dijawab secara keseluruhan oleh responden. Berikut
adalah hasil wawancara kepada responden dengan panduan kuisioner monitoring
dan evaluasi yang telah disusun oleh peneliti, seperti tencantum pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil Penilaian Kuisioner Monev
Responden Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 YA TIDAK
1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2
2 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 3
3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
5 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 8 3
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
7 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9 2
8 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 3
9 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 8 3
Pertanyaan
10 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4 7
11 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 8
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
13 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 6 5
14 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 4 7
15 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 3 10
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0
19 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 3
20 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 3
Keterangan:
- 0 adalah jawaban tidak
- 1 adalaj jawaban iya
Berdasarkan penilaian kuisioner dan interview yang dilakukan oleh
peneliti kepada responden nomor 3 dan 4, didadapatkan hasil sebagai berikut:
Dari kuisioner yang dibagikan peneliti memonitoring dan mengevaluasi
koresponden 3 dan 4 di desa langensari pada tanggal 7 juni 2017
Koresponden 3
70
Responden merupakan ibu rumah tangga dengan usia 40 tahun, memiliki
anak laki-laki yang lahir tanggal 22 februari 2017 dan sekarang memasuki usia
kurang lebih 4 bulan.
saya tidak melakukan perawatan apa apa dok, apalagi untuk melakukan
perawatan pada payudara. Saya sibuk dengan pekerjaan saya menyetrika
pakaian-pakaian tetangga dok untuk tambahan biaya melahirkan saat itu. Saat
melahirkan di bidan anak saya langsung di arahkan keputing saya dok, tidak
seperti yang sudah di terangkan kemaren
iya dok, saya masih ingat yang kemarin di tampilkan saat penyuluhan,
selain manfaatnya buat ngelawan infeksi, menyusui juga dapat mengurangi
perdarahan setelah melahirkan. Saat itu saya merasakan betl kencengnya perut
saya saat saya menyusui bayi saya
Saat dilakukan wawancara tentang cara menyusui ibu menceritakan dari awal
yaitu dengan mengeluarkan sedikit air susunya lalu dioleskan di puting hingga
kalang payudara, lalu bayi diarahkan ke puting dan kalang payudara agar mulut
bayi dapat mencangkup seluruhnya. Tetapi saat menyusu ibu tidak menopang
payudaranya dengan ibu jari dan jari telunjuk, ibu juga tidak memerah asi
71
dikarenakan produksi asinya terlalu sedikit. Setelah selesai menyusui anaknya ibu
selalu menyendawakan dengan cara di gendong dan di tepuk tepuk bagian
punggungnya. Berikut pemaparannya :
Saat dilakukan wawancara mengenai masalah jika payudara terasa nyeri dan
bengkak ibu tahu cara mengatasinya yaitu dengan cara mengompres dengan iar
hangat , berikut perntaan sang ibu :
saya pernah sekali mbangkaki dok, lalu saya kompres dengan air hangat
Saat ditanya tentang pemerahan ASI ibu tidak melakukan pemerahan ASI
dikarenakan ASI yang keluar hanya sedikit, selain tidak cukup untuk bayinya ASI
tersebut juga tidak bisa diperah. Sehingga ibu memilih untuk menambahkan susu
formula untuk si bayi dikarenakan si bayi terus menangis walaupun disusui, dan
menurut ibu bayi merasa tidak puas saat menyusu.
bagaimana memerah dok, ASI saya saja keluarnya sedikit sedikit dok,
kadang malah tidak keluar sama sekali, anak saya sering nagis terus dok kalau
setelah menyusu, saya jadi bingung, baru 5 hari lalu saya membeli susu formula
dok, lalu saya minumkan ke bayi saya pakai dot.
Saat ditanya tentang pertumbuhan berat badan si bayi apakah naik sesuai
garis hijau KMS ibu langsung mengambilkan buku KMS dan menceritakan bahwa
peningkatan berat badannya sesuai dengan garis hijau KMS tersebut
72
memang sudah lebih dari 6 kali dikarenakan ibu sering mengganti popok kurang
lebih 3 jam sekali.
tidak dok, anak saya tetap menangis walaupun saya susui, kadang dia juga
menolak saya susui, sudah sering saya coba dok tapi tidak bisa, jadi saya bero
susu formula tadi itu dok , tapi untuk buang air kecilnya banyak dok saya sering
mengganti popoknya tiap 3-4 jam sekali
saya tidak tahu tentang penambahan energi tersebut dok, saya sudah
makan banyak tapi asi saya tetap sedikit dok.saya biasanya makan nasi banyak
dan tempe dua butir, tapi memang tidak makan bermacam macam dok
Responden 2
Responden merupakan ibu rumah tangga berusia 35 tahun, memiliki anak laki
laki yang lahir pada tanggal 18 maret 2017 dengan usia 3 bulan.
iya dok, saya dari hamil pertama sudah rutin untuk melakukan perawatan
payudara menggunakan handuk hangat yang saya tempelkan ke payudara saya
73
dan saya pijat pijat sedikit. Saya tau ini dari kakak saya dok. Saat melahirkan
anak saya juga di IMD saya melahirkan di rst semarang.
iya dok, saya masih ingat yang kemarin di tampilkan saat penyuluhan,
selain manfaatnya buat ngelawan infeksi, menyusui juga dapat mengurangi
perdarahan setelah melahirkan.
Saat dilakukan wawancara tentang cara menyusui ibu menceritakan dari awal
ibu melakukan yaitu dengan cara puting susunya dibersihkan dengan air hangat
lalu lansung di minumkan ke bayi tidak dengan cara mengeluarkan air susu dan
dioleskan ke kalang. Saat menyusu Mulut bayi dapat mencangkup seluruhnya.
Setelah selesai menyusui anaknya ibu tidak menyendawakan bayinya. Berikut
pemaparannya :
saya tidak pakai air susu dok, saya malah pakai air matang hangat kadang
bayi juga langsung nyusu saja dok, gak pakai saya oleh air susu dulu. Tapi ulut
bayi pasti mencangkup sampai kalang dok kalau tidak sakit soalnya dok, tapi
jarang saya sendawakan dok
Saat dilakukan wawancara mengenai masalah jika payudara terasa nyeri dan
bengkak ibu tahu cara mengatasinya yaitu dengan cara mengompres dengan iar
hangat , berikut perntaan sang ibu :
saya pernah sekali mbangkaki dok, lalu saya kompres dengan air hangat
dan payudara tersebut saya susukan keanak saya
Saat ditanya tentang pemerahan ASI ibu tidak melakukan pemerahan ASI
dikarenakan ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak ada kesibukan selain
kerjaan rumah jadi ibu masih sempat untuk menyusukan anaknya jam berapapun
tiap anaknya menginginkannya.
74
tidak pernah saya perah dok, saya lanhsung susukan ke anak saya, karna
dirumah saya cuma mengerjakan pekerjaan rumah saja, tidak ada kesibukan
lain,.
Saat ditanya tentang pertumbuhan berat badan si bayi apakah naik sesuai
garis hijau KMS ibu langsung mengambilkan buku KMS dan menceritakan bahwa
peningkatan berat badannya sesuai dengan garis hijau KMS tersebut.
iya dok, sesuai garis hijau saya juga rutin menimbangkan anak saya
keposyandu.
iya dok , setiap anak saya rewel atau nangis langsung saya susui setelah
menyusu pasti langsung diem dan tertidur dok, buang air kecilnya juga banyak
dok. Saya sering menganti popoknya 3-4 jam sekali.
iya dok saya masih ingat yang di terangkan kemarin dok , saya juga sudah
makan nasi ikan sayur buah buahan dok
BAB VI
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
75
i. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ungaran.
ii. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu hamil dalam
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ungaran.
iii. Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan
penyuluhan, dialog interaktif, Focus Group Discussion (FGD),
seminar, jambore, dll
iv. Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah tentang
ASI dan masalah kesehatan lainyaa (dan kerahasiaannya dijamin).
v. Meningkatkan pengetahuan mengenai Pentingnya ASI eksklusif
B. Hambatan
i. Keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian. Sehingga peneliti
tidak dapat melakukan pengamatan secara utuh sampai responden
menyelesaikan periode ASI eksklusif.
ii. Keterbatasan cakupan responden.
iii. Ketidakhadiran perwakilan dari salah satu kelurahan (Desa Gogik)
baik dari bidan desa, kader kesehatan, maupun ibu hamil dan ibu
menyusui dalam pelatihan. Sehingga tidak didapatkan gambaran
pemberian ASI dari Desa Gogik.
C. Saran
i. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap ibu hamil tentang ASI
eksklusif dapat lakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu
metode ceramah dan pembagian leaflet.
ii. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar
memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi
lainnya kepada masyarakat terutama dengan metode ceramah guna
membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu
mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.
iii. Sebaiknya para petugas lebih berkoordinasi terhadap kader setempat
agar pencapaian ASI eksklusif lebih meningkat, selain itu harus ada
perhatian yang lebih terhadap ibu ibu menyusui.
76
77
Dokumentasi Kegiatan
78
KEgiatan Role Play
79
Kunjungan Rumah pada R4
80
DAFTAR PUSTAKA
1. Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi Eksklusif
Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008. Medan: FK USU
6. Brinch, J.:Menyusui bayi dengan baik dan berhasil. Ayah Bunda, gaya Favorit Press.
7. Center of Disease Control and Prevention. 2010. Proper handling and storage of
human milk.
www.cdc.gov/breastfeeding/recommendations/handling_breastmilk.htm pada
tanggal 1 Mei 2017
8. Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf
9. Depkes RI, 2003. Penatalaksanaan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum, Departeman
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
11. Dinas kesehatan Surabaya. Inisiasi Menyusu dini, manfaatnya seumur hidup. http:
www.surabaya-ehealth.org
12. Djamaludin, dkk, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Wahyu Media.
Jakarta
81
13. Emilia, Rika. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten
Simeulue (Nad) Tahun 2008 . Medan: FKM USU
14. Gartner L.M., Eidelman A.I. 2005. Breastfeeding and the use of human milk.
16. Irawati T., 2007. Menyusui pada satu jam pertama kehidupan dilanjutkan dengan
menyusui eksklusif 6 bulan, menyelamatkan lebih dari satu juta bayi. Available
from: http: www.pusatpromosikesehatan.com
17. Jones L., 2008. Principles to promote the initiation and establishment of lactation in
the mother of a preterm or sick infant. http: www.breastfeeding.com
19. La Leche League International. 2012.What are the LLLI guidelines for storing my
pumped milk. https://www.llli.org/faq/milkstorage.html
20. Lawrence, R.A.: Breast feeding. A guide for the medical profession. Second Edition.
The CV Mosby Company, Toronto, 1985.
21. Linkages. 2002. Pemberian ASI eksklusif: Satu-satunya sumber cairan yang
dibutuhkan bayi usia dini. Academy for educational.
http://www.linkagesproject.org
23. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta
24. Novak & Broom, 2001. Maternal and Child Health Nursing. Missiouri: Mosby, Inc.
82
28. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan Pelatihan Fasilitator
Konseling Menyusui oleh Departemen Kesehatan RI Tahun 2007
29. Perinasia, 2003. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta : Program Manajemen
Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
30. Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran.
31. Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
33. Riyanti, 2007. Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma
34. Roberte, W., Vermeersch, Williams., Nutrition and lactation. Third Edition.
35. Saleha, sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
39. Sri purwanti, H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku saku untuk bidan,
Jakarta: EGC
40. Sulystyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: CV. Andi Offset.
42. Winkjosastro, 2002. Ilmu Kandungan, Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirorahardjo
43. WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Geneva: Department
of Nutrition for Health and Development (NHD)
83
84