You are on page 1of 17

KONSEP DASARMEDIS

A. D e f i n i s i
Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat
peradangan padaepididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang
testis yang fungsinya sebagai pengangkut, tempat penyimpanan, dan pematangan
sel sperma yang berasal dari testis).Kondisi ini mungkin dapat sangat
menyakitkan, dan skrotum bisa menjadi merah, hangat,dan bengkak. Ini mungkin akut
(tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis.
B. E t i o l o g i
Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia klien, sehingga penyebabdari
timbulnya epididimitis dibedakan menjadi :
a) Infeksi bakteri non spesifik Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas,
Proteus, Klebsiella) menjadi penyebab umum terjadinya epididimitis pada
anak-anak, dewasa dengan usia lebihd a r i 3 5 t a h u n d a n h o m o s e k s u a l .
Ureaplasma urealyticum, Corynebacterium, Mycoplasma, dan Mima
polymorpha juga dapat ditemukan pada golongan penderitatersebut. Infeksi
yang disebabkan oleh Haemophilus influenza dan N meningitides sangat jarang
terjadi.
b) Penyakit Menular Seksual (PMS)Chlamydia merupakan penyebab tersering pada
laki-laki berusia kurang dari 35t a h u n d e n g a n a k t i v i t a s s e k s u a l
aktif. Infeksi ya n g disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae,
Treponema pallidum, Trichomonas dan Gardnerella vaginalis juga sering terjadi
pada populasi ini.
c) VirusVirus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada
epididimitisyang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria.
Mumps merupakanv i r u s ya n g s e r i n g m e n y e b a b k a n e p i d i d i m i t i s
s e l a i n C o x s a c k i e v i r u s A d a n Varicella.
d) TB (Tuberculosis) Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberculosis
sering terjadi di daerahendemis TB dan menjadi penyebab utama terjadinya TB
urogenitalis. Penyebab infeksi lain (seperti Brucellosis, Coccidioidomycosis,
Blastomycosis,Cytomegalovirus, Candidiasis, CMV pada HIV) dapat menjadi penyebab
terjadinyaepididimitis namun biasanya hanya terjadi pada individu dengan sistem imun
tubuhyang rendah atau menurun.
e) Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya refluks.
f) V a s k u l i t i s (seperti Henoch-Schnlein purpura pada
anak-anak) s e r i n g menyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi
sistemik.
g) Penggunaan Amiodarone dosis tinggiAmiodarone adalah obat yang digunakan pada
kasus aritmia jantung dengan dosisawal 600 mg/hari-800 mg/hari selama
1-3 minggu secara bertahap dan dosis pemeliharaan 400 mg/hari.
Penggunaan Amiodarone dosis tinggi ini (lebih dari 200m g / h a r i ) a k a n
menimbulkan antibodi miodarone HCL ya n g kemudian
a k a n menyerang epididimis sehingga timbullah gejala epididimitis. Bagian
yang seringterkena adalah bagian cranial dari epididmis dan kasus ini terjadi pada 3-11 %
klienyang menggunakan obat Amiodarone.
h) ProstatitisProstatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkano l e h b a k t e r i m a u p u n n o n b a k t e r i d a p a t m n ye b a r k e
s k r o t u m m e n ye b a b k a n timbulnya epididimitis dengan rasa nyeri yang
hebat, pembengkakan, kemerahandan jika disentuh terasa sangat nyeri.
Gejala yang juga sering menyertai adalahnyeri di selangkangan, daerah
antara penis dan anus serta punggung bagian bawah,demam dan menggigil.
Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang membengkak dan
terasa nyeri jika disentuh
i) Tindakan pembedahan seperti prostatektomiProstatektomi dapat menimbulkan epididimitis
karena terjadinya infeksi preoperasi pada traktus urinarius. Hal ini terjadi pada 13 %
kasus yang dilakukan prostatektomi suprapubik.
Kateterisasi dan instrumentasiTerjadi epididimitis akibat tindakan kateterisasi maupun
pemasangan instrumentasidipicu oleh adanya infeksi pada urethra yang menyebar hingga ke
epididimis.
j) Blood borne infectionEpididimitis terjadi melalui infeksi yang penyebarannya
melalui darah dari focus primer yang jauh, seperti kulit, gigi, telinga, dan
tenggorokan.
C. P a t o f i s i o l o g i
Epididimitis merupakan suatu infeksi epididimis yang biasanya turun dari
prostat atausaluran urine yang terinfeksi. Kondisi ini dapat juga terjadi
sebagai komplikasi dariGonorrhoeae. Pada pria dibawah 35 tahun penyebab utama
epididimitis adalah Chlamydiatrachomatis
. Infeksi mulai menjalar dari bagian atas melalui
u r e t h r a d a n d u k t u s ejakulatorius kemudian berjalan sepanjang
v a s d e f e r e n s k e e p i d i d i m i s . R a s a n ye r i dirasakan pada unilateral dan rasa
sakit pada kanalis inguinalis sepanjang jalur vas deferenskemudian mengalami nyeri
dan pembengkakan pada skrotum dan daerah lipatan paha. Epididimis
menjadi bengkak dan sangat sakit, suhu tubuh meningkat, menggigil, demamdan
urine dapat mengandung nanah (pyuria) dan bakteri (bakteriuria).

D. Manifestasi klinis
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari
sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh urethra
dan nyeri atau itching pada urethra (akibat urethritis), nyeri panggul dan frekuensi
miksi yangmeningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika
urinaria yang disebutCystitis), demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi
miksi yang meningkat, urgensi,dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada
prostat yang disebut Prostatitis),demam dan nyeri pada region flank (akibat infeksi
pada ginjal yang disebut Pielonefritis).Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada
skrotum. Nyeri mulai timbul pada bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat
akan menyebar ke seluruh testis, skrotumdan kadang ke daerah inguinal
disertai peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah
satu skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan muntah. Selainitu bisa juga disertai
dengan pembengkakan dan kemerahan testicular dan/atau scrotal danurethral
discharge. Gejala lain yang mungkin ditemukan antara lain benjolan di
testis, pembengkakan testis pada sisi epididimis yang terkena, pembengkakan
selangkangan padasisi yang terkena, nyeri testis ketika buang air besar, keluar nanah dari
urethra, nyeri ketika berkemih, nyeri ketika berhubungan seksual atau ejakulasi,
darah di dalam semen, dannyeri selangkangan

E. Komplikasi
Komplikasi dari epididimitis adalah :
a. Abses dan pyocele pada scrotum
b. I n f a r k p a d a t e s t i s
c. Epididimitis kronis dan orchalgia
d. Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi
dari duktusepididimis
e. Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism
f. F i s t u l a k u t a n e u s
g. Penyebaran infeksi ke organ lain atau sistem tubuh

F. Prognosis
Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan adekuat
sertam e l a k u k a n hubungan seksual yang aman dan
m e n g o b a t i p a r t n e r s e k s u a l n y a . Kekambuhan epididimitis pada seorang
klien adalah hal yang biasa terjadi.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan
bedah,yaitu :
a) P e n a t a l a k s a n a a n m e d i s Antibiotik digunakan bila diduga adanya
suatu proses infeksi. Antibiotik yang seringdigunakan adalah :
Fluoroquinolones, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti resistenterhadap
kuman Gonorrhoeae.
Cefalosporin (Ceftriaxon).
Levofloxacin atau Ofloxacin untuk mengatasi infeksi Chlamydia, pada
kasusyang disebabkan oleh organisme enterik (seperti E. coli) dan
digunakan padaklien yang alergi penisilin.
Doxycycline, Azithromycin, dan Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi
infeksi bakteri non gonokokal lainnya.
Pada anak-anak, Fluoroquinolones dan Doxycyc line sebaiknya
dihindari.Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih
sering menjadi penyebabepididimitis pada anak. Kotrimoksasol atau
penisilin yang cocok (misalnyaSefaleksin) dapat digunakan. Jika ada
penyakit menular seksual, pasangannya juga harus dirawat.
Penanganan epididimitis lainnya berupa penanganan suportif, seperti :
Pengurangan aktivitas.
Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total
selama duasampai tiga hari untuk mencegah regangan berlebihan pada skrotum.
Kompres es/kompres dingin pada skrotum untuk mengurangi rasa sakit.
Pemberian analgesik dan NSAID.
Mencegah penggunaan instumentasi pada urethra.
b) Penatalaksanaan bedahPenatalaksanaan di bidang bedah meliputi :
Scrotal exploration Tindakan ini digunakan bila telah terjadi
komplikasi dari epididimitis danorchitis seperti abses, pyocele,
maupun terjadinya infark pada testis. Diagnosist e n t a n g g a n g g u a n
intrascrotal baru dapat ditegakkan saat melakukan
orchiectomy.
Epididymectomy, Tindakan ini dilaporkan telah berhasil mengurangi nyeri
yang disebabkan olehepididimitis kronis pada 50 % kasus.
Epididymotomy Tindakan ini dilakukan pada klien dengan epididimitis akut
supurativa.

H. Pencegahan
Pada saat menjalani pembedahan, seringkali diberikan antibiotik profilaktik
(sebagaitindakan pencegahan) kepada orang-orang yang memiliki risiko
menderita epididimitis.Epididimitis akibat penyakit menular seksual bisa dicegah
dengan cara tidak melakukanhubungan seksual diluar nikah. Apabila epididimitis
yang diderita disebabkan oleh STD(Sexual Transmitted Disease), pasangan
atau partner klien juga perlu mendapatkan perawatan. Lakukan hubunagn
seksual yang aman, seperti seks monogamy (dengan 1orang saja), dan
penggunaan kondom akan membantu untuk melindungi dari STD yangdapat
menyebabkan epididimitis. Apabila klien menderita ISK kambuhan atau
faktor risiko lain yang bisa menyebabkan epididimitis, bisa disikusikan dengan
dokter untuk menentukan cara lain untuk mencegah kekambuhan dari epididimitis tersebut.

I. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1.Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dimana ditemukan leukosit meningkat dengan shift to the
left (10.000-30.000/ l).
Sperma analisa dimana terdapat leukosit > 1 juta/ml
Kultur semen sebagai konfirmasi untuk mendapatkan kuman
penyebab dariepididimitis.
Kultur urine dan pewarnaan gram untuk kuman penyebab infeksi.
Analisa urine untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak.
Tes penyaringan untuk Chlamydia dan Gonorrhoeae
Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita.
2. P e m e r i k s a a n r a d i o l o g i s
a) Colour Doppler Ultrasonography
Pemeriksaan ini memiliki rentang tentang kegunaan yang luas dimana
pemeriksaanini lebih banyak digunakan untuk membedakan
epididimitis dengan penyebab akutskrotum lainnya.
Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi
klien (sepertiukuran bayi berbeda dengan dewasa). Pemeriksaan
menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah pada
arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri
testikularis cenderungmeningkat.
Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mngetahui adanya abses
skrotum sebagaikomplikasi dari epididimitis.
Epididimitis kronis daapt diketahui melalui pembesaran testis dan
epididimis yangdisertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan
menimbulkan gambaran echoyang heterogen pada ultrasonografi.
b) N u c l e a r S c i n t i g r a p h y
Pemeriksaan ini menggunakan technetium -99 tracer
d a n d i l a k u k a n u n t u k mengkonfirmasi hasil pemeriksaan
aliran darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi
Pada epididimitis akut akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan kontras.
Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100 % dalam menentukan
daerah iskemiaakibat infeksi.
Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu.
K e t e r b a t a s a n d a r i p e m e r i k s a a n i n i a d a l a h h a r g a ya n g
m a h a l d a n s u l i t d a l a m melakukan interpretasi.
c) Vesicourethrogram (VCUG), Cystourethroscopy, dan USG abdomen Pemeriksaan
ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali congenital pada
klienanak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis

KONSEP DASARKEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. I d e n t i t a s
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin,
suku bangsa.
2. K e l u h a n u t a m a
Klien datang ke Rumah Sakit Sayang dengan keluhan nyeri dan pembengkakan
padaskrotum dan lipatan paha, menggigil, demam.
3. R i w a y a t p e n y a k i t
Faktor predisposisi timbulnya epididimitis tergantung usia klien dan terdiri dari
infeksi bakteri non spesifik (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus,
Klebsiella) , P M S (Penyakit Menular Seksual), virus (misalnya Mumps), TB
(Tuberculosis), penyakitinfeksi lain (seperti Brucellosis, Coccidioidomycosis,
Blastomycosis, Cytomegalovirus,C a n d i d i a s i s , CMV pada HIV),
obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital), vaskulitis
(seperti Henoch-Schnlein purpura pada anak-anak),
p e n g g u n a a n Amiodarone dosis tinggi, prostatitis, tindakan
pembedahan seperti prostatektomi,kateterisasi dan instrumentasi, dan blood
borne infection.
4. D a t a fokus : Data subjektif :-Klien mengatakan merasakan nyeri
pada skrotum dan lipatan paha- K l i e n m e n g e l u h d e m a m d a n
m e n g g i g i l - K l i e n m e n g e l u h n ye r i p a d a s e l a n g k a n g a n d a n
panggul
Klien mengatakan setiap berkemih dirasakan seperti ada rasa terbakar dan perih- K l i e n
mengatakan frekuensi berkemihnya meningkat -Klien
m e n g e l u h n ye r i k e t i k a b e r k e m i h -Klien mengeluh nyeri saat
melakukan hubungan seksual-Klien mengungkapkan perubahan
dalam respon seksual-Klien mengungkapkan rendahnya batas
kemampuan karena penyakit-Klien mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakitnyaData objektif :- K l i e n tampak meringis
kesakitan- K l i e n tampak g e l i s a h -Tampak ada
pembengkakan pada skrotum klien - S k a l a nyeri klien
1 - 1 0 Suhu tubuh klien > 37,5 derajat C- D e n y u t n a d i k l i e n > 1 0 0
x/menit- K l i e n tampak menggigil-Kulit klien
teraba h a n g a t -Kulit sekitar skrotum klien tampak
k e m e r a h a n -Klien tampak bingung ketika ditanya tentang
penyakitnya
B. Pemeriksaan diagnostik dan fisik
A.Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dimana ditemukan leukosit meningkat dengan
shift to the left (10.000-30.000/ l).

Sperma analisa dimana terdapat leukosit > 1 juta/ml

Kultur semen sebagai konfirmasi untuk mendapatkan kuman penyebab


dariepididimitis.

Kultur urine dan pewarnaan gram untuk kuman penyebab infeksi.

Analisa urine didapatkan hasil urine mengandung nanah dan bakteri.

Tes penyaringan untuk


Chlamydia
dan
Gonorrhoeae
.

Kultur darah bila dicurigai terjadi infeksi sistemik pada penderita.B.Pemeriksaan radiologis
1)Colour Doppler Ultrasonography
Pemeriksaan ini memiliki rentang tentang kegunaan yang luas dimana pemeriksaanini lebih
banyak digunakan untuk membedakan epididimitis dengan penyebab akutskrotum
lainnya.

Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi klien
(sepertiukuran bayi berbeda dengan dewasa).

Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran


darah pada arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri
testikulariscenderung meningkat.

Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya abses skrotum


sebagaikomplikasi dari epididimitis.

Epididimitis kronis dapat diketahui melalui pembesaran testis dan epididimis


yangdisertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan menimbulkan
gambaran echoyang heterogen pada ultrasonografi.
2)Nuclear Scintigraphy

Pemeriksaan ini menggunakan techn etium-99 tracer dan


dilakukan u n t u k mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang
meragukan dengan memakaiultrasonografi.

Pada epididimitis akut akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan kontras.

Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100 % dalam menentukan daerah


iskemiaakibat infeksi.

Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negative palsu.

K e t e r b a t a s a n d a r i p e m e r i k s a a n i n i a d a l a h h a r g a ya n g m a h a l
d a n s u l i t d a l a m melakukan interpretasi
Vesicourethtrogram (VCUG), Cystourethroscopy, dan USG abdomen

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali congenital pada


klienanak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.C.Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi ditemukan skrotum menjadi merah dan bengkak. Ini mungkin
akut(tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis, dan terdapat pembesaran skrotumdan
isinya, dan terdapat nanah pada urine.

Pada palpasi ditemukan testis pada posisi normal vertical, ukuran kedua testis sama besar, dan
tidak terdapat peninggian pada salah satu testis. Setelah beberapa hari,epididimis
dan testis tidak dapat teraba terpisah karena bengkak yang juga meliputitestis.
Akan teraba pembesaran atau penebalan dari epididimis secara keseluruhan,
dikauda atau di kaput yang mengindikasikan kuman penyebab infeksi. Ditemukan
jugarasa nyeri yang terlokalisir di epidididimis dengan suhu yang sedikit meningkat
karenaaliran darah meningkat di daerah tersebut. Kulit skrotum teraba panas,
kenyal, merah,dan bengkak karena adanya edema dan infiltrate. Funikulus
spermatikus juga turutmeradang menjadi bengkak dan nyeri.

Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal.

Phren sign
bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat kea t a s
karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada
t e s t i s . N a m u n pemeriksaan ini kurang spesifik.

Pembesaran kelenjar getah bening di region inguinalis.

Pada pemeriksaan colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronis


yaituadanya pengeluaran secret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.

Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan


Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomaly congenital pada traktusurogenitalis
seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dan lain-lain

DIAGNOSAKEPERAWATAN
1)
Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder
akibatepididimitis ditandai dengan suhu tubuh klien > 37,5
o
C, klien tampak menggigil,kulit klien teraba hangat, tampak ada pembengkakan pada skrotum
klien, kulitsekitarskrotumklientampakkemerahan,nadiklien>100x/menit.
2)
Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai dengan klientampak
meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala nyeri klien 4, denyut nadiklien > 100
x/menit.3)PK Infeksi4)Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh akibat prosespenyakit akibat epididimitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat
melakukanhubungan seksual, klien mengungkapkan perubahan dalam respon seksual,
klienmengungkapkanrendahnyabataskemampuankarenapenyakit.
5)
Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan
berhubungandengan kurang terpapar informasi ditandai dengan klien mengatakan
kurangmengetahui mengenai penyakitnya, klien tampak bingung ketika ditanya
tentangpenyakitnya
Intervensi
1)
Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunderakibat epididimitis ditandai
dengan suhu tubuh klien > 37,5
o
C, klien tampak menggigil, kulit klien teraba hangat, tampak ada
pembengkakan padaskrotum klien, kulit sekitar skrotum klien tampak
kemerahan, nadi > 100x/menit.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan suhu
tubuhklien kembali normal dengan kriteria hasil :

Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,5


o
C-37,5
o
C)

Klie tidak tampak menggigil


Klien melaporkan panas badannya turun

Tidak tampak pembengkakan pada skrotum klien

Tidak terdapat kemerahan di kulit sekitar skrotum klien

Nadi klien dalam batas normal (60-100 x/menit)


Mandiri :
1.Monitor suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan respirasi
s e c a r a b e r k a l a (minimal tiap 2 jam)
Rasional :
Suhu diatas 37,5
o
C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigilsering mendahului puncak
suhu.2.Pantau suhu lingkungan, batasi penggunaan selimut.
Rasional :
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
m e m p e r t a h a n k a n s u h u mendekati normal.3 . B e r i k a n k o m p r e s h a n g a t
Rasional :
Membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat membantu
mengurangidemam4.Anjurkan klien untuk mempertahankan asupan cairan
adekuat
Rasional :
Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena suhu tubuh yangtinggi
Kolaborasi :
1.
Berikan antipiretik dan antibiotic sesuai indikasi
Rasional :
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandaidengan klien tampak
meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala nyeriklien 4, nadi klien > 100 x/menit.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan nyeri
dapatterkontrol dengan kriteria hasil :

Klien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol

Klien tidak tampak meringis

Klien tidak tampak gelisah

Klien melaporkan skala nyeri berkurang (skala nyeri 1 -3), hilang


(skalanyeri 0), atau dapat dikontrol

Nadi klien dalam rentang normal (60-100 x/menit)


Mandiri :
1.Kaji karakteristik nyeri meliputi lokasi, waktu, frekuensi, kualitas,
faktor pencetus, dan intensitas nyeri
Rasional :
U n t u k m e n g e t a h u i t i n g k a t r a s a n ye r i s e h i n g g a d a p a t
m e n e n t u k a n j e n i s tindakannya.2.Kaji faktor-faktor yang dapat
memperburuk nyeri klien
Rasional :
Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat memperburuk nyeri klien,
dapatmencegah terjadinya faktor pencetus dan menentukan intervensi apabila
nyeriterjadi.3.Eliminasi faktor-faktor pencetus nyeri
Rasional :
Dengan mengeliminasi faktor-faktor pencetus nyeri, dapat mengurangi
risikomunculnya nyeri (mengurangi awitan terjadinya nyeri)4.Ajarkan teknik non
farmakologi (misalnya teknik relaksasi, guided imagery,terapi music, dan distraksi)
yang dapat digunakan saat nyeri datang.
Rasional :
Dengan teknik manajemen nyeri, klien bisa mengalihkan nyeri sehingga rasanyeri
yang dirasakan berkurang
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional :
Pemberian analgetik dapat memblok reseptor nyeri
3 ) P K I n f e k s i
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan
tidak adatanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :

Tidak terjadi komplikasi infeksi


Mandiri :
1.Pantau tanda dan gejala infeksi lanjut
Rasional :
Agar dapat memberikan intervensi yang tepat untuk klien2 . P a n t a u t a n d a - t a n d a
vital klien secara berkala
Rasional :
Takikardia, takipnea, demam, nadi cepat dan lemah menunjukkan terjadi
sindroma peradangan sistemik.3 . P a n t a u t a n d a - t a n d a
s e p s i s
Rasional :
Sepsis menandakan radang sistemik dengan gejala demam, menggigil, nadi
lemahdan cepat, hipotensi, lemah serta gangguan mental.
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional :
Agen antibiotik membantu mengeliminasi bakteri sebagai penyebab penyakit klien
Disfungsi seksual berhubungan dengan per ubahan fungsi tubuh
a k i b a t proses penyakit akibat epididimitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri
saatmelakukan hubungan seksual, klien mengungkapkan rendahnya
bataskemampuankarenapenyakit.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan fungsi seksualklien efektif
dengan kriteria hasil :
Fungsi seksual

Klien mengungkapkan penerimaan diri terhadap penyakit

Klien mengungkapkan percaya diri dengan fungsi seksualnya


Adaptasiterhadapketidakmampuanfisik

Klien mampu beradaptasi terhadap keterbatasannya

Mengungkapkan penurunan stress akibat ketidakmampuan fungsi seksual


Intervensi :
Konselingseksual
1.
Bangun hubungan terapeutik dengan klien
Rasional :
Hubungan terapeutik yang baik dapat membangun kepercayaan klien
terhadap perawat untuk mengungkapkan masalah seksual klien2 . B e r i k a n
privasi dan pastikan kerahasiaan terhadap masalah klien
Rasional :
Menjaga privasi klien sangat penting karena masalah seksual merupakan
masalahyang sensitive3 . M u l a i l a h d a r i t o p i c y a n g k u r a n g
sensitive ke paling sensitive
Rasional :
Pembicaraan dari topic yang kurang sensitive membantu agar klien merasa
nyamanmengungkapkan masalahnya4 . D i s k u s i k a n e f e k p e n y a k i t
terhadap respon seksual
Rasional :
Pemberian penkes mengenai proses penyakit membantu klien memahami penyebabdisfungsi
seksualnya5 . D i s k u s i k a n p e n g o b a t a n y a n g d i p e r l u k a n
klien
Rasional :
Pengobatan pada penyakit klien atau pemilihan pengobatan masalah seksual
perludidiskusikan agar klien merasa terlibat dan aktif dalam pengobatannya.
Manajemenperilaku:seksual
1.Berikan sex education tentang hubungan fungsi
s e k s u a l t e r h a d a p f u n g s i penyakit
Rasional :
Pemberian penkes mengenai proses penyakit membantu klien memahami penyebabdisfungsi
seksualnya2 . D i s k u s i k a n p a d a p a s i e n s e c a r a p r i v a s i m e n g e n a i
penerimaan kondisi seksual
Rasional :
Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan
p e n g o b a t a n berhubungan dengan kurang terpapar informasi
m e n g e n a i p e n ya k i t epididimitis ditandai dengan klien mengatakan kurang mengetahui
mengenaipenyakitnya,klientampakbingungketikaditanyatentangpenyakitnya.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien
memiliki pengetahuan adekuat tentang epididimitis dengan kriteria hasil :

Klien dapat memahami dan menjelaskan kembali penyakit epididimitis,tanda dan


gejala epididimitis

Klien dapat menyebutkan penatalaksanaan termasuk


p e n g o b a t a n epididimitis
Mandiri :
1.Mulai memberikan penjelasan ketika klien
m e n u n j u k k a n k e s i a p a n u n t u k belajar
Rasional :
Kesiapan klien untuk belajar mempermudah klien dalam proses
pembelajaran2 . M e m b e r i k a n k l i e n i n f o r m a s i d a s a r t e n t a n g
epididimitis
Rasional :
Informasi yang diberikan dapat memberikan klien gambaran tentang
anatomifisiologi serta komplikasi yang potensial terjadi
Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan
diskusi
Rasional :
Bertujuan untuk mengetahui informasi yang kurang dimengerti oleh klien4 . J a w a b
pertanyaan klien dengan singkat dan jelas
Rasional :
Untuk mempermudah klien mengerti akan jawaban yang kita berikan
EVALUASI
Evaluasi dibuat berdasarkan tujuan yang telah disusun dan dibuat sesuai SOAP.
1.
Klien melaporkan suhu tubuhnya dalam rentang normal (36,5
o
C-37,5
o
C), klient i d a k t a m p a k m e n g g i g i l , k l i e n m e l a p o r k a n p a n a s
b a d a n n ya t u r u n , t i d a k t a m p a k pembengkakan pada skrotum klien, tidak
terdapat kemerahan di kulit sekitar skrotumklien, nadi klien dalam batas normal (60-100
x/menit).
2.
Klien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol, klien tidak tampak
meringis,klien tidak tampak gelisah, klien melaporkan skala nyeri berkurang
(skala nyeri 1-3),hilang (skala nyeri 0), atau dapat dikontrol, nadi klien dalam
rentang normal (60-100x/menit).3.Tanda-tanda komplikasi infeksi tidak ada
pada klien.4.Klien mengungkapkan penerimaan diri terhadap penyakit,
klien mengungkapkan percaya diri dengan fungsi seksualnya, klien mampu
beradaptasi terhadap
keterbatasannya, klien mengungkapkan penurunan stress akibat
ketidakmampuanfungsi seksual.5 . K l i e n melaporkan telah dapat
m e m a h a m i d a n m e n j e l a s k a n k e m b a l i p e n ya k i t e p i d i d i m i t i s ,
tanda, dan gejala epididimitis. Dan klien dapat
m e n y e b u t k a n penatalaksanaan termasuk pengobatan epididimitis

DAFTARPUSTAKA
Francis X. Schneck, Mark F. Bellinger.
Abnormalities of the testis and scrotum and their surgical management
. Dalam: Walsh : Campbells Urology 8
th
ed. 2002.h267-77John N. Krieger.
Epididimitis
. Dalam: Smiths General Urology 6
th
ed. 2003.h189-95 NANDA.2005-2006,
Nursing Diagnosis: Definitions and Classification
, Philadelphia, USASmeltzer SC. 2001.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner and Suddarth Edisi 8
.Jakarta : EGCJohnson, Marion, dkk. 2000. IOWA
Intervention Project Nursing Outcomes Classifcation (NOC)
,Second edition. USA : Mosby.McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA
Intervention Project Nursing Intervention Classifcation(NIC)
, Second edition. USA : Mosby.Carpenito,Lynda Juall. 2004.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan
. Jakarta : EGC.Anonymous.
Epididimitis
. 2008. http://www.wikipedia.org [akses 2 April 2011]
http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/18/asuhan-keperawatan-
epididimitis/

You might also like