You are on page 1of 10

A.

Topik
Antagonisme Antar Mikroba
B. Hari/Tanggal
Senin, 21 Maret 2016
C. Tujuan
Untuk mempelajari sifat antagonisme antara kapang dengan bakteri
D. Dasar Teori
Dalam suatu lingkungan yang kompleks yang berisi berbagai macam organisme. Aktivitas
metabolisme suatu organisme akan berpengaruh terhadap lingkungannya. Mikroorganisme seperti
halnya organisme lain yang berada dalam lingkungan yang kompleks senantiasa berhubungan
baik dengan pengaruh faktor biotik dan faktor biotik. Sedikit sekali suatu mikroorganisme yang
hidup di alam mampu hidup secara individual. Hubungan mikroorganisme dapat terjadi baik
dengan sesama mikroorganisme, hewan ataupun dengan tumbuhan. Hubungan ini membentuk
suatu pola interaksi yang spesifik yang dikenal dengan simbiosis ( Kusnadi, 2003).

Interaksi antar mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama akan memberikan
pengaruh positif, saling menguntungkan dan pengaruh negatif, saling merugikan dan netral, tidak
ada pengaruh yang berarti (Kusnadi, 2003). Mikroorganisme harus berkompetisi dengan
organisme lain dalam memperoleh nutrisi dari lingkungannya, sehingga dapat terus lulus hidup
dan dapat berkembangbiak dengan sukses. Menurut Kusnadi (2003), hubungan antara
mikroorganisme dengan organisme lain yang saling menekan pertumbuhannya disebut
antagonisme. Bentuk interaksi ini merupakan suatu hubungan asosial. Biasanya Spesies yang
satu menghasilkan suatu senyawa kimia yang dapat meracuni spesies lain yang menyebabkan
pertumbuhan spesies lain tersebut terganggu. Senyawa kimia yang dihasilkan dapat berupa sekret
atau metabolit sekunder.

Antagonisme merupakan suatu bentuk asosiasi antara spesies yang tidak saling berkaitan
(secara alamiah) dan akan terbentuk (asosiasi ini) ketika terjadi persaingan komunitas. Jacquelyn
(2012) menyebutkan, asosiasi ini ditunjukkan dengan adanya interaksi antara 2 spesies yang
saling merusak satu sama lain. Dalam hal ini, suatu mikroba mensekresikan substansi kimia
tertentu ke lingkungan sekitar yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroba lain di
habitat yang sama. Mikroba yang mensekresikan substansi tersebut biasanya mendapat
keuntungan karena dapat memperluas wilayah dan menyerap nutrisi yang ada pada daerah
tersebut (Talaro, 2001). Biasanya, interaksi ini terjadi di lingkungan tanah, dimana pada
lingkungan tersebut banyak terdapat nutrisi dan koloni-koloni microbial. Namun begitu, interaksi
antagonisme juga terdapat di dalam tubuh manusia, semisal pada sistem respiratori, di usus
besar, maupun di sistem reproduksi (Cowan, 2012).

Alat Bahan
Jarum Inokulasi berkolong Medium lempeng Skim Milk Agar
LAF (Laminar Air Flow) Medium tegak Nutrien Agar Steril
Kompor gas Biakan murni Penicillium chrysogenum dan Staphylococcus
aureus
Inkubator

Beaker Glass

Spirtus

Cawan Petri Steril

E. Alat dan Bahan

F. Cara Kerja
G. Data

Ulangan Diameter Zona Jernih Diameter koloni Diameter Zona Hambat


(mm) P.chrysogenum (mm)

1 14 mm 5 mm 9 mm

2 15 mm 5 mm 10 mm

Rerata 9,5 mm

H. Analisa Data
Pada praktikum ini didapatkan hasil perhitungan diameter zona hambar bakteri
S.aureus diperoleh dari hasil perhitungan diameter zona jernih dikurangi diameter koloni
P.Chrysogenum yang dilakukan sebanyak 2 kali ulangan. Dengan demikian maka pelru
dicari rata-rata diameter zona hambat koloni P.Chrysogenum terhadap S.aureus tersebut.
Pada ulangan 1 didapatkan hasil: 9mm dan ulangan 2 didapatkan hasil : 10 mm maka
rata-ratanya adalah 9,5 mm.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
antara ulangan 1 dan ulangan 2. Ulangan 1 memiliki diameter zona hambat yang lebih
kecil daripada ulangan 2, maka pengamat dapat mengambil kesimpulan sementara bahwa
zona hambat P.Chrysogenum terhadap bakteri S.aureus berkisar antara 9-10 mm.

I. Pembahasan
Pada praktikum antagonisme mikroba digunakan metode cakram sebagai metode
utama yang digunakan.Menurut Cappucino and Natalie (1983) Metode cakram kertas
merupakan metode yang biasa digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba suatu
antibiotik terhadap mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Metode ini lebih dikenal
dengan metode Kirby- Metode cakram kertas dapat juga dilakukan menggunakan suatu
silinder tidak beralas atau sumuran dan diisi dengan antibiotik dalam jumlah tertentu,
disebut agar well difussion. Kepekaan mikroorganisme patogen terhadap antibiotik
terlihat dari ukuran zona bening yang terbentuk.
Dalam praktikum ini digunakan 2 macam mikroba, yaitu S.aureus dan
P.chrysogenum. Menurut Jawetz, Joseph and Edward (1996) Staphylococcus aureus
merupakan sel Gram positif berbentuk bola dengan diameter 1 m yang tersusun dalam
bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan
berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair. Staphylococcus bersifat patogen,
nonmotil, dan memproduksi katalase.Staphylococcus tumbuh baik dalam kaldu pada suhu
37C. Batas-batas suhu pertumbuhannya ialah 15C dan 40C, sedangkan suhu
pertumbuhan optimum ialah 35C, kuman ini bersifat anaerob fakultatif dan dapat
tumbuh dalam udara yang hanya mengandung hidrogen dan pH optimum untuk
pertumbuhan ialah 7,4. Staphylococcus tahan pada kondisi kering, temperatur 50C
selama 30 menit, dan natrium klorida 9% dan dihambat oleh heksaklorofen 3%.
Penicillium chrysogenum yang menghasilkan cairan berwarna kekuning-kuningan yaitu
Penisilin. Penisilin adalah antibiotik yang dihasilkan oleh beberapa jenis jamur yaitu
Penicillium notatum dan Penicillin chrysogenum, sangat mujarab untuk mengobati
beberapa penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri (Cowan, 2012). Penisilin dalah
sebuah kelompok antibiotika -laktam yang digunakan dalam penyembuhan penyakit
infeksi karena bakteri, biasanya berjenis Gram positif. Semua penisilin memiliki dasar
rangka Penisilin yang memiliki rumus molekul R-C9H11N2O4S, dimana R adalah
rangka samping yang beragam. Penisilin dalam lingkup sempit dikembangkan untuk
meningkatkan keefektifitas melawan beta-laktamase yang dibuat oleh Staphylococcus
aureus,dan dikenal dengan penisilin anti-staphylococcal (Cowan, 2012) Antibiotika -
laktam bekerja dengan menghambat pembentukan peptidoglikan di dinding sel. Beta-
laktam akan terikat pada enzim transpeptidase yang berhubungan dengan molekul
peptidoglikan bakteri, dan hal ini akan melemahkan dinding sel bakteri ketika membelah.
Dengan kata lain, antibiotika ini dapat menyebabkan perpecahan sel (sitolisis) ketika
bakteri mencoba untuk membelah diri. Pada bakteri Gram positif yang kehilangan
dinding selnya akan menjadi protoplas, sedangkam Gram negatif menjadi sferoplas.
Protoplas dan sferoplas kemudian akan pecah atau lisis.
Pada analisa data kami didapatkan zona hambat P.Chrysogenum terhadap bakteri
S.aureus berkisar antara 9-10 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ada sifat antagonisme
antara P.Chrysogenum dan S.aureus. Hal ini menunjukkan bahwa P.chrysogenum
menghambat pertumbuhan dari bakteri S.aureus sehingga dapat dikatakan hubungan di
antara kedua mikroorganisme tersebut bersifat antagonis. Hasil ini senada dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929 dengan
menggunakan S. aureus dan P. notatum. Daerah bening sekitar koloni jamur
menunjukkan bahwa jamur memproduksi suatu senyawa yang mematikan bakteri atau
tidak mengijinkannya tumbuh (Wheeler, 1988). Antagonisme menyatakan hubungan
yang berlawanan, dapat dikatakan sebagai hubungan yang asosial. Spesies yang satu
menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehingga pertumbuhan spesies
yang terakhir sangat terganggu. Zat yang dihasiIkan oleh spesies yang pertama mungkin
berupa suatu ekskret, sisa makanan dan yang jelas bahwa zat itu "menentang" kehidupan
yang lain. Zat penentang tersebut dinamakan antibiotika (Arthur,2001). Mikroba
antagonis merupakan suatu jasad renik yang dapat menekan, menghambat dan
memusnahkan mikroba lainnya. Mikroba antagonis ini dapat berupa bakteri, jamur atau
cendawan, actinomycetes atau virus (Talaro dan Atrhur, 2001).
Dalam praktikum ini mikroba antagonis adalah dari jamur yaitu Penicillium
chrysogenum. Pertumbuhan Staphylococcus aureus yang terhambat terbatas pada daerah
tertentu saja yaitu pada daerah yang terjangkau oleh sekret yang terbatas pada daerah di
sekitar cetakan P. chrysogenum saja. Hasil praktikum ini telah menunjukkan terjadinya
antagonisme antara Staphylococcus aureus dan Penicillium chrysogenum. Dwidjoseputro
(2009) menggunakan istilah amensalisme untuk hubungan antagonisme tersebut. Spesies
yang terhambat pertumbuhannya disebut amensal, sedang spesies yang menghambat
pertumbuhan disebut antagonis. Pada praktikum ini, Staphylococcus aureus berperan
sebagai amensal dan kapang Penicillium chrysogenum berperan sebagai antagonis. Ada
tiga mekanisme yang digunakan oleh bakteri antagonis untuk mencegah bakteri
merugikan. Pertama, menimbulkan persaingan makanan sedemikian rupa sehingga
bakteri pembusuk sulit mendapatkan makanan; kedua, menurunkan pH lingkungan
sehingga aktivitas bakteri pembusuk terganggu dan menjadi tidak dapat bertahan hidup;
dan ketiga, menghasilkan produk metabolit yang bersifat racun bagi bakteri bakteri
merugikan (Prescott,2002). Berdasarkan mekanisme kerja anti bakterinya, antibiotika
dibedakan beberapa macam, yaitu: a. Penghambat sitesis dinding sel b. Penghambat
sintesis protein c. Kerusakan membran sel d. Penghambatan sintesis DNA atau RNA
Antibiotik yang dihasilkan oleh Penicillium sp menghasilkan antibiotik yang dinamakan
penicillin. Antibiotik jenis ini menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara yang
pertama yaitu menghambat sintesis dinding sel (Jacquely, 2012).

J. Kesimpulan
Ada hubungan antagonisme antara koloni kapang Penicillium chrysogenum dan bakteri
Staphylococcus aureus yang ditunjukkan adanya zona hambat bakteri. Zona hambat
bakteri disebabkan oleh adanya antibiotik penisilin yang dihasilkan oleh Penicillium
chrysogenum yang dapat menghambat sintesis dinding sel bakteri Staphylococcus aureus.

K. Daftar Rujukan
Cappuccino, J. G. & Natalie. S. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. Addison-
Wesley Publishing Company, New York.
Cowan, Marjerie Kelly. 2012. Microbiology, a system approach 3rd edition. USA:
McGraw-Hill companies.

Dwidjoseputro, D. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.


Jacquelyn, Black. 2012. Microbiology 8thed, Principles and Exploration. USA: John
Wiley & sons, Inc.

Jawetz, E., Joseph M., and Edward A., 1996. Mikrobiologi Kedokteran.. Jakarta :
Penerbit EGC.
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA.

Prescott, Lansing M. 2002.Microbiology 5th edition. USA: McGraw-Hill companies.

Talaro, Kathleen Park & Arthur Talaro. 2001. Foundations in Microbiology 4th edition.
USA: McGraw-Hill companies.

Wheeler, MArgareth F.. 1988. Dasar-dasar Mikrobiolgi. Erlangga: Jakarta.

L. Diskusi
1. Adakah daerah jernih pada medium yang tidak ditumbuhi bakteri? Bila ada, mengapa
hal ini terjadi?
Jawab: Ada. Daerah jernih dapat terbentuk karena P. chrysogenum
mensekresikan substansi kimia penicillium yang menyebabkan
Staphilococcus aureus tidak bisa tumbuh di daerah (medium) tersebut. Bakteri
ini tidak bisa tumbuh pada daerah yang mengandung penicillium karena
substansi ini menghambat sintesis dinding bakteri melalui penghambatan
enzim transpeptidase. Gagalnya pembentukan dinding sel bakteri
menyebabkan bakteri lebih mudah mengalami lisis dan tidak bisa tumbuh
dengan baik. Karena Staphilococcus aureus tidak bisa tumbuh pada daerah
tersebut, maka medium tampak berwarna jernih.
2. Mengapa digunakan medium Skim Milk Agar untuk membiakkan P. chrysogenum?
Jawab: Karena dalam medium SMA terdapat protein yang dibutuhkan P.
chrysogenum untuk membentuk penicillium.
\

LAMPIRAN

S.aureus

P.Chrysogenum
ANTAGONISME ANTAR MIKROBA

LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mikrobiologi
yang dibina oleh Ibu Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd

oleh kelompok 2:
1. Alif Rofiqotun. N. A (140342600795)
2. Atika Dewi Evitasari (140342600581)
3. Dewi Maspufah (140342601290)
4. Dinari Pribawastuti (140342602444)
5. Dini Aulia Cahya (140342606043)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2016

You might also like