Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Berdasarkan data statistik, peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS diindonesia begitu cepat.
Ternyata dasar penularan awal epidemi ini disebabkan oleh jarum suntik. Diperkirakan saat ini
terdapatlebih dari 1,3 juta penderita HIV/AIDS akibat jarum suntik. Jika terus berlanjut makan
diperkirakan tahun 2020 jumlah itu akan meningkat menjadi 2,3 juta orang.
Dan sebagai mahasiswa keperawatan perlu memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS dan
penatalaksanaaannya secara komprehensif.
Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain tugas kelompok dan juga merupakan
materi bahasa mata kuliah KMB . dimana mahasiswa dari setiap kelompok akan membahas
materi, sesuai judul masing-masing yang telah ditugaskan kepada masing-masing kelompok.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS yang
merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebln tubuh manusia, yang dapat memudahkan
atau membuat rentan si penderita terhadap penyakit dari luar maupun dari dalam tubuh. AIDS
merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Immuno deficiency virus HIV.
TUJUAN
Tujuan Umum :
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Tujuan Khusus :
agar bisa mengerti dan memahami konsep dasar HIV/AIDS
agar bisa mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS.
agar dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS
SISTEMATIKA
Makalah ilmiah ini terdiri dari tiga bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP DASAR
PENGERTIAN HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat
menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi Yang menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun.
Aids adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu menurunnya daya tahan
tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus HIV (human Immunodeficiency
virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya
satu atau lebih gejala penyakit skibat defisiensi sistem imun selular.
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus
yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006)
AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem
imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki antibodi positif terhadap
HIV. (Doenges, 1999)
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang menyebabkan
terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)
ETIOLOGI
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV
pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di
Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun,
diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
PATOFISIOLOGI
HIV masuk ke dalam tubuh manusia
Infeksi opurtinistik
Jaringan paru
MASA INKUBASI
Masa ini adalah waktu dari terjadnya infeksi pertama sampai munculnya gejala yang pertaa pada
pasien. Pada infeksi HIV hal ini sulit diktahui. Dari penelitian pada sebagian besar kasus
dikatakan masa inkubasi rata-rata 5-10 tahun , dan bervariasi sangat lebar, yaitu antara 6 bulan
sampai lebih dari 10 tahun. Walaupun belum ada gejala tapi yang bersangkuan telah dapat menjadi
sumber penularan.
Infeksi Akut
Sekitar 30-50% dari mereka yang terinfeksi HIV akan memberikan gejala infeksi mononukleosis,
yaitu demam, sakit tenggorokan , letargi, batuk, mialgia, keringat alam dan keluhan GIT berupa
nyeri menelan, mual, dan muntah dan diare. Mungkin bisa didpat adanya pembesaran kelenjar
limfe leher, faringitis, macular rash, dan aseptik meningitis yang akan sembuh dala waktu 6 bulan.
Dengan menurunnya sel limfosit T4, makin jelas nampak gejala klinis yang dapat dibedakan
menjadi beberapa keadaan. Gejala ini dapat dibag atas :
1) Gejala atau keluhan yang tidak langsung berhubungan dengan HIV : diare, demam,
keringat malam, rasa lelah berlebihan , batuk kronik lebih dari 1 bulan dan penurunan berat badan
10% atau lebih.
2) Gejala yang langsung akibat HIV, misalnya : mielopati, neuropati perifer dan penyakit
susunan saraf otak.hampir 30% pasien dalam stadium akhir akan menderita AIDS dementia
kompleks, yaitu menurunnya sampai hilang daya ngat, gangguan fungsi motorik dan kognitif,
sehingga pasien suli berkomunikasi dan tdk bisa jalan.
KOMPLIKASI
Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada
sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi sosial.
Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi.
Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,
lesi scabies / tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan. Pendengaran : otitis eksternal
akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk HIV/AIDS dibagi atas tiga kelompok :
HIV terdiri dari selubung , kapsid dan inti.Masing- masing terdiri dari protein yang bersifat
sebagai antigen dan menimbulkan pembentukan antibodi dalam tubuh yang terinfeksi. Jenis
antibody yang penting untuk diagnostik diantaranya adalah antibody gp41, gp140, dan p24.
Teknik pemeriksaan adalah sebagai berikut.
a) Tes untuk menguji Ab HIV. terdapat berbagai macam cara yaitu ELISA, Western Blot, RIPA
dan IFA
b) Tes untuk menguji antigen HIV dapat dengan cara pembiakan virus, antigen P24 dan PCR
Pada pasien AIDS dapat ditemui anemia leukopenia/limfopenia, trombositopenia dan displasia
sumsum tulang normo atau hiperselular. Test kulit DHT (Delayed Type Hypersensitiviti) untuk
tuberkulin dan kandida yang hasilnya negatif atau energi menunjukan kegagalan imunitas selular.
Dapat terjadi poliklonal hypergamma globulinemiayang menunjukan adanya rangsangan
nonspesifik terhadap sel B untuk membentuk imunitas humoral.
Infeksi oportunistik atau kanker sekunder yang ada pada pasien AIDS diperiksa sesuai dengan
metoda diagnostik penyakitnya masing-masing. Misalnya pemeriksaan makroskopik untuk
kandidiasis, PCP,TBC Paru dll. Adapun pemeriksaan peunjang lain seperti aboraturium rutin,
serologis, radiologis, USG, CTScan, bronkoskopi, pembiakan, histopatologis dll.
PENATALAKSANAAN HIV/AIDS
Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan / rehabilitasi dan edukasi.
Pengobatan
Pengobatan pada pengidapan HIV/AIDS ditujukan terhadap :
Virus HIV
Infeksi oportunistik
Kanker sekunder
Obat Retrovirus
Yang biasa dipakai secara luas adalah :
1) Zidovudine (AZT) berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat ini
dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat memperpanjang masa hidup (1-2 tahun),
mengurangi frekuensi dan berat infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit,
memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko penularan perinatal, mengurangi kadar Ag
p24 dalam serum dan cairan spinal. Efek samping zidovudine adalah: sakit kepala, nausea,
anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah dan rasa tidak enak diperut.
Setelah pemakaian jangka panjang dapat timbul miopati. Dosis yang sekarang dipakai 200mg po
tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-tanda toksik.
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap AZT, atau bisa sebagai kombinasi
dengan AZT bila ternyata ada kemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda
infeksi oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada
ARC dan asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati perifer,
pankreatitis (7%), nausea, diare.
Dosis: 200mg po bid ( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya hanya
dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro merupakan obat yang paling kuat, tapi efek
samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid.
Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien anergik. Dipakai INH
300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.
Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare), bila CD4 , 200/mm3, dengan
frukanazol po q minggu, bila pernah menderita oral kandidiasis, sebelumnya.
Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena cepat timbul resistensi obat
disamping biaya juga mahal.
Interleukin 2 -Levamisol
b) Mengganti sel limfosit dengan cara: transfusi limfosit, transplantasi timus dan transplantasi
sumsum tulang.
Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang terdekat, dengan
melakukan konseling yang bertujuan untuk :
Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang
bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar,
bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan
tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan,
antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.
BAB III
DIAGNOSA
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan responimun , kerusakan
kulit.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. Berhubungan dengan faktor : Tidak adekuatnya
pemasukan nutrisi sebagai faktor sekunder AIDS pada sistem pembuangan (GI), nyeri lesi
dimulut.
Risiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
faktor : kurang pengetahuan tentang kondisi serta langkah-langkah untuk mengontrol penyebaran
infeksi, kurangnya biaya, tidak ada pendukung yang cukup, untuk memberikan bantuan yang
diberikan .
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA : risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan respon
imun , kerusakan kulit.
BATASAN KARAKTERISTIK : western blot positif , terlihat gejala-gejala ARC atau AIDS, ada
riwayat dirawat untuk pengobatan infeksi, pernah menerima obat-obat untuk pengobatan infeksi
HIV.
INTERVENSI
Pantau :
Hasil JDL dan CD4
Berikan obat antibiotik dan evaluasi ke efektifannya . jamin pemasukan cairan paling sedikit 2-3
liter sehari.
Rujuk keahli diet untuk membantu memilih dan merencanakan makanan untuk kebutuhan
nutrisi. Ikuti prinsip-prinsip kewaspadaan umum terhadap darah dan cairan tubuh. Gunakan
pencegahan dasar yang sesuai untuk mencegah kontaminasi terhadap kulit dan mukosa membran,
bila kontak dengan darah atau cairan tubuh:
Pakai sarung tangan bila kontak dengan darah atau cairan tubuh adalah mungkin terjadi.
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien , termasuk sebelum dan sesudah memakai
sarung tangan.
Pasang label katagori spesifik isolasi pada pintu kamar pasien. Jika ada TB paru, pakai masker
dan nasehatkan semua anggota keluarga pasien untuk skrining TB, jelaskan TB adalah menular.
Masker tidak diperlukan untuk PCP sebab kemungkinan infeksi disebabkan oleh jamur yang
ada pada tubuhnya sendiri.
Pakai skort dan kacamata untuk menghindarkan bila ada percikan cairan tubuh yang mungkin
terjadi.
Hindarkan penggunaan jarum yang telah dipakai. Tempatkan semua benda tajam kedalam
kontainer pembuangan.
Bersihkan tumpahan darah dengan 1:10 cairan pemutih (natrium hipoklorida)
Tidak untuk dianjurkan utnuk sembarang orang untuk memberikan perawatan pada pasien yang
mempunyai luka atau lesi berek sudat dan dermatitis yang luas atau lesi sembuh.
Pelihara kenyamanan suhu kamar. Jaga kebersihan dan keringnya kulit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
faktor :Tidak adekuatnya pemasukan nutrisi sebagai faktor sekunder AIDS pada sistem
pembuangan (GI), nyeri lesi dimulut.
BATASAN KARAKTERISTIK: Manifestasi Aids Syndrom, kehilangan berat badan lebih dari
10% yang disebabkan oleh mual, muntah, lemah dan letih yang berlebih, diarekronis, albumin
serum dibawah normal, keseimbangan nitrogen negatif, terdapat kesulitan mengunyah dan
menelan, terdapat plak-plak putih di mulut.
KRITERIAEVALUASI: Tidak ada penurunan berat badan lebih lanjut, hasil laboratorium
keseimbangan nitrogen positifdan albumin serum sampai kebatas normal, lemah dan letih
berkurang, secara verbal dinyatakan sehat.
INTERVENSI
Pantau :
Berat badan, setaip hari
Masukan dan haluaran setiap 8 jam
Albumin serum dan BUN
Persentase makanan yang dimakan setiap makan
Jika cairan diare berlebih :
Pertahankanpuasadanpengobatan, terutamainfus NPT
Berikanobat-oabt anti diaredanevaluasikeefektifannya.
Berangsur-angsur mulai lagi pemberian makan per oral biladiare terkontrol. Anjurkan untuk
menggunakan bebas laktose, rendah lemak, tinggi serat, ini akan menurunkan volume diare.
Konsul kedokter jika diare tetap berlangsung atau tambah memburuk.
Rujuk keahli diet untuk membantu memilih dan merencanakan makanan untuk kebutuhan nutrisi.
INTERVENSI
Evaluasi pasien dan keluarganya tentang pengertianya mengenai definisi HIV/AIDS, prognosa,
cara-cara penularan HIV, cara pencegahan penyebaran HIV, pentingnya memberitahukan semua
kontak seksual sebelumnya. Perbaiki kesalahan persepsi. Pelihara rahasia pasien tentang diagnosa
HIV/AIDS.
Evaluasi kesadaran sumber-sumber di masyarakat. Rujuk kepelayanan social atau bagian yang
merencanakan pasien pulang untuk sumber-sumber di masyarakat terfokus merawat individu
HIV/AIDS dan untuk menolong kebutuhan keuangan untuk pengobatan jika keuangannya susah.
Tinjau ulang cara-cara mengontrol infeksi di rumah:
Gunakan kondom dari lateks yang mengandung spermisida pada waktu hubungan seks. Hindari
pemakaian alat-alat perawatan diri yang mungkin dapat menularkan melalui darah, seperti sikat
gigi, alat-alat pencukur,
Cuci alat-alat makan dengan air sabun panas. Tidak perlu memisahkan mencuci alat-alat makan
atau sprei, kecuali bila terkena oleh darah segar. Tambahkan pemutih bila alat-alatnya terkena
darah atau cairant ubuh.
Ajarkan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesehatan
Makan makanan sehat seimbang .mengandung banyak protein , kaya gizi untuk fungsi imun.
Berunding dengan ahli diet untuk membantu perencanaan makanan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi yang sesuai dengan status kesehatan sekarang dan keadaaan ekonomi kurangi diet lemak
dan penggunaaaan yang berlebihan suplemen vitamin/mineral. Jelaskan penggunaan pengguna
antambahanzat zat nutrisi seharusnya di bawah pengarahan langsung oleh ahli diet dan dokter
sesuai dengan analisa nutrisi
Berikan imunisasi langsung untuk mencegah infeksi :
Tetanus booster setiap 10 tahun.
Periksa kadar antibody hepatitis B . jelaskan tentang vaksin hepatitis B (recombivax HB,
Heptavax-B , Engerix B ) diperlukan jika belum ada antibody. Beritahu pasien tentang vaksin
hepatitis B diberikan dalam 3 kali injeksi
Anjurkan ibu-ibu untuk memerikasakan pelvis dan pap smear setiap 6 bulan. jelaskan bahwa
infeksi pada vagina sering terjadi dan diperlukan pengobatan yang intensif padawanitadengan
HIV/AIDS.
Kurangi sumber stres . tidur cukup , latihan terratur, berhenti merokok, minum alkohol dan
gunakan obat golongan ke empat. Jika ini merupakan kebiasaan , rujuk ke tokoh masyarakat untuk
membantu memecahkan ketergantungan ini .
Hindari tempat yang ramai, keadaaan yang dapat membuat kongestiv pada bulan-bulan musim
dingin ketika insiden influenza dan filek meningkat.
PENDIDIKAN KESEHATAN
FORMAT SATPEL PENKES
Tujuan Khusus : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan + 30 menit, pasien dan keluarga
dapat menyebutkan :
Penyebab HIV/AIDS
Penularan HIV/AIDS
Tanda dan gejala klinis penderita HIV/AIDS
Pencegahan HIV/AIDS
Penatalaksanaan HIV/AIDS
2. Penularan HIV/AIDS
4. Pencegahan HIV/AIDS
5. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Metode pembelajaran :
Ceramah
Tanya Jawab
Media : Lembar balik
Kegiatan/strategi :
No
Tahap/Waktu
kegiatan peserta
1. Pembukaan :
3 Menit
Memberi salam
Memperkenalkan diri
Menanyakan kembali kesiapan klien
Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan penyuluhan
Menjawab salam
Memperkenalkan diri
Memperhatikan
2. Pelaksanaan
20 menit