Professional Documents
Culture Documents
di Kota Makassar
e-mail: satrianiindira@gmail.com
Abstrak
Sungai Tallo dan segala potensinya yang begitu besar, belum dimanfaatkan secara optimal baik itu dari pihak
swasta maupun pihak pemerintah Penelitian ini bermaksud untuk mengoptimalkan potensi Sungai Tallo dalam
bidang transportasi demi mendukung Makassar sebagai Kota yang Berkelanjutan. Hal ini dikarenakan
pemanfaatan Sungai Tallo sebagai transportasi air dapat meningkatkan kualitas lingkungan baik air maupun
udara. Pemanfaatan Sungai Tallo juga diharapkan membangunkan sektor potensial lainnya seperti
pariwisata. Metode dalam penelitian ini ada metode deskiptif kualitatif seputar potensi-potensi yang ada, dan
kualitatif dalam pengolahan data kebutuhan dan keterkaitan aktivitas yang ada. Selanjutnya dilakukan
analisis yang mengintergasikan variabel satu dengan variabel lainnya guna menghasilkan suatu perencanaan
yang saling terintegrasi.
5. Dermaga
MASTER PLAN
Dermaga merupakan bagian pelabuhan yang
berfungsi sebagai jembatan penghubung antara
bagian darat dan bagian air pelabuhan. Ketersediaan
dermaga yang layak disini yakni dermaga yang
benar-benar memberikan kesan aman kepada orang Detailed site & architectural design
yang hendak menggunakannya. Salah satu daya tarik Gambar 1. Alur Tahapan Intensis Hasil Analisis
pengguna jasa transportasi air adalah dermaga, Sumber: Gold, 1980
dimana masyarakat merasakan kenyamanan saat
menunggu kapal yang akan datang. Dermaga dengan Pembahasan
sarana seperti jembatan penghubung dengan kapal
1. Analisis
yang layak sangatlah dibutuhkan. Sebagai
a. Analisis Zona Kawasan Konservasi
penunjang, keberadaan dermaga yang layak, aman
Rencana pengalokasian kawasan konservasi,
dan nyaman akan meningkatkan volume pengguna
memerlukan setidaknya 4 (empat) tahap dalam
sarana transportasi air, terutama di Sungai Tallo.
proses pemilihan lokasi, yaitu: identifikasi habitat
Metode dan lingkungan kritis. teliti tingkat pemanfaatan
sumberdaya dan identifikasi sumbersumber
1. Jenis Perencanaan
degradasi di kawasan, petaka konflik pemanfaatan
Studi ini termasuk dalam jenis perencanaan yang
sumberdaya berbagai ancaman langsung (over
bersifat research and development, mencakup jenis
eksploitasi) dan tidak langsung (pencemaran)
penelitian yang bersifat deskriptif dan bertujuan
terhadap ekosistem dan sumberdaya.
untuk memberikan gambaran berupa deskripsi
Berdasarkan hasil survey, maka ditetapkan
berbagai fenomena atau permasalahan yang ada dan
zonasi kawasan konservasi. kawasan konservasi
membandingkannya dengan teori dan norma/standar
ditetapkan berdasarkan potensi ekosistem yang dapat
yang kemudian diolah menjadi produk perencanaan
dimanfaatkan, dilindungi, dilestarikan serta
baru. Fenomena tersebut dapat berupa bentuk dan
terjaminnya ekosistem yang berkesinambungan.
karakteristik lokasi perencanaan serta berbagai
Penetapan zonasi konservasi di sepanjang Sungai
permasalahan/isu berdasarkan fakta yang ada.
Tallo menjadi agenda penting mengingat kerusakan 14.150
= =2
dampak sumberdaya pesisir akibat pencemaran yang 7.255
berasal dari wilayah pesisir dan sekitarnya. dampak 2) Kelurahan Tamalanrea Indah
pencemaran dan kerusakan lingkungan di wilayah Luas area mangrove pada lokasi ini sebesar
pesisir dapat membahayakan kelestarian ekosisitem 81.218m2 dengan jumlah tanaman mangrove
pesisir. Ekosistem pesisir yang rusak dapat sebanyak 162.436.
mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia.
162.436
b. Analisis Potensi Mangrove = =2
81.218
Dari hasil survey mangrove di Sungai Tallo 3) Kelurahan Lakkang
diperoleh 2 jenis mangrove dominan yang terdiri dari Luas area mangrove pada lokasi ini sebesar 96.345
bakau (Rhizophora spp.) dan nipah (Nypa fruticants). m2 dengan jumlah tanaman mangrove sebanyak
Berdasarkan potensi mangrove maka Sungai Tallo 192.690.
dapat dibagi menjadi 3 zona yakni zona 1 mulai
jembatan Sungai Tallo sampai dengan Pulau 192.690
= =2
Lakkang, zona 2 mulai dari Pulau Lakkang sampai 96.345
dengan Jembatan Tol, dan zona 3 mulai dari 4) Kelurahan Kapasa
Jembatan Tol sampai dengan muara Sungai Tallo. Luas area mangrove pada lokasi ini sebesar 12.630
m2 dengan jumlah tanaman mangrove sebanyak
Tabel 1. Jenis Mangrove berdasarkan Zona
25.260.
Zona
No. Nama Spesies
A B
1 Bakau (Rhizophora spp.) - v 25.260
= =2
2 Nipah (Nypa fruticants) v v 12.630
Keterangan; v= Ada, - = Tidak Ada 5) Kelurahan Parangloe
Luas area mangrove pada lokasi ini sebesar 104.098
Pada zona 1 (muara Sungai Tallo Pulau
m2 dengan jumlah tanaman mangrove sebanyak
Lakkang) terdapat jenis mangrove berupa tumbuhan
208.196.
Nipah (Nypa fruticans) dan zona 2 (Pulau Lakkang
Jembatan Tallo) terdapat tumbuhan Bakau 208.196
(Rhizophora conyugata) dan diselingi tumbuhan = =2
104.098
Nipa (Nypa fruticans). Data yang dikumpulkan 6) Kaluku Bodoa
meliputi: data mengenai jenis spesies, jumlah Luas area mangrove pada lokasi ini sebesar 8. 271m2
individu, dan diameter pohon. Data-data tersebut dengan jumlah tanaman mangrove sebanyak 16.542.
kemudian diolah untuk mengetahui kerapatan setiap
spesies dan kerapatan total semua spesies.
Analisis potensi mangrove menggunakan rumus 16.542
kerapatan total di koridor Sungai Tallo Kerapatan = =2
8.271
Total adalah jumlah semua individu mangrove dalam 7) Kelurahan Tallo
suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut: Luas area mangrove pada lokasi ini sebesar 28.892
n m2 dengan jumlah tanaman mangrove sebanyak
=
57.784
Keterangan:
KT : Kerapatan Total 57.784
n : Jumlah total individu seluruh spesies = =2
28.892
A : Luas area pengambilan contoh
Berdasarkan analisis diatas maka dapat
1) Kelurahan Tello Baru
disimpulkan bahwa ekosistem mangrove
Luas area mangrove pada lokasi ini sebesar 7.255m2
dengan jumlah tanaman mangrove sebanyak 14.510. disepanjang Sungai Tallo yang berbatasan
dengan enam kelurahan (Kelurahan Tello Baru, Berdasarkan hasil analisis maka indeks
Kelurahan Tamalanrea Indah, Kelurahan kesesuain wisata di Sungai Tallo untuk wisata
Lakkang, Kelurahan Kapasa, Kelurahan berperahu sebesar 66.67% sehingga ternasuk dalam
Parangloe, Kelurahan Kaluku Bodoa dan kategori S2 yakni cukup sesuai.
d. Analisis Daya Dukung Kawasan
Kelurahan Tallo) termasuk dalam kategori baik
Tabel 4. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
dengan tingkat kerapatan sangat padat sehingga wisata berperahu
memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai Waktu yang
Total waktu
dibutuhkan
lokasi wisata air berbasis ekologis (mangrove). No Kegiatan 1 hari (Wt)
(Wp)
c. Analisis Kesesuaian Ekowisata (jam/hari)
(jam/hari)
Kegiatan wisata yang akan dikembangkan Wisata
1 1 8
hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya berperahu
dan peruntukannya. Penentuan kesesuaian Sumber: Yulianda, 2007
13.000 1
berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh = 1
50 8
dari setiap parameter.
= 1 260 0.125 = 32
Tabel 2. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai
kategori wisata mangrove Berdasarkan hasil analisis daya dukung kawasan
Parameter Bobot Hasil Skor Ni sungai tallo untuk kegiatan wisata berperahu maka
Ketebalan jumlah pengunjung yang dapat di tampung di Sungai
5 5-150m 2 10
Mangrove
Kerapatan Tallo untuk melakukan kegiatan ekowsiata
4 2 1 4 berparahu yakni sebesar 32 orang/hari.
Mangrove
Jenis
4 2 2 8
Mangrove Tabel 5. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
Pasang wisata mangrove
3 1.1 4 12
Surut Waktu yang
Ikan, Total waktu
dibutuhkan
udang, No Kegiatan 1 hari (Wt)
(Wp)
Kepiting, (jam/hari)
Objek (jam/hari)
3 Moluska, 4 12 Wisata
Biota 1 2 8
Reptile, mangrove
Burung
Sumber: Yulianda, 2007
28.084 2
Ni 46 = 1
IKW 60.52 50 8
Sumber: Hasil Analisis,2016 = 1 521.68 0.25 = 130.42
Berdasarkan hasil analisis daya dukung kawasan
Berdasarkan hasil analisis maka indeks mangrove maka jumlah pengunjung yang dapat di
kesesuain wisata di Sungai Tallo sebesar 60.52% tampung di Sungai Tallo untuk melakukan kegiatan
sehingga ternasuk dalam kategori S2 yakni cukup ekowsiata mangrove yakni sebesar 130 orang/hari.
sesuai. Dalam pengembangan Sungai Tallo sebagai e. Analisis Sirkulasi dan Aksesibilitas
objek wisata perlu meningkatkan potensi mangrove. Transportasi Darat
Tabel 3. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai Analisis sirkulasi transportasi darat menilai
kategori wisata berperahu secara hierarkis jaringan-jaringan jalan menuju
Parameter Bobot Hasil Skor Ni dermaga secara internal maupun eksternal.
Kedalaman 5 4-6m 2 10 Sedangkan aksesibilitas menilai tidak hanya sari
Sungai
Kecepatan 3 0,254m/s 2 6
aspek jarak dan waktu tempuh namun juga kualitas
Arus jalur jalan yang disediakan dalam mendukung akses
Ni 16 menuju lokasi dermaga dilihat dari jenis konstruksi,
IKW 66,67
Sumber: Peneliti, 2016
lebar dan kondisi jalan serta kemudahan moda ini sehingga secara hirarki dermaga ini tidak
transportasi untuk melintas. terintegrasi dengan BRT.
1) Analisis sirkulasi jalur menuju dermaga yang 2) Analisis Aksebilitas Transportasi Darat
terintegrasi dengan BRT (Bus Rapid Transit) Analisis aksesibilitas transportasi darat
Berdasarkan lokasinya terdapat tiga dermaga di berhubungan dengan kualitas jalan menuju objek
Sungai Tallo yang dapat diakses menggunakan jalur (dermaga). Kualitas jalan menuju dermaga diukur
darat, yakni Dermaga Kera Kera, Dermaga berdasarkan tiga aspek yaitu lebar jalan, jenis
Parangloe dan Dermaga Buloa, sedangkan Dermaga konstruksi (perkerasan) jalan dan kondisi jalan.
Lakkang I dan Lakkang II hanya dapat diakses Penilaian kualitas jalan berorientasi pada pencapaian
menggukan jalur air (waterway). Berikut merupakan objek yang dituju (dermaga) terhadap pusat kota,
penjelasan untuk 3 jenis dermaga terhadap Bus BRT pelabuhan dan bandara.
Mamminassata Kota Makassar. Dermaga Kera Kera
Dermaga Kera Kera Dilihat dari kondisi eksisiting jalan dermaga ini
Dermaga Kera Kera Kecamatan Tamalanrea, dinilai sudah baik untuk akses eksternal menuju
kawasan Kampus Universitas Hasanuddin Makassar. dermaga, ditinjau dari lebar jalan yang luas (jalur
Secara hierarkis jalur jalan menuju dermaga ini jalan arteri) dan jenis konstruksi aspal yang masih
melewati Jl. Perintis Kemerdekaan yang merupakan dalam kondisi baik. Kondisi jalan ini dilihat dari
salah satu rute moda transportasi BRT yaitu koridor orientasi dermaga terhadap pusat kota, pelabuhan
3. Terdapat halte bus yang disediakan berlokasi tepat dan bandara. Namun untuk akses internal dinilai
di depan portal pintu 2 Kampus Universitas kurang baik ditinjau dari lebar jalan yang sempit,
Hasanuddin. terdapat kerusakan pada material jalan dan tidak
terdapat jalur khusus menuju dermaga hanya
Tabel 6. Alternatif jalur akses menuju Dermaga Kera
Kera menggunakan jalan lingkungan di permukiman
Jenis Sirkulasi dari sekitar.
Jarak
Halte Bus BRT
No Nama Jalan Tempuh
Jl. Perintis
(km)
Kemerdekaan
Jl. Perintis
Kemerdekaan
A
Jl. Kampus
1 (Portal pintu 1 3,7
Unhas
Kampus)
Tamalanrea
Jl. Kera Kera
Jl. Perintis
Kemerdekaan Gambar 2. Jalan Setapak Dermaga Kera Kera
B
Jl. Kampus Sumber: Peneliti, 2016
2 (Portal pintu 2 2,5
Unhas
Kampus)
Tamalanrea
Jl. Kera Kera Dermaga Parangloe
Sumber: Peneliti, 2016 Akses eksternal dari titik bangkitan pusat kota,
pelabuhan dan bandara menuju kawasan dermaga ini
Ditinjau dari aspek sirkulasinya, dermaga ini dinilai sudah cukup baik, meskipun terdapat satu
dapat diakses menggunakan dua jalur alternatuif, jalur akses yang dinilai kurang baik yaitu Jl. Prof. Dr.
yaitu melalui portal pintu 1 dan 2 Kampus Ir. Sutami Lama. Jalan ini memiliki lebar jalan yang
Universitas Hasanuddin luas yaitu sebesar 8 meter namun tidak terdapat
material pada konstruksi jalan (permukaan tanah)
Dermaga Parangloe dan Dermaga Buloa
sehingga topografi jalan tidak rata (lubang). Kondisi
Kedua dermaga berada di jalur BRT
ini semakin terlihat pada jalur akses internal kawasan
Mamminasata namun tidak terdapat halte bus di jalur
Dermaga Parangloe, dimana kondisi jalan dinilai
masih kurang baik, meskipun memiliki perkerasan jalan yang masih terdapat kerusakan dan lebar jalan
jalan berupa paving block namun terlihat beberapa yang sempit (1,5 2 meter) sehingga untuk akses
kerusakan jalan akibat tanaman liar serta lebar jalan internal hanya dapat menggunkan kendaraan roda
hanya berkisar 1,5 meter menjadikan lokasi ini hanya dua.
dapat diakses menggunakan kendaraan roda dua.
(a) (b)
Gambar 5. (a) Jalan Setapak Dermaga Lakkang I (b)
Jalan Setapak Dermaga Lakkang II
Gambar 3. Jalan Setapak Dermaga Parangloe Sumber: Peneliti, 2016
Sumber: Peneliti, 2016
f. Analisis Aksesbilitas Transportasi Air
Dermaga Buloa Disepanjang koridor Sungai Tallo, terdapat
Dinilai dari aspek kondisi jalan eksternal dari setidaknya 5 dermaga yang beroperasi dengan trayek
pusat kota, pelabuhan dan bandara menuju dermaga tertentu sebagai angkutan barang dan orang. Kelima
ini sudah baik, ditinjau dari jaringan jalan yang dermaga tersebut yaitu dermaga Kera Kera, Lakkang
digunakan adalah jalan arteri dengan lebar jalan 12- I, Lakkang II, Parangloe dan Buloa. Berikut
18 meter dilanjutkan dengan jalan kolektor lebar 8- merupakan ilustrasi sirkulasi eksisting transportasi
10 meter serta konstruksi jalan masih dalam kondisi air di sepanjang koridor Sungai Tallo.
baik. Jaringan jalan internal dalam kawasan dermaga
juga sudah cukup baik meskipun masih terlihat
beberapa kerusakan pada ruas jalan.
2. Konsep Perencanaan
Terdapat tiga konsep perencanaan untuk
mengembangkan koridor Sungai Tallo agar Gambar 7. Hierarki Konsep Transportasi Darat
berfungsi sebagai jalur transportasi air (waterway) Sumber: Peneliti, 2016
yang efektif dan pengembangan wisata alam dan air
1) Rencana Titik Halte
berbasis lingkungan (ekowisata).
Jarak antar halte (station spacing) akan
a. Konsep Perencanaan Trnasportasi Darat
mempengaruhi kecepatan dan kapasitas sistem.
Konsep perencanaan transportasi darat ini secara
Rencana titik halte baru ini terintegrasi dengan
hierarkis terintegrasi dengan moda transportasi
Dermaga Parangloe & Dermaga Tallo. Berada pada
umum yakni BRT di Kota Makassar. 3 titik dermaga
koridor BRT yang sama yaitu koridor 1, jarak antara
yaitu Dermaga Kera Kera, Parangloe dan Tallo,
kedua halte ini sekitar 700 meter.
Tabel 7. Standar Jarak Antar Halte
No Sumber Jarak (meter)
Institute of Transportation Engineering (1976)
1 Tipe Layanan Lokal
CBD 120 240
Non CBD 300 450
2 Limited Stop
CBD 120 240
Non CBD 600 1500
3 Express
CBD 120 300
Non CBD 1600 4800
SK Dirjen Perhubungan Darat No. 687/2002
1 Pusat Kota 300 500
2 Pinggiran Kora 500 1000
BRT Planning Guide
300 1000, dengan jarak optimal 400 500 meter
(2007)
Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 2009
3. Siteplan Perencanaan
Site plan ini menggambarkan wujud
pembangunan kawasan untuk Dermaga Kera Kera,
Gambar 8. Konsep Perencanaan Transportasi Air
Lakkang dan Buloa. Perencanaan kawasan dermaga
Sumber: Peneliti, 2016
ini juga memperlihatkan fungsi kawasan masing-
masing dermaga dan kelengkapan fasilitas-fasilitas
c. Konsep Perencanaan Wisata
pendukung yang disediakan.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian ekowisata,
a. Dermaga Kera Kera
maka didapatkan indeks kesesuaian wisata di Sungai
Fungsi Dermaga Kera Kera adalah sebagai
Tallo sebesar 60.52%, masuk dalam kategori S2
dermaga penumpang, dengan 3 jenis trayek sirkulasi
yakni cukup sesuai, dimana pengembangan
transportasi air yaitu menuju Dermaga Lakkang,
wisatanya pelu meningkatkan potensi mangrove.
Parangloe dan Tallo. Dermaga ini perlu untuk
Sedangkan untuk kegiatan wisata berperahu, hasil
direncanakan terkait fasilitas pendukung dan areal
analisis indeks juga menunjukkan potensi sebesar
sekitarnya.
60.52% sehingga masuk dalam kategori S2 yakni
cukup sesuai.
4. Rencana Detail
Rencana detail menggambarkan model
Gambar 11. Siteplan Kawasan Dermaga Lakkang
perencanaan kawasan berbasis 3D untuk
Sumber: Peneliti, 2016
pengembangan transportasi air (waterway) dan
c. Dermaga Tallo transportasi darat serta ekowisata di koridor Sungai
Fungsi Dermaga Tallo adalah sebagai Tallo.
dermaga penumpang, dengan 3 jenis trayek a. Perencanaan Transportasi Air dan Darat
sirkulasi transportasi air yaitu menuju Dermaga Perencanaan transportasi air adalah bentuk
Lakkang, Parangloe dan Kera Kera. pengembangan dari aspek penyediaan trayek yang
efektif dan efisien serta fasilitas pendukung yang
optimal. Untuk pengembangan fasilitas pendukung
kawasan dermaga disediakan unit ruang tunggu,
perparkiran, papan iformasi, dermaga dan loket
pembayaran, PKL, dan jalan inspeksi. Berikut
merupakan dekripsi setiap fasilitas pendukung di
kawasan dermaga.
Jembatan Penyeberangan Dermaga
Material yang digunakan untuk membuat
jembatan penyeberangan dermaga adalah jenis kayu
yang resistan terhadap air, plat baja dan bantalan
Gambar 12. Siteplan Kawasan Dermaga Tallo apung. Ketiga elemen ini akan meminimalkan
Sumber: Peneliti, 2016 pergerakan air sehingga tahan terhadap pergerakan
dari atas.
d. Dermaga Parangloe
Fungsi Dermaga Parangloe adalah sebagai
dermaga penumpang, dengan 3 jenis trayek
MATERIAL KAYU menunggu untuk perahu yang akan berangkat.
20 cm
PLAT BAJA Fasilitas yang disediakan bagi pengunjung untuk
BANTALAN APUNG BANTALAN APUNG beristirahat seperti kursi dan ruang publik lainnya.
BADAN AIR Papan Informasi
4m Papan informasi yang memberikan jadwal
Gambar 14. Model Jembatan Penyeberangan Dermaga
Sumber: Peneliti, 2016 keberangkatan dan trayek transportasi air serta tarif
yang ditentukan. Disediakan disetiap dermaga
Bollard Perahu Dermaga
sebagai sumber informasi bagi pengunjung.
Bollard perahu dermaga adalah fasilitas yang
disediakan pada jembatan penyeberangan, yang
berfungsi untuk mengaitkan perahu saat hendak
menepi. Bollard ini di desain menyatu dengan
jembatan penyeberangan di sisi tepi, berjarak sekitar 1,5m
2 meter dan dimensi 50 x 30 centimeter.
Loket Pembayaran
Loket Pembayaran ini berfungsi sebagai tempat 3m
untuk mendapatkan tiket transportasi sungai. Loket
ini disediakan disetiap dermaga dengan dimensi 2 x
2 meter. Gambar 18. Model Jalan Inspeksi
Sumber: Peneliti, 2016