You are on page 1of 13

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

SEBAGAI PEREKAT PADA PEMBUATAN BRIKET DARI ARANG PELEPAH


KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq)

Hendri Manogu Pranata Sitanggang1, Romy2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
henry_manogu@ymail.com

Abstract

Waste of fronds is solid palm oil waste generated from palm oil plantations. To increase the
value added, then this waste can be utilized as charcoal briquettes that can be used as an
alternative energy source. The purpose of this study were (1) to know proximasi briquettes
from palm fronds with adhesive wastewater CPO (Crude Palm Oil), (2) determine the
resistance (durability) briquettes palm fronds with CPO adhesive liquid waste, (3) determine
the calorific value contained in briquettes midrib palm oil CPO adhesive liquid waste, (4)
determine the length of time the use of briquettes in water heating compared with a stove.
This study used an experimental method, the object is to use waste oil palm fronds which
uses wastewater from the processing of the PKS as an adhesive. By comparison wastewater
PKS and palm fronds charcoal that is 30%: 70%, 35%: 65%, 40%: 60%, 45%: 55%, 50%:
50%, 55%: 45%, 60%: 40%, 65%, 35% and 70%: 30%. Based on the research results,
obtained the best calorific value contained in the particle size of 50 mesh with the average
value of 29176,921 J / g.

Keywords: Waste oil palm fronds, charcoal briquettes, endurance (durability), calorific
value.

1. Pendahuluan Tabel 1.1 Sebaran Kelapa Sawit Menurut


1.1 Latar Belakang Provinsi di Indonesia Tahun 2014
Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq)
merupakan tumbuhan industri penghasil
minyak goreng, minyak industri, maupun
bahan bakar (biodiesel). Perkembangan
komoditas ekspor kelapa sawit terus
meningkat dari tahun ke tahun, terlihat dari
rata-rata laju pertumbuhan luas areal
kelapa sawit selama 20042014 sebesar
7,67%, sedangkan produksi kelapa sawit
meningkat rata-rata 11,09% per tahun[23].
(Sumber: http://ditjenbun.pertanian.go.id/,
Berdasarkan Tabel 1.1 pada tahun
2014).
2014 luas areal kelapa sawit di Indonesia
mencapai 10,9 juta Ha dengan produksi
Provinsi Riau pada tahun 2014 dengan
29,3 juta ton CPO (Crude Palm Oil).
luas areal seluas 2,30 juta Ha merupakan
provinsi yang mempunyai perkebunan
kelapa sawit terluas disusul berturutturut
Provinsi Sumatra Utara seluas 1,39 juta
Ha, Provinsi Kalimantan Tengah seluas
JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 1
1,16 juta Ha dan Sumatra Selatan dengan alternatif dalam pembuatan briket. Yaitu
luas 1,11 juta Ha serta provinsiprovinsi dengan memanfaatkan limbah cair
lainnya. pengolahan kelapa sawit sebagai perekat
Indonesia menjadi salah satu negara pada pembuatan briket dengan pelepah
yang paling besar dalam produksi CPO. kelapa sawit sebagai bahan baku.
Namun timbul permasalahan baru yaitu Penelitian mengenai pemanfaatan
dengan semakin banyaknya limbah cair pelepah kelapa sawit sudah pernah
yang dihasilkan dari suatu pabrik dilakukan oleh[22] dengan menggunakan
pengolahan kelapa sawit maka daya zat perekat tepung tapioka (kanji).
tampung limbah cair di pabrik kelapa Variabelvariabel yang digunakan dalam
sawit akan semakin meningkat setiap penelitian ini adalah serbuk arang
harinya. Dalam satu ton tandan buah segar dihaluskan dengan menggunakan ayakan
(TBS) dapat dikonversi menjadi 0,2 ton 50 mesh dan 70 mesh. Sedangkan
CPO, sementara 0,66 ton akan dikonversi penelitian menggunakan perekat limbah
menjadi limbah cair pabrik kelapa sawit cair CPO telah dilakukan oleh[13] dengan
(LCPKS)[9]. bahan baku yang digunakan pada
Dengan semakin meningkatnya luas penelitian briket ini adalah tandan kosong
perkebunan kelapa sawit maka akan kelapa sawit. Variabelvariabel yang
berpengaruh terhadap banyaknya limbah digunakan dalam penelitian ini adalah
yang dihasilkan. Seperti halnya limbah perbandingan komposisi limbah cair CPO
pelepah kelapa sawit serta limbah hasil dengan arang tandan kosong kelapa sawit
dari pabrik pengolahan kelapa sawit. yaitu 30% : 70% hingga sampai 70% :
Limbahlimbah tersebut belum 30% dengan interval 5% dari total bahan
dimanfaatkan secara optimal. baku tiap perlakuan.
Salah satu pemanfaatan limbah padat
kelapa sawit adalah dengan 2. Metode
memanfaatkannya menjadi sumber energi
terbarukan atau sebagai bahan bakar 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
alternatif seperti pemanfaatan pelepah Penelitian dan Uji analisis dilakukan
kelapa sawit sebagai bahan pembuatan di Laboratorium Konversi Energi Fakultas
briket arang, dan sisa pengolahan buah Teknik Universitas Riau, dimulai pada
sawit sangat potensial menjadi bahan bulan Mei 2015 Juli 2015.
campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos. Dalam 2.2 Bahan dan Alat
setahun setiap satu hektar perkebunan 1. Bahan yang digunakan
kelapa sawit rata-rata menghasilkan Bahan yang dipergunakan dalam
limbah pelepah daun sebanyak 10,4 ton penelitian ini adalah limbah dari pelepah
bobot kering[7]. kelapa sawit yang didapat dari perkebunan
Dari penjelasan tersebut maka dapat warga dan telah dipotong-potong kecil
disimpulkan bahwa dalam 1 tahun limbah dengan ukuran 10 cm kemudian dicincang.
cair CPO yang akan dihasilkan dapat
mencapai 173.448 ton per tahun dengan
kalkulasi kapasitas Pabrik PKS 30 ton per
jam. Maka jika tidak dimanfaatkan dengan
baik akan terjadi pencemaran lingkungan.
Untuk itu dalam penelitian ini penulis
mengharapkan dapat memanfaatkan
limbah cair dari hasil pengolahan kelapa
sawit tersebut menjadi suatu bahan

JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 2


11) Alat pencetak briket

Gambar 3.1 Pelepah Setelah Dicincang Gambar 3.4 Alat Pencetak Briket
Sepanjang 10 cm
Sementara sebagai bahan perekat 2.3 Metode Penelitian
digunakan perekat limbah cair PKS. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksperimen dengan
perlakuan dilakukan dengan
mengkombinasikan bahan baku arang
pelepah kelapa sawit dengan perekat
limbah cair PKS, yang bertujuan untuk
mengamati pengaruh kombinasi bahan
terhadap mutu yang dihasilkan. Perbedaan
persentase arang serbuk pelepah kelapa
sawit dengan 9 taraf perlakuan yang dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Perlakuan Komposisi Antara
Gambar 3.2 Limbah Cair Sebagai Perekat Perekat dengan Arang Pelepah Kelapa
2. Alat-alat yang digunakan
1) Ayakan dengan ukuran 50 mesh
dan 70 mesh
2) Muffle Furnace
3) Stopwatch
4) Oven
5) Desikator
6) Timbangan analitik
7) Termokopel
8) Cawan porselin (crussible)
9) Penjepit
10) Bom Kalorimeter Variabel penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas yang digunakan pada
peneltian ini adalah:
a. Ukuran partikel bioarang: 50 dan
70 Mesh
b. Komposisi bioarang dan perekat:
30:70% hingga 70:30% dengan
interval 5 %
c. Tekanan kompresi: 15, 25, 35 dan
45 kg/cm2
Gambar 3.3 Bom Kalorimeter
JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 3
2. Variabel terikat yang digunakan pada
peneltian ini adalah:
a. Kadar air (moisture)
b. Kadar abu (ash)
c. Volatile Matter
d. Nilai kalor
e. Drop test
f. Kerapatan (density)
g. Laju pembakaran
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian
ini yaitu tekanan pengepresan dari
briket ini menggunakan alat pencetak
briket yang telah ada[16] dengan
diameter 30 mm.
Adapun bagan alir penelitian yang telah
dilakukan ditampilkan pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Bagan Alir Pembuatan Briket
Arang Pelepah Kelapa Sawit

2.4 Prosedur Kerja


Dalam penelitian ini ada beberapa
tahapan yang dilakukan yaitu:
1. Tahap penyiapan bahan baku
2. Tahap proses karbonisasi
(pengarangan)
3. Tahap penghancuran arang
4. Tahap pencampuran perekat
5. Tahap analisa

2.4.1 Tahap penyiapan bahan baku


Tahap ini bertujuan untuk
mempersiapkan bahanbahan yang akan
digunakan dalam percobaan sehingga
mempunyai bentuk yang seragam dan
dapat dengan mudah digunakan dalam
tahap selanjutnya.
Adapun tahap penyiapan bahan baku
dilakukan dengan mempersiapkan bahan
baku yang diambil langsung dari pokok
kelapa sawit, pelepah yang digunakan
adalah yang sudah dipotong dari
batangnya, dengan kata lain menggunakan
limbah pasca panen dari kebun kelapa
sawit. Pelepah kelapa sawit yang telah
disiapkan dipotong kecil dengan ukuran 10
cm, kemudian dicincang dan dikeringkan
dibawah sinar matahari selama 3 hari.
Dengan tujuan agar pada saat proses
JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 4
karbonisasi (pengarangan) mendapatkan selesai kemudian serbuk arang dari hasil
hasil arang yang baik untuk dijadikan pengayakan dicampur dengan
briket arang. Setelah bahan baku kering menggunakan perekat limbah cair. Dengan
dilanjutkan dengan karbonisasi. komposisi perekat : bahan baku 30%:70%,
35%:65%, 40%:60%, 45%:55%,
2.4.2 Tahap proses karbonisasi 50%:50%, 55%:45%, 60%:40%,
(pengarangan) 65%:35%, 70%:30% dengan interval 5%.
Tahap ini bertujuan untuk mengubah Setelah pencampuran selesai
pelepah kelapa sawit menjadi serbuk arang dilanjutkan dengan proses pencetakan.
yang akan digunakan pada tahap Bahan baku dimasukkan ke dalam cetakan
selanjutnya. yang berbentuk tabung dengan diameter 30
Proses karbonisasi dilakukan dengan mm. Setelah bahan baku dimasukkan ke
cara membakar pelepah kelapa sawit yang dalam cetakan dilakukan pengepresan agar
telah kering didalam sebuah tungku bahan baku memadat dan perekat yang
pembakaran crussible. Bahan baku digunakan meresap kedalam pori-pori
pelepah kelapa sawit sebelum dimasukkan briket, sehingga briket tidak mudah pecah
kedalam tungku pembakaran terlebih dan retak. Pengepresan bahan baku
dahulu dimasukkan kedalam sebuah dilakukan dengan menggunakan alat press
kaleng yang telah disiapkan dan di isi dengan daya tekan 15 kg/cm2, 30 kg/cm2,
penuh sesuai dengan volume kaleng yang 45 kg/cm2.
tersedia. Kemudian kaleng tersebut Setelah proses pencetakan pada
dimasukkan kedalam tungku pembakaran. briket selesai maka dilakukan pengeringan
Waktu yang dibutuhkan pada saat proses selama 1 jam. Pengeringan briket
pengarangan tersebut adalah 2 jam dilakukan dalam oven pada suhu 105oC.
dengan suhu diatas 150oC. Setelah Kemudian dilakukan pengujian pada briket
pembakaran selesai kemudian kaleng yang sudah jadi untuk mengetahui kualitas
diangkat dari tungku pembakaran dan dari briket.
didinginkan selama 1 jam Agar
mendapatkan hasil arang yang baik. 2.4.5 Tahap analisa
Setelah didinginkan dilanjutkan dengan Tahap ini bertujuan untuk
penghancuran. menganalisa karakteristik dasar dari briket
arang yang dihasilkan. Karakteristik dasar
2.4.3 Tahap penghancuran arang itu antara lain nilai kalor (heating value),
Arang ditumbuk dengan dengan kadar air (moisture), kadar abu (ash),
menggunakan cawan yang terbuat dari volatile matter (zat mudah menguap /
kaleng. Setelah ditumbuk kemudian serbuk kandungan zat terbang), drop test, laju
arang yang telah jadi diayak dengan pembakaran briket, kerapatan (density).
ayakan yang telah disediakan dengan
ukuran mesh 50 dan mesh 70. Ampas hasil 1. Analisa Nilai Kalor (heating value)
pengayakan di tumbuk kembali hingga Dilakukan pengujian di Laboratorium
semua bahan dapat dimanfaatkan. Setelah Konversi Energi Teknik Mesin
selesai pengayakan dilanjutkan dengan Universitas Riau. Prosedur
pencampuran perekat dan pengadukan. pengukuran nilai kalor (HHV):
1) Menimbang kurang lebih 1 gram
2.4.4 Tahap pencampuran perekat sampel yang sudah di pisahkan
Perekat yang digunakan pada kedalam cawan besi.
penelitian ini adalah limbah cair hasil dari 2) Menyiapkan rangkaian bom
pengolahan pabrik kelapa sawit. Setelah kalori meter, memasang cawan
proses penghancuran dan pengayakan kerangkaian bom kalorimeter.

JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 5


3) Menghubungkan dengan kawat Prosedur pengujian kadar air
nikelin sepanjang 6 cm serta dilakukan dengan mengambil sampel
benang katun 12 cm dan yang akan diuji dan menimbangnya
menyentuhkan dengan sampel. sebagai berat awal. Sampel tersebut
4) Memasukkan air sebanyak 2 liter kemudian ditempatkan didalam cawan
ke dalam bejana bom kalori porselin yang telah diketahui berat
meter, lalu memasukkan kosongnya. Cawan yang telah berisi
rangkaian bom kalorimeter sampel tersebut dipanaskan didalam
kedalam bejana. oven bersuhu 105oC selama 2 jam
5) Menutup rapat lalu isi dengan gas sampai beratnya konstan. Kemudian
dengan tekanan 25 Bar. cawan diangkat dengan menggunakan
6) Mengisi ember bom kalorimer penjepit dan didinginkan dalam
dengan 2 liter air destilasi dan desikator selama 30 menit dan
memasukkan kedalam jaket bom kemudian ditimbang.
kalorimeter. ( )
Kadar Air = (3.2)
7) Memasukkan bejana bom
Dimana: A = Berat sampel mula
kedalam ember kemudian ditutup.
mula (gr)
8) Menjalankan mesin dan melihat
B = Berat sampel setelah
suhu awal.
dikeringkan pada 105oC (gr)
9) Setelah lima menit, menekan
tombol pembakaran dan biarkan
3. Analisa Kadar Abu (ash)
selama 7 menit.
Analisa kadar abu menggunakan
10) Lihat suhu akhir dan matikan
standar[2]. Alat yang digunakan untuk
mesin.
pengujian kadar abu adalah furnace,
cawan porselin dan timbangan digital.
Nilai kalor briket dapat dihitung
Prosedur pengujian kadar abu
dengan persamaan sebagai berikut :
( ) dilakukan dengan mengambil sampel
(3.1) yang akan diuji dan menimbangnya
Dimana : sebagai berat awal. Sampel tersebut
mf = Massa sampel bahan bakar (gr) kemudian ditempatkan didalam cawan
qvf = Nilai kalor kotor di Benzoic Acid porselin yang telah diketahui berat
(J/g) kosongnya. Cawan yang telah berisi
Qfuse = Kontribusi panas dari sampel tersebut dipanaskan didalam
benang katun (J) oven bersuhu 550oC selama 2 jam
Qign = Kontribusi panas dari sampai beratnya konstan. Kemudian
kawat pengapian nikrom (J) cawan diangkat dengan menggunakan
= Dikoreksi kenaikan suhu penjepit dan didinginkan dalam
bejana kalorimeter (K) desikator selama 30 menit dan
= Panas efektif ekuivalen kemudian ditimbang.
dari kalorimeter (J/K) Kadar Abu = (3.3)
Untuk panas efektif ekuivalen dari Dimana: D = Berat residu (sisa hasil
calorimeter adalah : pengeringan) (g)
= 11214,34 J/K B = Berat sampel setelah
2. Analisa Kadar Air (moisture) dikeringkan pada suhu 105oC (g)
Analisa kadar air menggunakan
standar[2]. Alat yang digunakan untuk 4. Analisa Volatile Matter (zat mudah
pengujian kadar air adalah oven, menguap / kandungan zat terbang)
cawan porselin dan timbangan digital.

JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 6


Analisa volatile matter b = Massa jenis benda (g/cm3)
[2]
menggunakan standar . Alat yang m = Massa benda di udara (g)
digunakan untuk pengujian volatile m = Massa benda di dalam air (g)
matter adalah furnace, cawan porselin a = Massa jenis air (g/cm3)
dan timbangan digital.
Prosedur pengujian volatile 7. Analisa drop test
matter dengan mengambil sampel Pengujian drop test menggunakan
yang akan diuji dan menimbangnya standar[1] dilakukan dengan menentukan
sebagai berat awal. Sampel tersebut ketahanan briket pada saat dijatuhkan pada
kemudian ditempatkan didalam cawan ketinggian 1 meter.
porselin yang telah diketahui berat Rumus : IRI = (3.7)
kosongnya. Cawan yang telah berisi
Keterangan :
sampel tersebut dipanaskan didalam
IRI = International Roughness Index
oven bersuhu 950oC selama 2 jam
N = Total drop test
sampai beratnya konstan. Kemudian
n = Jumlah pecahan briket setelah di
cawan diangkat dengan menggunakan
jatuhkan
penjepit dan didinginkan dalam
desikator selama 30 menit dan
2.5 Flow Chart Kegiatan
kemudian ditimbang.
Mulai
(3.4)
Dimana: B = Berat sampel setelah Tinjauan Pustaka
dikeringkan pada suhu 105oC (g)
C = Berat sampel setelah
dikeringkan pada suhu 950oC (g) Persiapan alat dan bahan

5. Analisa Laju Pembakaran Briket Pengambilan data


Laju pembakaran adalah
penggambaran berkurangnya bobot Analisis Pembahasan
per satuan menit selama pembakaran.
Pengurangan bobot semakin cepat Kesimpulan
memberikan laju pembakaran yang
besar. Semakin besar laju
pembakaran, maka menyala briket Selesai

akan semakin singkat. Gambar 3.6 Flow Chart Kegiatan


Laju pembakaran briket =
( )
(3.5) 2.6 Analisis Data
( )
Proses analisis data dimulai dengan
mengkaji seluruh data yang tersedia
6. Analisa Kerapatan (density) dengan berbagai sumber yaitu
Pengujian ini dilakukan dengan dokumentasi, observasi dan penelitian
menentukan berapa rapat massa briket langsung. Data yang diperoleh merupakan
melalui perbandingan antara massa data yang bersifat kuantitatif yang masih
briket dengan besarnya dimensi berupa angkaangka. Data tersebut
volumetrik briket arang pelepah menjelaskan tentang perbandingan sifat
kelapa sawit[21]. fisik dan kimia terhadap komposisi perekat
Menentukan massa jenis briket : : bahan baku 30%:70%, 35%:65%,
40%:60%, 45%:55%, 50%:50%,
(3.6)
55%:45%, 60%:40%, 65%:35%, 70%:30%
Dimana : dengan interval 5%. Setelah terkumpul
JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 7
kemudian data dipaparkan melalui tabel 3. Volatile matter
dan digambarkan dalam bentuk grafik
sehingga lebih mudah dibaca.

3. Hasil

3.1 Hasil Pembuatan Briket

Gambar 3.4 Gafik Hubungan Antara


Persentase Limbah Cair PKS Terhadap
Nilai Volatile Matter

4. Nilai kalor

Gambar 3.1 Hasil Cetakan Briket dengan


Mesh 50 dan Perekat 60, 65 dan 70%

3.2 Analisa Sifat Kimia


1. Kadar air Gambar 3.5 Gafik Hubungan Antara
Persentase Limbah Cair PKS Terhadap
Nilai Kalor pada Mesh 50 dan Mesh 70

5. Drop test

Gambar 3.2 Gafik Hubungan Antara


Persentase Limbah Cair PKS Terhadap
Nilai Kadar Air (Moisture)

Gambar 3.6 Gafik Hubungan Antara


2. Kadar abu Persentase Limbah Cair PKS Terhadap
Nilai Drop Test pada Mesh 50

Gambar 3.3 Gafik Hubungan Antara


Persentase Limbah Cair PKS Terhadap
Nilai Kadar Abu (ash) Gambar 3.7 Gafik Hubungan Antara
Persentase Limbah Cair PKS Terhadap
Nilai Drop Test pada Mesh 70

JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 8


6. Densitas (kerapatan) 4. Pembahasan
Pada penelitian ini briket dibuat
dengan tekanan 15 kg/cm2, 25 kg/cm2, 35
kg/cm2 dan 45 kg/cm2, dicetak dengan
menggunakan alat pencetak briket yaitu
dalam bentuk silinder dengan massa briket
yang dibuat adalah 10 g. Hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 3.8 Gafik Hubungan Antara
4.1 Analisa Sifat Kimia
Persentase Limbah Cair PKS
1. Kadar air
Terhadap Nilai Kerapatan (Densitas)
Pada Gambar 3.2 untuk hasil
pada Mesh 50
cetakan mesh 50 menunjukkan bahwa
nilai kadar air tertinggi terdapat pada
briket dengan jumlah perekat limbah
cair PKS 55% dengan nilai yang
dihasilkan 7,07%, sedangkan untuk
nilai kadar air terendah terdapat pada
briket dengan jumlah perekat limbah
cair PKS 30% dengan nilai yang
dihasilkan 4,89%. Sedangkan untuk
Gambar 3.9 Gafik Hubungan Antara hasil cetakan mesh 70 menunjukkan
Persentase Limbah Cair PKS Terhadap bahwa nilai kadar air tertinggi terdapat
Nilai Kerapatan (Densitas) pada Mesh 70 pada briket dengan jumlah perekat
limbah cair PKS 30% dengan nilai
7. Nilai laju pembakaran yang dihasilkan 6,54%, sedangkan
untuk nilai kadar air terendah terdapat
pada briket dengan jumlah perekat
limbah cair PKS 65% dengan nilai
yang dihasilkan 5,64%.
Menurut[8], dengan semakin
banyaknya perekat maka kadar air
pada briket akan semakin tinggi.
Secara umum kadar air dari briket
Gambar 3.10 Gafik Hubungan Antara yang dihasilkan pada penelitian ini
Persentase Limbah Cair PKS Terhadap sudah memenuhi standar yang telah
Nilai Laju Pembakaran Pada Mesh 50 ditetapkan oleh beberapa negara untuk
menggunakan briket sebagai bahan
bakar, diantaranya Jepang (6-8%),
Amerika (maksimum 6,2%)[6]
(maksimum 8%)[3].

2. Kadar abu
Pada gambar 3.3 untuk hasil
cetakan mesh 50 menunjukkan bahwa
Gambar 3.11 Gafik Hubungan Antara nilai kadar abu tertinggi terdapat pada
Persentase Limbah Cair PKS Terhadap briket dengan jumlah perekat limbah
Nilai Laju Pembakaran Pada Mesh 70 cair PKS 45% dengan nilai yang
dihasilkan 32,45%, sedangkan untuk

JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 9


nilai kadar air terendah terdapat pada PKS dan 65% arang pelepah kelapa
briket dengan jumlah perekat limbah sawit yaitu sebesar 29266,696 J/g.
cair PKS 65% dengan nilai yang Dari Gambar 3.5 dapat dilihat secara
dihasilkan 14,13%. Sedangkan untuk umum nilai kalor untuk mesh 50
hasil cetakan mesh 70 menunjukkan relatif lebih tinggi dibandingkan
bahwa nilai kadar abu tertinggi dengan nilai kalor briket dengan mesh
terdapat pada briket dengan jumlah 70.
perekat limbah cair PKS 40% dengan
nilai yang dihasilkan 35,89%, 5. Drop test
sedangkan untuk nilai kadar abu Dari hasil pengujian yang
terendah terdapat pada briket dengan dilakukan untuk menguji nilai dari
jumlah perekat limbah cair PKS 65% drop test ini dapat dilihat pada tabel
dengan nilai yang dihasilkan 16,72%. dan gafik diatas. Nilai drop test yang
terbaik untuk mesh 50 adalah pada
3. Volatile matter persentase bahan perekat 70% dan
Pada Gambar 3.4 untuk hasil tekanan 25 kg/cm2 dengan hasil drop
cetakan mesh 50 menunjukkan bahwa test 6 pada ukuran tidak kurang dari
nilai kadar zat mudah terbang tertinggi 4% dari total briket yang ada.
terdapat pada briket dengan jumlah Sedangkan nilai drop test yang terbaik
perekat limbah cair PKS 45 % dengan untuk mesh 70 adalah pada persentase
nilai yang dihasilkan 92,04 %, bahan perekat 70% dan tekanan 25
sedangkan untuk nilai kadar zat kg/cm2 dengan hasil drop test 5 pada
mudah terbang terendah terdapat pada ukuran yang tidak kurang dari 4% dari
briket dengan jumlah perekat limbah total briket yang ada. Pada saat
cair PKS 65% dengan nilai yang pengujian total perlakuan dilakukan
dihasilkan 90,63%. Sedangkan untuk satu kali. Dari pengujian drop test
hasil cetakan mesh 70 menunjukkan yang ditampilkan pada Gambar 4.6
bahwa nilai zat mudah terbang dan 4.7 nilai drop test dipengaruhi
tertinggi terdapat pada briket dengan oleh jumlah perekat di mana
jumlah perekat limbah cair PKS 35% kecenderungan dengan bertambahnya
dengan nilai yang dihasilkan 92,83%, perekat akan meningkatkan durability
sedangkan untuk nilai zat mudah briket.
terbang terendah terdapat pada briket
dengan jumlah perekat limbah cair
PKS 70% dengan nilai yang 6. Densitas (kerapatan)
dihasilkan 90,33%. Dari grafik pada Dari hasil analisa yang telah
Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa dilakukan untuk pengujian densitas
dengan semakin besar persentase (kerapatan) maka didapatkan nilai
perekat maka persentase volatile densitas terendah pada mesh 50 adalah
matter akan cenderung semakin kecil. 530,111 g/cm3. Sedangkan untuk nilai
densitas terbesar adalah 1752 g/cm3.
4. Nilai kalor Untuk nilai densitas terendah pada
Nilai kalor tertinggi untuk mesh mesh 70 adalah 370,437 g/cm3.
50 diperoleh pada campuran 50% Sedangkan untuk nilai densitas
limbah cair PKS dan 50% arang terbesar adalah 2395,5 g/cm3.
pelepah kelapa sawit yaitu sebesar Kerapatan terbaik pada mesh 50
29176,921 J/g. Sedangkan nilai kalor adalah pada persentase 60% perekat
tertinggi untuk mesh 70 diperoleh sedangkan untuk mesh 70 pada
pada campuran 35% pada limbah cair persentase 55%. Kerapatan yang

JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 10


tinggi akan mengakibatkan briket dibutuhkan untuk pemanasan briket pada
arang sulit terbakar. mesh 50 adalah 43 menit sedangkan
untuk mesh 70 adalah 31 menit.
7. Laju pembakaran Sementara untuk pemanasan air dengan
Pada Gambar 4.10 dan 4.11 untuk menggunakan kompor gas membutuhkan
hasil cetakan mesh 50 menunjukkan waktu 20 menit.
bahwa laju pembakaran yang
dihasilkan pada briket arang pelepah 5. Simpulan
kelapa sawit hasil penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian,
berkisar antara 1,145243,43789 pengujian, analisa dan pembahasan yang
g/menit. Sedangkan untuk hasil telah dilakukan tentang pembuatan briket
cetakan mesh 70 menunjukkan bahwa arang berbahan dasar dari campuran
laju pembakaran yang dihasilkan pada limbah pelepah kelapa sawit menggunakan
briket arang pelepah kelapa sawit hasil perekat limbah cair pengolahan PKS,
penelitian ini berkisar antara 0,93256 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
3,32016 g/menit. Laju pembakaran 1) Briket arang dari pelepah kelapa sawit
terendah pada mesh 50 dimiliki oleh dengan perekat limbah cair hasil
briket dengan persentase campuran pengolahan PKS telah berhasil dibuat
bahan perekat limbah cair PKS 70% dibuat dengan tekanan 15 kg/cm2, 25
dengan tekanan 25 kg/cm2. Sedangkan kg/cm2, 35 kg/cm2, 45 kg/cm2,
laju pembakaran terbesar adalah berbentuk silinder dengan diameter 30
dimiliki oleh briket dengan persentase mm, tinggi 3 cm dan massa briket 10
campuran bahan perekat limbah cair gr. Serta komposisi pencampuran
PKS 65% dengan tekanan 45 kg/cm2. perekat dengan arang yaitu dengan
Untuk Laju pembakaran terendah komposisi perekat : bahan baku
pada mesh 70 dimiliki oleh briket 30%:70%, 35%:65%, 40%:60%,
dengan persentase campuran bahan 45%:55%, 50%:50%, 55%:45%,
perekat limbah cair PKS 65% pada 60%:40%, 65%:35%, 70%:30%
tekanan 35 kg/cm2. Sedangkan laju dengan interval 5%.
pembakaran terbesar adalah dimiliki 2) Hasil analisis proximasi diperoleh
oleh briket dengan persentase nilai rata-rata yang telah dilakukan
campuran bahan perekat limbah cair untuk nilai kadar air (moisture) 6,23
PKS 65% pada tekanan 45 kg/cm2. %, nilai kadar abu (ash) 22,92 %, nilai
Laju pembakaran terbaik untuk mesh volatile matter 92,42 %, nilai kalor
50 dan mesh 70 terjadi pada 27789,74 J/g, untuk nilai drop test
persentase perekat 70%. terbaik terdapat pada briket dengan
komposisi perekat 70% dan arang
4.2 Pengujian Pemanasan Air pelepah 30% dan tekanan 25 kg/cm2,
Dari hasil penelitian yang telah nilai kerapatan (density) 1001,97
dilakukan yaitu perbandingan pemanasan g/cm3, nilai laju pembakaran 1,55
air yang dilakukan pada briket dan kompor g/menit.
gas bahwa pemanasan air yang lebih baik 3) Dari hasil kerapatan (durability) yang
adalah dengan menggunakan kompor gas. telah diteliti bahwa nilai Kerapatan
Hal ini dikarenakan kompor gas terbaik pada mesh 50 adalah pada
mempunyai panas yang baik dibandingkan persentase 60% perekat sedangkan
dengan pemanasan yang dilakukan dengan untuk mesh 70 pada persentase 55%.
menggunakan briket arang. Pemanasan 4) Dari hasil pengujian untuk pemanasan
pada kompor gas lebih cepat dibandingkan air yang lebih baik antara masak air
menggunakan briket arang. Waktu yang dengan briket dan masak air dengan

JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 11


kompor gas yang paling baik adalah [8] Gandhi, Aquino B. 2010. Pengaruh
dengan menggunakan kompor gas. Variasi Jumlah Campuran Perekat
Hal ini dikarenakan nilai kalor yang Terhadap Karakteristik Briket Arang
dihasilkan dari kompor gas lebih Tongkol Jagung. Semarang. Jawa
efisien dibandingkan dengan Tengah.
menggunakan briket.
[9] Irvan., Suraya, Tiarasti, Hasibuan.,
Trisakti., Tomiuchi. 2012. Pembuatan
Daftar Pustaka Biogas Dari Berbagai Limbah Cair
Pabrik Kelapa Sawit. Sumatera
[1] ASTM D 440-86. 2002. Standard Test Utara:USU.
Method of Drop Shatter Test for Coal.
[10] Ismayana, Afrianto. 2011. Pengaruh
[2] ASTM D 1762-84. 2007. Standard Jenis dan Kadar Bahan Perekat Pada
Test Method for Chemical Analysis of Pembuatan Briketblotong Sebagai
Wood Charcoal. Bahan Bakar Alternatif. Departemen
Teknologi Industri Pertanian IPB.
[3] Badan Standardisasi Nasional. 2000.
Briket Arang Kayu. Standar Nasional [11] Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak
Indonesia 01-6235-2000. Dewan Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas
Standardisasi Nasional. Jakarta. Indonesia.

[4] Bahri. 2007. Pemanfaatan Limbah [12] Mulia. 2007. Pemanfaatan Tandan
Industri Pengolahan Kayu Untuk Kosong dan Cangkang Kelapa Sawit
Pembuatan Briket Arang Dalam Sebagai Briket Arang. Tesis. Program
Mengurangi Pencemaran Lingkungan Studi Magister Teknik Kimia USU.
di Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis.
Program Studi Magister Pengelolaan [13] Purnama., Chumaidi, Saleh. 2012.
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pemanfaatan Limbah Cair CPO
USU. Sebagai Perekat Pada Pembuatan
Briket Dari Arang Tandan Kosong
[5] Basriyanta. 2008. Pembuatan Kelapa Sawit. Palembang:Universitas
Peralatan Pengolah Sampah Organik Sriwijaya.
Menjadi Bahan Bakar Alternatif
(Briket Bioarang). Dinas Pendidikan [14] Purwanto dan Sofyan. 2014. Pengaruh
Kabupaten Sleman. Yogyakarta. Suhu dan Waktu Pengarangan
Terhadap Kualitas Briket Arang dari
[6] Departemen Kehutanan dan Limbah Tempurung Kelapa Sawit.
Perkebunan. 1994. Badan Penelitian Panglima Batur Barat. Banjar Baru.
dan Pengembangan Kehutanan.
Pedoman Teknis Pembuatan Briket [15] Putra, Hijrah Purnama., Meirdhania
Arang. Bogor. Mokodompit dan Adik Putri Kuntari.
2013. Study Karakteristik Briket
[7] Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit Budi Berbahan Dasar Limbah Bambu
Daya Pemanfaatan Hasil Dan Limbah dengan menggunakan Perekat Nasi.
Analisis Usaha Dan Pemasaran. Edisi Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas
Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islan Indonesia.

JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 12


[16] Putra, Ricki Candra. 2013.
Perancangan dan Pembuatan Alat [20] Wagiyo H., Handayani, Ari dan A,
Penekan Briket Arang Kelapa. Tugas Maulana. 1993. Analisis Permukaan
Akhir Jurusan Teknik Mesin Arang Aktif Dari Batubara
Universitas Riau: Pekanbaru. Kalimantan. Hasil-hasil Penelitian.
Pusat Penelitian Sains Materi-
[17] Santosa, Mislaini R dan Swara Pratiwi BATAN.
Anugrah. 2010. Studi Variasi
Komposisi Bahan Penyusun Briket [21] Wibawa, Wahana Cahya. 2013.
Dari Kotoran Sapi Dan Limbah Pengukuran Massa Jenis Benda Padat
Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian dengan Prinsip Archimedes. Laporan
Fakultas Teknologi Pertanian Praktikum Biofisika. Program Studi
Universitas Andalas. Pendidikan IPA Universitas Negeri
Yogyakarta.
[18] Sinurat, Erikson. 2011. Studi
Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete [22] Yusuf, Sulaeman dan Sribudiani.
dan Tongkol Jagung Sebagai Bahan 2014. Pemanfaatan Pelepah Kelapa
Bakar Alternatif. Tugas Akhir Jurusan Sawit (Elaeis Guineensis Jacq)
Teknik Mesin Universitas Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Hasanuddin: Makassar. Briket Arang. Pekanbaru:Universitas
Riau.
[19] Usman. 2007. Mutu Briket Arang
Kulit Buah Kakao Dengan [23] http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-
Menggunakan Kanji Sebagai Perekat. 362-pertumbuhan-areal-kelapa-sawit-
Balai Besar Industri Hasil meningkat.html (diakases 2014)
Perkebunan. Makassar.

JOM FTEKNIK VOLUME 2 No.2 Oktober 2015 13

You might also like