Professional Documents
Culture Documents
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan
dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin
merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu
(JHPIEGO, 2005).
b Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 graM
(Rayburn, 2001).
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan
melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah
tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi
jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan
sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu
(Dorland,1998).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap
extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau
diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya
adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi
bagian terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal
ini berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya
sempurna. Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo
orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis sebesar
13,5 cm merupakan diameter antero posterior kepala janin yang
terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan
penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi
bokong dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi
bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi bokong
kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).
c Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat
vacum yang dipasang di kepalanya (Mansjoer, 2002).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002).
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep
antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok,
perdarahan post partum, pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003).
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu
pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk
melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2002).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat
cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh
abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada
keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat
his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat
kuat (Cunningham, 2005).
3. POHON MASALAH
4. KLASIFIKASI
Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur
perineum dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
a. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalamirobekan
adalah
1) Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
b. Ruptur perineum derajat dua, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah
1) Mukosa Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
c) Otot perineum
c. Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah
1) Sebagaimana ruptur derajat dua
2) Otot sfingter ani
d. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat tiga
2) Dinding depan rectum
5. GEJALA KLINIS
a. Perubahan fisik
1) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil.Proses involusi terjadi karena
adanya:
a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
a) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah
melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Diameter Bekas
Berat
Involusi TFU Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembek
plasenta
lahir
1 minggu Pertengahan
pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
symphisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari
8 minggu Normal 30 gr
7) Sistem Hormonal
a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan
bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah
itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan
hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi
oleh glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara
dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan
pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang
disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia
makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron
merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron
merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini
mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah
reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu
oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan
oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras
dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau
areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak
3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak
badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya
cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi
UNPAD, 1983: 318 )
8) Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
a) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam
masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu
dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang
tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu
berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha
untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang
air kecil atau buang air besar.
c) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu
mengambil tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995)
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang
dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada
hari ke 3-5 post partum
6. PEMEERIKSAAN DIAGNOSTIK
7. PENTALAKSANAAN MEDIS
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan
dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan
pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin,
demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan
profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, anti biotic untuk
mencegah infeksi.
8. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama
periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah
lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu
atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc
2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
3) Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut
lebih dari 24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat
berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama
perdarahan antara lain :
1) Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post
partum. Uterus yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda,
dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan pemberian
narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
2) laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan
segera.
3) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensi plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi
lahir.
4) Lain-lain
i. Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi
kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh
darah yang tetap terbuka
ii. Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau
bekas jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir
hidup.
iii. Inversio uteri.
c) Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya
kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
Penyebap klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan
organisasi lainnya.
d) Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).
e) Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost
partum (Novak, 1999).
f) Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli
dan bakterigram negatif lainnya.
g) Tromboplebitis dan trombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan
meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler,
akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah
dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan trombosis (pembentukan
trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500 750
kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
h) Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebapkan kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
i) Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai
beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa
takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian
tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.
Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor,
kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Novak,
1999).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai
berikut
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
5) Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
6) Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
b. Pola nutrisi dan metabolik
1) Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
2) Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
3) Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
4) Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
c. Pola aktivitas setelah melahirkan
1) Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
2) Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
3) Apakah ibu tampak mengantuk ?
d. Pola eliminasi
1) Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
2) Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
e. Neuro sensori
1) Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
2) Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
3) Bagaimana nyeri yang ibu rasakan ?
4) Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
5) Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
f. Pola persepsi dan konsep diri
1) Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
2) Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan
penampilan tubuhnya saat ini ?
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a. Pemeriksaan TTV
b. Pengkajian tanda-tanda anemia
c. Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
d. Pemeriksaan reflek
e. Kaji adanya varises
f. Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
h. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
i. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
j. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
k. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada
periodepasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali
dibutuhkan pada hari pertama pada partumuntuk mengkaji
kehilangan darah pada melahirkan.
2) Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain
itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle
dan rhesus dan kebutuhan terapi yang mungkin (Bobak, 2004).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
b. Defisit volume cairan
c. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Trauma perinium dan
saluran kemih
d. Risiko Konstipasi berhubungan dengan Trauma persalinan
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan
mengenai nilai aktivitas fisik
f. Resiko infeksi ditandai dengan Trauma jalan lahir
g. Ketidak mampuan menjadi orang tua berhubungan dengan Defesiensi
pengetahuan
h. Defesiensi pengetahuan berhuungan dengan Tidak familier dengan sumber
informasi
i. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan Defisit pengetahuan
6. Kolaborasi 6. Kateterisasi
untuk melakukan memabnatu
kateterisasi bila pengeluaran urine
pasien kesulitan untuk mencegah
berkemih. stasis urine.
Risiko Konstipasi Setelah
dilakukan askep 1. Kaji pola BAB, 1. Mengidentifikasi
selama 2 x 24 kesulitan BAB, penyimpangan serta
jam, Pola warna, bau, kemajuan dalam pola
eleminasi konsistensi dan eleminasi (BAB).
(BAB) teratur. jumlah.
2. Anjurkan
Kriteria hasil: 2. Ambulasi dini
ambulasi dini
1. pola merangsang
eleminasi pengosongan rektum
3. Anjurkan pasien
teratur, secara lebih cepat.
2. feses untuk minum 3. Cairan dalam jumlah
lunak dan banyak 2500- cukup mencegah
warna khas 3000 ml/24 jam. terjadinya penyerapan
feses, cairan dalam rektum
3. bau khas
4. Kaji bising usus yang dapat menyebabkan
feses,
setiap 8 jam. feses menjadi keras.
4. tidak ada
4. Bising usus
kesulitan
mengidentifikasikan
5. Pantau berat
BAB,
pencernaan dalam
5. tidak ada badan setiap hari.
kondisi baik.
feses
6. Anjurkan pasien 5. Mengidentifiakis
bercampur
makan banyak adanya penurunan BB
darah dan
serat seperti secara dini.
lendir, 6. Meningkatkan
buah-buahan dan
6. konstipas
pengosongan feses dalam
sayur-sayuran
i tidak ada.
rektum.
hijau.
Hambatan mobilitas Setelah 1. Kaji hambatan 1. Parameter
fisik dilakukan askep pasien terhadap menunjukkan respon
selama 2 x 24 mobilisasi fisiologis pasien
jam, ADL dan Tingkatkan terhadap stres aktifitas
kebutuhan istirahat, batasi dan indikator derajat
beraktifitas aktifitas pada penagruh mobilitas
pasien terpenuhi dasar
secara adekuat. nyeri/respon
Kriteria hasil: hemodinamik,
1. Menunjukkan berikan aktifitas
2. Menyiapakn mobilitas
peningkatan senggang yang
pasien
dalam tidak berat.
2. Kaji kesiapan
beraktifitas.
2. Mengerti untuk 3. Stabilitas mobilisasi
tujuan untuk meningkatkan untuk mencegah
mobilisasi mobilisasi perdarahan
3. Kelemahan 3. Dorong
dan kelelahan memajukan
4. Meningkatkan aktifitas
berkurang. mobilitas,
pasien untuk
4. Kebutuhan
aktifitas/toleransi
mencegah perdarahan
ADL
perawatan diri.
terpenuhi 4. Anjurkan
secara mandiri keluarga untuk
5. Teknik penghematan
atau dengan membimbing
energi menurunkan
bantuan. pasien untuk
penggunaan energi
melakukan
aktifitas
5. Jelaskan pola
peningkatan
bertahap dari
aktifitas
Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta, EGC.
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United States
of America: Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC. Jakarta.
Oxorn, Harry, 2003. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta, Yayasan Essentia
Medika.
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Sofian, Amru. 2013. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid 1.
Jakarta : EGC
Straight, Barbara R, 2004. Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta, EGC
Sukarni & Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta : Nuha
Medika
Wilkinson, Judith M.. Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Diagnosis NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EG
Denpasar, 27 Februari
2017
. ...............
NIP. NIP.
Nama Pembimbing/CT
NIP.
P07120215002
POLTEKKES DENPASAR
2016