You are on page 1of 10

Judul Buku : Perencanaan dan pengembangan Wilayah

Bab 11 Interakasi Spasial, Migrasi dan Urbanisasi

Interaksi soisal mrupakan istilah untuk pergerakan spasial dan aktivitas manusia.
Terdapat model interaksi social yg umum digunakan, misalnya model gravitasi.
Model gravitasi dalam hal ini didasarkan pada teori gravitasi Newtn, dimana
interaksi antar 2 tempat dipengaruhi oleh besarnya akivitas social dan hasil
produksi masyarakat di dua tempat yang ada, serta jarak dan besarnya pengaruh
jarak antar kedua tempat.

Dalam perkembangan model gravitasi yang lebih lanjut, interaksi antar dua
wilayah (wilayah 1 = i ; wilayah 2 = j) dimodelkan sebagai fungsi dari masa kedua
wilayah (mi dan mj) serta jarak (r) antar kedua wilayah. Dalam model gravitsi,
terdapat pengembangan atas iterpetasi dan peubah yang digunakan, seiring
dengan berkembangnya model gravitasi. Peubah tersebut antara lain : Interaksi
Spasial (Tij), massa kedua wilayah (mi dan mj), jarak antar wilayah (rij) serta
parameter-parameter persamaan. Parameter-parameter yg didapatkan dari
model gravitasi dapat mnggambarkan karakteristik suatu wilayah (produksi atau
pasar).

Selanjutnya terdapat model ptensial, dimana model ini merupakan turunan dari
model gravitasi. Melaui model ini kita dapat menghitung indeks derajat
aksesibilitas. Wilayah dengan indeks potensial tertinggi merupakan wilayah
dengan hirarki sbg pusat pelayanan yg tinggi pula.

Kemudian Single and Double Constraints Models. Dari Model ini kita dapat
mengidentifikasi sifat daya dorong masing-masing wilayah asal (Ai) dan sifat
daya Tarik dari wilayah tujuan (Bj)

Aspek-aspek Kependudukan dan Migrasi

Perkembangan suatu wilayah menyebabkan brtambahnya julah penduduk di


wilayah itu sendiri, sehingga mengundang terciptanya migrasi atau perpindahan
penduduk. Aspek-aspek kependudukan menjadi penting untuk diketahui Sebab
Struktur demografi suatu wilayah dapat mempengaruhi pembangunan wilayah.
Missal, struktur usia penduduk dapat berimplikasi terhdap pola dan struktur
konsumsi serta produktivitas.
Migrasi

Migrasi terjadi akibat adanya factor pendorong ataupun factor penarik. BPS
(1995) membagi migras antar provinsi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Migran semasa hidup : mereka yang tempat tinggalnya sekarang bukan


wilayah provinsi kelahirannya

2. Migran risen : mereka yg pindah melewati batas provinsi dalam kurun


waktu 5 tahun terakhir sebeluum pencacahan.

3. Migran Total : mreka yg melakukan perpindahan antar daerah tanpa


memperhatikan waktu pindahnya, sehingga tempat tinggal yg dulu
dengan yg sekarang telah berbeda.

Migrasi dan Urbaniasai

Terdapat 3 bentuk migrasi. Pertama, perpindahan masyarakat pedesaan ke


perkotaan (rural -urban migration). Hal ini sering disalah artikan sebagai I
urbanisasi. Padahal, urbanisasi sebenarnya adalah proses berkembangannya
penduduk di kawasan urban. Factor-fakor yang mendoorng terjadinya
urbanisasi :

1. Kemajuan di bidang pertanian

2. Industrialisasi

3. Potensi pasar

4. Peningkatan kegiatan pelayanan

5. Kemajuan transportasi

6. Tarikan social

7. Kemajuan Pendidikan

8. Pertumbuhan penduduk alami

Dampak migrasi penduduk dari Desa Ke Kota

Perpindahan penduduk desa ke kota akibat factor pekerjaan dapat menimbulkan


hal positif maupun negatif. Ketika ketersdiaan lapangan pekerjaan lebih sedikit
dibanding permintaan, maka akan akan terjadi surplus tenaga kerja, kemudian
akan menimbulkan adanya pengangguran yg berdampak pada meningkatnya
kriminalitas suatu kota akibat tuntutan ekonomi.

Model Todaro

Mengasumsikan bahwa tingkat upah tidak ditentukan berdasrkan mekanisme


pasar melainkan ditentukan oleh pemerintah. Jika diasumsikan tdk ada
pengangguran maka tenaga kerja akan bekerja pada sektor industri di perkotaan
sedangkan sisanya bkerja pada sektor pertanian di pedesaan dan tingkat upah
lebih kecil dr tngkat pasar. Sehingga terjadi selisih antara upah di perkotaan
dengan upah di pedesaan.terdapat 4 pemikiran dasar pada model todaro.

a. Migrasi dari desa-kota didorong adanya pertimbangan ekonomi yg


rasional

b. Keputusan melakukan migrasi didasarkan pada selisih tingkt


pendapatan di desa dan kota

c. Kemungkinan mendapatka upah di perkotaan berkaitan dengan


tingkat pendapatan di perkotaan

d. Migrasi desa-kota dapat berlangsung terus menereus walaupun


melampaui laju pertumbuhan

Implikasi kebijakan

1. Ketimpangan kesempatan kerja antar kota dan desa harus dikurangi

2. Menciptakan lapangan pekerjaan belum cukup mampu memecahkan


masalah pengangguran

3. Pengembangan pendidikan yg berlebih menyebabkan migrasi dan


pengangguran

4. Pemberian subsidi justru meurunkan produktivitas

5. Program pembangunan desa terpadu harus dipacu

Suburbanisasi
Merupakan proses terbentuknya permukiman-permukiman baru dan kawasan
industri di pinggiran perkotaan.suburbaniasi melahirkan akulturasi budaya,
konversi lahan, spekulasi lahan, dll.

Judul Buku : Pembangunan Wilayah


Bab 6 Aliran Komiditas dan Sumberdaya

Wacana aliran komoditas dan sumberdaya sejalan dengan perkembangan


pemikiran ekonomi. Aliran komoditas dan sumberdaya tidak hanyah antar
wilayah dalam 1 negara tapi jg dapat terjadi di anatar negara.

Teori Heckser Ohlin

Aliran komoditas disebabkan oleh perbedaan rasio harga. Teori ini


menggambarkan tingkat konsumsi dengan hasil produksi komo ditas suatu
wilayah dalam sebuah kurva. Terdapat beberapa asumsi dalam teori ini yatu :

1. Model mengabaikan biaya transport yang dalam kenyataannya sangat


mempengaruhi harga komoditas dan faktor produksi
2. Penerapan proteksi untuk melindungi industri local akan mengganggu
aliran sumber daya.
3. Model kurang akurat untuk menjelaskan fenomena jangka pendek,
karena untuk mencapai keseimbangan mustahil mentransformasi modal
atau faktor produksi lainnya dalam waktu cepat
Migrasi
Migrasi adalah aliran sumber daya terpenting sebagai penentu pembangunan
wilayah. Alasan yang mendasari hal tersebut yaitu migrant merupakan pusat dari
seluruh pusat kebijakan dan program pembangunan serta keadaan penduduk
dan dinamika alirannya mempengaruhi dinamika pembangunan.
Mekanisme berjalanya migrasi dapat dilihat melaui dua model. Pertama, model
keseimbangan dimana migrasi teradi karena faktor-faktor alami tanpa disertai
perubahan demografi yang mencolok.
Kedua, model ketidakseimbangan dimana model ini terjadi karena disparitas
dalam pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, sehingga disertai
perubahan demografi yang mencolok.

Model Harris Todaro


Hipotesis model ini adalah bahwa migrasi terjadi apabila tingkat upah di tempat
asal lebih rendah diabnding upah yang diharapkan di tempat tujuan. Asumsi yang
mendasari model ini adalah tingkat upah wilayah adalah tetap, motivasi migrasi
adalah upah, serta penduduk baru dan lama memiliki peluang sama memperoleh
pekerjaan. Implikasi penting dalam model ini yaitu tingkat migrasi tidak sebanding
dengan tingkat upah. Kemudian, tingkat upah akan naik seiring berambahnya lus
wilayah kota. Serta agak sulit menekan tingkat pengangguran perkotaan sejalan
dengan relative tingginya upah.

Model Gravitasi
Model gravitasi menjelaskan bahwa migrasi di antara dua wilayah meningkat
sejalan dengan jumlah penduduk, perbedaan upah dan semakin dekat jarak
diantaranya. Asumsi model ini adalah bahwa jumlah populasi dapat mewakili
kemungkinan seseorang tetap tinggal atau bermigrasi ke suatu wilayah. Faktor
utama dalam model ini adalah faktor jarak, dan faktor upah merupakan faktor
pendukung.

Pengaruh Dorong Bergelombang


Pengaruh dorong bergelombang adalah suatu faktor yang memberikan
penjelasan dari kelemahan model gravitasi yang merujuk pada kecenderungan
individu dari wilayah tertentu menuju wilayah sama. Aliran migrasi menjadi efisien
sehingga dorongan aliranya semakin bergelombang mebawa tambahan migran.
Pengaruh dorong bergelombang dapat menciptakan aliran dua arah yang
berwujud aliran manusia dan uang kiriman.

Mobilitas Modal
Modal akan mengalir ke wilayah yang memiliki tingkat resiko investasi rendah,
tanpa hambatan psikologis dan dukungan saham modal. Bentuk modal ada tiga
yaitu modal dalam bentuk uang (money capital), yaitu modal yang dapat
mengalir dari satu wilayah ke wilayah lain mengikuti aliran barang dan jasa atau
untuk membiayai investasi. Kedua, modal dalam bentuk aset fisik, yaitu modal
yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dalam jumlah relatif
terbatas. Ketiga, modal dalam bentuk fisik yang tidak dapat dipindahkan dan
dapat mengalami perubahan nilai atau manfaat.
Aliran Gagasan dan Inovasi
Gagasan adalah cara atau pemikiran baru tentang sesuatu yang sedang
dikerjakan. Inovasi adalah penerapan ekonomi dari suatu gagasan. Implikasi dari
inovasi perkembangan wilayah Terlihat dari skala waktu sejak inovasi dilahirkan
hingga aplikasi dalam skala ekonomi, proses penyebaran inovasi menyajikan
mekanisme pemilahan industri. Mekanisme ini menggambaran bahwa kota
metropolitan hanya berlaku sebagai pembuat inovasi dan rekayasa teknologi
produksi hanya pada tahap awal.

Migrasi di Indonesia
Migrasi di Indonesia dipengaruhi oleh pengaruh internasional. Aliran migrasi
antara Pulau Jawa dan keseluruhan Indonesia, menunjukan kecenderungan
yang hampir sama dengan migrasi dengan luar Jawa. Jawa Tengah, DKI Jakarta
dan Jawa Timur mengambil peran sebagai sumber migrant, sedangkan tujuan
migran terpenting adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur.

Implikasi Sosiologis Migrasi


Lemahnya modal sosial akibat hantaman mekanisme pasar tidak hanya
menghasilkan perubahan orientasi ras menjadi kelas pelapisan, juga
digantikannya logika sosiologis menjadi logika fisika dan matematis. Fenomena
migrasi kemudian menghasilkan keadaan transpolsif, yaitu luapan ekologis suatu
kelompok satu etnis ke wilayah kelompok etnis lainya sebagai konsekuensi
kepadatan penduduk sehingga menimbulkan berbagai ketimpangan.

Kebijakan Pembangunan Konsepsional


Kerangka umum kebijakan pembangunan adalah melepaskan segala hambatan
sehingga sumber daya dapat mengalir ke segala wilayah secara efisien dan
diharapkan dapat memecahkan atau mengurangi berbagai permasalahan sosial
di setiap wilayah.

Pendekatan Job-to-People dan People-to-Job


Pendekatan job-to-people adalah kebijakan yang mengupayakan penciptaan
kesempatan kerja ke dalam wilayah dengan tingkat pengangguran yang tinggi.
Asumsinya adalah perpindahan populasi sangat tidak efisien dan dorongan
faktor pendorong tidak kuat, karena jumlah penduduk, sumber daya alam dan
faktor sosial tidak memberikan tekanan yang berarti.
Sementara pndekatan people-to-job adalah kebijakan yang mengupayakan
dorongan atau tekanan agar individu memiliki pilihan bermigrasi ke wilayah-
wilayah yang tersedia lapangan pekerjaan. Asumsi pendekatan ini adalah
informasi sempurna sehingga pasar berfungsi efisien mengalokasi investasi dan
sumber daya wilayah, pergerakan individu yang relatif mobil.

Kebijakan Migrasi
Motivasi membuka diri dari pendatang muncul karena ada beberapa keuntungan
yang diperoleh. Pertama, umumnya diakui bahwa tenaga kerja pendatang
bersedia menerima upah rendah sehingga secara nyata menurunkan biaya
produksi. Kedua, umumnya tenaga kerja migran terserap dalam sektor-sektor
tertentu dengan ketrampilan minimum. Ketiga, dalam kasus tertentu, pendatang
selain memiliki ketrampilan tinggi juga membawa sejumlah modal. Meskipun
demikian, terdapat beberapa hal yang harus diwaspadai, antara lain imigran
gelap, dan pengaturan aliran modal.

Kebijakan Pembangunan Operasional


Beberapa unsur kebjakan pembangunan operasional yang dapat disarankan
untuk menghadapi migrasi diantaranya :

Penegakan Hak Asasi Manusia


Tujuan kebijakan ini adalah untuk memulihkan kepercayaan masyarakat dalam
hal kesamaan hak dimuka hukum untuk memperoleh kesempatan dan
meningkatkan taraf hidup.

Desentralisasi (Otonomi)
Desentralisasi merupakan kebijakan dalam malakukan pembangunan secara
tersebar dan cepat, karena kebijakan otonomi memberikan peran yang lebih
banyak kepada pemerintah daerah dalam pembangunan.

Liberalisasi Perdagangan
Dalam kerangka liberalisasi, dibangun sinergi antara kebijakan industri, industri
perdagangan, dan investasi untuk meningkatkan daya saing global dengan
membuka aksesiblitas yang sama terhadap kesempatan kerja. Persayaratan
penting, tidak hanya didukung dengan tersedianya sistem produksi unggulan,
tetapi juga dengan kebijakan investasi yang kaya insentif dan berkembangnya
jaringan informasi pasar dan teknologi bagi kegiatan produksi dan distribusi.

Membangun Kelembagaan
Mekanisme kelembagaan perlu dibangun dan diperkuat. Tujuanya tidak hanya
untuk mengarakan aliran investasi seacar efektif, tetapi juga menjamin proses
transaksi ataupun investasi sesuai kontrak, dan mencegah komitmen yang tak
berharga, melainkan juga mekanisme kelembagaan dan kebijakan dengan tiga
ciri penting: Efisien, Operasional mengalokasikan sumber daya, komoditas dan
tenaga kerja, serta adil mengalirkan manfaat kepada komponen-komponen
ekonomi, lingkungan dan sosial
Review Jurnal
Judul : Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia
Penulis : Rini Sulistiawati

Beberapa negara berkembang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang


tinggi, namun gagal memperbaiki taraf hidup masyarakatnya. Kesejahteraan
masyarakat diharapkan akan terwujud apabila pertumbuhan ekonomi yang terus
meningkat akan menciptakan lapangan kerja sehinggga dapat menyerap tenaga
kerja lebih banyak pada tingkat upah yang layak.
Jumlah peduduk suatu negara adalah unsur utama dalam melalkukan
pembangunan. Akibat penduduk juga berperan sebagai tenaga kerja, maka akan
terjadi kesulitan dalam penyediaan lapangan pekerjaan apalagi jika dalam suatu
wilayah mendapat bonus demografi. Perkembangan keadaan ketenagakerjaan di
Indonesia selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang ditampilkan pada
jurnal ini menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik, walaupun di beberapa
daerah terjadi musibah bencana alam dan perubahan ekonomi global, yang
berdampak terhadap aktivitas ekonomi dan lapangan kerja. Dengan menelaah
hubungan antara produksi barang-barang dan permintaan tenaga kerja, akan
dapat diketahui faktor yang menentukan upah keseimbangan.
Penelitian ini menggunakan 3 variabel yaitu upah minimum(X1), penyerapan
tenaga kerja(Y1), dan kesejahteraan masyarakat(Y2). Proses analisis diawali
dengan analisis deskriptif dan pengolahan data menggunakan SPSS dan model
path analysis

Berdasarkan hasil pengujian koeffisien jalur diperoleh hasil bahwa variabel Upah
Minimum (X1) berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja,
sedangkan variabel Penyerapan Tenaga kerja (Y1) mempunyai pengaruh yang
tidak signifikan terhadap variabel Kesejahteraan Masyarakat (Y2).

Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil pengujian dalam jurnal ini, hipotesis pertama yang


menyatakan bahwa upah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja di provinsi-provinsi di Indonesia dapat diterima, karena secara statistik
terbukti. Koefisien jalur yang bertanda negatif (koefisien jalur yang bertanda
negatif sebesar - 0,39 dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000)
bermakna bahwa pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja adalah tidak
searah, artinya apabila terjadi kenaikan upah, maka berpotensi untuk
menurunkan penyerapan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang
produktivitasnya rendah.

Teori Arthur Lewis dalam Jhingan (2003:156-158) mendukung temuan studi ini.
Asumsi teori Lewis yaitu perekonomian suatu negara terbagi menjadi dua sektor:
pertama, sektor tradisional yaitu sektor pertanian subsisten yang surplus tenaga
kerja, dan tingkat upah yang rendah, dan kedua, sektor industri perkotaan
modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dengan upah yang lebih tinggi pula,
dan menjadi penampung transfer tenaga kerja dari sektor tradisional.

studi ini tidak mendukung studi Knight, John, Deng Quheng, & Li Shi (2011) yang
menemukan bahwa surplus tenaga kerja di pedesaan China ternyata tidak selalu
mengalir ke perkotaan, seperti pada model Lewis, walaupun sudah ada kenaikan
upah bagi pekerja migran.ini disebabkan masyarakat desa yg memiliki pemikiran
usia yg sudah tua, serta masih adanya tanggungan di desa.

Pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis jalur antara penyerapan


tenaga kerja terhadap kesejahteraan masyarakat provinsi di Indonesia yang
ditampilkan pada Tabel 4, diperoleh nilai koefisien jalur 0,08 dengan nilai
probabilitas signifikansi (Sig) sebesar 0,332 yang lebih besar dari taraf
signifikansi () yang ditentukan sebesar 0,05. Berdasarkan hasil pengujian ini
berarti bahwa hipotesis kedua yang diajukan dalam studi yaitu penyerapan
tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat provinsi
di Indonesia, ditolak. Koefisien jalur yang bertanda positif bermakna bahwa
pengaruh penyerapan tenaga kerja terhadap kesejahteraan masyarakat berjalan
searah, artinya apabila penyerapan tenaga kerja meningkat, maka akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat

You might also like