You are on page 1of 7

Asuhan Keperawatan

Jumat, 16 April 2010


Askep Gastrointeritis (GEA)

GASTROENTERITIS

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus ditandai dengan anoreksia,
rasa mual, nyeri abdomen, dan diare.
(Kamus Besar Dorland Hartanto, 2002)
Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang memberikan gejala diare atau tanpa
disertai muntah (muntah berak).
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2)
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Cecilya L. Bets, 2002)

B. ETIOLOGI
a. Faktor infeksi
Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas, dan
sebagainya.
Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dan lain-lain.
Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Factor psikologis
Rasa takut dan cemas.
e. Imunodefisiensi
Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
f. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis :
1. Dehidrasi
Disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam
saluran pencernaan sehingga menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan tidak
dapat diabsorbsi dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.
2. Gangguan keseimbangan asam-basa
Hal ini terjadi karena :
a. kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. adanya ketosis kelaparan
c. terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
e. pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra seluler
3. Hipoglikemia
Adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel dan penurunan
konsentrasi glukosa serum, insulin, dan hormon pertumbuhan. Gejalanya antara lain : lemas,
apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, dan kejang sampai lama.
4. Gangguan gizi
Disebabkan karena :
a. makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah
berat
b. walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu encer diberikan
terlalu lama
c. makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
hiperperistaltik
5. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidisis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan dalam otak.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1. Anak menjadi cengeng
2. Gelisah
3. Suhu badan meningkat
4. Nafsu makan menurun atau tidak ada
5. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
6. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
Gejala lain :
1. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
2. Gejala dehidrasi
3. Berat badan menurun
4. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
5. Tonus dan turgor kulit berkurang
6. Selaput lendir dan bibir kering

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik harus dilakukan untuk menentukan
diagnosa yang pasti.
Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah,
lendir, pus, lemak, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing, parasit, dan bakteri.
Pemeriksaan darah
Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit untuk membantu
menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.
Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.
Pemeriksaan urine
Ditetapkan volme, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
2. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderia diare.
Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan colon fibrescope maka akan mempermudah dalam
pembuatan diagnosa.
3. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan regional
enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan radiology.

F. PENGKAJIAN
Observasi/temuan
Sering defekasi
Penurunan berat badan
Penurunan nafsu makan
Nyeri keram
Distensi abdomen
Muntah
Demam
Peka rangsang
Dehidrasi
Ketidakseimbangan elektrolit hiperaktif bising usus
Hiponatremi/hipernatremia
Hipokalemi/hiperkalemia
Status nutrisi
Depresi fontanel anterior
Mata cekung
Turgor kulit jelek
Selaput lendir kering
Tidak ada air mata saat menangis
Berat jenis urine tinggi
Asidosis metabolic
Pemeriksaan fisik
a. Suhu badan
Bilamana kulit penderita teraba panas, kemungkinan besar menderita penyakit inflamasi atau
neoplasma.
b. Penurnan berat badan disertai edem.
c. Inspeksi
Inspeksi kulit, adanya pucat, ikterik, dan karotenemia
Inspeksi abdomen untuk tanda-tanda distensi, depresi, dan gerakan peristaltic yang tampak
pada dinding abdomen
Inspeksi mulut : bibir kering, kotor, dan bau
Inspeksi tinja : warna, bau, volume, frekuensi, dan konsistensi
d. Auskultasi
Bunyi peristaltic normal 5-35 X/menit
Menghilang : peritonitis
Keras/sering : diare, gastroenteristik
Nada tinggi : ileus obstruksi
Gerakan cairan
Normal terdengar di epigastrium kiri : cairan lambat, normal 5jam setelah makan/minum, penuh.
Bising pembuluh darah
Terdengar lumen arteri menyempit/pelebaran aorta abdominalis.
e. Perkusi
Normal : timpani.
f. Palpasi
Palpasi abdomen untuk menentukan adanya nyeri tekan.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorbsi usus.
Tujuan : mengontrol diare/meningkatkan fungsi usus optimal.
Criteria hasil : Melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah, dan factor pencetus.
Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
b. Intervensi : tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur.
Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi
atau perdarahan sebagai komplikasi.
c. Intervensi : buang feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan.
Rasional : menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
d. Intervensi : mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih
tiap jam, hindari minuman dingin.
Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsangan
makanan/cairan. Makan kembali secara bertahap cairan mencegah kram dan diare berulang;
namun cairan dingin dapat meningkatkan motilitas usus.
e. Intervensi : observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum,
ansietas, dan kelesuan.
Rasional : tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi
memerlukan intervensi medik segera.
f. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi, missal Loperamid; kodein.
Rasional : diperlukan untuk diare menetap/berat. Catatan : penggunaan dengan hati-hati karena
toksik dilatasi dapat terjadi.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak
melalui rute normal (diare berat, muntah).
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat.
Criteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, tanda vital
stabil, keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah feses; perkirakan kehilangan
yang tak terlihat, missal, berkeringat. Ukur berat jenis urine; observasi oliguria.
Rasional : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control
penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
b. Inervensi : kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).
Rasional : hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat menunjukkan respons
terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
c. Intervensi : ukur berat badan tiap hari.
Rasional : indicator cairan dan status nutrisi.
d. Intervensi : pertahankan pembatasan per oral, tirah baring; hindari kerja.
Rasional : kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan
usus.
e. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral, transfusi darah sesuai indicator.
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan/anemia. Catatan : cairan mengandung natriun dapat dibatasi pada
adanya enteritis regional.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrient.
Tujuan : masukan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran
dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda malnutrisi.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : timbang berat badan tiap hari.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
b. Intervensi : anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional : menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan.
c. Intervensi : berikan kebersihan oral.
Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
d. Intervensi : catat masukan dan perubahan simtomatologi.
Rasional : memberikan rasa control pada pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang
diinginkan/dinikmati, dapat meningkatkan masukan.
e. Intervensi : dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diet.
Rasional : keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan akan
menyebabkan eksaserbasi gejala.
f. Intervensi : kolaborasi; berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
Rasional : program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan nutrisi penting.
4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi fisura
perirektal; fistula.
Tujuan : nyeri hilang/terkontrol.
Criteria hasil : wajah pasien tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan TD.
Rasional : dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema, dan jaringan
parut.
b. Intervensi : berikan tindakan nyaman (missal pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas
senggang.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan meningkatkan
kemampuan koping.
c. Intervensi : kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan nyeri atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat (seperti kejadian
stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d. Intervensi : bersihkan area rectal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan berikan
perawatan kulit, missal salep A&D, salep Sween, jel karaya, Desitin, jeli minyak.
Rasional : melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi.
e. Intervensi : lakukan modifikasi diet sesuai resep, missal memberikan cairan dan meningkatkan
makanan padat sesuai toleransi.
Rasional : istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan.
Criteria hasil :
pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
pasien melakukan perubahan pola hidup tertentu
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
Rasional : membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.
b. Intervensi : kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
c. Intervensi : ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping bila steroid diberikan dalam
jangka panjang, missal ulkus, edema muka, kelemahan otot.
Rasional : steroid dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi dan mempengaruhi remisi
penyakit; namun obat dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi dan menyebabkan retensi
cairan.
d. Intervensi : tekankan pentingnya perawatan kulit, missal teknik cuci tangan dengan baik dan
perawatan perineal yang baik.
Rasional : menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 1999. Rencana Asuhan


Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta.

Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta.

Smeltzer C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2001. Buku Kedokteran Medikal Bedah. EGC, Jakarta

You might also like