You are on page 1of 11

PEMANFAATAN BENDA-BENDA NYATA

UNTUK PEMBELAJARAN INTEGRAL TENTU


BAGI MAHASISWA CALON GURU

Oleh
I Nengah Parta

Disampaikan dalam seminar pendidikan Matematika


Di Universitas Sanatana Dharma Yogyakarta

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Agustus, 2007

0
Pemanfaatan Benda-Benda Nyata
Untuk Pembelajaran Integral Tentu Bagi Mahasiswa Calon Guru
Oleh I Nengah Parta
Disampaikan dalam seminar pendidikan Matematika
Di Universitas Sanatana Dharma Yogyakarta

Abstrak:
Kalkulus Integral merupakan salah satu konsep matematika yang
mempunyai penggunaan sangat luas. Namun penyajian konsep itu dalam
berbagai literatur lebih bersifat deduktif formal dan kurang memperhatikan
aspek-aspek realitas. Akibatnya pengetahuan pebelajar tentang konsep ini
cenderung bersifat prosedural. Bagi ahli atau pengguna matematika
penyajian demikian bukan masalah yang krusial, tetapi bagi pendidik
matematika hal itu merupakan masalah yang sangat penting. Karena itu
perlu ada inovasi-inovasi sehingga penyajian konsep itu bermakna. Dalam
makalah ini diuraikan tentang inovasi pembelajaran itu yang menggunakan
tiga langkah, yaitu; (1) inquiry, (2) translasi, dan (3) formalisasi.

Pendahuluan
Dalam buku Kalkulus tentang Integral, ada tiga langkah yang sangat
populer untuk menyelesaikan hitungan integral, yaitu; iris, hampiri, integralkan.
Telaah mendalam terhadap langkah itu diperoleh kesan bahwa langkah itu
mengada-ada. Hal ini disebabkan karena dengan memandang bagian-bagian
daerah itu sebagai trapesium dengan panjang sisi-sisi sejajar adalah f ( xi ) dan

f ( xi 1 ) dan tingginya x i 1 maka jumlah luas trapesium itu dapat menjadi

hampiran yang sangat baik untuk luas daerah tersebut. Situasi ini diperlihatkan
pada gambar (1) di bawah. Tetapi dalam realita prosedur tiga langkah yang
disebut di atas, sebagian atau seluruhnya betul-betul digunakan, tidak hanya
dalam matematika tetapi juga dalam bidang lain.

(1)

1
Untuk menentukan kesetimbangan benda tegar dalam Fisika, menentukan
luas permukaan suatu jenis daun dalam Biologi, menentukan sisa keradioaktifan
suatu bahan radioaktif dalam Kimia, menentukan besar tekanan pada suatu
kedalaman dalam lapisan kulit bumi, dan sebagainya, semuanya menggunakan
prosedur tiga langkah di atas. Mengingat integral dan prosedur yang digunakan
menyelesaikan masalah integral sangat penting, maka penyajian konsep integral
perlu diawali dari fenomena nyata. Fenomena nyata ini dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa prosedur tiga langkah itu memang berangkat dari kenyataan
bahwa matematika adalah bagian dari aktifitas manusia.
Pembahasan

A. Matematika Sebagai Aktifitas Manusia

Bagi masyarakat awam mungkin tidak pernah atau kurang menyadari


bahwa dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari mereka akan senantiasa bergumul
dengan matematika baik dari aspek konseptual maupun prosedural. Seorang
tukang bangunan yang memeriksa apakah pojok fondasi bangunan siku-siku
tanpa disadari dia menggunakan prinsip Pythagoras. Begitu pula, ketika seorang
pelayan toko menempelkan label harga pada suatu jenis barang tanpa menyadari
mereka sebenarnya menggunakan konsep fungsi, petugas kesehatan yang
menimbang berat badan anak balita sebenarnya mereka menggunakan konsep
limit. Atas dasar fakta-fakta ini maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
matematika itu tidak dapat dipisahkan dengan aktifitas manusia.
Adanya fakta bahwa matematika merupakan bagian dari aktifitas manusia
tentu mempunyai akibat yang luas terhadap pembelajarannya. Pembelajaran
matematika tidak lagi hanya berkutat dengan simbul-simbul atau formulasi
formal. Obyek, fenomena, atau situasi di sekitar pebelajar perlu dimunculkan
dalam pembelajaran. Pemunculan hal-hal itu akan memberi kesempatan seluas-
luasnya kepada tiap-tiap individu untuk membangun persepsi atau konsepsi
berdasar pengalaman nyata yang mereka miliki. Hal ini didukung oleh pandangan
konstruktivis yang mengatakan bahwa learning is affected by the context in
which an idea is taught as well as by students' beliefs and attitudes.

2
Selain itu, pemunculan situasi real itu dalam pembelajaran dimaksudkan
untuk mendorong pebelajar membangun keterampilan kognitif selain kecerdasan
kognitif. Dengan keterampilan kognitif ini diharapkan mereka mampu memaknai
apa yang telah dipelajari atau memperoleh pengalaman belajar yang bermakna.

B. Pendidik Matematik sebagai Komunikator Ide Matematik

Kondisi umum pembelajaran matematika hingga dewasa ini adalah guru


menjelaskan atau memberikan seperangkat keterampilan kepada anak didiknya.
Sedangkan target pembelajaran adalah siswa dapat menggunakan seperangkat
keterampilan yang diberikan guru untuk menjawab soal dengan benar. Ini nampak
jelas dari tugas-tugas, soal tes, atau cara guru dalam mengoreksi pekerjaan siswa.
Jika siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal maka langsung dicoret
tanpa ada catatan atau komentar dari guru.

Matematika merupakan ilmu deduktif dan konsep-konsep matematika


tersusun secara hirarki. Suriasumantri, J.S. (2003:204) melihat matematika dari
sudut pandang filsafat. Ia mengatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan
tentang obyek tertentu melainkan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan
tersebut. Jadi dari sudut tinjauan ini, matematika lebih dipandang sebagai suatu
aktifitas daripada alat atau hanya sekedar obyek. Penganut aliran filsafat formalis
berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan tentang struktur formal
dari lambang. Ahli lain juga memberikan pengertian yang berbeda berdasar
ketertarikan dan sifat penting yang diperhatikan. Pendapat beberapa ahli tentang
matematika (dalam Soedjadi 2000:11) mengatakan bahwa; (1) matematika adalah
pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan, (2)
matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

Soehakso memandang matematika sebagai ilmu yang mempunyai sifat


ganda, karena senantiasa akan mencakup empat aspek, yaitu; (1) arithmatical
constructive, (2) logic, (3) formal, dan (4) humanistics cultural historical.
Pandangan ini didukung oleh fakta bahwa, dalam bekerja atau belajar matematika
kita senantiasa akan berhadapan dengan bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan itu
dioperasikan dengan simbul-simbul formal dan didasari oleh penalaran yang

3
valid. Semua itu berlangsung sebagai bagian dari aktivitas manusia dalam suatu
kurun waktu tertentu.

Berdasar pandangan beberapa ahli itu, maka belajar matematika pada


hakekatnya merupakan aktifitas mental, tegasnya aktifitas mental tingkat tinggi.
Karena itu, peran guru dalam pembelajaran tidak hanya memberikan keterampilan
prosedural yang bersifat mekanik, tetapi memberdayakan siswa sehingga mereka
terlibat secara mental. Ini berarti fokus pembelajaran matematika bukan pada
penggunaan konsep atau prinsip untuk menjawab soal, tetapi gagasan matematis
itu sendiri, pengkomunikasian ide matematika itu, serta pemaknaan ide itu.
Terkait dengan hal itu maka peran guru dalam pembelajaran matematika adalah
mengkomunikasikan gagasan matematis. Makna dari mengkomunikasikan di
sini antara lain; (1) membangun kepekaan siswa terhadap gagasan matematik, (2)
menggali gagasan matematika siswa, (3) merepresentasikan gagasan itu ke dalam
simbul-simbul matematik, dan (4) formalisasi gagasan itu sesuai dengan kaidah-
kaidah penalaran matematika.

C. Pembelajaran Matematika bagi Calon Guru Matematika


Ada tiga pertanyaan mendasar terkait dengan hal ini, yaitu;
1. Calon guru matematika belajar matematika untuk apa?
2. Bagian matematika yang mana yang dipelajari calon guru matematika?
3. Bagaimana calon guru matematika belajar matematika?
Berangkat dari tiga pertanyaan ini akan diuraikan tentang pembelajaran
matematika bagi calon guru.
Pengajar Matematika perlu menguasai dan mampu mengkomunikasikan
matematika atau ide-ide matematik dengan bahasa yang sederhana agar isi atau
ide matematik bermakna bagi siswa. Bagi pengajar matematika, penguasaan
matematika dan kemampuan pembelajaran matematika mempunyai peranan yang
sama penting. Pembelajaran matematika merupakan kemampuan esensial yang
harus dimiliki guru matematika. Dengan kemampuan itu diharapkan ide, simbul,
atau formulasi matematika dipahami dan bermakna bagi siswa dan pembelajaran
matematika menjadi aktivitas yang menyenangkan. Tegasnya, guru matematika
dituntut dapat membangun dan mengembangkan tiga aspek kemampuan, yaitu;

4
(1) menguasai matematika sebagai landasan berpikir dan sebagai obyek
pembelajaran, (2) mengkomunikasikan matematika kepada siswa secara
bermakna, dan (3) membangun sikap menyadari dan menghargai matematika.
Tuntutan itu mengakibatkan mengajar Matematika tidak cukup hanya
mengajarkan rumus-rumus, cara atau contoh penggunaan rumus, penyelesaian
soal, membuktikan teorema, atau aktivitas sejenis lainnya. Mengajar matematika
harus menjangkau ketiga aspek pembelajaran, yaitu aspek; kognitif, psikomotor,
dan afektif. Dari aspek kognitif, mengajar matematika meliputi mengajar; (1)
berpikir yang runtut dan konsisten, (2) menyusun kerangka berpikir yang logis,
(3) mengartikulasikan ide matematik dengan bahasa yang tepat, (4) mencari atau
membuat hubungan antar konsep, (5) bekerja secara sistematis, dan (6) menilai
pekerjaan itu. Dari domain psikomotor, mengajar matematika adalah membangun
keterampilan kognitif yang meliputi, (1) melakukan eksplorasi, (2) membuat
conjecture, dan (3) bekerja secara tuntas. Dari domain afektif, mengajar
matematika adalah mengajar bertanggung jawab, jujur, respek terhadap situasi
yang sedang berlangsung, dan mau saling berbagi. Ketiga aspek kemampuan ini
harus dibangun secara simultan.
Untuk menjangkau ketiga aspek di atas, maka pembelajaran perlu dimulai
dari situasi nyata yang ada di sekitar siswa. Situasi nyata itu dapat berupa masalah
atau aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti diilustrasikan di atas.
Akibatnya seting atau skenario pembelajaran harus disusun sedemikian rupa
sehingga terdapat hubungan yang rasional antara situasi nyata yang digunakan
sebagai informasi awal dan materi yang menjadi pokok persoalan.
Untuk materi matematika elementer ilustrasi atau masalah itu sangat
banyak sehingga mudah diperoleh. Membagi permen, menggabungkan mainan,
bergerak maju-mundur, itu merupakan beberapa ilustrasi yang digunakan dalam
pembelajaran matematika di tingkat elementer. Pada pendidikan tingkat lanjut
konsep matematika cenderung abstrak dan pebelajar sudah menggunakan rasional
dalam menilai sesuatu. Di samping itu, bagi calon guru ilustrasi itu harus; (1)
bersifat multi dimensi, (2) menjadi inspirasi untuk mengembangkan kompetensi
atau memperhalus pemahaman awal, dan (3) menuntut adanya aktifitas yang

5
berkelanjutan. Sebagai contoh, dalam ilustrasi masalah daun, pebelajar dapat
melihat hubungan daun dan banyak tulang daun untuk mengkonstruksi konsep
fungsi, luas permukaan daun yang kemudian menjadi ide untuk mengkonnstruksi
integral luas, panjang tepi daun yang kemudian menjadi ide untuk integral
panjang kurva, dan sebagainya. Dengan seting pembelajaran demikian diharapkan
pembelajaran matematika bukan aktifitas yang eksklusif terpisah dari dunia nyata,
tetapi senantiasa merupakan bagian dari aktifitas manusia. Juga kehadiran
formulasi matematika dapat dipandang sebagai proses yang wajar.

D. Pemanfaatan Benda-Benda Nyata dalam Pembelajaran Matematika


Pembelajaran dengan menggunakan benda nyata ini dilakukan dengan tiga
langkah pokok dan pembelajaran dilaksakan dalam seting kelompok. Ketiga
langkah yang dimaksud, yaitu; (1) inquiry, (2) translasi, dan (3) formalisasi.
Rincian aktifitas mahasiswa pada masing-masing langkah adalah sebagai berikut.
a) Inquiry
Berangkat dari daun dengan berbagai bentuk dan ukuran, mahasiswa
melakukan pemeriksaan tentang luas permukaan daun dengan cara yang mereka
ketahui. Hampir semua mahasiswa melakukan pemeriksaan dengan milimeter
blok, dengan langkah-langkah sebagai berikut;
1. bentuk daun dijiplak ke dalam milimeter blok,
2. menghitung banyaknya kotak satuan (10x10 mm2) yang utuh,
3. menghitung banyaknya kotak satuan yang tidak penuh,
4. mencari pasangan-pasangan kotak tidak penuh yang bersesuaian untuk
digabung menjadi satu kotak penuh,
5. memperkirakan luas kotak yang masih tersisa.

Penggunaan teknik ini menyisakan persoalan yang besar, yaitu berapa


persisnya luas permukaan daun yang masih tersisa. Pertanyaan ini menuntut
ditempuhnya cara lain yang dapat menyelesaikan persoalan itu.

6
Cara kedua yang ditempuh adalah menggunakan pita dengan beberapa ukuran,
yaitu 5mm, 3mm, dan 2mm. Jadi pengulangan dilakukan 3 kali. Cara ini
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.

Hasil pengukuran dan perhitungannya disajikan dalam satu tabel sehingga hasil
perhitungan untuk masing-masing pita secara mudah dapat dibandingkan.
Penyajian hasil perhitungan menggunakan tabel sebagai berikut.
Panjang potongan Luas bagian untuk lebar pita Ket
Pita Ke- 5mm 3mm 2mm
1. 5 x x1 3 x y1 2 x z1
2.
.
.
n 5 x xn 3 x yn 2 x zn
Total luas hamp. A(5) A(3) A(2)

Berdasar hasil inquiry ini mahasiswa membuat dugaan tentang hubungan


lebar pita dengan total luas hampiran.

b) Translasi
Sebelum dugaan itu dibuktikan secara formal, maka terlebih dilakukan
translasi term-term yang digunakan dalam inquiry ke dalam term-term atau
simbul-simbul matematik. Lebar pita disimbulkan dengan x , panjang potongan
ke-i dari pita itu disimbulkan dengan xi, luas hampiran yang bersesuaian dengan xi
disimbulkan Ai, dan total luas hampiran disimbulkan dengan A. Masing-masing
simbul itu dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

7
c) Formalisasi-Abstraksi
Pada tahap formalisasi ini digunakan simbul-simbul atau lambang-
lambang formal. Permukaan daun diganti dengan luas daerah di bawah kurva, tepi
daun adalah grafik fungsi, panjang pita diganti dengan nilai fungsi, dan lebar pita
diganti dengan selang bagian. Pada tahap formalisasi ini mahasiswa diminta tetap
dapat melihat realisasi simbul-simbul formal itu pada obyek inquiry yang telah
dilakukan. Gambar daun pada tahap inquiry diganti dengan gambar di bawah ini.

Pada gambar ini mahasiswa diminta menentukan panjang, lebar, dan luas
tiap-tiap jalur. Berdasar hasil itu mahasiswa membuat formulasi matematik dari
total luas jalur, yang tidak lain adalah Jumlah Riemann. Setelah sampai pada tahap
ini maka dilakukan abstraksi dengan memasukkan konsep ketakhinggaan.

E. Dampak kepada Pembelajaran


Dampak kepada pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi, yaitu; (1) proses
dan (2) hasil.
Dari segi proses, pemanfaatan benda nyata ini mengakibatkan aktifitas
pembelajaran berlangsung secara divergen, artinya mahasiswa melihat tidak hanya
satu aspek. Aspek-aspek yang diamati antara lain, (1) cara memilih titik pada tiap
selang bagian, (2) akibat pemilihan titik itu kepada luas hampiran, (3) bentuk
jumlah Riemann jika kurva batas berada di bawah sumbu X, (4) pengaruh cara
membuat jalus (tegak/tidur) terhadap bentuk jumlah Riemann, (5) apakah ada
perbedaan jika panjang selang bagian dibuat sama dan jika panjang selang bagian
dibuat tidak sama. Pengamatan multi aspek ini merupakan salah satu ciri dari
proses berpikir mendalam.
Selain pembelajaran berlangsung secara divergen, pembelajaran juga
berlangsung secara berkelanjutan (tidak hanya sebatas dalam ruang kuliah).

8
Setalah masalah luas terselesaikan, mahasiswa bergumul dengan masalah panjang
tepi daun itu. Masalah ini merupakan masalah panjang kurva, yang dibahas dalam
pokok bahasan Penggunaan Integral.
Dari segi hasil, mahasiswa mampu dan memahami proses konstruksi
Jumlah Riemann dari beberapa fungsi. Indikator dari kemampuan ini antara lain;
(1) penentuan titik wakil dan bentuk umumnya untuk tiap selang bagian, (2)
penggambaran jalur yang bersaesuaian dengan titik wakil yang dipilih, dan (3)
penentuan luas jalur yang bersesuaian. Hanya masalahnya penggunaan benda-
benda nyata ini mengakibatkan proses itu memakan waktu yang sangat lama dan
dapat menjadi pemicu rasa frustasi jika terjadi kesalahan pada langkah awal.

F. Kesimpulan dan saran


Pembelajaran matematika bagi calon guru mencakup dimensi internal dan
dimensi eksternal. Dimensi internal mencakup penguasaan materi dan
performance yang mengindikasikan pemahaman itu. Sedangkan dimensi eksternal
mencakup materi, media mendukung, serta akibat jangka panjang dari
pembelajaran itu. Karena itu perlu media yang memadai untuk dapat menjangkau
semua dimensi itu.

Karena pada hakekatnya matematika adalah bagian dari aktifitas manusia,


maka salah satu media yang dapat digunakan adalah benda-benda nyata. Dengan
pemanfaatan benda-benda nyata dan tahapan pembelajaran: inquiry, translasi, dan
formaslisasi-abstraksi pembelajaran dapat berlangsung secara divergen dan
berkelanjutan.

G. Daftar Pustaka
1. Purcell, E.J., Verberg, D. Kalkulus dan Geometri Analitis. Edisi kelima,
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
2. Parta. 2005. Karakterisasi Kemampuan Inquiry Mahasiswa Jurusan
Matematika FMIPA UM dalam Pembelajaran Analisis Regresi. Makalah.
Disajikan dalam seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika di Universitas Negeri Surabaya tanggal 28 Pebruari 2005.

9
3. Qohar, A. I Nengah Parta. Pengembangan Model Pembelajaran Inquiry
Induktif Pada Matakuliah Kalkulus I Untuk Meningkatkan Motivasi
Mahasiswa Calon Guru Dalam Mengajukan Pertanyaan. Laporan Hibah
Pengajaran.
4. Reuben Hersh. 1999. What Is Mathematics, Really?. Isis, Vol. 90, No. 2.
5. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen DIKTI.
6. Soehakso. ____ Filsafat Dalam Kaitannya dengan Riset Matematika,
Pendidikan Matematika di Universitas dan Pra Universitas. Hand Out.
7. Suriasumantri, J.S. 2003. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Popular.
Jakarta. Sinar Harapan.
8. http://en.wikipedia.org/wiki/Procedural_knowledge#Artificial_intelligence
Download 18 Agustus 2007, Jam 22.43.
9. http://www.sussex.ac.uk/education/syllabus/2007/X1017.html.
Mathematics as a Human Activity. Download 25-8- 2007, Jam 21.23.
10. Warren Hein and John Layman. 2007. AAPT Pushes for Improving Pre-
Service Teacher Education. http://www.aapt.org/Projects/pre-
service_edu.cfm. American Association of Physics Teachers.
11. Matti Heikkinen and Mervi Asikainen. 2003. Helping pre-service teacher
students to teach introductory quantum physics: the conceptualisation of
photons as quantum entities as an example. Department of Physical
Sciences, University of Helsinki, Finland; 2Department of Physics,
University of Joensuu, Finland

10

You might also like