Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
PEMBIMBING :
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UGM / RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA
2013
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Mengetahui :
DR.dr. Lina Choridah, Sp.Rad (K) dr. Bambang Purwanto Utomo, Sp.
Rad
2
DAFTAR ISI
Halaman
HalamanJudul ..... i
HalamanPengesahan... ii
I.PENDAHULUAN 1
A. ANATOMI HEPAR............................................. 3
IV. PEMBAHASAN . 17
V. KESIMPULAN ....................... 21
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
patologi yang dapat bersifat soliter atau multipel pada jaringan hepar.1 Penyakit
serius yang membutuhkan diagnosis dan tata laksana cepat yang umumnya
dikelompokkan berdasarkan etiologi, yaitu abses hepar piogenik dan abses hepar
tinggal di daerah tropis dan subtropis.5 Angka mortalitas abses hepar masih tinggi
yaitu berkisar antara 10-40%.6 Insiden abses hepar jarang, berkisar antara 15-20
kasus per 100.000 populasi dan tiga per empat kasus abses hepardi negara maju
adalah abses hepar piogenik, sedangkan di negara yang sedang berkembang lebih
Untuk menegakkan diagnosis abses hepar ini selain pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan radiologi. Modalitas radiologi yang dilakukan pada laporan kasus ini
keakuratan yang lumayan tinggi tetapi sangat sulit untuk membedakan antara
4
abses hepar piogenik dengan amoebik, hal tersebut tidak mengurangi manfaat
ultrasonografi pada kasus abses hepar tertutama untuk negara berkembang seperti
memberikan gambaran tentang abses hepar piogenik dan amoebik sehingga dapat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI HEPAR
dibungkus oleh jaringan ikat, dan terletak pada kuadran kanan atas, yaitu
membentuk cetakan visera yang berdekatan dan oleh karena itu bentuknya
Hepar terdiri dari tiga lobus yaitu lobus kanan,lobus kiri dan lobus
kaudatus. Lobus kanan dengan kiri dipisahkan oleh vena hepatika media.
Lobus kanan terdiri dari segmen anterior dan posterior yang dipisahkan
hipokondrium kiri, dan terdiri dari segmen medial dan lateral yang
dipisahkan oleh vena hepatika kiri, ligamentum teres dan fusiform. Lobus
dan lobus kanan, dipisahkan dari lobus kiri oleh ligamentum venosum.9,10
6
yang membagi hepar menjadi 8 segmen, berdasarkan vena porta dan vena
hepatika (Gambar 2). Tiga cabang utama dari vena hepatika membagi
hepar secara vertikal dan oblik serta garis yang melewati percabangan
yang unik dan mendapatkan perdarahan dari cabang utama dari vena porta
dan dari cabang kanan dan kiri. Terlebih lagi, drainase pada segmen 1
inferior.Lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh vena hepatika media dan
darah dari cabang posterior vena porta kanan. Segmen anterior (5 dan 8)
mendapat suplai darah dari cabang anterior vena porta kanan. Bidang
kiri hepar menjadi segmen lateral ( 2 dan 3 ) dan medial (4). Vena
hepatika dekstra membagi lobus kanan hepar menjadi segmen anterior dan
posterior.9,10
dimana 30 % nya disuplai oleh arteri hepatika dan 70 % dari vena porta.
porta membawa darah venosa yang kaya akan hasil pencernaan yang telah
diabsorbsi dari saluran cerna. Arteri hepatika dan vena porta bercabang-
7
cabang paralel satu sama lain. Tumor- tumor hepar pada umumnya
mendapat vaskularisasi dari arteri hepatika. Darah arteri dan vena vena
masuk ke vena centralis dari setiap lobulus hepar melalui sinusoid hepar.
Vena centralis mengalirkan darah ke vena hepatika kanan kiri, dan vena
B. ABSES HEPAR
rongga patologi yang dapat bersifat soliter atau multipel pada jaringan
jenis penyebabnya, yaitu: Abses hepar piogenik dan abses hepar amoeba.
aerob gram negatif dan anaerob, yang tersering adalah bakteri yang
streptokokus mikroaerofilik.15
8
Insiden abses hepar piogenik berkisar antara 0,006% - 2,2%
dan jarang ditemukan pada anak, hanya 3 kasus dari 100.000 pasien
yang paling sering adalah bakteremia vena portal dari proses infeksi
infeksi yang jelas yang disebut dengan abses kriptogenik. Abses pada
terutama kuadran kanan atas (92%), demam yang naik turun disertai
ikterus (21%) dan nyeri dada saat batuk (51%).17 Pada 63% kasus,
gejala klinis muncul selama kurang dari dua minggu. Awitan abses
9
soliter cenderung bertahap dan seringkali kriptogenik. Abses multipel
bisa diidentifikasi. Hepar teraba membesar dan nyeri bila ditekan pada
tidak mengeluh nyeri perut kanan atas atau hepatomegali dan hanya
66% pasien, sering disertai dengan anemia akibat infeksi kronis dan
10
dilakukan jika pasien tidak memberi respons yang baik secara klinis.
bentuk bulat atau oval, tepi regular kadang irregular, dinding tipis /
adanya fluid level atau debris, internal septa dan posterior acoustic
pada 86% kasus, hasil biakan steril ditemukan pada 14% kasus.
Bakteri aerob gram negatif ditemukan tumbuh pada 70% kasus dan
11
pneumonia, bakteriodes, enterokokus, dan streptokokus anaerob. Pada
dengan abses hati lebih dari 3-4 cm memerlukan aspirasi perkutan atau
piogenik, baik soliter maupun multipel. Tindakan ini lebih aman dan
hanya dilakukan jika drainase abses perkutan tidak berhasil atau ada
12
amuba dipengaruhi oleh keadaan nutrisi, higieneindividu yang buruk,
tempat infasi tersebut. Ulkus pada epitel kolon merupakan jalur amuba
sampai 10 cm. Abses hepar amuba biasanya soliter dan 80% kasus
13
keluhan yang menonjol, pasien tampak sakit berat, dan demam. Seeto
kanan atas. Selain itu anoreksia ditemukan pada 39% kasus dan
penurunan berat badan pada 29% kasus. Pada pemeriksaan fisik, 83%
echo,bentuk bulat atau oval, batas tegas, dengan lokasi lebih sering di
14
Uji serologis dapat membantu menegakkan diagnosis abses hati
pada masa konvalesen > 90%. Kekurangan IHA selain hasil tes
bukan infeksi yang akut. Saat ini IHA telah digantikan oleh EIA yang
99% dan spesifisitas > 90%. Titer positif dapat bertahan beberapa
diagnostiknya berkurang.16
15
perkutan yang dipandu dengan alat pencitraan telah menggantikan
serologis negatif pada abses berukuran besar (> 3-4 cm), tidak
kateter.13
C. DIAGNOSIS BANDING
1. Kista Hepar
(Gambar 5).25
2. Metastasis Hepar
16
Kebanyakan tumor hepar berasal dari hematogen. Tumor
lesi besar dengan nekrotik area didalamnya disertai cairan. Dapat pula
3. Kista Echinococcus
dapat terinfeksi oleh cacing ini , dan kemudian siklus ini sampai ke
dan asimptomatik . Pada USG, kista ini biasanya memiliki dua lapisan
17
BAB III
LAPORAN KASUS
bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai mengeluh nyeri di perut kanan
atas sampai dada samping kanandisertai mual, muntah, nafsu makan menurun,
batuk dan demam. Pasien memeriksakan diri ke dokter dan diberi obat , keluhan
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit keluhan nyeri perut kanan atas
pemeriksaan USG dengan hasil suspek abses hepar. Keluhan berkurang tetapi
masih dirasakan nyeri di perut kanan atas sampai dada samping kanan, kemudian
gisi yang cukup. Tekanan darah terukur 100/80 mmHg, nadi terukur 90 x/menit,
pernafasan 25 x/menit, dan suhu 37,8 C. Pemeriksaan kepala, leher, dada, dan
abdomen didapatkan pembesaran hepar dengan nyeri tekan pada kuadran kanan
atas.
27,2 % ; AT 389 x 103/ul ; SGOT 13 U/I ; SGPT 12 U/I ; Alb 2,26 g/L ; D bil
18
0,23 mg/dL ; T bil 0,41 mg/dL; Hbs Ag (-) ; AFP 1,52 ng/ml ; PTT 13 (14) ;
APTT 32,5 (32,4) ; INR 0,93 . Pemeriksaan tinja didapatkan hasil amoeba (-).
observasi hepatomegali dengan suspek abses hepar dan pasien diberikan terapi
didapatkan kelainan berupa pembesaran hepar (terukur 15,92 cm) dengan lesi
anechoic di lobus kanan hepar, batas tegas , bentuk bulat, dinding licin, internal
echo (+), ukuran 10,04 cm x 12,53 cm x 9,85 cm (volume 639,88 ml), posterior
enhancement (+), pada CFM tampak sedikit vaskularisasi pada perilesi. Sistema
bilier dan vakuler intra hepatal tak prominent. Pemeriksaan USG tersebut
, karena pasien kesakitan hebat maka pungsi tidak dilanjutkan pada hari tersebut.
negatif basil (+) , epitel (+) dan Leukosit (+), sehingga pasien tegak didiagnosis
sebagai abses hepar. Pungsi ulang dilakukan pada tanggal 30 September 2013
Terapi yang sama tetap diberikan dan satu minggu setelah pungsi kedua
19
BAB IV
PEMBAHASAN
mendekati 50 tahun dengan gejala klinis pada pasien sangatlah khas mengarah
pada suatu abses hepar, dimana terdapat keluhan nyeri perut regio kuadran kanan
atas, demam, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, batuk, nyeri dada
pleuritik. Hampir semua keluhan pada abses hepar pyogenik terdapat pada abses
amoebik didapatkan pembesaran hati, hal ini juga terdapat pada pasien ini. Tanda
ikterik kadang juga didapatkan, tetapi biasanya pada fase lanjut, pada pasien ini
tidak didaptkan tanda-tanda ikterik. Ikterik pada abses hepar pyogenik terjadi jika
terjadi.16,21
20
Pemeriksaan darah pada pasien ini didaparkan Hb dan albumin yang
menurun, serta lekosit yang meningkat, tetapi tidak didapatkan kelainan pada
fungsi hati maupun bilirubin. Pemeriksaan faeces tidak didapatkan amoeba. Hasil
laboratorium darah pada pasien ini mempunyai kesesuaian yang mengarah pada
hambatan dalam membedakan abses hepar pyogenik dengan amoebik, hal ini
dikarenakan gambaran pada kedua jenis abses tersebut relatif sama. Hal yang
sama juga terjadi pada hasil pemeriksaan ultrasonografi pada pasien ini, meskipun
demikian setelah kita telaah lebih jauh ternyata masih terdapat sedikit perbedaan
untuk mengarahkan diagnosis kepada abses hepar pyogenik (Tabel 2). Hasil
pemeriksaan pada pasien ini yaitu di dapatkan pembesaran hepar dengan lesi
anechoic di lobus kanan hepar segmen batas tegas , bentuk bulat, dinding licin,
internal echo (+), posterior enhancement (+), pada CFM tampak sedikit
vaskularisasi pada perilesi. Sistema bilier dan vakuler intra hepatal tak prominent.
Lesi yang terdapat pada pasien ini mulai terjadi nekrosis dan liquefaksi
terlihat suatu echogenic debris di dalam lesi, kadang bisa didapatkan gambaran
21
septa pada beberapa penelitian.19 Kejadian ini berbeda dengan abses hepar
sekuat pyogenic abses.19 Letak lesi pada abses hepar juga dapat sebagai penentu
perbedaan diantara kedua jenis abses, dari gambaran ultrasonografi pasien ini bisa
kita lihat bahwa letak abses tidak tepat berada di sub capsuler , tetapi masih
berada di parenkim hepar yang merupakan salah satu ciri dari abses hepar
pyogenik. Proses inflamasi yang hebat pada abses hepar pyogenik menyebabkan
gambaran CFM tampak pada dinding lesi, sedangkan pada intralesi tidak
ultrasonografi pasien ini. Jumlah lesi, batas/tepi dan ukuran sulit dijadikan
pembedan antara kedua abses tersebut, meskipun pada abses pyogenic cenderung
multiple dengan batas yang lebih tegas. Bentuk lesi yang cenderung bulat pada
hasil pemeriksaan ultrasonografi merupakan salah satu ciri pada amoebic abses,
meskipun begitu pada beberapa literatur pyogenik abses dapat mempunyai bentuk
yang bulat. Akhirnya dari data-data ultrasonografi yang telah dilakukan dapat kita
tarik kesimpulan bahwa dari gambaran ultrasonografi mengarah pada abses hepar
pyogenik.
pemeriksaan kultur dari aspirasi abses berupa cairan yang purulen. Hasil kultur
22
menunjukkan didapatkan gram negatif yang (+), yang pada penelitian
23
BAB V
KESIMPULAN
hepar dengan lesi anechoic di lobus kanan hepar dengan letak tidak di sub
capsuler, batas tegas , bentuk bulat, dinding licin, internal echo inhomogen,
posterior enhancement kuat, pada CFM tampak sedikit vaskularisasi pada perilesi,
dilakukan semuanya mengarah pada suatu abses hepar pyogenik yang mendukung
literatur.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
13. Sudoyo, Aru. W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV.
Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006
14. Sjamsuhidayat, R., Jong, Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta
: EGC. 2005
15. Brook I, Fraizer EH. Role of Anaerobic Bacteria Inliver Abscess in
Children. Pediatr Infect Dis J 1993;12:743-6
16. Prianti Y, Bisanto J, Firman K. Abses Hati Pada Anak. Sari Pediatri, vol 7
No 1. Juni 2005 ; 50-6
17. Kelly DA,. Diseases of The Liver and Biliary System in Children. London:
Blackwell Science, 1999 ; 65-76
18. Perez JAP, Gonzalez JJ, Baldonedo RF, Sanz L, Carreiio G, Junco A, et al.
Clinical course, treatment, and multivariate analysis of risk factors for
pyogenic liver abscess. Am J Surg 2001;181:177-86
19. Allan P, Baxter G, Weston M. Clinical Ultrasound. Third Edition.
Churchill Livingstone Elsevier. 2011; 120-66
20. Walls P, Barnes P, Radin D R, Colleti P, Halls J. Sonographic Features of
Amebic and Pyogenic Liver Abcesses : A Blinded Comparison. AJR. 1987
; 149 : 499-501
21. Bugti Q, Baloch M, Wadood A, Mulghani A, Azem B, Ahmed J. Pyogenic
Liver Abscess : Demographic, Clinical, Radiological and Bacteriological
Characteristics and Management Strategies. Gomal Journal of Medical
Sciences vol 3 no 1. 2005 ; 10-4
22. Cosme A, Ojeda E, Zamarreno I, Bujanda L, Garmendia G, Benavente J,
et al. Pyogenic versus Amoebic liver abscesses. A comparative clinical
study in a series of 58 patients. Rev Esp Enfem Dig vol 102. 2010 ; 90-9
23. Mc Kaigney C. Hepatic Abscess : Case Report and Review. Western
Journal of Emergency Medicine. Volume XIV no 2 . 2013 ; 154-7
24. Gupta M, Kesarwala H, Gaur S. Amebic liver abscess in a child. Clin
Pediatr 1996; 3:155-6
nd
25. Bates, Jane, Abdominal Ultrasound, How,Why and When, 2 edition,
Churchill Livingstones.2004
26
LAMPIRAN
27
A B
Gambar 3.(A). Pada abses hepar piogenik, tampak lesi hiperekoik, uniform
dengan internal debris disertai dengan posterior acoustic enhancement. (B)
Tampak adanya gas di dalam abses pada lobus kanan hepar yang menggaburkan
batas lesi.
(Diambil dari Ahuja .T.Anil.Piogenic Hepatic Abscess. Diagnostic Imaging
Ultrasound : 1.42-1.45)
A B
Gambar 4. (A) Tampak gambaran abses amoeba dengan internal echo disertai
gambaran hallo hipoekoik. (B). Tampak gambaran abses hepar amoeba dengan
posterior acoustic enhancement .
( Diambil dari Ahuja .T.Anil.Piogenic Hepatic Abscess. Diagnostic Imaging
Ultrasound : 1.42-1.45)
28
Gambar 5.Pada pemeriksaan USG tampak lesi anechoic , batas tegas, tepi regular
dengan Posterior acoustic enhancement enhancement
( Diambil dari Bates, Jane, Abdominal Ultrasound, How,Why and When, 2 nd
edition, Churchill.Livingstones 2004 : 80)
Gambar 6. (A). Tampak lesi anechoic, lobulated, batas tegas pada lobus kanan
hepar yang merupakan lesi sekunder karena penyebaran peritoneal karsinoma
ovarium.(B) Tampak lesi anekoik, tepi irregular di daerah sekitar vena porta, pada
penderita dengan carcinoma colon .
(Diambil dari Bates, Jane, Abdominal Ultrasound, How,Why and When, 2 nd
edition, Churchill Livingstones.2004: 84 )
29
Gambar 7. Pada pemeriksaan USG tampak multipel lesi anechoic, bersepta-septa
yang memberikan gambaran daughter cysts.
(Diambil dari Bates, Jane, Abdominal Ultrasound, How,Why and When, 2 nd
edition, Churchill Livingstones.2004 : 82 )
30
A B
Gambar 8. pembesaran hepar (terukur 15,92 cm) dengan lesi anechoic di lobus
kanan hepar, batas tegas , bentuk bulat, dinding licin, internal echo (+), ukuran
10,04 cm x 12,53 cm x 9,85 cm (volume 639,88 ml), posterior enhancement (+),
pada CFM tampak sedikit vaskularisasi pada perilesi, tak tampak gambaran halo
hipoechoic, reverberation maupun internal septa.
31
Tabel 1. Perbedaan Klinis Abses Hepar Piogenik dengan Abses Hepar Amoebik
32
Tabel 2. Perbedaan Gambaran Ultrasonografi Abses Hepar Piogenik dengan
Abses Hepar Amoebik
PIOGENIK AMOEBIK
Hepatomegaly + +
Letak Middle + -
Sub Capsuler - +
Jumlah Solitair + ++
Multiple ++ +
Batas Tegas ++ +
Kurang tegas + ++
Tepi Ireguler
Licin
Bentuk Round/Oval +
Ukuran Small
Large
Internal Echo Homogen - +
Inhomogen + -
Gas + -
Post. Enhance. Strong + -
Mild - +
Septa
CFM Tepi + -
Dalam - -
Halo Hipoechoic - +
33