You are on page 1of 43

KEPERAWATAN ANAK

Askep Pada Bayi/Anak Sakit Dengan Pendekatan MTBS : Campak

Disusun Oleh :

Kelompok 3-Tingkat 2C

Listi Trisnawati

Friska Rimadiani

Marti Haniva

Vina Regina

AKPER BHAKTI KENCANA BANDUNG

2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualikum wr.wb

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,

karunia dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas Praktek Teknologi

Sediaan Steril di Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia. Adapun judul makalah ini Praktek

Teknologi Sediaan Steril.

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari

teknik penulisan dan isi tulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya saran dan kritik

yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................................ 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 6
1. PENGERTIAN MTBS................................................................................................................ 6
2. PENGERTIAN CAMPAK ....................................................................................................... 10
3. ETIOLOGI, EPIDEMOLOGI, PATOFISIOLOGI, DAN GEJALA KLINIS PENYAKIT
CAMPAK ......................................................................................................................................... 11
4. PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK ................................................................................ 14
5. ASUHAN KEPERAWATAN CAMPAK PADA ANAK ........................................................ 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 41
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 41
B. Saran ......................................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 43

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Morbili adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus yang belum ada obatnya

dan apabila tidak ditindaklanjutkan dalam keperawatannya maka akan mengakibatkan

komplikasi dalam tubuh, sehingga peranan keperawatan dalam penanggulangan morbili di

RS penting untuk mengurangi resiko penderita penyakit.

Peran perawat adalah mengatasi penyakit morbili dengan promotif, preventif, kreatif

dan rehabilitative. Promotif adalah memberi penyuluhan kesehatan di masyarakat tentang

penyakit morbili dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya morbili

adalah merubah kebiasaan sehari-hari yaitu menjaga kebersihan lingkungan, pola hidup sehat.

Masa tunas atau inkubasi penyakit morbili berlangsung kurang lebih dri 10-20 hari

dan kemudian timbul gejala-gejala.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan MTBS?

2. Apa pengetian campak?

3. Bagaimana etiologi, epidemologi, patofisiologi, dan gejala klinis penyakit campak?

4. Bagaimana pencegahan penyakit campak?

5. Bagaimana Asuhan Keperawatan campak pada anak?

4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan MTBS?

2. Untuk mengetahui apa pengetian campak?

3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi, epidemologi, patofisiologi, dan gejala klinis

penyakit campak?

4. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penyakit campak?

5. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan campak pada anak?

5
BAB II

TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN MTBS

Manajemen terpadu balita sakit merupakan suatu bentuk pengelolaan balita

yang mengalami sakit, yang bertujuan untuk meningkakan derajat kesehatan anak

serta kualitas pelayanan kesehatan anak. Bentuk ini sebagai salah satu cara yang

efektif untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan pada bayi dan anak,

mengingat bentuk pengelolaan ini dapat dilakukan pada pelayanan tingkat pertama

seperti di unit rawat jalan,puskesmas,polindes,dan lain-lain.Bentuk manajemen ini

dilaksanakan secara terpadu tidak terpisah, dikatakan terpadu karena bentuk

pengelolaannya dilaksanakan secara bersama dan penanganan kasus tidak terpisah-

pisah yang meliputi manajemen anak sakit,pemberian nutrisi,pemberian

imunisasi,pencegahan penyakit serta promosi untuk tumbuh kembang.

Dalam pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit,strategi yang digunakan

adalah upaya kuratif,promotif dan preventif, upaya kuratif ini dilakukan penanganan

secara langsung pada balita yang sakit seperti adanya

pneumonia,diare,malaria,campak,demam berdarah,masalah telinga dan masalah gizi

sedangkan promotif dan preventif dilakukan dengan cara konseling gizi,konseling

pemberian ASI,suplemen vitamin A dan pengobatan terhadap cacing.

Pada manajemen terpadu balita sakit ini model pengelolaannya dapat meliputi:

1) Penilaian adanya tanda dan gejala dari suatu penyakit dengan cara

bertanya,melihat dan mendengar,meraba dengan kata lain dapat dilakukan dengan

cara pemeriksaan fisik secara dasar dan anamnesa

6
2) Membuat klasifikasi,dengan menentukan tingkat kegawatan dari suatu penyakit

yang digunakan untuk menentukan tindakan bukan diagnosis khusus penyakit

3) Menentukan tindakan dan mengobati,yakni memberikan tindakan pengobatan di

fasilitas kesehatan, membuat resep serta mengajari ibu tentang obat serta tindakan

yang harus dilakukan di rumah

4) Memberikan konseling dengan menilai cara pemberian makan dan kapan anak

harus kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan

5) Memberikan pelayanan tindak lanjut pada kunjungan ulang

Dalam pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit ini dapat dilaksanakan

pada dua kategori yaitu pada bayi muda(1 hari sampai dengan 2 bulan) dan anak umur

2 bulan sampai 5 tahun.MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT UMUR 2

BULAN 5 TAHUN

Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai

dengan 5 tahu tahapan pelaksanaan sama seperti pada bayi kurang dari 2 bulan yaitu

di mulai dengan tahap penilaian dan gejala, tahap klasifikasi, dan tingkat kegawatan,

tahap tindakan dan pengobatan, tahap pemberian koselling dan tahap pelayanan

tindak lanjut, adapun secara jelas dapat di jelaskan sebagai berikut :

a. Penilaian tanda dan gejala

Pada penilaian tanda dan gejala pada bayi umur 2 bulan samapai dengan 5 tahun

ini yang di nilai adalah ada tidaknya tanda bahaya umum (tidak bias minum atau

menetek, muntah, kejang, letargis atau tidak sadar) dan keluhan seperti batuk atau

kesukaran bernafas, adanya diare, demam, masalah telinga, mal nurisi, anemia,

dan lain-lain.

7
Penilaian pertama keluhan batuk atau suka bernafas, tanda bahaya umum, tarikan

dinding dada kedalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi pernafasan

adalah pada anak usia 2 bulan 12 bulan normal pernafasan 50x atau lebih per

menit, sedangkan frekuensi pernafasan anak usia 12 bulan sampai dengan 5 tahun

adalah 40 kali per menit atau lebih.

Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis atau tidak sadar,

mata cekung, tidak bias minum atau malas makan, turgor kulit jelek, gelisah,

rewel, haus atau banyak minum, adanya darah dalam tinja (berak bercampur

dengan darah).

Penilaian ketiga tanda demam, disertai dengan tanda bahaya umum, kaku kuduk,

dan adanya infeksi local seperti kekeruhan pada kornea mata, luka pada mulut,

mata bernanah, adanya tanda pre syok seperti nadi lemah ekstremitas dingin,

muntah darah, berak hitam, pendarahan hidung, pendarahan pada bawah kulit,

nyeri ulu hati dan lain lain.

Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya

pembenkakan, adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari dan lain

lain.

Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,

bengkak pada bagian kaki, telapak tangan pucat status gizi di bawah garis merah

pada pemeriksaan berat badan menurut umur.

8
b. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan

Pada penentunan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian

tanda dan gejala yang di klasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau

tingkat kegawatan, adapun klasifikasi untuk campak sebagai berikut :

1) Klasifikasi campak

Pada klasifikasi campak ini di kelompokan menjadi 3 yaitu :

Pertama, campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda

bahaya umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pada daerah

mulut yang dalam luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya

ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek atau mata

merah.

Kedua, klasifikasi campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila

ditemukan tanda mata bernanah serta luka di mulut.

Ketiga, klasifikasi campak apabila hanya tanda khas campak yang tidak

disertai dengan tanda klasifikasi di atas.

c. Penentuan tindakan dan pengobatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan

pengobatan setelah di klasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.

Klasifikasi campak :

Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut apabila

campak di jumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian

vitamin A, antibiotic yang sesuai, salep mata tetrasiklin atau kloramfenikol

9
apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai

demam tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai dengan

komplikasi mata dan mulut di tambahkan dengan pemberian gentian violet dan

apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain maka

tindakannya hanya diberikan vitamin A.

Umur Kapsul Kapsul

Vitamin A Vitamin A

2000.000 IU 1000.000 IU

6-12 bulan kapsul 1 kapsul

1-5 tahun 1 kapsul 2 kapsul

d. Pemberian pelayanan dan tindak lanjut

Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2

hari dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah

dimilikinya, apabila mata masih bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga

atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar maka

lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar, dan apabila

sudah tidak bernanah akan tetapi tampak kemerahan maka lakukan pegobatan

lanjutan, kemudian pada daerah mulut apabila masih didapatkan luka dan baunya

tercium busuk maka lakukan rujukan dan apabila keadaan mulai membaik maka

lanjutkan pengobatan dengan gentian violet 0,25% sampai 5 hari.

2. PENGERTIAN CAMPAK

Campak disebut juga Morbili. Campak merupakan penyakit yang sangat

menular terutama menyerang anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat

10
menyerang orang dewasa. Pada anak-anak dengan keadaan gizi buruk ditemukan

kejadian campak dengan komplikasi yang fatal atau berpotensi menyebabkan

kematian.

Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus

Campak/ Rubella. Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3

stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan

terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus ini terdapat dalam

darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat campak ditularkan

melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.

3. ETIOLOGI, EPIDEMOLOGI, PATOFISIOLOGI, DAN GEJALA KLINIS

PENYAKIT CAMPAK

a. Etiologi

Etiologi campak adalah virus RNA dari famili paramikoviridae, genus morbili

virus. Hanya 1 tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodormal dan selama waktu

singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan

urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

Virus Campak dapat diisolasi dalam biakan emrio manusia atau jaringan ginjal kera

rhesus, perubahan sitopatik, tampak dalam 5 10 hari, terdiri dari sel raksasa multi

nudeus dengan 1 nukleusi intra nudear. Anti bodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila

ruam.muncul. (Richard E. Behrman: 1999).

b. Epidemologi

Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan

kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita

11
morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6

bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat

menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika sang ibu hamil 1

atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus bila sang ibu

menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan

seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir

mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

c. Patofisiologi

Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus melalui saluran pernapasan

dan masuk ke sistem retikula endotholial berkembeng biak dan selanjutnya menyebar

ke seluruh tubuh.hal tersebut akan menimbulkan gejala saluran pernapasan ,saluran

pencernaan. Konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa percah konflik

dan ruam kulit. Antibiotik yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit

dan retrolisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi saluler juga ikut berperan

dalam eliminasi virus.

d. Manifestasi Klinis

Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan

kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium

1. Stadium kataral (prodormal)Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari

ditandai oleh demam ringan hingga sedang, batuk kering ringan, coryza,

fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam

sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi

morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu,

sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya

dimukosa berhadapan dengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak

12
teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula

ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula

lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu

12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi

demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran

darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.

2. Stadium erupsi

Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum

durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula

disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga

dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka

bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan

didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang

disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah Black

Measles yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan

traktus digestivus.

3. Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak

Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini

merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain

dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.

Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

Komplikasi :

13
1) Otitis media akut

2) Pneumonia / bronkopneumoni

3) Encefalitis

4) Bronkiolitis

5) Laringitis obstruksi dan laringotrakeaitis

Pengobatan :

Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi

demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat.

Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk

mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.

Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Fisik

2) Pemeriksaan Darah

PenetalaksanaanTeraupetik

1) Pemberianvitamin A

2) Istirahatbaringselamasuhumeningkat, pemberianantipiretik

3) Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi

4) Pemberian obat batuk dan sedativum

4. PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK


a. Pencegahan

1) Imunisasi aktif

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang

telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah

Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B.

14
Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan

Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan

menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Dianjurkan agar

vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15

bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat

membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu.

2) Imunusasi pasif

Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum

stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama

globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif

untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah

dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan

diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

5. ASUHAN KEPERAWATAN CAMPAK PADA ANAK


A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan

yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :

1. Pengumpulan Data

a. Anamnese

a) Identitas penderita

Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan

status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis

kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal

masuk rumah sakit, diagnosa medis.

15
b) Keluhan utama

Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema

dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan

bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum

durum dan palatum mole.

c) Riwayat kesehatan sekarang

Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang

tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,

koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan

untuk mengatasinya.

d) Riwayat kesehatan dahulu

Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak

dengan pasien campak.

e) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.

f) Riwayat imunisasi

Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,

III; DPT I, II, III; dan campak.

g) Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori

untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat

badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

Status Gizi

Klasifikasinya sebagai berikut :

1) Gizi buruk kurang dari 60%

16
2) Gizi kurang 60 % - <80 %

3) Gizi baik 80 % - 110 %

4) Obesitas lebih dari 120 %

h) Riwayat tumbuh kembang anak.

a. Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram

mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8.

Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun

16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata

rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk

perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan

umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB

pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5

tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5

cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah

tinggi.

b. Tahap perkembangan.

1) Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa

bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika

anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan

menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang

menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.

2) Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada

fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan

17
anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih

dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih

dekat ke ayahnya ).

3) Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap

preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase

pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum

sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar

dan magical thinking.

4) Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai

melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,

memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan

peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

5) Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan

keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar salah

untuk menghindari hukuman.

6) Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,

jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis

kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan

kelompoknya.

7) Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation

Separation . Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya

terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa

mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit

atau tidak protes.

18
8) Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari

2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4

kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar

seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat

menerima atau memberikan perintah sederhana.

9) Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan

permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa

orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari

bahwa dia mempunyai lingkungan luar.

10) Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain

yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan

pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu

melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )

a) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-

tanda vital.

b) Kepala dan leher

1) Inspeksi :

Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,

fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral

tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

2) Palpasi :

19
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan

didaerah leher belakang,

c) Mulut

1) Inspeksi :

Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar

bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada

mulut dan traktus digestivus.

d) Toraks

1) Inspeksi :

Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan

pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis

menyerupai influenza.

2) Auskultasi :

Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.

e) Abdomen

1) Inspeksi :

Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.

2) Auskultasi

Bising usus.

3) Perkusi

Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,

misalnya masa atau pembengkakan.

f) Kulit

1) Inspeksi :

20
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.

2) Palpasi :

Turgor kulit menurun

2. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa

serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif

objektif.

Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil

kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.

B. Diagnosa Keperawatan

Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses

kehidupan / masalah kesehatan.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai

berikut :

1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.

2. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d

penumpukan secret pada nasofaring.

3. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.

4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.

5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.

6. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak

kurang baik.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa I

Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.

21
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.

Dengan criteria hasil :

a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.

b. Anak bebas dari demam.

Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Monitor perubahan suhu tubuh, Sebagai pengawasan terhadap adanya

denyut nadi. perubahan keadaan umum pasien sehingga

dapat diakukan penanganan dan perawatan

secara cepat dan tepat.

2 Lakukan tindakan yang dapat Upaya upaya tersebut dapat membantu

menurunkan suhu tubuh sperti menurunkan suhu tubuh pasien serta

lakukan kompres, berikan meningkatkan kenyamanan pasien.

pakaian tipis dalam

memudahkan proses

penguapan.

3 Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa nyaman anak.

perawatan serta ajari cara

menurunkan suhu dan

mengevaluasi perubahan suhu

tubuh.

4 Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui kebutuhan infomasi dari

keluarga dan anak tentang pasien dan keluarga mengenai perawatan

hypertermia pasien dengan hypertemia.

22
5 Kolaborasi dengan dokter Antipiretik menurunkan/mempertahankan

dengan memberikan antipiretik suhu tubuh anak.

dan antibiotic sesuai dengan

ketentuan.

Diagnose II

Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d

penumpukan secret pada nasofaring.

Tujuan : bersihan jalan napas efektif

Dengan criteria hasil :

a. Tidak mengalami aspirasi

b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.

Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Kaji fungsi pernapasan, contoh Ronci, mengi menunjukkan akumulasi

bunyi napas, kecepatan, irama secret/ ketidakmampuan untuk

dan kedalaman dan penggunaan membersihkan jalan napas yang dapat

otot aksesori. menimbulkan penggunaan otot aksesori

pernapasan dan peningkatan kerja

pernapasan.

2 Catat kemampuan untuk batuk Pengeluaran secret sulit bila secret sangat

efektif. tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak

adekuat hidrasi ).

3 Berikan posisi semi fowler Posisi membantu memaksimalkan

23
tinggi. Bantu klien untuk batuk ekspansi paru dan menurunkan upaya

dan latihan napas dalam. pernapasan.

4 Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi atau aspirasi.

trakea ; pengisapan sesuai Pengisapan dilakukan bila klien tidak

keperluan. mampu mengeluarkan secret.

5 Pertahankan masukan cairan Pemasukan tinggi cairan membantu untk

mengencerkan secret.

6 Berikan lingkungan yang aman Meningkatkan kenyamanan untuk anak

Diagnose III

Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.

Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.

Dengan criteria hasil :

a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.

b. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.

Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Pantau kulit dari adanya: ruam Mengetahui perkembangan penyakit dan

dan lecet, warna dan suhu, mencegah terjadinya komplikasi melalui

kelembaban dan kekeringan deteksi dini pada kulit.

yang berlebih, area kemerahan

dan rusak.

2 Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan kebeersihan tanpa

sabun ringan mengiritasi kulit.

3 Dorong klien untuk menghindari Membantu mencegah friksi / trauma

24
menggaruk dan menepuk kulit. kulit.

4 Balikkan atau ubah posisi Meningkatkan sirkulasi dan mencegah

dengan sering tekanan pada kulit / jaringan yang tidak

perlu.

5 Ajarkan anggota keluarga / Mengetahui terjadinya infeksi /

memberi asuhan tentang tanda komplikasi lebih cepat.

kerusakan kulit, jika diperlukan.

6 Konsultasi pada ahli gizi tentang Perbaikan nutrisi klien agar terhindar

makanan tinggi protein, mineral, dari infeksi karena kulit dapat menjadi

kalori dan vitamin. barier utama yang dapat memperberat

kondisi anak.

Diagnose IV

Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.

Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.

Dengan criteria hasil :

a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.

Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Pantau berat badan, suhu, Mengontrol keseimbangan output.

kelembaban pada rongga oral,

volume konsentrasi urin.

2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan

perubahan pada fungsi ginjal, yang

mewaspadakan terjadinya gagal ginjal

25
akut pada respon terhadap hipovolemia.

3 Observasi kulit/membrane Hipovolemia, perpindahan cairan dan

mukosa untuk kekeringan, kekurangan nutrisi memperburuk turgor

turgor. kulit.

4 Hilangkan tanda bau dari Menurunkan rangsangan pada gaster dan

lingkungan respon muntah.

5 Ubah posisi dengan sering, Adanya gangguan sirkulasi cenderung

berikan perawatan kulit dengan merusak kulit.

sering dan pertahankan tempat

tidur kering dan bebas lipatan.

6 Berikan : Menarik minat anak agar mau minum

a. Bentuk-bentuk cairan yang banyak.

menarik ( sari buah, sirup tanpa

es, susu )

Diagnose V

Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.

Tujuan : anak merasa nyaman

Dengan criteria hasil :

a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.

b. Rewel berkurang.

Intervensi :

No Intervensi Rasional

1 Tubuh anak dibedaki dengan Mengurangi rasa gatal.

26
bedak salisil 1% atau lainya (

atas resep dokter )

2 Tidurkan anak ditempat yang Mencegah silau dan menambah

agak jauh dari lampu ( jangan kenyamanan anak.

tepat dibwah lampu )

Diagnose VI

Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang

baik.

Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat

penyembuhan.

Dengan criteria hasil :

a. Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan

b. Penyakit anak tidak bertambah parah.

Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Cuci tangan sebelum dan Mengurangi risiko kontaminasi silang.

sesudah kontak perawatan

dilakukan. Intruksikan klien /

orang terdekat untik memcuci

tangan sesuai indikasi

2 Berikan lingkungan yang bersih Mengurangi pathogen pada system imun

dan berventilasi baik. dan mengurangi kemungkinan pasien

mengalami infeksi nosokomial.

3 Diskusikan tingkat dan rasional Meningkatkan kerja sama dengan cara

27
isolasi pencegahan dan hidup dan mengurangi rasa terisolasi.

mempertahankan kesehatan

pribadi.

4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data dasar,

awian atau peningkatan suhu secara

berulang-ulang dari demam yang terjadi

untuk menunjukkan bahwa tubuh

bereaksi pada proses infeksi.

5 Kaji frekuensi /kedalaman Kongesti / distress pernapasan dapat

pernapasan, perhatikan batuk mengindikasikan perkembangan PCP,

spasmodic kering pada inspirasi penyakit yang umum terjadi.meskipun

dalam, perubahan karakteristik demikian, TB paru mengalami

sputum dan adanya mengi atau peningkatan dan infeksi jamur lainnya,

ronchi. Lakukan isolasi viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang

pernapasan bila etiologi batuk membahayakan system pernapasan.

produktif tidak diketahui.

6 Ubah sikap baring beberapa kali Mencegah penyebaran infeksi bertambah

sehari dan berikan bantal utnuk parah dan mencegah terjadinya

meninggikan kepala dekubitus.

7 Dudukkan anak pada waktu Mencegah aspirasi

minum

8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah parah

9 Bawa berobat kembali jika anak Untuk menentukan tindakan pengobatan

terlihat selalu tidur, tidak mau selanjutnya.

makan minum, semakin lemah,

28
suhu tetap tinggi, kesadaran

menurun.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang

telah disusun.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping itu

evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.

Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan

tercapai :

a. Berhasil

Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan

di tujuan.

b. Tercapai sebagian

Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan

tujuan.

c. Belum tercapai

Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai

dengan pernyataan tujuan.

29
CONTOH KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Data
a. Identitas Klien :
- Nama : An. AS
- Umur : 4 Tahun
- Jenis kelamin : Laki- laki
- Suku : Bugis
- Agama : Islam
- Alamat : Jl. Senada, Rt 6 Desa. Tungkaran Pangeran,
Kec. Simpang Empat
b. Identitas Penanggung jawab :
- Nama : Rahmadi Suhendi
- Jenis kelamin : Laki- laki
- Suku : Bugis
- Agama : Islam
- Hubungan : Ayah Pasien
- Alamat : Jl. Senada, Rt 6 Desa. Tungkaran Pangeran,
Kec. Simpang Empat

c. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Pada tanggal 06 Desember 2011 dilakukan pengkajian dengan keluhan utama
gatal dan timbul binti-bintik merah (rash) pada bagian hamper seluruh tubuh.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian kx mengatakan merasa gatal pada bagian
bintik yang timbul di kulitnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
d. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran

30
Pasien dalam keadaan sadar penuh (Compos Mentis)
b. Keadaan Umum
BB MRS : 15 Kg
BB SMRS : 18 Kg
TB : 80 cm
c. Tanda tanda vital
Nadi : 80 x per menit
Pernafasan : 18 x per menit
Suhu tubuh : 390 C
TD : 100/60 mmHg
d. Integumen
I : Banya bintik merah pada kulit (rash)
P : Pada bintik merah permukaan kulit kasar
P : -
A : -
e. Kepala
I : Bentuk simetris
P : Tidak ada benjolan
P : -
A : -
f. Mata
I : Terdapat konjungtivitis (+/+)
P : -
P : -
A : -
g. Hidung
I : Secret +/+, influenza +
P : Tidak ada benjolan pada hidung
P : -
A : -

h. Mulut
I : Mukosa bibir kering, mulut terasa pahit
P : -

31
P : -
A : -
i. Leher
I : Terdapat bintik merah pada lipatan leher
P : Tidak ada benjolan
P : -
A : -
j. Dada
I : Dada terlihat rata dan simetris
P : Gerakan diafragma normal, tulang iga depan bagian bawah
terangkat pada waktu inspirasi .
P : Percusi dada berbunyi sonor
A : wheezing
+ +
+ +
- -

Rhonchi

- -

- -
- -

k. Abdomen
I : Gerakan pernapasan yang normal, bentuk simetris
P : Limpa dan hati tidak teraba
P : Terdapat bunyi Tympani
A : 4x/menit bising usus

l. Ekstrimitas atas dan bawah


I : tidak ada edema dan kelainan lainnya
P : Akral hangat

32
P : -
A : -

e. Kebutuhan Fisik, Psikologi, Sosial dan Spiritual


a. Pola aktifitas dan istirahat
Aktivitas sehari hari klien terjadi gangguan karena morbili mengalami gatal-
gatal.
b. Personal Hygiene
Kebutuhan akan personal hygiene anak, mandi, gosok gigi, dan pembelajaran
tentang toilet traning.
c. Nutrisi
Nafsu makan anak menurun, hanya menghabiskan 4 sendok bubur setiap kali
makan.
d. Pola eleminasi
Kebiasaan defekasi sehari harinya normal tiap pagi hari.
e. Riwayat psikososial
Interaksi anak dengan keluarga bagus terutama dengan ibunya
f. Riwayat spiritual
Anak diberi pengetahuan untuk belajar berdoa agar penyakit yang dideritanya
cepat sembuh.

2. Analisa data
No Tanggal Symtom Etiologi Problem
1 Rabu, DS : pasien Kulit menonjol
sekitar sebasea
07-12-2011 mengungkapkan
dan folikel
rasa rambut
ketidaknyamanan
terhadap bintik Gangguan
yang timbul pada Kulit eritema integritas kulit
kulit tubuhnya. membentuk
macula papula
DO : Banyak di kulit normal
terdapat rash
pada tubuh dan

33
terasa gatal.
Rash pada balik
Nadi 80 x per
telinga, leher,
menit, pipi, muka,
seluruh tubuh
Pernafasan 18 x
dan terasa gatal
per menit,
Suhu tubuh 390
C,
TD 100/60
mmHg.

2 Rabu, DS : pasien
Saluran cerna
07- mengatakan pahit
12- pada saat makan
Terdapat
2011 dan kurang nafsu bercak koplik
makan warna kelabu
pada mukosa
DO : bukalis, molar,
BB anak 15 Kg, palatum durum,
mole
Porsi makan 4
sendok makan
(bubur)
Mulut pahit Gangguan
Nadi 80 x per
timbul kebutuhan
menit, anoreksia
nutrisi
Pernafasan 18 x
per menit,
Suhu tubuh 390
C.
TD 100/60
mmHg

34
3 Rabu, DS : pasien
07- mengeluh panas
12- pada seluruh
2011 tubuhnya Droplet
DO : infection

Hipertermi
Akral terasa Produksi
eksudat
hangat berlebih Gangguan
Nadi 80 x per rasa nyaman
menit, Reaksi
Pernafasan 18 x inflamasi :
hiperemi , RR
per menit, naik
Suhu tubuh 390
C.
TD 100/60
mmHg

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi virus.

35
C. Intervensi dan Rasional
Perencanaan
No Tanggal Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
1 Rabu, Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Pertahankan kuku 1. Untuk mencegah
07-12-2011 kulit berhubungan tindakan keperawatan anak tetap pendek, terjadinya luka pada saat
dengan adanya rash selama 2 x 24 jam menjelaskan anak menggaruk
bintik-bintik merah kepada anak untuk 2. Agar tidak merasakan
pada kulit akan tidak menggaruk gatal dan sakit pada kulit
hilang. rash pasien
2. Berikan obat 3. Untuk mencegah infeksi
Kriteria hasil : antipruritus 4. Agar tidak merasakan
Pasien tidak topikal, dan gatal dan sakit pada kulit
merasakan gatal dan anestesi topikal
nyaman dengan 3. Mandikan klien
keadaannya dengan
Rash pada menggunakan
kulit berkurang sabun yang tidak
perih
4. Kolaborasi:
Pemberian
antihistamin

36
2 Rabu, Gangguan Setelah dilakukan 1. Berikan banyak 1. Untuk
07-12-2011 kebutuhan nutrisi askep 2x 24 jam minum (sari mengkompensasi
kurang dari diharapakan pasien buah-buahan, adanya peningkatan
kebutuhan tubuh menunjukkan sirup yang tidak suhu tubuh dan
berhubungan peningkatan nafsu memakai es). merangsang nafsu
dengan anoreksia makan dengan. 2. Berikan susu makan.
porsi sedikit 2. Untuk memenuhi
Kriteria Hasil : tetapi sering kebutuhan nutrisi
BB meningkat (susu dibuat melalui cairan
Nafsu makan encer dan tidak bernutrisi.
meningkat. terlalu manis. 3. 3. Untuk
(dapat menghabiskan 3. Berikan memudahkan
1 porsi untuk anak) makanan lunak, mencerna makanan
misalnya bubur dan meningkatkan
yang memakai asupan makanan.
kuah, dengan
porsi sedikir
tetapi dengan
kuantitas yang
sering.

37
3 Rabu, Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Libatkan keluarga 1. Agar keluarga lebih
07-12-2011 nyaman : askep selama 2 x 24 dalam perawatan kooperatif dalam terapi
peningkatan suhu jam diharapkan serta ajari cara 2. untuk membantu dalam
tubuh bd proses suhu badan pasien menurunkan suhu penurunan suhu tubuh
inflamasi / infeksi berkurang tubuh pada pasien.
virus Kriteria hasil : 2. Berikan kompres 3. suhu ruangan / jumlah
hangat. selimut harus diubah
Suhu tubuh 36,5
3. Pantau suhu untuk mempertahankan
37,50 C
lingkungan, batasi / 4. untuk mengetahui dan
Nadi normal
tambahkan linen merencanakan intervensi
Badan tidak terasa
tempat tidur sesuai selanjutnya
panas
indikasi.
Akral Normal
4. Monitor perubahan
suhu tubuh

38
D. Implementasi dan Evaluasi

No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Rabu, Gangguan integritas Mempertahankan kuku anak
S : Pasien mengatakan
07-12-2011 kulit berhubungan tetap pendek, menjelaskan berkurang rasa gatalnya
dengan adanya rash kepada anak untuk tidak
O : ditandai dengan jarangnya
menggaruk rash pasien menggaruk kulit
Memberikan obat antipruritus
A : Masalah teratasi sebagian
topikal, dan anestesi topikal P : Intervensi dilanjutkan
Memandikan klien dengan
menggunakan sabun yang tidak
perih
Memberikan antihistamin
2. Rabu, Gangguan kebutuhan
Memberikan banyak minum
S : Pasien mengatakan sudah
07-12-2011 nutrisi kurang dari (sari buah-buahan, sirup yang merasakan tidak pahit pada
kebutuhan tubuh tidak memakai es). mulutnya sewaktu makan
berhubungan dengan Memberikan susu porsi sedikit
O : ditandai dengan
anoreksia tetapi sering (susu dibuat encer meningkatnya nafsu
dan tidak terlalu manis, dan makan pada anak
berikan susu tersebut dalam
A : Masalah teratasi sebagian
keadaan yang hangat ketika P : Intervensi dilanjutkan
diminum).
Memberikan makanan lunak,
misalnya bubur yang memakai
kuah, sup atau bubur santan
memakai gula dengan porsi
sedikir tetapi dengan kuantitas
yang sering.
3. Rabu, Gangguan rasa Melibatkan keluarga dalam
S : pasien mengatakan
07-12-2011 nyaman : peningkatan perawatan serta ajari cara badannya sudah tidak
suhu tubuh bd proses menurunkan suhu tubuh panas lagi
inflamasi / infeksi Memberikan kompres hangat. O : ditandai dengan
virus Memantau suhu lingkungan, pengukuran suhu tubuh

39
batasi / tambahkan linen normal 370 C
tempat tidur sesuai indikasi. A : Masalah teratasi
Monitor perubahan suhu tubuh P : Intervensi dihentikan

40
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk

makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 380c atau lebih dan

disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah.

Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang

telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti flu disetai

mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan mulai

menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2

minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak seperti bersisik.

Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius.

Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan

) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

Namun, bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian

pada anak.

Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu

antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum.

Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul.

Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi

campak pada balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).

41
B. Saran
1. Perawat

a. Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang angka mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk

semua perawat jika menemukan kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah

sakit sehingga anak secepatnya mendapatkan perawatan dan pengobatan yang

lebih baik.

b.Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan

asuhan keperawatan secara tepat.

2. Keluarga

Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam

perawatan anak serta memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit

campak tidak akan berdampak buruk bagi kondisi anak.

42
DAFTAR PUSTAKA

3. Ana, Boma.2012.Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Campak.

http://bommaannha.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-campak.html di

akses pada tanggal 24 April 2017 Pukul 18.30

43

You might also like