You are on page 1of 3

Asyiknya Jadi Peneliti

09 Jun 2004

Jadi peneliti, tapi tetap modis Tentu saja boleh. Tapi, apa sih asyiknya jadi peneliti
Dalam bayangan kamu, seorang peneliti itu pasti selalu serius, jarang senyum. Udah
gitu, penampilannya jauh dari modis. Berkaca mata tebal, berambut putih atau botak,
dan lebih suka menyendiri. Kamu juga pasti mengira, jadi peneliti itu rumit, dan selalu
berkutat dengan rumus-rumus.

Gambaran seperti ini muncul, mungkin karena kamu selama ini kerap melihat sosok
seorang peneliti dari komik atau film. Begitu, kan Tapi, apa yang terjadi tatkala PT L
Oreal Indonesia mengajak 20 siswa SMU dari lima wilayah Jakarta berkunjung ke Pusat
Penelitian Bioteknologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Bogor, Selasa
(1/6) lalu Mereka semua kaget. Pasalnya, para peneliti yang mereka lihat di sana,
hampir semuanya masih muda, berpenampilan trendi, dan modis.

Memang, mereka semua bekerja dengan serius, namun tetap dalam suasana santai
dan kreatif. "Jadi peneliti itu tidak membosankan dan tidak harus selalu serius. Malah,
jadi peneliti itu menyenangkan dan asyik, karena selalu mengerjakan sesuatu yang
baru serta mempunyai kepuasan tersendiri karena menemukan sesuatu yang baru, "
kata Ibu Dr Ines Atmosukarto Phd, salah seorang peneliti di Pusat Penelitian
Bioteknologi LIPI, Bogor.

Dengan ramah, Bu Ines menjawab semua pertanyaan temen-temen kamu dari SMU
Theresia Jakarta Pusat, SMU Sumbangsih Jakarta Selatan, SMUN 15 Jakarta Utara,
SMUN 21 Jakarta Timur, dan SMUN 78 Jakarta Barat. Menurut Bu Ines, peneliti adalah
profesi yang sangat mulia. Sebab, dia mengabdi untuk kehidupan seluruh makhluk di
dunia ini. Jadi, jangan deh mengesampingkan dunia penelitian. "Sebaliknya, kamu
jangan ragu untuk terjun di dunia penelitian, " kata Bu Ines, yang belum lama ini
menyabet penghargaan Fellowship L Oreal-Unesco for Women in Science 2004.
Penghargaan ini diperoleh berkat penelitian intensif yang dilakukan Bu Ines mengenai
endofit (sejenis jamur yang menumpang pada tumbuhan dan memiliki potensi sebagai
antibiotika, antikanker, dan anti jamur). Wanita cantik kelahiran Piatra Neamt, Rumania,
8 Oktober 1972 ini, adalah wanita peneliti Indonesia pertama yang mendapat
penghargaan Fellowship L Oreal-Unesco for Women in Science. Atas prestasinya ini, ia
pantas mendapat acungan jempol. Asal kamu tahu, dewan juri untuk pemberian
penghargaan ini terdiri dari para peneliti kelas dunia, salah satunya Prof Pierre-Gilles de
Gennes, pemenang Nobel Fisika 1991. Bu Ines kini telah mengumpulkan pustaka
endofit dari berbagai pelosok nusantara. Meski saat ini di laboratorium LIPI sudah
dikumpulkan 5.000 endofit dari sekitar 500 pohon, kebanyakan endofit berasal dari
Kebun Raya Bogor dan Cibodas yang tertata lingkungannya.

Nggak ada kriteria khusus

Dari cerita Bu Ines, tampaknya asyik sekali jadi peneliti. Selain dapet ilmu, juga bisa
menemukan sesuatu yang baru dan berguna bagi banyak orang. Tapi ngomong-
ngomong, apa sih syarat dan kriteria menjadi seorang peneliti Menurut Bu Ines, nggak
ada kriteria khusus. "Untuk menjadi peneliti, syaratnya asal kita suka, " ujarnya.
Memang gampang "Saat ini pun kamu bisa jadi seorang peneliti. Mudah kok, kamu
nggak usah berpikiran yang rumit-rumit ".

Caranya gimana Mulai sekarang, coba deh amati lingkungan dan alam di sekitar kamu,
lalu kamu renungkan dan pikirkan sejenak. Pada tahap ini saja, kamu sudah dapat
dikatakan sebagai seorang peneliti. "Pokoknya, kunci untuk menjadi seorang peneliti itu
diawali dengan keingintahuan lalu menemukan sesuatu yang baru, " tambah Bu Ines.
Dijelaskan Bu Ines, untuk memulai menjadi seorang peneliti tak perlu mencari ide yang
aneh-aneh, yang justru bisa bikin kamu alergi pada dunia penelitian. Sebaliknya, yang
penting adalah bagaimana kamu bisa merelevansikan mata pelajaran yang diberikan di
sekolah, mengamati lingkungan, fenomena alam sekitar, serta harus memiliki
keingintahuan yang besar dan kreatif. Jika kamu saat ini berusia antara 15-20 tahun,
inilah saatnya kamu memulai upaya untuk menjadi peneliti. Mengapa Sebab, di usia ini,
seseorang biasanya lagi senang-senangnya melakukan eksplorasi pada apa saja yang
ada di sekitarnya.
Nah, manfaatkanlah itu untuk suatu kegiatan penelitian. Asal kamu tahu, peneliti dunia
rata-rata memulai kegiatan penelitiannya sejak usia muda. Thomas Alva Edison,
misalnya, mendapatkan hak paten untuk hasil penelitiannya yaitu electrical vote
recorder ketika usianya menginjak 12 tahun. Bu Ines juga mengatakan, bahwa
penelitian tidak terbatas pada bidang-bidang eksakta saja, tapi juga ilmu-ilmu sosial,
dan ilmu-ilmu lainnya. "Kegiatan penelitian itu bisa mencakup semua disiplin ilmu, "
jelasnya. Kamu tertarik Jika ya, mulailah melakukan kegiatan penelitian dengan diawali
membaca fenomena alam, lingkungan sosial, dan budaya, disertai pertanyaan 3WH
atau apa (what), siapa (who), mengapa (why), dan bagaimana (how). "Itulah yang
menjadi dasar jika kamu akan melakukan aktivitas penelitian, " demikian Bu Ines.
Selamat meneliti!

Sumber : Republika (6 Juni 2004)

You might also like