You are on page 1of 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS

Disusun oleh :

Nurul Huda

Jumaan Tasmita

Abidin

Marfirah

Aisyah

STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Sirosis hepatis. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
keperawatan Sistem Pencernaan.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih Bapak Hartono.M.Kep
dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Di samping itu, kami
juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa STIK
Muhamamadiyah Pontianak dan terutama bagi mahasiswa keperawatan.

Pontianak, 14 September 2015

Kelompok 3
Daftar Isi

Kata Pengantar .........................................................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sirosi Hepatis ............................................................................................


B. Etiologi Serosis Hepatis............................................................................................
C. Jenis-Jenis Serosis Hepatais ......................................................................................
D. Tanda dan Gejala Sirosis Hepatis................................................................................
E. Patofisiologi Sirosis Hepatis ........... .......................................................................
F. Penatalaksanaan laboratorium Sirosis Hepatis..............................................................
G. Pencegahan dan Pengobatan Sirosis Hepatis.............................................................
H. Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis...........................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ......................................................................................................................

Saran.................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati terjadi proses-proses
penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme
kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita
bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul dan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur.
(Smeltzer, Bare, 2001).
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketika pada pasien
yang berusia 45 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia
sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap
tahun akibat penyakit ini. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju. Maka kasus Sirosis
hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan
lebih kurang 30% lainnya ditemukan secarakebetulan ketika berobat untuk penyakit lain,
sisanya ditemukan saat atopsi. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-
laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 30 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 449 tahun.(Mariyani,
2003)
Angka kejadian sirosis hati yang paling sering muncul adalah akibat alkoholisme.
Namun tidak menutup kemungkinan penyebab lainnya seperti kekurangan gizi, protein
deficiency, hepatitis dan jenis lain dari proses infeksi, penyakit saluran empedu, dan racun
kimia. Gejala yang ditimbulkan sirosis hepatis akibat perubahan morfologi dapat
menggambarkan kerusakan yang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti
hematemesis melena, koma hepatikum.
Peran dan fungsi perawat adalah memberi penyuluhan kesehatan agar masyarakat
dapat mewaspadai bahaya penyakit sirosis hepatis, merawat pasien dengan penyakit sirosis
hepatis adalah mencakup perbaikan masukan nutrisi klien, membantu klien mendapatkan
citra diri yang positif dan pemahaman dengan penyakit dan pengobatanya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit sirosis hepatis untuk memudahkan kita sebagai perawat dalam merawat
pasien dengan penyakit sirosis hepatis dengan penanganan tepat dan asuhan keperawatan
yang komprehensif.

B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Sirosi Hepatitis?
2. Mengetahui Etiologi Sirosis Hepatis?
3. Mengetahui Jenis-Jenis Serosis Hepatais?

4.Apa Tanda dan Gejala Sirosis Hepatis?

5.Mengetahui Patofisiologi Sirosis Hepatis ?

6.Dapat mengetahui Pemeriksaan laboratorium Sirosis Hepatis?

7.Pencegahan dan Pengobatan Sirosis Hepatis?

8.mengetahui Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis?

C.Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan
mengenai sirosis hepatis dan komplikasinya dan mampu memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif kepada pasien.

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian sirosis hepatis dan pengertian komplikasinya.


2. Mahasiswa mengetahui etiologi sirosis hepatis
3. Mahasiswa bisa menjelaskan patofisiologi dan manifestasi klinis sirosis hepatis dan
komplikasinya.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan sirosis hepatis dan komplikasi yang terjadi.
5. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sirosis hepatis dan
komplikasinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian
Sirosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel
sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati.
Penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati oleh lembar-lembar
jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi hati yang tidak berkaitan dengan vascular normal
(Price, 1995)
Sirosis hepatis adalah degenerasi difus dan progresif dengan kerusakan jaringan hati
hepatosit dan dengan regenerasi dan pembentukan jaringan fibrosa parut yang luas
padat.(Marjorie Beyers, 1984)

B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas. Adapun faktor yang
mengakibatkannya:
1. Alkohol
Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keteraturan mengonsumsi alkohol.
Mengonsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan kronis dapat melukai sel-sel hati.
Alkohol merupakan zat hepatotoksis yang merupakan penyebab utama pada perlemakan hati
sehingga menyebabkan infiltrasi lemak sehingga menghalangi pembentukan lipoprotein.

2. Faktor keturunan dan malnutrisi


WATERLOO (1997) berpendapat bahwa factor kekurangan nutrisi terutama
kekurangan protein hewani menjadi penyebab timbulnya Sirosis Hepatis. Menurut
CAMPARA (1973) untuk terjadinya Sirosis Hepatis ternyata ada bahan dalam makanan,
yaitu kekurangan alfa 1-antitripsin.
3. Hepatitis virus
Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai
kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukkan perjalanan
yang kronis bila dibandingkan dengan hepatitis virus A. penderita dengan hepatitis aktif
kronik banyak yang menjadi sirosis karena banyak terjadi kerusakan hati yang kronis.
Terbentuknya jaringan parut dan nodul yang semakin meluas.Sebagaimana kita ketahui
bahwa sekitar 10 % penderita hepatitis virus B akut akan menjadi kronis.

4. Obat-obatan hepatotoksik
Beberapa obat-obatan (pain killer) dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronik. Pemberian bermacam obat-obatan
hepatotoksik secara berulang kali dan terus menerus. Mula-mula akan terjadi kerusakan
setempat, kemudian terjadi kerusakan hati yang merata, dan akhirnya dapat terjadi Sirosis
Hepatis. Obat obat TB yang juga mengandung hepatotoksik juga harus diperhatikan indikasi
dan pemberian alternative pengganti obat yang tidak menimbulkan efek yang progesive bagi
kerusakan hati (Hadi,2005).

5. Kelainan-kelainan genetik yang diturunkan/diwariskan


Berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada
kerusakan jaringan dan sirosis. Contohnya akumulasi besi yang abnormal (hemochromatosis)
atau tembaga (penyakit Wilson).

6. Kolestasis, Atresia bilier


Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus, dimana empedu
membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis terbanyak adalah akibat
tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary atresia.
C. Jenis-Jenis

Secara Morfologi sirosis dibagi menjadi 3 jenis antara lain :


1) Mikronodular (portal).
a. Septa tebal teratur
b. Besar nodul sampai dengan 3 mm
c. Mengandung nodul kecil dan halus diseluruh lobulus

2) Makronodular (pascanekrotik)
a. Septa tebal bervariasi
b. Mengandung nodul yg besarnya bervariasi (> 3mm)

3) Campuran (bilier).
Berdasarkan etiologi, 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
1) Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2) Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut
dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3) Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

D. Gejala-gejala Sirosis Hepatis


Dalam tahap awal penyakit sirosis hati tidak akan menimbulkan gejala apapun, sehingga
pasien yang mengalami sirosis ringan tidak sadar kalau dirinya terkena sirosis. Dibutuhkan
waktu yang lama dari sirosis ringan untuk menjadi sirosis kronis. Saat sirosis masih ringan,
hati sudah mengalami disfungsi. Berikut ini berbagai macam gejala dari sirosis hati :

1.Kulit Tubuh Berwarna Kuning

Salah satu gejala sirosis yang mudah diketahui adalah kulit tubuh berubah menjadi kuning.
Kulit yang berubah menjadi kuning tersebut sama dengan gejala penyakit kuning. Penyebab
kulit penderita sirosis menjadi kuning adalah sebagai berikut ini :
Hati yang sehat dan normal bisa menghasilkan blirubin di dalam tubuh.
Pasien penderita sirosis akan kehilangan fungsi hatinya.
Dampaknya adalah pasien sirosis akan memiliki penumpukan blirubin di dalam aliran
darahnya sehingga membuat kulit ubuh berwarna kuning.

2. Memar

Salah satu tanda penderita sirosis hati adalah mudahnya memar di dalam tubuhnya. Jika anda
menengok pasien penderita sirosis, anda akan mudah menemukan kulit yang berwarna biru
lebam pada bagian-bagian tubuhnya. Penderita sirosis memang akan mudah terkena memar.
Penyebabnya adalah sebagai berikut ini :

Fungsi utama hati adalah membantu pembekuan darah di dalam tubuh saat terjadinya
luka atau cedera.
Penderita sirosis, hati akan kekurangan fungsinya dalam memproduksi dan juga untuk
membekukan darah saat terjadinya luka atau cedera.
Turunnya kemampuan hati dalam membekukan darah bisa membuat penderita sirosis
rentan terkena luka dan sukar untuk dibekukan, akibat luka yang sukar dibekukan bisa
menimbulkan memar di bagian kulit tubuh.

3.Merasakan Nyeri Perut

Nyeri perut juga salah satu tanda atau gejala dari penyakit sirosis hati. Penyebabnya adalah
cairan di perut menumpuk sehingga bisa menyebabkan kurang dan terhambatnya aliran darah
ke seluruh tubuh sehingga perut pun akan terasa nyeri hebat.

4.Mual

Mual adalah salah satu tanda sirosis hati. Hal itu dikarenakan nyeri perut akibat cairan yang
menumpuk di perut bisa membuat kantung empedu tertekan. Kantung empedu yang tertekan
bisa membuat seseorang terkena mual.
5.Mudah Lelah

Penderita sirosis hati akan mudah lelah. Hal itu dikarenakan tersumbatnya aliran darah di
tubuh sehingga energi yang dimiliki akan berkurang atau hanya sedikit.

6.Tidak Nafsu Makan

Salah satu tanda seseorang menderita sirosis adalah kurangnya nafsu makan dan kehilangan
nafsu makan. Penyebabnya adalah saat menelan makanan dan meminum sesuatu, penderita
sirosis akan merasakan nyeri di ulu hatinya. Sehingga untuk menghindari rasa sakit di ulu
hati itu penderita sirosis memilih untuk tidak makan. Rasa sakit tersebut juga berpengaruh
pada nafsu makan penderita sirosis.

7.Berat Badan Berkurang

Karena kehilangan nafsu makannya, penderita sirosis hati akan memiliki berat badan
menurun. Kebanyakan penderita sirosis akan memiliki perut yang besar karena berisi banyak
cairan dan berat badan semakin lama semakin menurun. Pada kasus penderita sirosis yang
parah, akan terlihat seperti pasien mal nutrisi atau gizi buruk.

8.Gangguan Pencernaan

Banyaknya cairan yang ada di dalam perut penderita sirosis hati akan menyebabkan
terganggunya sistem pencernaan di dalam perut tersebut.

9.Pendarahan

Sirosis hati akan menyebabkan pendarahan, terutama pada bagian perut. Penyebabnya adalah
virus hepatitis telah menyebabkan kerusakan dan gangguan di bagian saluran pencernaan
esophagus. Kerusakan sistem pencernaan yang parah bisa menyebabkan pendarahan di
bagian perut.

10.Gatal

Penderita sirosis hati akan mengalami perubahan hormon di dalam tubuhnya. Akibatnya
adalah dia akan mengalami gatal-gatal di seluruh tubuhnya. Banyak penderita sirosis yang
meminta bantuan orang lain untuk menggarukkan bagian tubuhnya yang terasa gatal tersebut.
11.Mengalami Gangguan Endokrin

Sirosis hati kronis akan mengalami gejala gangguan endokrin. Gejala sirosis hati kronis akan
lebih jelas dibandingkan dengan sirosis hati ringan atau hepatitis sirosis ringan. Gangguan
endokrin adalah gangguan di dalam tubuh yang menyebabkan tubuh mengalami gangguan
ketika mengeluarkan hormon estrogen. Jika hormon estrogen menurun, hormon yang
dominan di dalam tubuh adalah hormon testosteron. Sehingga hormon itu akan menekan
hormon estrogen sehingga menyebabkan gangguan endokrin.

12.Gastrointestinal

Gangguan ini merupakan gangguan yang menyebabkan penyerapan lemak di dalam tubuh.
Penyerapan lemak yang berkurang dan menurun bisa menyebabkan penderita sirosis hati
mengalami diare, pembengkakan dan berbagai macam gangguan lainnya.

13.Anemia

Sirosis hati yang sampai menimbulkan pendarahan bisa menyebabkan penderitanya terkena
anemia. Hal itu disebabkan penderita sirosis hati mengalami banyak zat besi yang keluar
bersama dengan pendarahan yang dialaminya.

14.Pendarahan Gusi

Untuk stadium lanjut, sirosis kronis bisa menyebabkan pendarahan di gusi. Hal itu
dikarenakan pembekuan darah pada penderita sirosis mengalami gangguan, pembuluh darah
di bagian gusi juga mengalami gangguan.

15.Menstruasi Ekstrem

Pada wanita yang mengalami sirosis akan mengalami menstruasi yang ektrem. Hal itu
dikarenakan pembekuan darah menjadi terganggu dan menstruasi yang dialami penderita
sirosis itu mengalami pendarahan di dalam rahimnya.

16.Ascites

Sirosis hati kronis juga akan menimbulkan gejala ascites, distensi perut dan dinding perut
menjadi tegang.
17.Esofagus Varises

Gejala yang paling mengerikan dari penyakit sirosis ini adalah adanya esofagus varises.
Esofagus itu adalah gejala pecahnya dinding pembuluh darah pada penderita sirosis kronis
sehingga penderita tersebut mengalami pendarahan gastrointestinal.

18.Muntah Darah

Penderita sirosis hati akan mengalami muntah darah berupa darah merah segar bersamaan
dengan gumpalan-gumpalan darah merah. Hal itu disebabkan oleh pendarahan dan gangguan
pencernaan yang dialami oleh penderita sirosis hati. Muntah darah tersebut juga merupakan
akibat dari kandungan asam pada darah.

19.Feses Hitam

Perubahan feses pun akan dialami oleh penderita sirosis. Penyebabnya adalah feses dari
penderita sirosis bercampur dengan bakteri. Bakteri itulah yang mengubah warna berubah
menjadi hitam.

20.Hilang Kesadaran

Salah satu hal yang menjadi tanda atau gejala sirosis hati adalah sering mengalami pingsan.
Penyebabnya adalah penderita sirosis akan mengalami tekanan darah yang akan menurun
drastis. Penderita sirosis hati juga memiliki tekanan darah rendah. Darah rendahtersebutlah
yang menyebabkan penderita sirosis hati akan mudah pingsan.

E.PATOFISIOLOGI

Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian, kejadian tersebut dapat terjadi
dalam waktu yang singkat atau dalam keadaan yang kronis atau perlukaan hati yang terus
menerus yang terjadi pada peminum alcohol aktif. Hati kemudian merespon kerusakan sel
tersebut dengan membentuk ekstraselular matriks yang mengandung kolagen,
glikoprotein, dan proteoglikans. Sel stellata berperan dalam membentuk ekstraselular matriks
ini. Pada cedera yang akut sel stellata membentuk kembali ekstraselular matriks ini sehingga
ditemukan pembengkakan pada hati. Namun, ada beberapa parakrine faktor yang
menyebabkan sel stellata menjadi sel penghasil kolagen. Faktor parakrine ini mungkin
dilepaskan oleh hepatocytes, sel Kupffer, dan endotel sinusoid sebagai respon terhadap
cedera berkepanjangan. Sebagai contoh peningkatan kadar sitokin transforming growth facto
beta 1 (TGF-beta1) ditemukan pada pasien dengan Hepatitis C kronis dan pasien sirosis.
TGF-beta1 kemudian mengaktivasi sel stellata untuk memproduksi kolagen tipe 1 dan pada
akhirnya ukuran hati menyusut.Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan
berkurangnya ukuran dari fenestra endotel hepatic menyebabkan kapilerisasi (ukuran pori
seperti endotel kapiler) dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolagen mengalami
kontraksi yang cukup besar untuk menekan daerah perisinusoidal Adanya kapilarisasi dan
kontraktilitas sel stellata inilah yang menyebabkan penekanan pada banyak vena di hati
sehingga mengganggu proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya sel hati
mati, kematian hepatocytes dalam jumlah yang besar akan menyebabkan banyaknya fungsi
hati yang rusak sehingga menyebabkan banyak gejala klinis. Kompresi dari vena pada hati
akan dapat menyebabkan hipertensi portal yang merupakan keadaan utama penyebab
terjadinya manifestasi klinis.

F.Pelatanaksanaan Laboratorium

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada darah dijumpai HB rendah, trombositopenia, anemia normokrom nomosister,
hipokrom mikrosister/hipokrom makrosister.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat
ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat
kebocoran dari sel yang rusak.
c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin
yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.
d. Elektrolit menurun
e. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg, HcvRNA, untuk
menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) penting dalam
menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah keganasan.
2. Pemeriksaan Penunjang
Biopsi: untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit
Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esophagus untuk
konfirmasi hipertensi portal.
Esofagoskopi : dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis hati/hipertensi
portal.
Ultrasonografi : untuk melihat permukaan hati dan pembesarannya, asites, pelebaran
saluran empedu, vena hepatica, vena porta
Angigrafi melihat sirkulasi portal

G.Pengobatan dan Pencegahan

1. Pengobatan Sirosis Hepatis

Secara umum, kerusakan sel-sel hati tidak dapat direhabilitasi. Tujuan pengobatan adalah
mencegah pembentukan jaringan parut hati lebih lanjut, atau memperlambat kerusakan sel-sel
hati. Sirosis cenderung semakin memburuk jika penyebab yang mendasari tetap ada. Oleh
karena itu perlu upaya untuk memperlambat atau menghentikan penyebab sirosis, misalnya:

Tidak minum alkohol jika alkohol adalah penyebabnya.


Pengobatan untuk mengendalikan virus hepatitis.
Steroid atau obat penekan kekebalan lainnya untuk mengobati penyakit autoimun
menyebabkan kerusakan hati.
Penghapusan kelebihan zat besi yang terjadi pada hemokromatosis.
Berbagai pengobatan mungkin disarankan, tergantung pada tingkat keparahan sirosis dan
gejala yang berkembang, antara lain:

Diet rendah natrium atau diuretik untuk mengurangi cairan yang terakumulasi dalam
tubuh.
Obat untuk mengurangi gatal.
Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi hipertensi portal.
Pengurangan cairan yang menumpuk di perut (ascites).
Bila pasien mengalami perdarahan usus sehingga muntah darah, atau mengeluarkan darah
melalui tinja, atau tinja menjadi hitam, dokter mungkin akan segera melakukan tindakan
untuk mengatasinya. Berbagai teknik bedah dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan
dan mengurangi risikonya lebih lanjut.

Dalam kasus yang parah di mana jaringan parut meluas dan hati nyaris tidak bisa berfungsi,
maka transplantasi hati mungkin adalah satu-satunya pilihan.

Sirosis tidak bisa disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan adalah untuk menghambat
perkembangan penyebab dasar yang mengakibatkan munculnya sirosis sejak awal. Selain itu,
pengobatan dilakukan untuk memperlambat kerusakan jaringan hati, serta menangani gejala
dan juga komplikasi yang muncul akibat sirosis.

Misalnya dengan mengonsumsi obat antivirus untuk mengatasi hepatitis C akan membantu
mencegah sirosis bertambah parah. Kemudian Anda akan diminta untuk mengurangi atau
menghentikan konsumsi minuman keras, serta menurunkan berat badan jika Anda mengalami
obesitas.

Jaringan rusak akibat sirosis bisa menyebabkan fungsi hati berhenti jika sudah memasuki
tahapan lanjutan. Pada kondisi ini, satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan adalah dengan
melakukan transplantasi hati.

Pencegahan sirosis yang disebabkan oleh konsumsi minuman keras yang berlebihan dapat
dilakukan dengan membatasi diri dalam mengonsumsi minuman yang beralkohol. Berikut ini
beberapa standar ukuran konsumsi minuman keras.

2. Pencegahan Sirosis Hati

Empat Cara Mencegah Sirosis Hati. Sirosis hati adalah salah satu jenis penyakit yang sangat
berbahaya dan menyebabkan penderitanya mengalami sakit yang luar biasa. Pada kesempatan
ini akan diulas mengenai bebeberapa cara mencegah sirosis hati. Adapun cara yang bisa
dilakukan :

Menjaga kebersihan
Siapapun memang harus menjaga kebersihan, baik diri maupun lingkungan.
Mengapa? Karena kebersihan adalah salah satu cara yang tepat untuk menghindarkan
berbagai macam virus yang bisa menyerang tubuh.
Hindari penularan hepatitis
Salah satu cara mencegah terjadinya sirosis hati adalah dengan melakukan metode
pencegahan penularan virus hepatitis. Cara yang bisa anda lakukan adalah dengan
tidak menggunakan peralatan makan ataupun minum yang sama dengan penderita
hepatitis. Hal ini karena virus hepatitis bisa menular melalui peralatan makan. Selain
itu, hindari juga melakukan hubungan seksual dengan orang yang menderita hepatitis.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan vaksin hepatitis sehingga
anda bisa terhidar dari penyakit hepatitis dan juga sirosis hati.
Hindari konsumsi alkohol
Siapapun pasti tahu bahwa alkohol adalah minuman yang harus dihindari karena
dapat merusak segala fungsi organ tubuh. Dengan menghindari konsumsi alkohol,
maka penyakit sirosis hati bisa dicegah.
Hati-hati dalam mendonor darah
Anda harus memperhatikan apakah darah donor tercemar virus hepatitis atau tidak.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada klien dengan chirrosis hepatis dilakukan mulai dari pengumpulan data
yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji
pada klien degan chirrosis hepatis :
1. Aktivitas dan istirahat :
kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letargi, penurunan massa otot/tonus.
2. Sirkulasi
Riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit jantung, reumatik,
kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), Distrimia, bunyi jantung ekstra (S3,
S4).
3. Eliminasi
Flatus, Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan atau tidak
ada bising usus, Feces warna tanah liat, melena, urin gelap, pekat.
4. Nutrisi
Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat menerima, Mual, muntah,
Penurunan berat badan atau peningkatan cairan penggunaan jaringan, Edema umum
pada jaringan, Kulit kering,Turgor buruk, Ikterik, angioma spider, Nafas berbau/fetor
hepatikus, perdarahan gusi.
5. Neurosensori
Orang terdekat dapat melaporkan perubahan keperibadian, penurunan mental,
perubahan mental, bingung halusinasi, koma bicara lambat/tak jelas.
6. Nyeri
Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran atas, Pruritus, Neuritis Perifer, Perilaku berhati-
hati/distraksi, Fokus pada diri sendiri.
7. Respirasi
Dispnea Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, Ekspansi paru terbatas
(asites), Hipoksia.
8. Keamanan
Pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik, ekimosis, petekia.
Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar.
9. Seksualitas
Gangguan menstruasi/impoten, Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada,
bawah lengan, pubis).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan
2. Perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada
sirosis
3. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imunologi yang
terganggu
5. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
6. Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme
pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.
7. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar serta
nyeri tekan dan asites)
8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
9. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati dan
peningkatan kadar ammonia
10. Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan
toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.

C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan NOC NIC Rasional
Intoleransi Tujuan: 1. Tawarkan diet tinggi 1. 1.Memberikan kalori
aktivitas Peningkatan energi kalori, tinggi protein bagi tenaga dan protein
berhubungan dan partisipasi (TKTP). bagi proses
dengan dalam aktivitas. 2. Berikan suplemen vitamin penyembuhan.
kelelahan dan Kriteria Hasil: (A, B kompleks, C dan K) 2. 2. Memberikan
penurunan - Melaporkan 3. Motivasi pasien untuk nutrien tambahan.
berat badan peningkatan melakukan latihan yang 3. 3. Menghemat tenaga
kekuatan dan diselingi istirahat pasien sambil
kesehatan pasien. 4. Motivasi dan bantu pasien mendorong pasien
-Merencanakan untuk melakukan latihan untuk melakukan
aktivitas untuk dengan periode waktu latihan dalam batas
memberikan yang ditingkatkan secara toleransi pasien.
kesempatan bertahap. 4. 4.Memperbaiki
istirahat yang perasaan sehat secara
cukup. umum dan percaya diri
- Meningkatkan
aktivitas dan latihan
bersamaan dengan
bertambahnya
kekuatan.
-Memperlihatkan
asupan nutrien yang
adekuat dan
menghilangkan
alkohol dari diet.
1. 1.
Perubahan Tujuan: 1.catat suhu tubuh secara 1.Memberikan dasar
suhu tubuh: Pemeliharaan suhu teratur. untuk deteksi hati dan
hipertermia tubuh yang normal 2. 2. Motivasi asupan cairan evaluasi intervensi.
berhubungan Kriteria Hasil: 3. 3. Lakukan kompres 2. 2. Memperbaiki
dengan proses - Melaporkan suhu dingin atau kan.tong es kehilangan cairan
inflamasi pada tubuh yang normal untuk menurunkan akibat perspirasi serta
sirosis dan tidak kenaikan suhu tubuh. febris dan
terdapatnya gejala 4. 4. Berikan antibiotik meningkatkan tingkat
menggigil atau seperti yang diresepkan. kenyamanan pasien.
perspirasi. 5. 5. Hindari kontak dengan 3. 3.Menurunkan panas
- Memperlihatkan infeksi. melalui proses
asupan cairan yang 6. 6. Jaga agar pasien dapat konduksi serta
adekuat. beristirahat sementara evaporasi, dan
suhu tubuhnya tinggi. meningkatkan tingkat
kenyaman pasien.
4. 4. Meningkatkan
konsentrasi antibiotik
serum yang tepat untuk
mengatasi infeksi.
5. 5. Meminimalkan
resiko peningkatan
infeksi, suhu tubuh
serta laju metabolik.
6. 6. Mengurangi laju
metabolik.
Gangguan Tujuan: 1. 1.Batasi natrium seperti 1. 1.Meminimalkan
integritas kulit Memperbaiki yang diresepkan. pembentukan edema.
yang integritas kulit dan 2. 2.Berikan perhatian dan 2. Jaringan dan kulit
berhubungan proteksi jaringan perawatan yang cermat yang edematus
dengan yang mengalami pada kulit. mengganggu suplai
pembentukan edema. 3. 3.Balik dan ubah posisi nutrien dan sangat
edema. Kriteria Hasil: pasien dengan sering. rentan terhadap
Memperlihatkan4. 4. Timbang berat badan tekanan serta trauma.
turgor kulit yang dan catat asupan serta 3. 2.Meminimalkan
normal pada haluaran cairan setiap hari. tekanan yang lama dan
ekstremitas dan 5. 5. Lakukan latihan gerak meningkatkan
batang tubun. secara pasif, tinggikan mobilisasi edema.
Tidak ekstremitas edematus. 4. 3. Memungkinkan
memperlihatkan 6. 6. Letakkan bantalan busa perkiraan status cairan
luka pada kulit. yang kecil dibawah tumit, dan pemantauan
Memperlihatkan maleolus dan tonjolan terhadap adanya retensi
jaringan yang tulang lainnya. serta kehilangan cairan
normal tanpa gejala dengan cara yang
eritema, perubahan paling baik.
warna atau 5. 4. Meningkatkan
peningkatan suhu di mobilisasi edema.
daerah tonjolan 6. 5.Melindungi tonjolan
tulang. tulang dan
Mengubah posisi meminimalkan trauma
dengan sering. jika dilakukan dengan
benar.
Gangguan Tujuan: 1. 1. Observasi dan catat 1.1. Memberikan dasar
integritas kulit Memperbaiki derajat ikterus pada kulit untuk deteksi
berhubungan integritas kulit dan dan sklera. perubahan dan evaluasi
dengan ikterus meminimalkan 2. 2. Lakukan perawatan intervensi.
dan status iritasi kulit yang sering pada kulit, 2. 2. Mencegah
imunologi Kriteria Hasil: mandi tanpa menggunakan kekeringan kulit dan
yang Memperlihatkan sabun dan melakukan meminimalkan
terganggu kulit yang utuh masase dengan losion pruritus.
tanpa terlihat luka pelembut (emolien). 3. 3. Mencegah
atau infeksi. 3. 3.Jaga agar kuku pasien ekskoriasi kulit akibat
Melaporkan tidak selalu pendek. garukan.
adanya pruritus.
Memperlihatkan
pengurangan gejala
ikterus pada kulit
dan sklera.
Menggunakan
emolien dan
menghindari
pemakaian sabun
dalam menjaga
higiene sehari-hari.
Perubahan Tujuan: Perbaikan 1.1. Motivasi pasien untuk 1. 1. Motivasi sangat
status nutrisi, status nutrisi makan makanan dan penting bagi penderita
kurang dari Kriteria Hasil: suplemen makanan. anoreksia dan
kebutuhan Memperlihatkan 2. 2. Tawarkan makan gangguan
tubuh asupan makanan makanan dengan porsi gastrointestinal.
berhubungan yang tinggi kalori, sedikit tapi sering. 2. 2.Makanan dengan
dengan tinggi protein 3. 3. Hidangkan makanan porsi kecil dan sering
anoreksia dan dengan jumlah yang menimbulkan selera lebih ditolerir oleh
gangguan memadai. dan menarik dalam penderita anoreksia.
gastrointestinal Mengenali penyajiannya. 3.3. Meningkatkan selera
. makanan dan 4. 4. Pantang alkohol. makan dan rasa sehat.
minuman yang 5. 5. Pelihara higiene oral 4.4. Menghilangkan
bergizi dan sebelum makan. makanan dengan
diperbolehkan 6. 6. Pasang ice collar untuk kalori kosong dan
dalam diet. mengatasi mual. menghindari iritasi
Bertambah berat 7. 7. Berikan obat yang lambung oleh alkohol.
tanpa diresepkan untuk 5. 5. Mengurangi citarasa
memperlihatkan mengatasi mual, muntah, yang tidak enak dan
penambahan edema diare atau konstipasi. merangsang selera
dan pembentukan 8. 8. Motivasi peningkatan makan.
asites. asupan cairan dan latihan 6. 6. Dapat mengurangi
Mengenali dasar jika pasien melaporkan frekuensi mual.
pemikiran mengapa konstipasi. 7. 7. Mengurangi gejala
pasien harus makan 9. 9. Amati gejala yang gastrointestinal dan
sedikit-sedikit tapi membuktikan adanya perasaan tidak enak
sering. perdarahan pada perut yang
Melaporkan gastrointestinal. mengurangi selera
peningkatan selera makan dan keinginan
makan dan rasa terhadap makanan.
sehat. 8. 8. Meningkatkan pola
Menyisihkan defekasi yang normal
alkohol dari dalam dan mengurangi rasa
diet. tidakenak serta distensi
Turut serta dalam pada abdomen.
upaya memelihara 9. 9. Mendeteksi
higiene oral komplikasi
sebelum makan dan gastrointestinal yang
menghadapi mual. serius.
Menggunakna
obat kelainan
gastrointestinal
seperti yang
diresepkan.
Melaporkan
fungsi
gastrointestinal
yang normal
dengan defekasi
yang teratur.
Mengenali gejala
yang dapat
dilaporkan: melena,
pendarahan yang
nyata.
1 1. 1.
Resiko cedera Tujuan: Me 1. Kemungkinkan
berhubungan Pengurangan resiko 1. Amati setiap feses yang deteksi perdarahan
dengan cedera dieksresikan untuk dalam traktus
memeriksa warna,
hipertensi Kriteria Hasil: gastrointestinal.
konsistensi dan jumlahnya.
portal, Tidak 2. 2. Dapat
2. 2. Waspadai gejala
perubahan memperlihatkan ansietas, rasa penuh pada menunjukkan tanda-
mekanisme adanya perdarahan epigastrium, kelemahan tanda dini perdarahan
dan kegelisahan.
pembekuan yang nyata dari dan syok.
3. 3. Periksa setiap feses
dan gangguan traktus dan muntahan untuk 3. 3. Mendeteksi tanda
dalam proses gastrointestinal. mendeteksi darah yang dini yang
tersembunyi.
detoksifikasi Tidak 4. 4. Amati manifestasi membuktikan adanya
obat. memperlihatkan hemoragi: ekimosis, perdarahan.
epitaksis, petekie dan
adanya kegelisahan, 4. 4. Menunjukkan
perdarahan gusi.
rasa penuh pada 5. 5. Catat tanda-tanda vital perubahan pada
epigastrium dan dengan interval waktu mekanisme pembekuan
tertentu.
indikator lain yang6. 6. Jaga agar pasien darah.
menunjukkan tenang dan membatasi 5. 5. Memberikan dasar
aktivitasnya.
hemoragi serta 7. 7. Bantu dokter dalam dan bukti adanya
syok. memasang kateter untuk hipovolemia dan syok.
tamponade balon esofagus.
Memperlihatkan 6. 6. Meminimalkan
8. 8. Lakukan observasi
hasil pemeriksaan selama transfusi darah resiko perdarahan dan
yang negatif untuk dilaksanakan. mengejan.
9. 9. Ukur dan catat sifat,
perdarahan waktu serta jumlah 7. 7. Memudahkan
tersembunyi muntahan. insersi kateter
10. 10. Pertahankan pasien
gastrointestinal. kontraumatik untuk
dalam keadaan puasa jika
Bebas dari daerah- diperlukan. mengatasi perdarahan
daerah yang 11. 11. Berikan vitamin K dengan segera pada
seperti yang diresepkan.
mengalami 12. 12. Dampingi pasien pasien yang cemas dan
ekimosis atau secara terus menerus melawan.
selama episode
pembentukan 8. 8. Memungkinkan
perdarahan.
hematom. 13. 13. Tawarkan minuman deteksi reaksi transfusi
Memperlihatkan dingin lewat mulut ketika (resiko ini akan
perdarahan teratasi (bila
tanda-tanda vital diinstruksikan). meningkat dengan
14. 14. Lakukan tindakan
yang normal. untuk mencegah trauma : pelaksanaan lebih dari
Mempertahankan a. a. Mempertahankan satu kali transfusi yang
lingkungan yang aman.
istirahat dalam b. b. Mendorong pasien untuk diperlukan untuk
keadaan tenang membuang ingus secara mengatasi perdarahan
perlahan-lahan.
ketika terjadi c. c. Menyediakan sikat gigi aktif dari varises
perdarahan aktif. yang lunak dan esofagus)
menghindari penggunaan
Mengenali 9. 9. Membantu
tusuk gigi.
rasional untuk d. d. Mendorong konsumsi mengevaluasi taraf
melakukan transfusi makanan dengan perdarahan dan
kandungan vitamin C yang
darah dan tindakan tinggi. kehilangan darah.
guna mengatasi e. e. Melakukan kompres 10. 10. Mengurangi resiko
dingin jika diperlukan.
perdarahan. aspirasi isi lambung
f. f. Mencatat lokasi tempat
Melakukan perdarahan. dan meminimalkan
tindakan untuk g. g. Menggunakan jarum resiko trauma lebih
kecil ketika melakukan
mencegah trauma penyuntikan. lanjut pada esofagus
(misalnya, 15. 15. Berikan obat dengan dan lambung.
hati-hati; pantau efek
menggunakan sikat 11. 11. Meningkatkan
samping pemberian obat.
gigi yang lunak, pembekuan dengan
membuang ingus memberikan vitamin
secara perlahan- . larut lemak yang
lahan, menghindari4. diperlukan untuk
terbentur serta mekanisme pembekuan
terjatuh, darah.
menghindari 12. 12. Menenangkan
mengejan pada saat pasien yang merasa
defekasi). cemas dan
Tidak mengalami memungkinkan
efek samping pemantauan serta
pemberian obat. deteksi terhadap
Menggunakan kebutuhan pasien
semua obat seperti selanjutnya.
yang diresepkan. 13. 13.Mengurangi resiko
Mengenali perdarahan lebih lanjut
rasional untuk dengan meningkatkan
melakukan tindakan vasokontriksi
penjagaan dengan pembuluh darah
menggunakan esofagus dan lambung.
semua obat. 14. 14. Meningkatkan
keamanan pasien.
a. 15. Mengurangi resiko
trauma dan perdarahan
dengan menghindari
cedera, terjatuh,
terpotong, dll.
b. 16. Mengurangi resiko
epistaksis sekunder
akibat trauma dan
penurunan pembekuan
darah.
c. 17. Mencegah trauma
pada mukosa oral
sementara higiene oral
yang baik ditingkatkan.
d.18. Meningkatkan
proses penyembuhan
e. 19. Mengurangi
perdarahan ke dalam
jaringan dengan
meningkatkan
vasokontriksi lokal.
f. 20. Memungkinkan
deteksi tempat
perdarahan yang baru
dan pemantauan
tempat perdarahan
sebelumnya.
g. 21. Meminimalkan
perambesan dan
kehilangan darah
akibat penyuntikan
yang berkali-kali.
15. 22. Mengurangi resiko
efek samping yang
terjadi sekunder karena
ketidakmampuan hati
yang rusak untuk
melakukan
detoksifikasi
(memetabolisasi) obat
secara normal.
Nyeri kronis Tujuan: 1. 1. Pertahankan tirah 1. 1. Mengurangi
berhubungan Peningkatan rasa baring ketika pasien kebutuhan metabolik
dengan agen kenyamanan mengalami gangguan rasa dan melindungi hati.
injuri biologi Kriteria Hasil: nyaman pada abdomen. 2. 2. Mengurangi
(hati yang - Mempertahankan 2. 2. Berikan antipasmodik iritabilitas traktus
membesar tirah baring dan dan sedatif seperti yang gastrointestinal dan
serta nyeri mengurangi diresepkan. nyeri serta gangguan
tekan dan aktivitas ketika 3. 3. Kurangi asupan rasa nyaman pada
asites) nyeri terasa. natrium dan cairan jika abdomen.
-Menggunakan diinstruksikan. 3. 3. Memberikan dasar
antipasmodik dan untuk mendeteksi lebih
sedatif sesuai lanjut kemunduran
indikasi dan resep keadaan pasien dan
yang diberikan. untuk mengevaluasi
-Melaporkan intervensi.
pengurangan rasa 4. 4. Meminimalkan
nyeri dan gangguan pembentukan asites
rasa nyaman pada lebih lanjut.
abdomen.
-Melaporkan rasa
nyeri dan gangguan
rasa nyaman jika
terasa.
-Mengurangi
asupan natrium dan
cairan sesuai
kebutuhan hingga
tingkat yang
diinstruksikan
untuk mengatasi
asites.
- Merasakan
pengurangan rasa
nyeri.
-Memperlihatkan
pengurangan rasa
nyeri.
- Memperlihatkan
pengurangan
lingkar perut dan
perubahan berat
badan yang sesuai.
Kelebihan Tujuan: Pemulihan 1. 1. Batasi asupan natrium1. 1. Meminimalkan
volume cairan kepada volume dan cairan jika pembentukan asites
berhubungan cairan yang normal diinstruksikan. dan edema.
dengan asites Kriteria Hasil: 2. 2. Berikan diuretik, 2. 2. Meningkatkan
dan -Mengikuti diet suplemen kalium dan ekskresi cairan lewat
pembentukan rendah natrium dan protein seperti yang ginjal dan
edema. pembatasan cairan dipreskripsikan. mempertahankan
seperti yang 3. 3. Catat asupan dan keseimbangan cairan
diinstruksikan. haluaran cairan. serta elektrolit yang
-Menggunakan 4. 4. Ukur dan catat lingkar normal.
diuretik, suplemen perut setiap hari. 3. 3. Menilai efektivitas
kalium dan protein 5. 5. Jelaskan rasional terapi dan kecukupan
sesuai indikasi pembatasan natrium dan asupan cairan.
tanpa mengalami cairan. 4. 4. Memantau
efek samping. perubahan pada
- Memperlihatkan pembentukan asites
peningkatan dan penumpukan
haluaran urine. cairan.
-Memperlihatkan 5. 5. Meningkatkan
pengecilan lingkar pemahaman dan
perut. kerjasama pasien
- Mengidentifikasi dalam menjalani dan
rasional pembatasan melaksanakan
natrium dan cairan. pembatasan cairan.

Perubahan Tujuan: Perbaikan 1. 1. Batasi protein makanan 1. 1. Mengurangi sumber


proses berpikir status mental seperti yang diresepkan. amonia (makanan
berhubungan Kriteria Hasil: 2. 2. Berikan makanan sumber protein).
dengan -Memperlihatkan sumber karbohidrat dalam2. 2. Meningkatkan
kemunduran perbaikan status porsi kecil tapi sering. asupan karbohidrat
fungsi hati dan mental. 3. 3. Berikan perlindungan yang adekuat untuk
peningkatan -Memperlihatkan terhadap infeksi. memenuhi kebutuhan
kadar amonia. kadar amonia serum4. 4. Pertahankan energi dan
dalam batas-batas lingkungan agar tetap mempertahankan
yang normal. hangat dan bebas dari protein terhadap proses
- Memiliki orientasi angin. pemecahannya untuk
terhadap waktu, 5. 5. Pasang bantalan pada menghasilkan tenaga.
tempat dan orang. penghalang di samping 3. 3. Memperkecil
-Melaporkan pola tempat tidur. resiko terjadinya
tidur yang normal. 6. 6. Batasi pengunjung. peningkatan kebutuhan
Menunjukkan 7. 7. Lakukan pengawasan metabolik lebih lanjut.
perhatian terhadap keperawatan yang cermat 4. 4. Meminimalkan
kejadian dan untuk memastikan gejala menggigil
aktivitas di keamanan pasien. karena akan
lingkungannya. 8. 8. Hindari pemakaian meningkatkan
- Memperlihatkan preparat opiat dan kebutuhan metabolik.
rentang perhatian barbiturat. 5. 5. Memberikan
yang normal. 9. 9. Bangunkan dengan perlindungan kepada
Mengikuti dan interval. pasien jika terjadi
turut serta dalam koma hepatik dan
percakapan secara serangan kejang.
tepat. 6. 6. Meminimalkan
Melaporkan aktivitas pasien dan
kontinensia fekal kebutuhan
dan urin. metaboliknya.
Tidak 7. 7. Melakukan
mengalami kejang. pemantauan ketat
terhadap gejala yang
baru terjadi dan
meminimalkan trauma
pada pasien yang
mengalami gejala
konfusi.
8. 8. Mencegah
penyamaran gejala
koma hepatik dan
mencegah overdosis
obat yang terjadi
sekunder akibat
penurunan kemampuan
hati yang rusak untuk
memetabolisme
preparat narkotik dan
barbiturat.
9. 9. Memberikan
stimulasi kepada
pasien dan kesempatan
untuk mengamati
tingkat kesadaran
pasien.
Pola napas Tujuan: Perbaikan 1. 1. Tinggalkan bagian 1. 1. Mengurangi
yang tidak status pernapasan kepala tempat tidur. tekanan abdominal
efektif KriteriaHasil: 2. 2. Hemat tenaga pasien. pada diafragma dan
berhubungan -Mengalami 3. 3. Ubah posisi dengan memungkinkan
dengan asites perbaikan status interval. pengembangan toraks
dan restriksi pernapasan. 4. 4. Bantu pasien dalam dan ekspansi paru yang
pengembangan - Melaporkan menjalani parasentesis maksimal.
toraks akibat pengurangan gejala atau torakosentesis. 2. 2. Mengurangi
aistes, distensi sesak napas. a. 5. Berikan dukungan dan kebutuhan metabolik
abdomen serta -Melaporkan pertahankan posisi selama dan oksigen pasien.
adanya cairan peningkatan tenaga menjalani prosedur. 3. 3. Meningkatkan
dalam rongga dan rasa sehat. b. 6. Mencatat jumlah dan ekspansi
toraks -Memperlihatkan sifat cairan yang (pengembangan) dan
frekuensi respirasi diaspirasi. oksigenasi pada semua
yang normal (12- c. 7. Melakukan observasi bagian paru).
18/menit) tanpa terhadap bukti terjadinya 4. 4. Parasentesis dan
terdengarnya suara batuk, peningkatan dispnu torakosentesis (yang
pernapasan atau frekuensi denyut nadi. dilakukan untuk
tambahan. mengeluarkan cairan
- Memperlihatkan dari rongga toraks)
pengembangan merupakan tindakan
toraks yang penuh yang menakutkan bagi
tanpa gejala pasien.
pernapasan 5. Bantu pasien agar
dangkal. bekerja sama dalam
- Memperlihatkan menjalani prosedur ini
gas darah yang dengan meminimalkan
normal. resiko dan gangguan
Tidak rasa nyaman.
mengalami gejala a. 6. Menghasilkan
konfusi atau catatan tentang cairan
sianosis. yang dikeluarkan dan
indikasi keterbatasan
pengembangan paru
oleh cairan.
b. 7. Menunjukkan
iritasi rongga pleura
dan bukti adanya
gangguan fungsi
respirasi oleh
pneumotoraks atau
hemotoraks
(penumpukan udara
atau darah dalam
rongga pleura).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Sirosis hati merupakan penyebab kematian (setelah penyakit kardiovaskuler dan
kanker). Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan
dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30
59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 49 tahun.
Sirosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel
sel hati sehingga susunan parenkim hati terganggu (rusak). Etiologi penyakit Sirosis hepatis
belum diketahui secara jelas, namun terdapat factor predisposisi yakni diantaranya pasien
dengan riwayat penyakit hepatitis, alkoholik, malnutrisi, dll. Untuk menegakkan diagnosa
sirosis hepatis dapat diperoleh dari gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
baik pemeriksaan darah maupun pemeriksaan radiologis, pemeriksaan USG, dan pemeriksaan
CT scan. Pnatalaksanaan Sirosis hepatis tergantung kondisi, komplikasi, dan prognosisnya.

Saran
1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam berbagai ilmu
pada proses pembelajaran.
2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis
hepatis dan komplikasinya
3.Bagi pembaca semua, diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada pasien dengan sirosis hepatis dan komplikasinya
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999).


Hudak, Gallo.(1992). Keperawatan Kritis.Jakarta: Penerbit ECC
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2006, Nursing Interventions Classification
(NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Lestari. (2009). Jurnal Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis, FKUI, Jakarta
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002, NANDA
Setiya, Yulis. (2010). Handout Materi Sirosis Hepatis.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2.
(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

You might also like