You are on page 1of 85

Program Dokter

nternsip
PUSKESMAS, RANGKASBITUNG
Periode Juni s/d Oktober 2016

Laporan Kegiatan Mini Project


GERAKAN JAMBAN SEHAT

Oleh :

Pembimbing :
dr. Dini Kuswiandri

PUSKESMAS
RANGKASBITUNG

0
LEBAK, BANTEN
2016
LAPORAN KEGIATAN MINIPROJECT
GERAKAN JAMBAN SEHAT
Di Dusun Bahbul Di Desa Cimangenteung, Kecamatan Rangkasbitung ,Kota
Rangkasbitung Kabupaten Lebak
Oleh : dr. Internsip

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitasnya yang masih tinggi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), Studi Mortalitas Dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke
tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian
balita di Indonesia. Angka cakupan penderita diare tahun 2015 di
Kecamatan Rangkasbitung sebesar 52%. Berdasarkan data 10 penyakit
terbanyak Puskesmas Pembantu Cimangenteung Kecamatan
Rangkasbitung Kabupaten Lebak tahun 2015, penyakit diare termasuk
dalam urutan ke-7 dengan angka kejadian diare terbanyak terdapat pada
dusun Cilukut sebesar 54%.
Pencegahan penyakit diare salah satunya adalah tatalaksasna
perilaku hidup bersih dan sehat meliputi sanitasi. Tantangan pembangunan
sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk
yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke
badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan
higienis lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi nasional sanitasi
total berbasis masyarakat untuk merubah perilaku hygienis dan

1
peningkatan akses sanitasi. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah
dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun
2015, yaitu salah satunya menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang
ataupunmasyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu lingkungan 45%,
perilaku 30%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.Status
kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara
bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Lingkungan mempunyai
pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan hasil studi WHO 2007, intervensi melalui modifikasi
lingkungan dapat menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%.
Modifikasi lingkungan tersebut termasuk cuci tangan pakai sabun
menurunkan risiko sebesar 45%, pengolahan air minum tingkat rumah
tangga menurunkan risiko sebesar 39%, pemanfaatan jamban menurunkan
risiko 32%, dan penyediaan air bersih yang menurunkan risiko 25%.3Hal
ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan
wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya
melalui cakupan pengawasan sarana jamban yang merupakan sanitasi
dasar.
Dari data yang ada menunjukkan bahwa kondisi kesehatan
lingkungan di kabupaten lebak tahun 2015 menunjukkan akses masyarakat
terhadap air bersih baru mencapai : 80,77% dan akses masyarakat terhadap
sarana sanitasi (jamban) baru mencapai : 67,18%, Angka cakupan akses
jamban keluarga pada kabupaten lebak tahun 2011 sebesar 44,96%, tahun
2012 sebesar 45,11%, tahun 2013 sebesar 48,69%, tahun 2014 sebesar
50,77%, dan tahun 2015 sebesar 67,18%, terjadi peningkatan dari 2011
sampai dengan 2015.
Angka cakupan akses jamban keluarga di kecamatan rangkas
bitung sebesar 76,49%. Sedangkan cakupan jamban keluarga di kecamatan
rangkas bitung sebesar 52,69%. Pada daerah rangkas sendiri cakupan
jamban sehat per KK di dusun Bahbul desa Cimangenteng sebesar 37,5%

2
sedangkan cakupan jamban sehat per jiwa sebesar 38,67%. Hal ini
menunjukkan kepemilikan jamban masih sangat rendah. Untuk itu, perlu
dilakukan suatu intervensi terhadap masyarakat di dusun tersebut agar
tujuan program ODF (Open Defecation Free) di Dusun Bahbul dapat
tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang
tempat
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat dan cara
cuci tangan yang benar
3. Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

1.3 Tujuan Umum


1. Menuju masyarakat ODF (Open Defecation Free) di dusun Bahbul
desa Cimangenteung kecamatan Rangkasbitung.

Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang
tempat
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat dan
cara cuci tangan yang benar
3. Meningkatkan kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat
4. Memberikan gambaran pembuatan jamban sehat keluarga serta
estimasi biaya pembuatan jamban sehat
5. Mengajarkan metode cuci tangan yang benar.

1.4 Manfaat
1. Meningkatkan kebersihan lignkungan
2. Memutus mata rantai penyebaran penyakit yang terkait dengan
sanitasi
3. Sebagai landasan menuju ODF (Open Defecation Free)
Bab III
Tinjauan Pustaka

3
1. Diare
1. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) yang mengalami
perubahan pada konsistensi dan atau frekuensi. Perubahan konsistensi
yang dimaksud adalah peningkatan kandungan air dalam feses, yaitu
lebih dari 10 ml/kgBB/hari (pada anak) atau lebih dari 200 ml/hari (pada
dewasa) (DEPKES RI, 1999). Pada bayi yang minum ASI sering
frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini masih
bersifat fisiologis atau normal.Selama berat badan bayi meningkat
normal maka tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa
sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna (IDAI,
2011).

2. Epidemiologi
Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare
merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%.
Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab
kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Penyebab kematian
bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan
pneumonia (23,8%). Demikian pula penyebab kematian anak balita (usia
12-59 bulan) terbanyak adalah diare (25,2%) dan pnemonia (15,5%)
(KEMENKES, 2011).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (KEMENKES,
2011).
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%),
tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%).

4
Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD,
Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua) (KEMENKES,
2011).
Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok
umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun)
yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan
perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada
perempuan (KEMENKES, 2011).

3. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan
sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan
toksik, iskemik dan sebagainya. Diare akut karena infeksi dapat
ditimbulkan oleh infeksi enteral dan parenteral. Penyebab infeksi enteral
karena bakteri antara lain Enterotoxigenic E.coli (ETEC),
Enterophatogenic E.coli (EPEC), Enteroaggregative E.coli (EAggEC),
Enteroinvasive E.coli (EIEC), Enterohemorrhagic E.coli (EHEC),
Shigella spp., Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni), Vibrio cholera,
dan Salmonella (non thypoid) (Simadibrata, 2006).
Golongan parasit penyebab diare antara lainGiardia lamblia,
Entamoeba histolytica, Cryptosporidium, Microsporidium spp, Isospora
belli, dan Cyclospora cayatanensis (Simadibrata, 2006).
Sedangkan golongan virus yaitu rotavirus merupakan penyebab
diare akut terbanyak pada anak.Rotavirus diperkirakan sebagai penyebab
diare akut pada 20-80% anak di dunia.Juga merupakan penyebab kematian
pada 440.000 anak dengan diare per tahunnya di seluruh dunia.Penelitian
yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 55% kasus diare
akut pada balita disebabkan oleh rotavirus (IDAI, 2011).

5
Helminths juga dapat menyebabkan diare seperti Strongyloides
stercoralis, Schistosoma spp., Capilaria philippinensi,dan Trichuris
trichuria (Simadibrata, 2006).

Tabel 1. Jasad patogen yang paling sering ditemukan


pada anak diare di negara berkembang
Jenis Patogen Spesies Patogen Persentase Kasus
Virus Rotavirus 15-25
Bakteri Eschericia coli enterotoksigenik 10-20
Shigella 5-15
Campylobacter jejuni 10-15
Vibrio cholerae 01 5-10
Salmonella (non-typhi) 1-5
Escherichia coli enteropatogenik 1-5
Protozoa Cryptosporidium 5-15
Tidak terdapat 20-30
pathogen
(Sumber: DEPKES RI, 1999)

Penyebab infeksi parenteral antara lain otitis media akut (OMA),


pneumonia, encephalitis, travelers diarrhea (E. Coli, Giardia Lamblia,
Shigella, Entamoeba histolytica, dll), dan makanan seperti
malabsorpsi/maldigesti karbohidrat (monosakarida, disakarida), lemak
(rantai panjang, trigliserida), protein (asam amino tertentu, celiacsprue
gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk), vitamin dan
mineral. Alergi makanan tertentu seperti protein, lemak, dan susu sapi.
Keracunan makanan atau makanan yang mengandung logam berat,
makanan mengandung bakteri/toksin (Simadibrata, 2006).

4. Patofisiologi

6
Sebanyak sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap
harinya, berasal
dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu
dan sebagainya). Sebagian besar (75-85%) dari jumlah tersebut akan
diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan
memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar
akan diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150-250 ml cairan yang akan ikut
membentuk tinja ((Simadibrata, 2006).)
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih mekanisme:
(Simadibrata, 2006).
1) Diare Osmotik. Disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang
hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorbsi umum dan
defek dalam absorbsi mukosa usus, misal pada malabsorbsi
glukosa/galaktosa.
2) Diare Sekretorik. Disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Gejala khasnya adalah diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab diare
tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi vibrio cholera,
atau escherichia coli.
3) Malabsorbsi Asam Empedu, Malabsorbsi Lemak. Didapatkan pada
gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-
penyakit saluran bilier dan hati.
4) Defek Sistem Pertukaran Anion/Transpor Elektrolit Aktif di Enterosit.
Disebabkan adanya hambatan mekanisme transpor aktif Na+K+ATP
ase di enterosit dan absorbsi Na+ dan air yang abnormal.
5) Motilitas dan Waktu Transit Usus Abnormal. Disebabkan
hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan
absorbsi abnormal di usus halus. Penyebab gangguang motilitas antara
lain karena diabetes melitus, hipertiroid.

7
6) Gangguan Permeabilitas Usus. Disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel
spesifik pada usus halus.
7) Diare Inflamatorik. Disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena
proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan
eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorbsi air-
elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi
(disentri shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif).
8) Diare Infeksi. Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari
diare.
Patogenesis diare akibat infeksi bakteri atau parasit : (Simadibrata, 2006)
1) Diare karena bakteri non invasif (enterotoksikogenik)
2) Bakteri yang tidak merusak mukosa usus seperti V. Cholerae eltor,
Enterotoksigenik E.colli (ETEC), dan E. perfringen, V. cholerae eltor
mengeluarkan toksin kolera dengan efek yang telah dijelaskan
sebelumnya.
3) Diare karena bakteri atau parasit invasif (enteroinvasif)
4) Contoh bakteri golongan ini adalah Enteroinvasif E. colli (EIEC),
Salmonella, Shigella, Yersinia, dan Clostridium perfringens tipe C.
Parasit yang sering menye babkan diare tipe ini adalah E. hystolitica
dan Giardia lamblia. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus,
nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat eksudatif, dapat bercampur lendir
maupun darah.
Patogenesis diare akibat virus adalah seperti di bawah ini :
1) Virus merusak vili usus secara langsung, menurunkan luas permukaan
usus sehingga sekresi cairan tidak dapat terimbangi.
2) Rotavirus kemudian memperoduksi enterotoxin yang meningkatkan
sekresi cairan usus. Kedua mekanisme ini menyebabkan terjadinya
diare pada infeksi virus.

5. Tanda dan Gejala Klinis Diare

8
Tanda dan gejala klinis diare dapat ditentukan melalui karakteristik dari
diare, meliputi konsistensi, warna, volume dan frekuensi buang air, dapat menjadi
petunjuk berharga dalam menentukan sumber diare.
Tabel 2. Hubungan karakteristik tinja dengan sumber diare
Karakter feses Usus halus Usus besar
Keadaan umum Cair Berdarah/ mukoid
Volume Besar Kecil
Darah Biasanya positif tapi tak Biasanya terlihat
kasat mata secara kasat mata
Keasaman < 5,5 > 5,5
Test reduksi Dapat positif Negatif
Sel darah putih < 5 /lapang pandang besar >10/ lapang pandang
Normal besar
Dapat leukositosis
Organisme Virus Bakteri invasif
Rotavirus E. coli
Adenovirus Shigella sp
Calicivirus Salmonella sp
Astrovirus Campylobacter sp
Yersinia sp
Aeromonas sp
Plesiominas sp

Bakteri entero toksik Bakteri toksik


E. coli Clostridium difficile
Clostridium perfringens
Cholera sp
Vibrio sp

Parasit Parasit
Giardia sp Entamoeba
organisme

Tabel 3. Tanda dan gejala diare menurut derajat dehidrasinya


Tanda dan Derajat dehidrasi
Gejala Tanpa dehidrasi Ringan/sedang Berat
Anamnesa

9
Diare Tinja 3 kali atau lebih Terus menerus
lembek/mencair, perhari dengan jumlah
Muntah biasanya 1-2 kali yang banyak
perhari Kadang-kadang Sering sekali
Haus Tidak ada atau Haus Haus sekali atau
sedikit sebaliknya tidak
bisa minum.
BAK Tidak Sedikit, pekat Tidak BAK
Normal selama 6 jam
Nafsu makan Anak masih mau Nafsu makan Tidak ada nafsu
dan aktivitas makan dan main berkurang, aktivitas makan dan
menurun sangat lemah

Inspeksi
Keadaan umum Baik Jelek, mengantuk Lemah sekali
atau gelisah atau tidak sadar
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Nafas Normal Lebih cepat dari Sangat cepat dan
normal dalam
Palpasi
Kulit Dicubit cepat Kembali pelan Sangat pelan
kembali Lebih cepat dari Sangat cepat,
Nadi Normal normal lemah atau tidak
teraba
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
Berat badan
(bila dapat diukur) Sedikit kehilangan Kehilangan 5%-9% Kehilanagn 10%
berat badan berat badan berat badan atau
selama sakit lebih
Kesimpulan Tidak ada tanda- 2 tanda atau lebih : 2 tanda atau
tanda dehidrasi dehidrasi lebih : dehidrasi
ringan/sedang berat

Tabel 4. Penentuan derajat dehidrasi untuk anak menurut

sistem pengangkaan-Maurice King (1974)

10
Bagian Tubuh Nilai Untuk Gejala Yang Ditemukan
Yang Diperiksa 0 1 2
Keadaan Umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma
apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan Kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun Besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering &
Sianosis
Denyut Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah >140
Nadi/menit
(Sumber : IDAI, 2011)

Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, atau 2 sesuai dengan
tabel, kemudian dijumlahkan.Bilai nilai 0-2 maka ringan, 3-6 maka sedang dan
7-12 adalah berat.

6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau diare dengan
dehidrasi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini
(Simadibrata, 2006 ; WHO, 2005)
1. Pemeriksaan darah tepi. Kadar hemoglobin, hematokrit, hitung leukosit, hitung
diferensial leukosit.Penting untuk mengetahui berat ringannya hemokonsentrasi
darah, dan respon leukosit.Contohnya pada diare karena Salmonella dapat
terjadi neutropenia. Pada diare karena kuman yang bersifat invasif dapat terjadi
shift to the left leukosit.
2. Elektrolit darah. Diperlukan untuk mengobservasi dampak diare terhadap kadar
elektrolit darah.
3. Ureum dan kreatinin. Diperlukan untuk memonitor adanya gagal ginjal akut.

4. Pemeriksaan tinja untuk mencari penyebab diare. Pada infeksi bakteri,


ditemukan leukosit pada tinja.Dapat pula ditemukan telur cacing maupun

11
parasit dewasa.Dapat pula dilakukan pengukuran toksin Closstridium difficile
pada pasien yang telah mendapatkan terapi antibiotik dalam jangka waktu tiga
bulan terakhir. Tinja dengan pH 5,5 menunjukkan adanya intoleransi
karbohidrat yang umumnya terjadi sekunder akibat infeksi virus. Pada infeksi
oleh organisme enteroinvasif, leukosit feses yang ditemukan umumnya berupa
neutrofil.Tidak ditemukannya netrofil tidak mengeliminasi kemungkinan
infeksi enteroinvasif, tetapi ditemukannya neutrofil feses mengeliminasi
kemungkinan infeksi organisme enterotoksin dan virus.
5. Apabila ditemukan leukosit pada feses, lakukan kultur feses untuk
menentukan apakah penyebab diare adalah Salmonella, Shigella,
Campylobacter, atau Yersenia.
6. Pemeriksaan serologis untuk mencari amoeba.
7. Foto roentgen abdomen. Untuk melihat morfologi usus yang dapat membantu
diagnosis.
8. Rektoskopi, sigmoideoskopi, dapat dipertimbangkan pada pasien dengan diare
berdarah, pasien diare akut persisten. Pada pasien AIDS, kolonoskopi
dipertimbangkan karena ada kemungkinan diare disebabkan oleh infeksi atau
limfoma di area kolon kanan.Biopsy mukosa sebaiknya dilakukan bila dalam
pemeriksaan tampak inflamasi berat pada mukosa.
9. Biopsi usus. Dilakukan pada diare kronik, atau untuk mencari etiologi diare
pada AIDS.

7. Komplikasi

12
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut adalah dehidrasi
(dengan berbagai derajat dari ringan hingga berat / syok), asidosis metabolik,
hipokalemia, hiponatermia, dan hipoglikemia (WHO, 2005).

8. Tatalaksana Diare
a) Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan lebih banyak cairan (minum). Macam cairan yang diberikan
tergantung pada kebiasaan setempat dalam mengobati diare, tersedianya
cairan sari makanan yang cocok, jangkauan pelayanan kesehatan, dan
tersedianya oralit.
b) Mengatasi dehidrasi
i. Tetapkan derajat dehidrasi penderita, apakah tanpa dehidrasi, dehidrasi
ringan, dehidrasi sedang, atau dehidrasi berat.
ii. Tetapkan rencana pengobatan sesuai derajat dehidrasi penderita.

Tabel 5. Derajat Dehidrasi dan Rencana Terapi


Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar. *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering.
Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, *Haus, ingin *Malas minum atau
tidak haus minum banyak tidak bisa minum
Periksa :
Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dengan dehidrasi Dehidrasi berat bila
pemeriksaan : ringan-sedang bila ada1 tanda *
ada 1 tanda * ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain.
lebih tanda lain

13
Terapi : Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
(Sumber : IDAI, 2011)

Pada rencana terapi A, pemberian oralit hanya pada saat setiap kali
pasien buang air besar saja. Banyaknya pemberian cairan setiap buang air
besar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Rencana Terapi A untuk Diare Tanpa Dehidrasi


Usia Jumlah Cairan yang Diberikan Setiap
Buang Air Besar
< 1 tahun 50-100 ml
1-5 tahun 100-200 ml
> 5 tahun 200-300 ml
Dewasa 300-400 ml
(Sumber :DEPKES RI, 1999)

Tabel 7. Jumlah Oralit


Umur Jumlah Oralit yang Diberikan Jumlah Oralit yang
Setiap Buang Air Besar Disediakan di Rumah
< 1 tahun 50-100 ml 400 ml/hari (2
bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4
bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1.000 ml/hari (4-5
bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1.200-2.800 ml/hari
(Sumber : Depkes RI, 2011)

Pada rencana terapi B, jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam


pertama disesuaikan dengan berat badan. Oralit yang diberikan dihitung
dengan mengalikan berat badan pasien (kg) dengan 75 ml. Bila berat
badan tidak diketahui dan atau memudahkan penggunaan di lapangan,
maka banyaknya pemberian oralit dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali keadaan anak. Apabila telah tercapai
rehidrasi dapat segera diberikan makan dan minum. Bila dehidrasi telah

14
hilang, anak biasanya buang air kecil dan lelah kemudian mengantuk dan
tidur.

Tabel 8. Rencana Terapi B untuk Penderita Diare Dehidrasi Ringan dan


Sedang
Usia Jumlah Oralit
< 1 tahun 300 ml
1-5 tahun 600 ml
> 5 tahun 1200 ml
Dewasa 2400 ml
(Sumber :Depkes RI, 1999)

Pada Rencana Terapi C, terapi rehidrasi intravena harus segera


diberikan. Apabila tidak berhasil mendapatkan pembuluh darah vena maka
perlu dipikirkan pemberian cairan melalui pipa nasogastrik selama anak
masih sadar dan tidak ada ileus. Bila penderita bisa minum, berikan oralit
sewaktu cairan intravena dimulai. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat
atau Normal Salin bila Ringer Laktat tidak tersedia, dibagi sebagai berikut
:

Tabel 9. Rencana Terapi C untuk Penderita Diare Dehidrasi Berat


Umur Pemberian 30 ml/kgBB Pemberian 70 ml/kg BB
dalam dalam
Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam
Anak > 1 30 menit 2,5 jam
tahun
(Sumber : IDAI, 2011)

i. Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat
tetesan intravena.
ii. Beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum, biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
iii. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai kembali.

15
iv. Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit. Berikan 20 ml/kg/jam
selama 6 jam (total 120 ml/kg)

c) Memberi makanan atau ASI


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan
nutrisi yang cukup pada penderita sehingga status gizi dapat dipertahankan
baik, menstimulasi perbaikan usus, serta mengurangi derajat dan lamanya
penyakit. Pada bayi dan anak, rekomendasi ini dikenal sebagai pemberian
makanan secepatnya (early refeeding) dan terutama menekankan pada
meneruskan pemberian ASI dan makanan sehari-hari. Pemberian ASI
dilakukan sejak awal terapi dan diberikan sesuai keinginan bayi.

d) Mengobati masalah lain


Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,
maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan
rehidrasi.

9. Pencegahan Diare
Tujuan pencegahan adalah tercapainya penurunan angka
kesakitan. Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa cara pencegahan
yang benar dan efektif yang dapat dilakukan meliputi tujuh langkah yaitu
(1) pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 4 hingga 6 bulan, (2)
memperbaiki makanan pendamping ASI, (3) menggunakan air bersih
yang cukup, (4) kebiasaan mencuci tangan, (5) menggunakan jamban, (6)
membuang tinja bayi dengan benar, dan (7) memberikan imunisasi
campak (Simadibrata, 2006).
10. Program Pemberantasan Penyakit Diare (P2D)
Program Pemberantasan Penyakit Diare adalah salah satu usaha
pokok di Puskesmas. Kebijaksanaan Program P2D ini adalah
menurunkan angka kesakitan, kematian, dan penanggulangan KLB
karena diare yang akan terus dilaksanakan dengan mengintensifkan

16
peningkatan mutu pelayanan (quality assurance), meningkatkan kerja
sama lintas program dan sektoral terkait serta mengikutsertakan
partisipasi aktif masyarakat secara luas, antara lain dengan organisasi
profesi dan LSM di pusat maupun daerah (DEPKES RI, 1999).
Target atau cakupan yang ditetapkan sebagai indikator
keberhasilan dalam pemberantasan penyakit diare meliputi:
100% Rumah Sakit, Puskesmas, dan swasta melaporkan kasus diare
tepat waktu (tanggal 10 setiap bulannya),
Angka kematian 0%,
Kejadian luar biasa (KLB) diare 0%,
100% masyarakat terlayani air bersih,
100% Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan mampu
melakukan rehidrasi intravena,
Angka kesakitan < 1% (50 / 1000 penduduk tahun 2005),
100% kader terlatih tentang penanganan penderita diare,
100% penderita diare tertangani,
100% oralit tersedia di kader minimal 10 sacchet (@ 200 ml),
100% tenaga medis dan paramedis melakukan tatalaksana diare
(MTBS),
100% ketepatan diagnosis,
100% cakupan imunisasi campak,
100% Puskesmas mempunyai protap tatalaksana diare,
100% penderita diare diobati dan mendapat oralit,
100% PDAM bebas kuman,
100% Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan
mempunyai pojok oralit,
100% Puskesmas Kecamatan mempunyai klinik sanitasi, dan
100% masyarakat menggunakan jamban pada daerah kumuh.
Program P2D dilakukan dengan berfokus pada pelanggan, yaitu
menjalankan segala kegiatan yang dapat memuaskan pelanggan dengan

17
pelayanan yang profesional, sarana dan prasaran yang memadai, dan
informasi yang mudah didapat. Hal ini meliputi:
Semua penderita diare didiagnosis dan diberikan pengobatan sesuai
dengan tatalaksana atau dengan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Pengambilan anal swab dilakukan bila penderita dicurigai kolera
dan bila terjadi kejadian luar biasa.
Pengobatan penderita dengan memberikan oralit tanpa obat anti
diare atau antibiotik, kecuali pada kasus disentri atau kolera.
Pelayanan prima bagi penderita diare meliputi:
Waktu tunggu 5 menit
Waktu tunggu gawat darurat 1 menit
Petugas harus ramah
Petugas menguasai standar operasional prosedur pelayanan
Lokasi pelayanan mudah dijangkau.
Informasi tentang diare mudah dimengerti oleh masyarakat.
Penderita diare mendapatkan pelayanan yang sama di semua unit
pelayanan kesehatan, baik Puskesmas maupun Rumah Sakit.
Masyarakat menginginkan pelayanan cepat, tepat / akurat, murah,
mudah dijangkau, dilayani secara manusiawi dengan pengobatan
sesuai standar dan mendapat informasi yang jelas tentang cara-cara
penanggulangan diare.
Pelatihan bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dilengkapi buku pedoman penanggulangan diare.
Pelatihan bagi petugas kesehatan untuk peningkatan keterampilan.
Petugas kesehatan menginginkan prosedur kerja sederhana,
tersedianya sarana pengobatan yang memadai, serta website diare.
Pengorganisasian program P2D di Puskesmas kelurahan
meliputi (1) penyediaan pelayanan pemeriksaan, pengobatan, dan
rujukan ke Puskesmas kecamatan dan rumah sakit serta (2) koordinasi

18
dengan Puskesmas kecamatan bila terjadi peningkatan kasus di
wilayah kerjanya.
Sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program P2D
di Puskesmas kelurahan adalah dokter umum sebagai pemeriksa dan
perawat sebagai wasor program diare dan petugas perawatan kesehatan
masyarakat.Dokter umum harus memiliki kompetensi untuk
melaksanakan penanggulangan diare sesuai dengan standar.Perawat /
wasor harus mampu menganalisis data dalam rangka sistem
kewaspadaan dini serta mampu memberikan penyuluhan (KIE
komunikasi, informasi, dan edukasi) dan pemeriksaan di
Posyandu.Selain itu, pada kegiatan Posyandu diperlukan kader / toma
yang membantu perawat atau bidan dalam memberikan penyuluhan.
Untuk memperlengkapi petugas dengan kompetensi dan ketrampilan
tersebut, dibutuhkan beberapa pelatihan tentang (1) program
pemberantasan diare (P2D) yang meliputi aspek manajemen, aspek
klinik, aspek epidemiologi, dan aspek laboratorium, (2) peningkatan
peran serta masyarakat bagi kader kesehatan di Posyandu, (3)
tatalaksana diare bagi petugas Puskesmas, dan (4) tatalaksana diare
dengan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) bagi
petugas kesehatan di Puskesmas. Selain kompetensi tersebut, petugas
juga perlu memiliki sikap dan perilaku tertentu, yaitu dokter umum
harus memiliki sikap peduli, cepat, dan tanggap dalam menangani
penderita diare, perawat / wasor harus mempunyai sikap peduli, cepat,
dan tanggap dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat,
dan kader harus mampu memotivasi dan menggerakkan masyarakat
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Secara umum, pembiayaan program P2D bersumber dari
APBN, APBD tingkat I dan II, BLN, LSM, dan swadana
masyarakat.Pembiayaan ini digunakan untuk pengadaan sarana dan
prasarana, dan menunjang kegiatan operasional. Ketentuan yang
berlaku adalah (1) 100% sumber anggaran pengadaan obat dan oralit

19
bersifat swadaya Puskesmas, (2) 100% pembiayaan operasional
manajemen P2D di Sudinkesmas berasal dari anggaran APBD tingkat
II, dan (3) biaya operasional pengobatan berasal swadana Puskesmas.
Sarana dan prasarana yang diperlukan di Puskesmas kelurahan
untuk mendukung terlaksananya program P2D adalah (1) ruang
periksa dengan ukuran 4 x 5 m2, cukup pencahayaan dan ventilasi, dan
bertemperatur maksimum 23Celcius, (2) ruang tunggu pasien yang
terbuka dan cukup pencahayaan, serta (3) pojok oralit sebagai tempat
konsultasi tentang diare. Pada Posyandu, sarana dan prasarana yang
diperlukan adalah (1) oralit untuk rehidrasi oral bagi penderita diare
dan (2) lembar penyuluhan.

2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Sejak Mei 2005, World Bank Water and Sanitation Program --- East Asia
and the Pasific (WSP-EAP) melalui proyek Waspola di bawah koordinasi
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan dukungan
pendanaan pemerintah Australia melalui AusAID telah melakukan uji coba
(Community Led Total Sanitation ) CLTS, yang lebih dikenal dengan sebutan
(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) STBM di enam kabupaten yaitu Muara
Enim (Sumsel), Muaro Jambi (Jambi, Bogor (Jawa Barat), Lumajang (Jawa
Timur), Sumbawa (NTB) dan Sambas (Kalbar).
Community Led Total Sanitation (CLTS) adalah suatu pendekatan
perubahan perilaku higiene dan sanitasi secara kolektif melalui pemberdayaan
masyarakat untuk Stop BAB Sembarangan/ open defecation free (ODF).
Ribuan jamban keluarga di desa-desa yang menerapkan pendekatan CLTS
telah dibangun oleh masyarakat tanpa subsidi pihak luar. Program Community
Led Total Sanitation (CLTS) merupakan cikal bakal gerakan Sanitasi Total
yang dipimpin oleh masyarakat, yang juga merupakan suatu proses untuk

20
menyemangati serta memberdayakan masyarakat untuk menghentikan BAB di
tempat yang terbuka, membangun serta menggunakan jamban, dan mengajak
masyarakat untuk menganalisais profil sanitasinya. Dalam pelaksanaannya
terdapat prinsip prinsip dalam pemicuan CLTS seperti tanpa subsidi kepada
masyarakat, tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan
jamban, masyarakat sebagai pemimpin, serta prinsip totalitas (seluruh
komponen masyarakat terlibat dalam analisis permasalahan, perencanaan,
pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan).
World Bank dan Gate Foundation meluncurkan program Total Sanitation
and Sanitation Marketing atau SToPS (Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi)
di Jawa Timur sebagai pilot project. Program ini diluncurkan setelah melihat
keberhasilan program CLTS. Adapun tujuan dari Program Sanitasi Total
adalah menciptakan suatu kondisi masyarakat (pada suatu wilayah) yang
mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat, mencuci tangan pakai
sabun dan benar saat sebelum makan, setelah BAB, sebelum memegang bayi,
setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan, mengelola dan
menyimpan air minum dan makanan yang aman, serta dapat mengelola limbah
rumah tangga (cair dan padat) (Depkes RI, 2008).

3. Program Stops
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah
kabupaten melalui pembangunan jamban dan lingkungan yang sehat secara
mandiri perlu disusun rencana strategi Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi
(SToPS) kabupaten sehingga dapat mencapai kabupaten dengan sanitasi total
melalui peningkatan 3 komponen program (SToPS) yang meliputi:
1. Peningkatan demand masyarakat terhadap jamban yang sehat melalui
pemicuan masyarakat tentang lingkungan tempat tinggal yang kurang
sehat yang berdampak terhadap kehidupan social masyarakat, promosi
tentang berbagai pilihan jamban serta pentingnya hidup bersih dan
sehat.

21
2. Peningkatan supply dengan memperbanyak jenis pilihan jamban yang
disediakan di pasar dengan berbagai gradasi harga akan meningkatkan
daya beli masyarakat terhadap material sanitasi dan permintaan untuk
penyediaan material sanitasi yang lebih banyak.
3. Peningkatan kemampuan stakeholder dalam upaya memfasilitasi
pengembangan program sanitasi secara swadaya oleh masyarakat dan
mengubah paradigm bahwa pendekatan program sanitasi tidak
berorientasi pada peningkatan cakupan fisik melalui subsidi, namun
perubahan perilaku secra kolektif dan inisiatif dilakukan oleh
masyarakat. Pendanaan yang disediakan oleh lembaga public termasuk
pemerintah dan lembaga donor lainnya difokuskan pada fasilitas
masyarakat.
Strategi kabupaten tentang SToPS merupakan rencana yang
sistematis dan efektif dalam upaya mencapai kabupaten sanitasi total
dengan melakukan pemicuan terhadap masyarakat agar mempunyai
jamban sesuai dengan kemampuannya dan motivasi/promosi untuk
mencapai kondisi lingkungan yang lebih baik setelah mancapai status
ODF dengan kegiatan lainnya seperti cuci tangan, pengelolaan limbah
rumah tangga dan perlakukan air untuk kebutuhan rumah tangga.
Pencapaian kabupaten sanitasi total akan sangat mempengaruhi
performance kabupaten tidak hanya pada kehidupan social masyarakat,
namun juga akan mempengaruhi terhadap kesehatan, ekonomi, dan
budaya.
Strategi Program SToPS ini bertujuan untuk mempercepat
tercapainya lingkungan yang sehat yang dikembangkan sesuai kemampuan
dan inisiatif masyarakat sehingga dapat mewujudkan kabupaten sanitasi
total dan tercapainya target yang telah disepakati dalam tujuan Millenium
DevelopmentGoal (MDG).
Semua stakeholders yang berada di kabuaten yang peduli
kabupaten dengan motor penggerak adalah pemerintah strategi SToPS
kabupaten dengan motor penggerak adalah pemerintah kabupaten yang

22
didukung oleh semua stakeholders termasuk aparat pemerintah, LSM,
Ormas, PKK, Karang Taruna dan masyarakat sekolah.
Strategi akan mengutamakan pendekatan partisipatif melalui
pemberdayaan masyarakat yang terlibat secara aktif sejak observasi
lapangan, analisa situasi, penentuan pilihan opsi, jadwal pembangunan
jamban untuk masing-masing individu dan pengembangan terhadap
program yang mendukung tercapainya sanitasi total.
Pembinaan masyarakat sesuai dengan pentahapan yang harus
dilalui masyarakat dalam upaya menuju sanitasi total yang dimulai dengan
pemicuan agar tidak buang air disembarang tempat, masyarakat mencapai
status (Open Defecation Free) ODF dan menuju sanitasi total. Sanitasi
total dicapai dengan memenuhi:
1. Semua masyarakat berhenti buang air besar (BAB) di sembarang
tempat
2. Semua masyarakat telah mempunyai dan menggunakan jamban yang
sehat dan memeliharanya dengan baik
3. Semua masyarakat telah terbiasa mencuci tangan yang benar dengan
sabun setelah BAB, setelah menceboki anak, sebelum makan, sebelu
memei makan bayi, dan sebelum menyiapkan makanan
4. Semua masyarakat telah mengelola dan menyimpan air minum dan
makanan dengan aman
5. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) dengan benar
Sementara itu satu komunitas dikatakan telah ODF, apabila:
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang
tinja/kotoran bayi hanya ke jamban
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
3. Tidak ada bau tidak sedap, akibat pembuangan tinja/kotoran manusia
4. Ada peningkatan kuaitas jamban yang ada supaya semua menuju
jamban sehat
5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban

23
6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat
untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat
7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat
8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana
Jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan
murid-murid pada jam sekolah.

Gambar 1. Bagan Program Sanitasi Total

Analisa kekuatan kelembagaan di kabupaten menjadi sangat


penting untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan

24
kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan strategi dapat dicapai.
Pendekatan program tidak hanya dikembangkan melalui struktur
kelembagaan formal, namun melalui lembaga informal yang dinilai cukup
kuat pengaruhnya di masyarakat dan efisien dalam menyampaikan pesan
kepada kelompok sasaran. Strategi pengembangan program sesuai dengan
karakter wilayah dan prioritas permasalahan, identifikasi sumber daya dan
sistim penyaluran yang paling tepat, identifikasi sistim pembinaan dan
pengembangan program melalui reward system dam kompetisi dalam
upaya menuju sanitasi total.
Dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang ada,
program SToPS dikembangkan ke wilayah yang lain terintegrasi dengan
program kabupaten. Strategi pendekatan program SToPS
mempertimbangkan:
1. Kesiapan tenaga yang terampil dalam memfasilitasi masyarakat
sebagai tim inti dalam meningkatkan kapasitas di wilayah tersebut
2. Geografi wilayah dan sarana transportasi
3. Ketersediaan dan penyebaran material sanitasi di seluruh wilayah
kabupaten
4. Mempertimbangkan kerangka waktu dikaitkan dengan proyek SToPS
(periode 2007-2010) dan komitmen global MDGs, diharapkan pada
tahun 2010 separuh dari wilayah kabupaten telah mencapai desa ODF
dan minimal separuh dari desa ODF telah mencapai sanitasi total
sesuai kriteria strategi hygiene dan sanitasi pedesaan.
5. Menetapkan kerangka waktu untuk mencapai sanitasi total tingkat
kabupaten melalui gradasi pembinaan yang berjenjang, diharapkan
maksimal pada tahun 2015
6. Kelembagaan informal yang dapat membantu dalam mengembangkan
program SToPS
7. Pola pembinaan dan pengembangan program yang efektif dapat
dilaksanakan sesuai dengan karakter kabupaten missal : melalui ormas,
lembaga keagamaan, PKK atau Dinas Pemerintah

25
8. Pola pembinaan promosi dan motivasi masyarakat melalui pemberian
penghargaan, kunjungan Camat atau Bupati, pemberian bantuan
program dikaitkan dengan program yang sedang dikembangkan di
wilayh tersebut seperti Paket Desa Siaga, paket Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) atau program daerah
9. Instrumen yang digunakan dalam pengembangan progrm SToPS di
kabupaten dengan memanfaatkan instrumen SToPS yang telah
dikembangkan melalui bantuan Gates Foundation
10. Sistem monitoring yang dikembangkan mengacu pada konsep yang
disusun oleh proyek SToPS dan diintegrasikan dengan sistim yang
telah dignakan di wilayah tersebut (Dinkes Kabupaten Jombang,
2007)..

4. Jamban Sehat
1. Pengertian Jamban
Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk
digunakan sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang
digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadat, dan lembaga-lembaga
lain. Jamban Sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:
1) Mencegah kontaminasi ke badan air
2) Mencegah kontak antara manusia dan tinja
3) Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta
binatang lainnya
4) Mencegah bau yang tidak sedap
5) Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah
dibersihkan
6) Sederhana desainnya, murah, dan dapat diterima oleh pemakainya
Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut: Sebaiknya jamban tersebut
tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan,
serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang

26
(privacy), bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi
yang tidak mengganggu pandangan, tidak manimbulkan bau, sedapat
mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

2. Struktur Semi - Permanen dan Permanen


Ketika komunitas telah dipicu, masyarakat mulai membangun
berbagai macam jamban yang dibangun sendiri dan semi permanen
dengan bahan bangunan apapun yang mudah mereka peroleh.Hal ini
karena mereka sangat ingin berubah menjadi masyarakat yang bebas
buang air besar di sembarang tempat. Sepanjang jamban semi permanen
ini dapat memenuhi 5 (lima) persyaratan jamban yang sehat maka hal ini
bisa dikategorikan sebagai jamban yang sehat. Meskipun demikian,
jamban-jamban semi permanen ini lama kelamaan bisa menjadi tidak
sehat dan berbahaya karena hujan, banjir, rusak atau roboh sehingga perlu
dipelihara atau bahkan ditingkatkan menjadi lebih permanen. Untuk
kemudahan berkomunikasi, katalog pilihan jamban sehat ini mengklasifi
kasikan struktur semi permanen sebagai jamban yang sehat dan struktur
yang lebih permanen sebagai jamban sehat.

27
Gambar 2. Jenis Jamban Sehat Permanen dan Semi Permanen
3. Manfaat Penggunaan Jamban
Membangun dan menggunakan jamban dapat memberikan
manfaat berikut ini:
Peningkatan martabat dan hak pribadi
Lingkungan yang lebih bersih
Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan meningkat
Keselamatan lebih baik (tidak perlu pergi ke ladang di malam
hari)
Menghemat waktu dan uang, menghasilkan kompos pupuk dan
biogas untuk energi
Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan
sanitasi

Gambar 3. Alur Penularan Penyakit

28
Gambar 4. Bagan Pemutusan Alur Penyakit

4. Bangunan Jamban
Bangunan jamban dapat dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu: 1)
bangunan bagian atas, disebut Rumah Jamban, berlabel A; 2)
bangunan bagian tengah, disebut Slab atau dudukan jamban, berlabel
T dan 3) bangunan bagian bawah, disebut penampung tinja, berlabel
B. Setiap bagian diuraikan dengan lebih terperinci di bawah ini:

1. Bangunan bagian atas (Rumah Jamban)


Bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka, dan dinding.
Namun dalam
prakteknya, kelengkapan bangunan ini disesuaikan dengan kemampuan
dari masyarakat di daerah tersebut.
Atap memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar
matahari, angin dan hujan. Dapat dibuat dari daun, genting, seng,
dan lain-lain.
Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding. Dibuat dari
bambu, kayu, dan lain-lain.

29
Dinding adalah bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan
privasi dan perlindungan kepada penggunanya.Dapat dibuat dari
daun, gedek/ anyaman bambu, batu bata, seng, kayu, dan lain-lain.
2. Bangunan bagian tengah (Slab/ Dudukan Jamban)
Slab menutupi sumur tinja (pit), dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang
penggunanya. Bahan bahanyang digunakan harus tahan lama dan
mudah dibersihkan seperti kayu,beton, bambu dengan tanah liat,
pasangan bata dan sebagainya.
Tempat abu atau air adalah wadah untuk menyimpan abu
pembersih atau air. Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja
(pit) setelah digunakan akan mengurangi bau, mengurangi kadar
kelembaban dan membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk
berkembang biak. Air dan sabun dapat digunakan untuk mencuci
tangan dan membersihkan bagian yang lain.
3. Bangunan bagian bawah (Penampung Tinja)
Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk
persegi, lingkaran/ bundar atau empat persegi panjang, sesuai dengan
kondisi tanah.Kedalaman bergantung pada kondisi tanah dan permukaan
air tanah di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung
tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguat
seperti anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan lain lain.

30
Gambar 5. Bangunan Jamban
Apapun jenis jamban sehat yang dapat memutuskan hubungan
antara tinja dan lingkungan akan bermanfaat bagi penggunanya. Oleh
karena itu, membangun dan menggunakan jamban merupakan langkah
terpenting yang harus diambil. Guna mendapatkan lebih banyak manfaat
dan kenyamanan pada penggunaan jamban, dapat diperhatikan hal-hal
berikut ini:
1. Pertimbangan untuk bangunan bagian atas:
Sirkulasi udara yang cukup
Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca, pada musim panas
dan hujan
Kemudahan akses di malam hari
Bangunan menghindarkan pengguna terlihat dari luar/ pandangan
dari luar

31
Disarankan untuk menggunakan bahan lokal
Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci
tangan
2. Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah:
Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan
serangga atau binatang lain
Dudukan jamban/slab penutup dibuat dengan memperhatikan
keamanan pengguna (tidak licin, runtuh dan terperosok ke dalam
lubang penampungan tinja, dsb.)
Bangunan melindungi dari kemungkinan terciumnya bau yang tidak
sedap, yang berasal dari tinja dalam lubang penampungan
Mudah dibersihkan dan dipelihara
Diutamakan menggunakan bahan lokal
Ventilasi udara cukup
3. Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah:
Ketinggian muka air tanah
Daya resap tanah (jenis tanah)
Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan
terhadap sumber air minum (lebih baik di atas 10 m)
Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)
Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/
kapasitas)
Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal
Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole

5. Model Jamban sehat


A1. Rumah Jamban Tanpa Atap
Rangka dari kayu; dinding dari plastik; karung beras; atau
gedek bambu;
dan tanpa atap.

32
Kelebihan: Biaya sangat murah; dapat dengan mudah
dibangun oleh
masyarakat; tidak mempunyai keterampilan tinggi; langkah
awal dapat
ditingkatkan menjadi rumah jamban yang lebih baik di
kemudian hari.
Kekurangan: Perlu sering diperbaiki dan dipelihara; dapat
rusak oleh
angin kencang dan kurang nyaman selama musim hujan.
Umur pemakaian: Singkat

Gambar 6. Rumah Jamban Tanpa Atap

N Ukuran di Satua Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar n h satuan Harga
Material Lokal
Dinding Bambu lemba
1 (Gedek) 2x3 m2 r 1
2 Batang Bambu 4m batang 8
3 Tali Bambu meter 2
Bahan Toko
4 Paku 3 cm kg 0,25
Upah
5 Tukang sendiri oh 1

33
Jumlah Harga

Tabel 10. Bahan, Alat dan Upah untuk Rumah Jamban


tanpa Atap

T1. Slab Bambu dilapisi Tanah dengan Penutup


Rangka bambu dengan slab tanah liat dan penutup kayu
Kelebihan:Dapat dengan mudah dibangun oleh keluarga;
murah; kurang berbau; tidak memerlukan banyak air untuk
pengoperasian jamban.
Kekurangan:Licin bila basah; lalat dapat masuk jika
penutupnya lupa diletakkan kembali setelah digunakan; bambu
dapat berkurang kekuatannya oleh rayap dan cairan; tidak
mudah dibersihkan; slab dapat berlubang bila sering kena air
Umur pemakaian:Singkat
Tip pembuatan:Akan lebih kuat bila bambu direndam dulu
dalam air; atau disemprot anti rayap/ diolesi dengan oli bekas

Gambar 7.Slab Bambu dilapisi Tanah dengan Penutup

N Ukuran di Satua Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar n h satuan Harga
Material Lokal
1 Batang Bambu 4m batang 12

34
2 Tali Bambu meter 2
Bahan Toko
3 Paku 3 cm kg 0,25
2
4 Plastik Lembaran m 1
Upah
5 Tukang sendiri - oh 1
Jumlah Harga
Tabel 11. Bahan, Alat dan Upah untuk Slab Bambu dilapisi Tanah
dengan Penutup
Catatan :
Dudukan jamban ukuran rata - rata 100 x 100 cm (jarak kait
dari pinggir lubang > 20 cm)
Dudukan dilapisi dengan tanah lempung

B1 Cubluk Tanpa lapisan


Keuntungan:Dapat dengan mudah dibangun oleh keluarga;
murah; dapat tahan lama bergantung pada kedalaman sumur;
mudah ditutup setelah penuh dan menggali sumur baru di
sekitarnya.
Kekurangan:Tidak cocok untuk tanah berpasir; lubang tidak
dapat luas; tidak cocok digunakan pada wilayah dengan muka
air tanah tinggi (secara musiman); kemungkinan pencemaran
air tanah lebih mudah.
Tip pembuatan:Memperhatikan jarak ke sumber air minum
(seperti sumur gali) yang digunakan penduduk minimal 10 m;
kemiringan muka tanah dan jenis tanah/batuan

35
Gambar 8.Cubluk Tanpa lapisan

N Ukuran di Satua Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar n h satuan Harga
Upah
1 Batu Bata - Buah 40
Gali sendiri 80
2 cm/160 cm - Oh 1
Jumlah Harga
Tabel 12. Bahan, Alat dan Upah untuk Cubluk Tanpa lapisan

Catatan :
Lubang cubluk dengan galian, lapisan tanah ini permeable,
seperti lempung tanah liat

A2 Rumah Jamban Dinding Gedek dengan Atap


Rangka kayu; dinding gedek dan atap dari daun
Kelebihan:Dapat digunakan untuk waktu yang lama; murah;
nyaman; mudah dibangun oleh keluarga; cepat dibangun.
Kekurangan:Perlu sering diperbaiki, dipelihara dan dapat
rusak oleh rayap.
Umur pemakaian:Sedang
Tip pembuatan:Akan lebih kuat bila semua bahan disemprot
anti rayap

36
atau diolesi dengan oli bekas.

Gambar 9.Rumah Jamban Dinding Gedek dengan Atap

N Ukuran Harga Jumlah


o Bahan/Upah di Pasar Satuan Jumlah satuan Harga
Bahan Lokal
Dinding Bambu lemba
2
1 (Gedek) 2x3 m r 3
2 Batang Bambu 4m batang 12
3 Tali Bambu m 3
Atap lemba
4 Rumbia/Nipah/Seng r 6
Bahan Toko
5 Paku 3 cm kg 0,25
Upah
6 Tukang sendiri - oh 2
Jumlah Harga
Tabel 13. Bahan, Alat dan Upah untukRumah Jamban Dinding
Gedek dengan Atap

T2 Slab Kayu dengan Penutup


Platform kayu, penutup kayu
Kelebihan:Dapat dengan mudah dibangun dan dipasang
dengan keterampilan minimum; murah; endapan tidak
kelihatan jika penutupnya dipasang; mencegah lalat
keluar/masuk jika penutupnya terpasang rapat.

37
Kekurangan:Sesekali perlu diperbaiki dan dipelihara; lalat
dapat masuk jika penutupnya lupa diletakkan kembali setelah
digunakan; kayu dapat berkurang kekuatannya oleh rayap dan
cairan.
Umur pemakaian:Singkat sampai sedang
Tip pembuatan:Akan lebih kuat bila papan disemprot anti
rayap/diolesi dengan oli bekas

Gambar 10.Slab Kayu dengan Penutup

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
Lemba
2
1 Papan 3x20 cm 4m r 3
Usuk kayu 4x6
2 cm2 4m Batang 2
Bahan Toko
3 Paku 3 cm kg 0,25
Upah
4 Tukang sendiri - oh 1
Jumlah Harga
Tabel 14. Bahan, Alat dan Upah untuk Slab Kayu dengan
Penutup
Catatan :
Dudukan jamban dengan landasan kayu ukuran rata-rata 100 x
100 cm (jarak kait dari pinggir lubang 20 cm)

38
Dudukan dilapisi dengan oli atau bahan anti rayap lainnya

B2 Cubluk Penguatan Anyaman Bambu


Keuntungan:Dapat dengan mudah dibangun oleh keluarga;
murah; dapat tahan lama bergantung pada kedalaman sumur;
mudah ditutup setelah penuh dan menggali sumur baru di
sekitarnya; cocok untuk jenis tanah yang mudah runtuh (tanah
berpasir).
Kekurangan:Tidak cocok digunakan pada wilayah dengan
muka air tana tinggi (secara musiman).
Tip pembuatan:Akan lebih kuat bila bambu disemprot anti
rayap/ diolesi dengan oli bekas, direndam dalam air

Gambar 11.Cubluk Penguatan Anyaman Bambu

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
Batan
1 Batang Bambu 4m g 10
2 Tali rapia/bambu m 4
Upah
3 Tukang sendiri - oh 1
Gali sendiri 90
4 cm/160 cm - unit 1
Jumlah Harga

39
Tabel 15. Bahan, Alat dan Upah untuk Cubluk Penguatan
Anyaman Bambu
Catatan :
Lubang cubluk dengan anyaman bambu (80cm)
Pilih jenis bamboo yang lentur

A3 Rumah Jamban Dinding Kayu dengan Atap Seng


Rangka kayu; dinding kayu dengan atap seng
Kelebihan:Dapat digunakan untuk waktu yang lama. Mudah
dikerjakan oleh tukang kayu; memberikan privasi yang baik
kepada penggunanya.
Kekurangan:Lebih mahal; sesekali perlu diperbaiki dan
dipelihara; kayu dapat berkurang kekuatannya oleh rayap dan
cairan.
Umur pemakaian:Menengah sampai panjang
Tip pembuatan:Kayu/papan akan lebih kuat bila disemprot
anti rayap/ diolesi dengan oli bekas

Gambar 12.Rumah Jamban Dinding Kayu dengan Atap Seng

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
Lemba
1 Papan 4 m 3x20 cm r 20

40
2 Usuk kayu 4 m 4x6 cm Batang 8
Bahan Toko
3 Paku 3 cm kg 0,5
4 Paku payung 4 cm kg 0,5
Seng gelombang
5 0,3 mm 90x240 cm lembar 2
Upah
6 Tukang sendiri - oh 2
Jumlah Harga
Tabel 16. Bahan, Alat dan Upah untukRumah Jamban
Dinding Kayu dengan Atap Seng

T3 Slab Beton dengan Penutup


Slab dan pijakan beton; penutup kayu
Kelebihan:Biaya menengah; desain lebih kuat sehingga lebih
tahan lama daripada slab kayu; mudah dibersihkan.
Kekurangan:Lebih mahal daripada slab kayu; lalat dapat
masuk jika penutupnya lupa diletakkan kembali setelah
digunakan; lebih berat dapat menimbulkan masalah dalam
pengangkutan, pondasi harus lebih kuat untuk menopang
dudukan.
Umur pemakaian:Lama

Gambar 13.Slab Beton dengan Penutup

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga

41
Bahan Lokal
1 Batu Bata - Buah 60
2 Pasir pasang - m3 0,5
3 Batu belah/split - m3 0,25
Bahan Toko
4 Semen 50 kg Zak 1
Besi beton
5 8mm 12 m lonjor 1
Kawat beton
6 (bendrat) - kg 0,25
Upah
7 Tukang sendiri - oh 1
Jumlah Harga
Tabel 17. Bahan, Alat dan Upah untuk Slab Beton dengan Penutup

Catatan :
Dudukan jamban ukuran rata-rata 100x100 cm dengan
landasan semen

B3 Cubluk Penguatan Ring Beton


Susunan ring beton sampai pada kedalaman yang diperlukan.
Lubang dalam ring sebagai penampung cairan.
Kelebihan:Mudah dibangun oleh tukang batu, mencegah
runtuhnya sumur; dapat digunakan selama bertahun-tahun;
cocok untuk jenis tanah yang mudah runtuh; dapat digunakan
untuk daerah dengan permukaan air tanah yang tinggi.
Kekurangan:Opsi lebih mahal daripada sumur tanpa lapisan;
ring beton adalah barang-barang yang sangat berat untuk
diangkut; diangkat dan dipasang; diperlukan pengalaman
sebelumnya dalam pemasangan

42
Gambar 14. Cubluk Penguatan Ring Beton

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
1 Pasir pasang - m3 0,5
Bahan Toko
2 Semen 50 kg zak 0,5
Ring/buis semen
3 (tinggi 60 cm) 90cm unit 4
Pipa besi (Gi
4 Light 0 1,0) 6m m 0,5
5 Tee Gi 0 1,0 - unit 1
Upah
6 Tukang terampil - oh 1
Jumlah Harga
Tabel 18. Bahan, Alat dan Upah untuk Cubluk Penguatan
Ring Beton

Catatan :
Ukuran buis beton rata-rata diameter 90 cm, dengan tinggi 60-
80 cm/ring

A4 Rumah Jamban Dinding Batu Bata dan Gedek atap

43
Rangka kayu; dinding .tembok dan . gedek dan atap
seng/asbes
Kelebihan:Tahan lama; nyaman; privasi dan perlindungan
yang baik; cepat dan mudah dibangun dengan sedikit
keterampilan.
Kekurangan:Sesekali perlu dipelihara; mahal dan bahan seng
akan berkarat jika sering terkena air.
Umur pemakaian: Lama

Gambar 15.Rumah Jamban Dinding Batu Bata dan


Gedek atap

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
Dinding bambu
1 (Gedek) 3x4 m Lembar 1
2 Batu Bata - Buah 250
Geroba
3 Pasir pasang - k 2
4 Kayu 4 m 4x6 cm Batang 8
Papan 4 m
5 (rangka pintu) 3x20 cm Lembar 2
6 Kayu 4 m 3x4 cm Batang 6
Bahan Toko
7 Semen 50 kg zak 1,5
Seng gelombang
8 0,3 mm/asbes 90x240 cm Lembar 2

44
9 Triplek 0,5 mm 80x210 cm Lembar 1
Ensel besi/kupu-
10 kupu - Pasang 1
11 Grendel pintu - Unit 1
12 Tarikan pintu - Unit 2
13 Paku campuran kg 0,25
Upah
14 Tukang terampil - oh 2
Jumlah Harga
Tabel 19. Bahan, Alat dan Upah untukRumah Jamban
Dinding Batu Bata dan Gedek atap

T4 Slab Plengsengan Beton/Pasangan Bata


Kelebihan:Mudah dibuat; biaya relatif murah; mudah
dibersihkan; lebih aman karena slab tidak langsung diatas
lubang penampungan tinja
Kekurangan:Membutuhkan tempat/ lahan yang lebih luas
Umur pemakaian:Lama
Tips pembuatan:Kemiringan plengsengan harus diperhatikan;
plengsengan harus licin

Gambar 16.Slab Plengsengan Beton/Pasangan Bata

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
1 Batu Bata - Buah 80
2 Pasir pasang - m3 1
3 Kerikil - m3 0,25
Bahan Toko

45
4 Semen 50 kg Zak 1,5
Pipa Pvc Type-C
5 0 4 4m m 1,5
Upah
6 Tukang sendiri - oh 1
Jumlah Harga
Tabel 20. Bahan, Alat dan Upah untuk Slab Plengsengan
Beton/Pasangan Bata

Catatan :
Dudukan jamban ukuran rata-rata 100 x 100 cm dengan
plengsengan

B4 Cubluk Penguatan Pasangan Batu Bata


Sumur berlapisan batu bata
Kelebihan:Mencegah keruntuhan sumur; dapat digunakan
selama bertahun-tahun; cocok untuk semua jenis tanah dan
permukaan air tanah yang tinggi.
Kekurangan:Biaya relative mahal; membutuhkan waktu untuk
membangun; memerlukan tukang yang terampil.

Gambar 17.Cubluk Penguatan Pasangan Batu Bata

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga

46
Bahan Lokal
1 Batu bata - Buah 400
2 Pasir pasang - m3 1,5
3 Ijuk - karung 0,5
Bahan Toko
4 Semen 50 kg zak 1,5
Pipa besi (Gi
5 Light 1,0) 6m batang 0,5
6 Tee Gi 1,0 - unit 1
Upah
7 Tukang terampil - oh 2
Gali sendiri
8 80-100 cm - unit 1
Jumlah Harga
Tabel 21. Bahan, Alat dan Upah untuk Cubluk Penguatan
Pasangan Batu Bata
Catatan :
Cubluk tunggal dengan susunan bata berlubang (susunan
sarang tawon)

A5 Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan Atap


Rangka kayu; dinding batubata; lantai ubin dan atap
seng/genteng
Kelebihan:Desain sangat kuat dan tahan lama; memberikan
privasi yang sangat baik; memerlukan sangat sedikit
perbaikan jika dibangun dengan baik.
Kekurangan:Memerlukan biaya yang lebih banyak;
memerlukan tukang bangunan yang terlatih.
Umur pemakaian:Lama

47
Gambar 18.Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan
Atap

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
1 Batu Bata - Buah 700
2 Pasir pasang - m3 4,5
Balok Kayu 6x10
3 cm 4m Batang 4
4 Kayu 4x6 cm 4m Batang 4
Papan (rangka
5 pintu) 3x20 cm 4m Lembar 2
6 Kayu 3x4 cm 4m Batang 6
Bahan Toko
7 Semen 50 kg zak 2,5
Seng gelombang
8 0,3 mm/asbes 90x240 cm Lembar 2
9 Triplek 0,5 mm 80x210 cm Lembar 1
Ensel besi/kupu-
10 kupu - Pasang 1
11 Grendel pintu - Unit 1
12 Tarikan pintu - Unit 2
13 Paku campuran kg 0,25
Upah
14 Tukang terampil - oh 4
Jumlah Harga
Tabel 22. Bahan, Alat dan Upah untuk Rumah Jamban
Dinding Batu Bata dengan Atap

T5 Slab Beton dan Kloset Keramik

48
Kelebihan:Bangunan kuat; mudah dibersihkan.
Kekurangan:Memerlukan biaya yang lebih banyak
Umur pemakaian:Lama
Tips pembuatan:Lantai dapat dilapisi dengan keramik, untuk
memudahkan membersihkan

Gambar 19.Slab Beton dan Kloset Keramik


N Ukuran di Jumla Harga Jumlah
o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
Batu Bata
(tergantung
1 ukuran bak) - Buah 250
2 Pasir pasang - m3 1
3 Kerikil - m3 0,25
Bahan Toko
4 Semen 50 kg Zak 1
Kloset leher
5 angsa - Unit 1
Pipa Pvc Type-C
6 0 4 4m m 2
Upah
7 Tukang sendiri - oh 1
Jumlah Harga
Tabel 23. Bahan, Alat dan Upah untuk Slab Beton dan Kloset
Keramik
Catatan :

49
Dudukan jamban ukuran rata-rata 0,9 x 0,9 m dengan kloset
leher angsa dengan bak air

B5 Cubluk Kembar-Penguatan Pasangan Batu Bata


Sumur berlapisan batu bata
Kelebihan:Mencegah keruntuhan sumur; dapat digunakan
selama bertahun-tahun; cocok untuk semua jenis tanah dan
permukaan air tanah yang tinggi; terdapat bak cadangan jika
bak penampung tinja penuh/sedang diperbaiki; tinja yang
tertampung dapat dijadikan kompos sebelum dikuras.
Kekurangan:Memerlukan biaya yang lebih banyak;
membutuhkan waktu untuk membangun; memerlukan tukang
yang terampil; butuh lahan yang lebih luas.

Gambar 20. Cubluk Kembar-Penguatan Pasangan Batu Bata

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
1 Batu bata - Buah 800
2 Semen 50 kg Zak 3
3 Pasir pasang - m3 2
4 Kerikil - m3 0,5
5 Ijuk - karung 1
Bahan Toko
6 Besi beton 5 12 m Lonjor/batan 2

50
mm g
Kawat beton
7 (bendrat) - kg 1
Pipa PVC type
8 C 3 4m batang 1
Pipa besi (Gi
9 Light 1,0) 6m batang 4
10 Tee Gi 1,0 - unit 2
Upah
Tukang
11 terampil - oh 4
Gali sendiri
12 100 cm 160 cm unit 2
Jumlah Harga
Tabel 24. Bahan, Alat dan Upah untuk Cubluk Kembar-
Penguatan Pasangan Batu Bata
Catatan :
Cubluk kembar dengan susunan bata berlubang (susunan
sarang tawon)
B6 Tangki Septik
Keuntungan:Lebih sehat; bersih dan tidak menimbulkan
pencemaran; penampung tinja tidak cepat penuh; dan dapat
dikuras/ dikosongkan bila penuh.
Kerugian:Memerlukan biaya yang lebih banyak dan perlu
keahlian teknis.

Gambar 21.Tangki Septik

51
N Ukuran di Jumla Harga Jumlah
o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
1 Galian tanah 2,65 m3
2 Bata merah 140 Buah
Besi beton
3 polos 450 kg
Dolken d= 8
4 cm/4 m 48 Btg
5 Kawat beton 9 Kg
Kayu terentang
6 (balok) 0,42 m3
7 Koral beton 2,82 m3
Minyak
8 begesting 4,8 ltr
Paku biasa 2-
9 5 9,6 batang
10 Pasir beton 2,47 Kg
11 Pasir pasang 0,13 m3
12 Pasir urug 0,14 m3
13 Semen PC 1164 Kg
14 Semen portland 256,4 Kg
15 Triplek 4 mm 8,4 lbr
Jumlah Harga
Tabel 25. Bahan, Alat dan Upah untuk Tangki Septik

5. Kerangka Teoritis

52
Bagan Teori Pendekatan Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-


elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan
berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu
yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan
dalam lima unsur, yaitu :
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri
dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method),
mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi waktu (minute),
lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam
sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari
lingkungan fisik dan non fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem
tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring, dan
rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu
sistem.

53
6. Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan
dan digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel
sistem, yang meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan
balik pada program pengawasan jamban. Digunakan sebagai pembanding
atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan jamban.
Berdasarkan jumlah keseluruhan jamban yang ada di wilayah kerja dan
jumlah sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau merupakan
fasilitas sanitasi yang layak. Fasilitas pembuangan tinja(jamban) yang
digunakan sendiri atau bersama,yang efektif untuk memutus mata rantai
penularan penyakit sesuai Kepmenkes no.852/Menkes/KS/IX/2008,
dilengkapi dengan septik tank/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL),
dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang tertutup dan
pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.

54
BAB III
METODE MINI PROJECT

1. Sasaran Kegiatan
Kegiatan diikuti oleh warga dusun Bahbul Desa Cimangenteung
kecamatan Rangkasbitung yang tidak menggunakan jamban sehat serta dihadiri
pula oleh warga dan kader dusun Bahbul.

2. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan Fungsi jamban sehat dalam memutus mata rantai
diare.
Pengisian kuesioner
Penyuluhan mengenai jamban sehat
Monitoring dan evaluasi

3. Pelaksanaan Kegiatan
Tanggal Kegiatan Pelaksana
10 Agustus 2016 Pendaftaran dan Pengisian dr.internsip dan kader
Absensi.
Pengisian kuesioner oleh peserta dr. internsip dan kader
penyuluhan.
Penyampain materi Fungsi dr. internsip
Jamban Sehat dalam memutus
mata rantai diare.

Sesi tanya jawab dr. internsip dan


peserta penyuluhan

55
Saran atau anjuran untuk warga dr. internsip
dusun Bahbul tentang jamban
sehat.
Dan sekilas tentang metode cuci
tangan yang benar
Penutupan acara Penyuluhan dr. internsip dan kader

56
BAB IV
HASIL MINI PROJECT

4.1 Profil Komunitas Umum


Profil komunitas wilayah Dusun Bahbul Desa Cimangenteung Kecamatan
Rangkasbitung secara umum adalah masyarakat perdesaan dan sebagian lagi
mendekati perilaku masyarakat perkotaan.
4.2 Data Geografi
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Nameng Kecamatan
Rangkasbitung, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sindang Mulya
Kecamatan Maja, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Citeras Kecamatan
Rangkasbitung Sebelah barat berbatasan dengan Desa Narimbang Mulya
Kecamatan Rangkasbitung

4.3Data Demografi
4.3.1 Jumlah Penduduk
Di Desa Cimangenteungterdapat 1322 KK dengan jumlah penduduk 4519
jiwa, dimana pada Dusun Bahbul terdapat 152 KK dengan jumlah
penduduk 693 jiwa.
4.3.2 Mata Pencaharian
Sebagian besar warga Desa Cimangenteung bekerja sebagai buruh tani.
835 jiwa
4.4 Sumber Daya Kesehatan yang Ada
Di Desa Cimangenteung terdapat 1 orang Pembina Desa, 40 orang Kader.
4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada
Di Desa Cimangenteung terdapat 1 buah Pustu dan 8 Pos Posyandu
4.6 Penyuluhan Fungsi Jamban Sehat Dalam Memutus Mata Rantai
Diare.
Penyuluhan mengenai fungsi jamban sehat dalam memutus mata rantai
diare dilakukan di musholla di wilayah dusun Bahbul desa Cimangenteung,

57
kegiatan ini dilakukan untuk memberi pengetahuan mengenai pentingnya jamban
sehat dalam memutus mata rantai suatu penyakit. Selain itu dalam kegiatan ini
juga diajarkan cara cuci tangan yang baik dan benar dengan menggunakan air
mengalir dan sabun serta teknik cuci tangan tujuh langkah. Kegiatan ini bertujuan
untuk memicu keinginan masyarakat setempat yang belum meiliki jamban agar
berusaha memiliki jamban dan masyarakat yang belum memiliki jamban sehat
memperbaiki jamban mereka agar lebih sehat.

Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut :


NO TANGGAL TEMPAT PESERTA
. PENYULUHAN
1 10 Agustus MUSHOLLA 50
2016

4.7Survei Jamban milik warga dusun Bahbul desa Cimangenteung


Survei jamban milik warga dusun Bahbul desa Cimangenteung dilakukan
pada tahun Januari Desember 2015 dengan mengumpulkan data kepemilikan
jamban warga desa Bahbul dan mengunjungi beberapa rumah warga dan melihat
langsung jamban yang dimiliki oleh warga. Survei ini dilakukan untuk
mengetahui sebaran jamban yang ada di wilayah kelurahan cimangenteung
desaBahbul dan berbagai bentuk jamban yag dimiliki oleh warga dan untuk
mengetahui apakah jamban yang sudah ada memenuhi kriteria jamban sehat. Dari
kegiatan ini didapatkan hasil

58
Data Jamban Keluarga dalam KK di Desa Cimangenteung Tahun 2015
Jenis Jenis jamban dalam KK

STOP BAB SEMBARANGAN


BAB
SEMBARANGAN
JSP JSSP
Jumlah
No
LEHER ANGSA + SEPTIC

SUNGAI, EMPANG,, KEBUN


JAGA

WC TANPA SEPTIC TANK


PLENGSENGAN
dalam

LEHER ANGSA

CEMPLUNG

NUMPANG
MCK
(KK)
Desa
TANK

1 Cimangenteung 717 88 4 73 38 204 28 141 882


Rangkasbitung
2 1468 206 4 1 55 83 33 17 1679
Barat
3 Jatimulya 1960 20 6 17 7 97 18 41 2003
4 Cijoro Lebak 1560 85 5 48 91 42 58 98 1698
5 MC Barat 1547 42 7 5 18 50 225 63 1601
Pasir Tanjung 15
6 776 52 62 35 51 22 99 1043
3
7 Narimbang Mulia 1256 80 71 29 21 65 5 96 1436
Rangkasbitung
8 816 118 22 64 73 96 122 136 1020
Timur
9 MC. Timur 2310 82 12 3 50 62 51 15 2407
10 Cijoro Pasir 1124 41 5 21 18 57 13 42 1191
19 41 40
TOTAL 13534 814 807 575 748 14960
8 4 6

JAGA (Jamban Keluarga) meliputi :


Leher Angsa + Septic Tank, Leher Angsa, Plengsengan, Cemplung

Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi kepemilikan jamban warga Kecamatn
Rangkasbitung yang terdiri dari 10 desa, dari data diatas dapat diketahui jenis-
jenis jamban dalam KK yang digunakan oleh warga. Jika di presentasekan maka
Penggunaan Jamban Leher Angsa + septic tank dalam KK didapatkan (77%)
yang berjumlah 13.534, Penggunaan Jamban Leher Angsa dalam KK
didapatkan (5%) yang berjumlah 814, Penggunaan Jamban Plengsengandalam
KK didapatkan (1%) yang berjumlah 198 , Penggunaan Jamban Cemplung
dalam KK didapatkan (2%) yang berjumlah 414, Penggunaan Jamban MCK

59
dalam KK didapatkan (2%) yang berjumlah 406, Penggunaan Jamban
Numpang dalam KK didapatkan (5%) yang berjumlah 807.
Sedangkan warga yang masih BAB sembarangan di Kecamatan
Rangkasbitung dibagi menjadi ;Penggunaan WC tanpa Septic Tankdalam KK
didapatkan (3%) berjumlah 575, dan BAB Sembarangan di Sungai, Empang dan
Kebun dalam KK didapatkan (4%) berjumlah 748. Dari distribusi penggunaan
jamaban dalam KK diatas dapat dilihat penggunaan JSP (Jamban Sehat
Permanen) jenis Leher Angsa + Septic Tank sudah cukup baik dengan presentase
77%, sedangkan penggunaan jenis jamban jenis lain yaitu JSSP (Jamban Sehat
Semi Permanen) berkisar antara 1%- 5% dimana tidak terlalu tinggi angka
presentasenya.
Jika diambil secara garis besar dapat dilihat grafik antara yang Tidak BAB
sembarangan dalam KKmeliputi :(Leher Angsa + Septic Tank, Leher Angsa,
Plengsengan, Cemplung, MCK, Numpang)didapatkan 92% berjumlah 16.173
dan BAB Sembarangan dalam KK meliputi (Wc Tanpa Septic Tank, &
Sungai, Empang,, Kebun) didapatkan 8% berjumlah 1.323 , dimana masih tinggi
angka presentase warga yang Tidak BAB sembarangan (92%) dibandingkan
dengan BAB sembarangan (8%).
120%
0.92
100%

80%

60%

40%

20%
0.08
0%
BAB SEMBARANGAN TIDAK BAB SEMBARANGAN

Data Jamban Keluarga dalam Jiwa di Desa Cimangenteung Tahun 2015

60
Jenis Jenis jamban dalam (Jiwa)

STOP BAB SEMBARANGAN BAB


SEMBARANGA
JSP JSSP N
N

LEHER ANGSA + SEPTIC

SUNGAI, EMPANG,, KEBUN


WC TANPA SEPTIC TANK
o TOTAL

PLENGSENGAN
LEHER ANGSA

CEMPLUNG

NUMPANG
MCK
Desa
TANK

Cimangenteun 102 102


1 3055 440 20 365 112 705
g 0 0 6737
Rangkasbitung
2 5565 530 20 5 275 215 165 85
Barat 6860
3 Jatimulya 5880 74 30 165 35 385 90 105 6764
4 Cijoro Lebak 6785 275 15 176 355 210 90 240 8146
5 MC Barat 7735 105 25 5 90 250 1110 315 9635
Pasir Tanjung 26
6 2675 125 700 125 255 110 495
0 4745
Narimbang 22
7 4985 220 124 105 215 15 480
Mulia 5 6369
Rangkasbitung 11
8 1370 590 280 365 375 555 680
Timur 0 4325
9 MC. Timur 9405 360 60 15 250 310 155 0 10555
10 Cijoro Pasir 5290 205 25 105 90 90 285 210 6300
5318 295 79 194 271 342
TOTAL 2687 3315 141433
0 0 0 0 0 5

Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi kepemilikan jamban warga Kecamatn
Rangkasbitung yang terdiri dari 10 desa, dari data diatas dapat diketahui jenis-
jenis jamban dalam Jiwa yang digunakan oleh warga. Jika di presentasekan
maka Penggunaan Jamban Leher Angsa + septic tank dalam Jiwa didapatkan
(75%) yang berjumlah 53.180, Penggunaan Jamban Leher Angsa dalam Jiwa
didapatkan (4%) yang berjumlah 2.950, Penggunaan Jamban
Plengsengandalam Jiwa didapatkan (1%) yang berjumlah 790 , Penggunaan
Jamban Cemplung dalam Jiwa didapatkan (3%) yang berjumlah 1.940,
Penggunaan Jamban MCK dalam Jiwa didapatkan (4%) yang berjumlah 2.710,

61
Penggunaan Jamban Numpang dalam Jiwa didapatkan (5%) yang berjumlah
3.425.
Sedangkan warga yang masih BAB sembarangan di Kecamatan
Rangkasbitung dibagi menjadi ; Penggunaan WC tanpa Septic Tank dalam
Jiwa didapatkan (4%) berjumlah 2.687, dan BAB Sembarangan di Sungai,
Empang dan Kebun dalam Jiwa didapatkan (5%) berjumlah 3315. Dari
distribusi penggunaan jamaban dalam Jiwa diatas dapat dilihat penggunaan JSP
(Jamban Sehat Permanen) jenis Leher Angsa + Septic Tank sudah cukup baik
dengan presentase 75%, sedangkan penggunaan jenis jamban jenis lain yaitu JSSP
(Jamban Sehat Semi Permanen) berkisar antara 1%- 5% dimana tidak terlalu
tinggi angka presentasenya.
Jika diambil secara garis besar dapat dilihat grafik antara yang Tidak BAB
sembarangan dalam Jiwameliputi :(Leher Angsa + Septic Tank, Leher Angsa,
Plengsengan, Cemplung, MCK, Numpang)didapatkan 92% berjumlah 64.995dan
BAB Sembarangan dalam Jiwa meliputi (Wc Tanpa Septic Tank, & Sungai,
Empang,, Kebun) didapatkan 8% berjumlah 6.002 , dimana masih tinggi angka
presentase warga yang Tidak BAB sembarangan (92%) dibandingkan dengan
BAB sembarangan (8%).
Akan tetapi kami ingin menilai dan melihat penggunaan jamban sehat di
dusun Bahbul Desa Cimangenteung dimana dari Bidan Desa dan ibu Kader-Kader
Desa melaporkan bahwa masih tingginya angka BAB sembarangan di Kebun dan
lain-lain, berikut adalah tabelnya :

Data Kepemillikan Jamban Sehat di Dusun Bahbul Desa Cimangenteung


Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Tahun 2015

Buang Air Besar


JML JML Jamban Jamban Sehat Jamban Sehat
Sembarangan
KK Jiwa Sharing Permanen Semi Permanen
(BABS)
KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa
152 693
10 38 43 213 4 17 56 198

62
Namun hasil dari pendataan didapatkan hasil yang masih cukup tinggi yaitu
198 jiwa yaitu (29%), dari jumlah warga di Dusun Bahbul yaitu 693 orang. Di
khawatirkan dalam jangka waktu panjang akan memberikan dampak buruk bagi
kesehatan warga Dusun Bahbul. Pada pembahasan selanjutnya akan dilampirkan
diagram dan grafik dari hasil pengisian kuesioner yang diisi oleh warga Bahbul
yang hadir dalam sosialisasi dan penyuluhan penggunaan jamban sehat.

Berikut diagram Data Kepemilikian Jamban di Dusun Bahbul,


Desa Cimangenteung dari hasil pengisian kuesioner :

DATA KEPEMILIKAN JAMBAN DUSUN BAHBUL

44.00PUNYA
56.00 % TIDAK PUNYA
%

Dari 50 warga yang hadir didapatkan 44% warga yang hadir memiiliki
jamban yaitu sejumlah 22 orang dan 56% persen sisanya tidak memiliki jamban
(28 orang), dimana jumlahnya hampir sebanding.

63
DATA JENIS JAMBAN DUSUN BAHBUL
CEMPLUNG TANPA TUTUP CEMPLUNG DENGAN TUTUP SHARING

LEHER ANGSA 8.89%


TIDAK ADA
2.22%
4.44%
57.78% 26.67%

Diatas merupakan diagram dari jenis jamban yang dimiliki warga yang
hadir yang berjumlah 50 orang, didapatkan 27% warga yang hadir memiiliki
Jamban Sehat Permanen (Leher Angsa) yaitu sejumlah 12 orang,Jamban Sehat
Semi Permanen yang terdiri dari Jamban Cemplung Tanpa Tutup terdapat 9%
yaitu sejumlah 9 orang dan Jamban Cemplung dengan Tutup terdapat 1% yaitu
sejumlah 1 orang sisanya tidak memiliki jamban (28 orang) yaitu yang Sharing
atau menumpang terdapat 4% berjumlah 2 orang & yang BAB Sembarangan di
kebun, sungai , dan lain-lain terdapat 58% berjumlah 26 orang.
Selain itu juga didapatkan bahwa bentuk jamban cemplung yang dimiliki
warga sebagian besar dindingnya terbuat dari karung bekas, dengan slab atau
tempat pijakan jamban terbuat dari bambu dan kayu maupun batu dengan
sebagian sisi lainnya ditutupi oleh dau-daun kering. Dan sebagian besar juga tidak
memiliki tutup jamban.

4.8 Hasil Penyuluhan Jamban Sehat

64
Berikut adalah hasil dari pengisian kuesioner kepemilikan jamban dan
perilaku buang air besar warga Dusun Bahbul yang hadir pada acara penyuluhan
mengenai fungsi jamban sehat dalam memutus mata rantai diare yang
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 10 Agustus 2016.

Dari hasil kuesioner didapatkan hasil sebagai berikut :

JENIS KELAMIN
90%

80%

70%
84%
60%

50% JENIS KELAMIN

40%

30%

20%

10%

0%
16%
LAKI-LAKI PEREMPUAN

Dari 50 warga yang hadir didapatkan 84% warga yang hadir adalah
perempuan yaitu sejumlah 42 orang dan 16% persen sisanya adalah laki-laki (8
orang) dimana terdapat juga banyak anak-anak kecil yang dibawa oleh bapak dan
ibu yang menghadiri acara.

65
PENDIDIKAN

4.00% TIDAK SEKOLAH


18.00% 24.00%
TIDAK TAMAT SD
SD
6.00%
SMP/MTS
SMA/SMK/MA
PERGURUAN TINGGI

48.00%

Dari 50 warga yang hadir sebagaian besar berpendidikan SD sebanyak


48% yaitu sejumlah 24 orang, selain itu 18% berpendidikan SMP sederajat yaitu
sejumlah 9 orang, 4% SMA sederajat atau sejumlah 2 orang. Sisanya sebanyak
6% tidak tamat SD sejumlah 3 orang , 24% tidak sekolah (12 orang) dan tidak
ada yang berpendidikan sampai ke perguruan tinggi.

66
PEKERJAAN

18.00%
BURUH TANI
PETANI
KARYAWAN
4.00% PEDAGANG
4.00% WIRASWASTA
LAIN-LAIN
8.00%
66.00%

Dari 50 warga yang hadir sebanyak 18 % warga yang hadir adalah buruh
tani yaitu berjumlah 9 orang dan 66% lainnya memilih lain-lain yaitu berjumlah
33 orang, pada pilihan lain-lain ini beberapa warga berprofesi sebagai buruh
pabrik, tidak bekerja maupun sebagai ibu rumah tangga. Dan sebagaian kecil
lainnya berprofesi sebagai wiraswasta (8%) berjumlah 4 orang, Pedagang (0%),
dan Petani (4%) berjumlah 2 orang.

67
PENGHASILAN
PENGHASILAN

86%

10%
4%
0%

<500.000 500.000-1.000.000 1.000.000 >1.500.000

Dari 50 warga yang hadir sebanyak 86% warga hanya memiliki


penghasilan < 500.000 per bulan yaitu sejumlah 43 orang. Sedangkan yang
memiliki penghasilan antara 500.000-1.000.000 sebanyak 10% yang berjumlah 5
orang, dan yang memiliki penghasilan antara 1.000.000-1.500.000 sebanyak 4%
berjumlah 2 orang serta tidak ada warga yang memiliki penghasilan >1.500.000
per bulan.

68
Menurut Anda Apakah Penting BAB di Jamban ?

Penting

Tidak Penting

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Dari 50 warga yang hadir juga semuanya menganggap BAB di jamban


adalah penting yaitu sebanyak 100%.Dan tidak ada yang menganggap BAB di
jamban tidak penting.

Apakah Anda Tahu Syarat Jamban Sehat ?

Tahu

Tidak Tahu

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

69
Sebagaian warga sudah mengetahui syarat jamban sehat yaitu sebanyak
24% sedangkan sebagian lain tidak mengetahui syarat jamban sehat yaitu
sebanyak 76%.

Dimana Anda Biasa Buang Air Besar ?

Lain-Lain 46%

Sawah 4%

Sungai 10%

Jamban 40%

Dari 50 warga yang hadir kebiasaan Buang Air Besar mereka di jamban
didapatkan (40%) berjumlah 20 orang, yang biasa BAB di sungai (10%)
berjumlah 5 orang, yang biasa BAB di sawah adalah (4%) berjumlah 2 orang dan
sisanya BAB di tempat lain-lain yaitu (46%) berjumlah 23 orang. Dimana BAB di
tempat lain-lain biasanya dilakukan oleh warga di Kebun atau di Kresek plastik.

70
Apakah Anda Selalu Cuci Tangan Setelah BAB ?

Ya

Tidak

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Dari 50 warga yang hadir yang semua warga selalu melakukan kebiasaan
mencuci tangan setelah BAB yaitu 100%.Mereka yang tidak memiliki jamban
saat BAB di kebun atau di sawah dan lain-lain biasanya membawa ember untuk
cuci tangan dan cebok setelah BAB.

Apakah Jamban Yang Anda Miliki Termasuk Jamban Sehat ?

Ya

Tidak

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

71
Dari 50 warga yang hadir menurut mereka jamban yang mereka miliki
sudah termasuk jamban sehat (30%) berjumlah 15 orang dan cukup banyak yang
meganggap jamban mereka masih belum sehat (70%) yaitu berjumlah 35
orang.Dari pertanyaan ini bisa banyak warga yang tau bahwa jamban dan
kebiasaan BAB mereka tidak sehat.

Apakah Anda Ingin Memiliki Jamban Sehat Sendiri ?

Ya
Apakah Anda Ingin Memiliki
Jamban Sehat Sendiri ?

Tidak

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Dan Seluruh warga yang belum memiliki jamban dan yang menganggap
jamban mereka belum termasuk jamban sehat mempunyai keinginan untuk
memiiliki jamban sehat yaitu 100%.

4.9 Evaluasi dan Monitoring


Evaluasi dan monitoring dilakukan oleh kader kesehatan lingkungan
wilayah setempat dengan mengunjungi rumah warga dengan melakukan observasi
dan pengisian form penilaian jamban sehat dan juga dapat dilakukan oleh staf
puskesmas. Selain itu juga dilakukan evaluasi dan monitoring pada saat
pertemuan desa siaga yang dilaksanakan tiap bulan.Dan dilakukan survey
kepemilikan jamban keluarga sehat oleh puskesmas desa Cimangenteung.

72
BAB V
DISKUSI

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga, Studi Mortalitas Dan


Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi
penyebab utama kematian balita di Indonesia. Angka cakupan penderita diare
tahun 2015 di Kecamatan Rangkasbitung sebesar 52%. Berdasarkan data 10
penyakit terbanyak Puskesmas Pembantu Cimangenteung Kecamatan
Rangkasbitung Kabupaten Lebak tahun 2015, penyakit diare termasuk dalam
urutan ke-7. Data tersebut diperoleh dari hasil pencatatan bulanan Pustu
Cimangenteung yang terdiri dari beberapa wilayah cakupan kerja, dan pencatatan
ini tidak meliputi hasil data penyakit diare dari klinik swasta maupun mantri.

Berdasarkan hasil kuesioner peserta penyuluhan didapatkan data


kepemilikan jamban sehat di Dusun Bahbul masih rendah yaitu sebanyak 56%
yang belum memiliki jamban oleh karena berbagai faktor yaitu diantaranya dari
faktor pendidikan didapatkan data bahwa sebagian besar warga memiliki tingkat
pendidikan yang rendah (48% SD, 6% tidak tamat SD dan 24% tidak sekolah),
faktor pekerjaan yang sebagian besar masuk dalam kategori lain-lain (buruh
pabrik, tidak bekerja maupun sebagai ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 66%, dan
faktor penghasilan yaitu sebanyak 86% berpenghasilan < Rp 500.000,00/bulan.
Ketiga faktor tersebut yang mempengaruhi tingkat kepemilikan jamban sehat,
walaupun dari hasil kuesioner sebanyak 100% warga menjawab penting untuk
BAB di jamban.

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan diskusi bersama tim puskesmas


diperoleh bahwa kegiatan Gerakan Jamban Sehat ini bermanfaat bagi
masyarakat, khususnya masyarakat dusun Bahbul. Materi-materi yang diberikan
saat penyuluhan kesehatan pada kegiatan ini dapat menambah pengetahuan
masyarakat tentang jamban sehat dan berbagai manfaatnya serta cara cuci tangan
yang benar dan manfaat dari cuci tangan tersebut. Kegiatan ini juga meningkatkan

73
kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat dan memicu
masyarakat untuk membangun jamban sehat yang sesuai dengan kondisi
masyarakat setempat. Selain itu dengan dilakukannya demo simulasi yang
menjelaskan bahwa air yang dikonsumsi warga sehari-hari merupakan air yang
tercemar oleh kotoran maka diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga
dusun Bahbul untuk menerapkan perilaku tidak buang air besar di sembarang
tempat.

74
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari Gerakan Jamban Sehat yang telah dilakukan di Desa Bahbul


didapatkan bahwa latar belakang masyarakat yang sebagian besar masih memiliki
tingkat pendidikan rendah dan penghasilan yang juga rendah mempengaruhi pola
pikir masyarakat setempat mengenai jamban sehat yang dianggap suatu barang
yang mahal dan menempatkan jamban bukan sebagai prioritas untuk dimiliki.
Dengan adanya kegiatan ini masyarakat yang sudah memiliki jamban supaya
dapat membuat jamban mereka lebih memenui kriteria jamban sehat. Sehingga
jamban yang ada dapat benar-benar memutus mata rantai penyakit diare.
Sedangkan untuk masyarakat yang belum meiliki jamban agar menjadikan jamban
sebagai prioritas untuk dimiliki. Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan suatu
landasan untuk menuju masyarakat Bahbul ODF.
Saran dari kegiatan ini adalah semoga kegiatan ini dapat dilanjutkan
dengan deklarasi desa Bahbul ODF, untuk itu dibutuhkan dukungan dan
kerjasama yang baik dengan desa siaga serta aparat pemerintahan desa setempat
yang diharapkan dapat menindaklanjuti kegiatan ini dengan:

1. Membuat tabungan berbasis masyarakat dan kelompok arisan dengan cara


membuat pola perputaran dana skala kecil dimana setiap anggota
masyarakat atau kelompok memberikan uang dalam jumlah kecil setiap
bulannya. Cara pengelolaan dana biasanya diputuskan sendiri didalam
kelompok. Program seperti ini memiliki kecenderungan sukses yang tinggi
karena anggotanya akan saling mendukung walaupun mungkin akan
membutuhkan waktu yang lama agar semua anggota bisa mendapatkan
fasilitas sanitasi yang layak. Cara lainnya adalah arisan, ini mirip dengan
tabungan berbasis masyarakat, namun perbedaannya adalah anggota
masyarakat harus membayarkan sejumlah uang tertentu setiap periode
tertentu dan kemudian akan dipilih secara acak (biasanya dengan

75
mengundi) untuk memutuskan siapa anggota masyarakat yang berhak
mendapat dana periode tersebut.
2. Melakukan pemeliharaan sarana sanitasi bagi warga yang sudah memiliki
jamban yaitu seperti menyediakan penampungan air dan gayung di dalam
kamar mandi untuk menyimpan air, membersihkan kotoran, mencuci
tangan dan membersihkan jamban serta mengajari semua pengguna
jamban (khususnya anak-anak) untuk melakukan hal yang sama juga.

Dan semoga kegiatan-kegiatan serupa yang bertujuan membuat masyarakat ODF


dapat dilaksanakan di seluruh desa di wilayah Cimangeunteung sehingga dapat
mewujudkan dusun Bahbul ODF dan selanjutnya menuju sanitasi total.

76
LAMPIRAN 1
KUESIONER
KEPEMILIKAN JAMBAN DAN PERILAKU BUANG AIR BESAR

IDENTITAS DIRI
NAMA
JENIS KELAMIN L P
PENDIDIKAN
TIDAK SEKOLAH SMP/ MTS
TERAKHIR
TIDAK TAMAT SD SMA/ SMK/ MA
SD PERGURUAN TINGGI

PEKERJAAN BURUH TANI PEDAGANG


PETANI WIRASWASTA
LAIN-
KARYAWAN
LAIN

PENGHASILAN < 500.000 1.000.000 1.500.000


500.000 1.000.000 > 1.500.000

PENGETAHUAN MENGENAI PERILAKU BAB DAN JAMBAN SEHAT


1. MENURUT ANDA APAKAH PENTING BUANG AIR BESAR DI JAMBAN
?
PENTING TIDAK PENTING

2. APAKAH ANDA TAHU SYARAT-SYARAT JAMBAN SEHAT ?


TAHU TIDAK TAHU

PERILAKU BUANG AIR BESAR


3. DIMANA ANDA BIASA BUANG AIR BESAR ?
JAMBAN SAWAH
SUNGAI LAIN-LAIN

4. APAKAH ANDA SELALU CUCI TANGAN SETELAH BUANG AIR


BESAR ?
YA TIDAK

KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT


5. APAKAH ANDA MEMILIKI JAMBAN ?
YA TIDAK

6. JENIS JAMBAN APA YANG ANDA MILIKI ? (UNTUK YANG SUDAH


PUNYA JAMBAN)
CEMPLUNG TANPA TUTUP LEHER ANGSA

77
CEMPLUNG DENGAN TUTUP

7. MENURUT ANDA APAKAH JAMBAN YANG ANDA MILKI TERMASUK


JAMBAN SEHAT ? (UNTUK YANG SUDAH PUNYA JAMBAN)
YA TIDAK

8. APAKAH ANDA INGIN MEMILIKI JAMBAN SEHAT SENDIRI ? (UNTUK


YANG BELUM PUNYA JAMBAN)
YA TIDAK

78
LAMPIRAN 2

Form Penilaian Jamban Sehat


NAMA :
ALAMAT :
JENIS JAMBAN YANG DIMILIKI:
CEMPLUNG TANPA TUTUP LEHER ANGSA
CEMPLUNG DENGAN SHARING
TUTUP
TIDAK ADA

NO PERTANYAAN JAWABAN

APAKAH JAMBAN YANG ADA


1 YA
MEMILIKI ATAP ? TIDAK
APAKAH JAMBAN YANG ADA
2 YA
MEMILIKI RANGKA DAN DINDING ? TIDAK
APAKAH SLAB/DUDUKAN JAMBAN
3 YA
YANG ADA SUDAH AMAN ? TIDAK
APAKAH JAMBAN YANG ADA

4 MENIMBULKAN BAU YANG TIDAK YA
TIDAK
SEDAP ?
APAKAH ADA TUTUP JAMBAN PADA
5 YA
LUBANG JAMBAN ? TIDAK
ADAKAH FASILITAS

6 PENAMPUNGAN AIR DAN SABUN YA
TIDAK
UNTUK CUCI TANGAN ?
APAKAH JARAK SUMUR TINJA

7 DENGA SUMBER AIR LEBIH DARI 10 YA
TIDAK
M?

79
ESTIMASI RANCANGAN ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN JAMBAN
SEHAT UNTUK WARGA DI DUSUN BAHBUL

Jenis Jamban :

A3 Rumah Jamban Dinding Kayu dengan Atap Seng


Rangka kayu; dinding kayu dengan atap seng
Kelebihan:Dapat digunakan untuk waktu yang lama. Mudah dikerjakanoleh
tukang kayu; memberikan privasi yang baik kepada penggunanya.
Kekurangan:Lebih mahal; sesekali perlu diperbaiki dan dipelihara; kayudapat
berkurang kekuatannya oleh rayap dan cairan.
Umur pemakaian:Menengah sampai panjang
Tip pembuatan:Kayu/papan akan lebih kuat bila disemprot anti rayap/diolesi
dengan oli bekas

Jumlah
Ukuran di Harga Harga
No Bahan/Upah Pasar Satuan Jumlah satuan (Rp) (Rp)
Bahan Lokal
1 Papan 4 m 3x20 cm Lembar 20 25.000 500.000
2 Usuk kayu 4 m 4x6 cm Batang 8 18.000 144.000
Bahan Toko
3 Paku 3 cm kg 0,5 6.000 6.000
4 Paku payung 4 cm kg 0,5 8.000 8.000
Seng gelombang
5 0,3 mm 90x240 cm lembar 2 62.000 124.000

80
Upah
6 Tukang sendiri - oh 2
Jumlah Harga

T5 Slab Beton dan Kloset Keramik


Kelebihan:Bangunan kuat; mudah dibersihkan.
Kekurangan:Memerlukan biaya yang lebih banyak
Umur pemakaian:Lama
Tips pembuatan:Lantai dapat dilapisi dengan keramik,
untukmemudahkan membersihkan

Harga Jumlah
N Ukuran di Jumla satuan Harga
o Bahan/Upah Pasar Satuan h (Rp) (Rp)
Bahan Lokal
Batu Bata
(tergantung
1 ukuran bak) - Buah 250 600 150.000
2 Pasir pasang - m3 1 100.000 100.000
3 Kerikil - m3 0,25 50.000 50.000
Bahan Toko
4 Semen 50 kg Zak 1 65.000 65.000
Kloset leher
5 angsa - Unit 1 180.000 180.000
Pipa Pvc Type-C
6 0 4 4m m 2 220.000 440.000
Upah
7 Tukang sendiri - oh 1

81
Jumlah Harga
Catatan :
Dudukan jamban ukuran rata-rata 0,9 x 0,9 m dengan kloset
leher angsa dengan bak air

B3 Cubluk Kembar Penguatan Ring Beton


Susunan ring beton sampai pada kedalaman yang diperlukan.
Lubangdalam ring sebagai penampung cairan.
Kelebihan:Mudah dibangun oleh tukang batu, mencegah
runtuhnyasumur; dapat digunakan selama bertahun-tahun; cocok untuk
jenis tanahyang mudah runtuh; dapat digunakan untuk daerah dengan
permukaanair tanah yang tinggi.
Kekurangan:Opsi lebih mahal daripada sumur tanpa lapisan; ring
betonadalah barang-barang yang sangat berat untuk diangkut; diangkat
dandipasang; diperlukan pengalaman sebelumnya dalam pemasangan

N Ukuran di Jumla Harga Jumlah


o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
1 Pasir pasang - m3 1 100.000 100.000

82
Bahan Toko
2 Semen 50 kg zak 1 65.000 65.000
Ring/buis semen
3 (tinggi 60 cm) 90cm unit 8 20.000 160.000
Pipa besi /pralon
4 (Gi Light 0 1,0) 6m m 1 45.000 45.000
5 Tee Gi 0 1,0 - unit 2 10.000 10.000
Upah
6 Tukang terampil - oh 1
Jumlah Harga
Catatan :
Ukuran buis beton rata-rata diameter 90 cm, dengan tinggi 60-
80 cm/ring

Ukuran Harga Jumlah


No Bahan/Upah Satuan Jumlah
di Pasar satuan (Rp) Harga (Rp)
Bahan Lokal
1 Papan 4 m 3x20 cm Lembar 20 25.000 500.000
2 Usuk kayu 4 m 4x6 cm Batang 8 18.000 144.000
Bahan Toko
3 Paku 3 cm kg 0,5 6.000 6.000
4 Paku payung 4 cm kg 0,5 8.000 8.000
Seng gelombang 0,3 90x240
5 lembar 2 62.000 124.000
mm cm

Ukuran Harga
No Bahan/Upah Satuan Jumlah
di Pasar satuan (Rp)
Baha
n
Lokal
Batu Bata (tergantung
1 - Buah 250 600 150.000
ukuran bak)
2 Pasir pasang - m3 1 100.000 100.000
3
3 Kerikil - m 0,25 50.000 50.000
Baha
n
Toko
4 Semen 50 kg Zak 1 65.000 65.000
5 Kloset leher angsa - Unit 1 180.000 180.000
6 Pipa Pvc Type-C 0 4 4m m 2 220.000 440.000

Ukuran Harga
No Bahan/Upah Satuan Jumlah
di Pasar satuan
Baha
n
Lokal

83
1 Pasir pasang - m3 1 100.000 100.000
Baha
n
Toko
2 Semen 50 kg zak 1 65.000 65.000
Ring/buis semen
3 90cm unit 8 20.000 160.000
(tinggi 60 cm)
Pipa besi /pralon (Gi
4 6m m 1 45.000 45.000
Light 0 1,0)
5 Tee Gi 0 1,0 - unit 2 10.000 10.000
Upah
6 Tukang terampil - oh 2 150.000 300.000
Jumlah Harga 1,317.000

Mengetahui,
Dokter Pendamping Dokter Internsip,

dr. Dini Kuswiandri dr. ..


NIP. SIP.

84

You might also like