Professional Documents
Culture Documents
nternsip
PUSKESMAS, RANGKASBITUNG
Periode Juni s/d Oktober 2016
Oleh :
Pembimbing :
dr. Dini Kuswiandri
PUSKESMAS
RANGKASBITUNG
0
LEBAK, BANTEN
2016
LAPORAN KEGIATAN MINIPROJECT
GERAKAN JAMBAN SEHAT
Di Dusun Bahbul Di Desa Cimangenteung, Kecamatan Rangkasbitung ,Kota
Rangkasbitung Kabupaten Lebak
Oleh : dr. Internsip
BAB I
PENDAHULUAN
1
peningkatan akses sanitasi. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah
dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun
2015, yaitu salah satunya menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang
ataupunmasyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu lingkungan 45%,
perilaku 30%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.Status
kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara
bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Lingkungan mempunyai
pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan hasil studi WHO 2007, intervensi melalui modifikasi
lingkungan dapat menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%.
Modifikasi lingkungan tersebut termasuk cuci tangan pakai sabun
menurunkan risiko sebesar 45%, pengolahan air minum tingkat rumah
tangga menurunkan risiko sebesar 39%, pemanfaatan jamban menurunkan
risiko 32%, dan penyediaan air bersih yang menurunkan risiko 25%.3Hal
ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan
wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya
melalui cakupan pengawasan sarana jamban yang merupakan sanitasi
dasar.
Dari data yang ada menunjukkan bahwa kondisi kesehatan
lingkungan di kabupaten lebak tahun 2015 menunjukkan akses masyarakat
terhadap air bersih baru mencapai : 80,77% dan akses masyarakat terhadap
sarana sanitasi (jamban) baru mencapai : 67,18%, Angka cakupan akses
jamban keluarga pada kabupaten lebak tahun 2011 sebesar 44,96%, tahun
2012 sebesar 45,11%, tahun 2013 sebesar 48,69%, tahun 2014 sebesar
50,77%, dan tahun 2015 sebesar 67,18%, terjadi peningkatan dari 2011
sampai dengan 2015.
Angka cakupan akses jamban keluarga di kecamatan rangkas
bitung sebesar 76,49%. Sedangkan cakupan jamban keluarga di kecamatan
rangkas bitung sebesar 52,69%. Pada daerah rangkas sendiri cakupan
jamban sehat per KK di dusun Bahbul desa Cimangenteng sebesar 37,5%
2
sedangkan cakupan jamban sehat per jiwa sebesar 38,67%. Hal ini
menunjukkan kepemilikan jamban masih sangat rendah. Untuk itu, perlu
dilakukan suatu intervensi terhadap masyarakat di dusun tersebut agar
tujuan program ODF (Open Defecation Free) di Dusun Bahbul dapat
tercapai.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang
tempat
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat dan
cara cuci tangan yang benar
3. Meningkatkan kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat
4. Memberikan gambaran pembuatan jamban sehat keluarga serta
estimasi biaya pembuatan jamban sehat
5. Mengajarkan metode cuci tangan yang benar.
1.4 Manfaat
1. Meningkatkan kebersihan lignkungan
2. Memutus mata rantai penyebaran penyakit yang terkait dengan
sanitasi
3. Sebagai landasan menuju ODF (Open Defecation Free)
Bab III
Tinjauan Pustaka
3
1. Diare
1. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) yang mengalami
perubahan pada konsistensi dan atau frekuensi. Perubahan konsistensi
yang dimaksud adalah peningkatan kandungan air dalam feses, yaitu
lebih dari 10 ml/kgBB/hari (pada anak) atau lebih dari 200 ml/hari (pada
dewasa) (DEPKES RI, 1999). Pada bayi yang minum ASI sering
frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini masih
bersifat fisiologis atau normal.Selama berat badan bayi meningkat
normal maka tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa
sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna (IDAI,
2011).
2. Epidemiologi
Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare
merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%.
Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab
kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Penyebab kematian
bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan
pneumonia (23,8%). Demikian pula penyebab kematian anak balita (usia
12-59 bulan) terbanyak adalah diare (25,2%) dan pnemonia (15,5%)
(KEMENKES, 2011).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (KEMENKES,
2011).
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%),
tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%).
4
Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD,
Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua) (KEMENKES,
2011).
Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok
umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun)
yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan
perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada
perempuan (KEMENKES, 2011).
3. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan
sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan
toksik, iskemik dan sebagainya. Diare akut karena infeksi dapat
ditimbulkan oleh infeksi enteral dan parenteral. Penyebab infeksi enteral
karena bakteri antara lain Enterotoxigenic E.coli (ETEC),
Enterophatogenic E.coli (EPEC), Enteroaggregative E.coli (EAggEC),
Enteroinvasive E.coli (EIEC), Enterohemorrhagic E.coli (EHEC),
Shigella spp., Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni), Vibrio cholera,
dan Salmonella (non thypoid) (Simadibrata, 2006).
Golongan parasit penyebab diare antara lainGiardia lamblia,
Entamoeba histolytica, Cryptosporidium, Microsporidium spp, Isospora
belli, dan Cyclospora cayatanensis (Simadibrata, 2006).
Sedangkan golongan virus yaitu rotavirus merupakan penyebab
diare akut terbanyak pada anak.Rotavirus diperkirakan sebagai penyebab
diare akut pada 20-80% anak di dunia.Juga merupakan penyebab kematian
pada 440.000 anak dengan diare per tahunnya di seluruh dunia.Penelitian
yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 55% kasus diare
akut pada balita disebabkan oleh rotavirus (IDAI, 2011).
5
Helminths juga dapat menyebabkan diare seperti Strongyloides
stercoralis, Schistosoma spp., Capilaria philippinensi,dan Trichuris
trichuria (Simadibrata, 2006).
4. Patofisiologi
6
Sebanyak sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap
harinya, berasal
dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu
dan sebagainya). Sebagian besar (75-85%) dari jumlah tersebut akan
diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan
memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar
akan diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150-250 ml cairan yang akan ikut
membentuk tinja ((Simadibrata, 2006).)
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih mekanisme:
(Simadibrata, 2006).
1) Diare Osmotik. Disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang
hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorbsi umum dan
defek dalam absorbsi mukosa usus, misal pada malabsorbsi
glukosa/galaktosa.
2) Diare Sekretorik. Disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Gejala khasnya adalah diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab diare
tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi vibrio cholera,
atau escherichia coli.
3) Malabsorbsi Asam Empedu, Malabsorbsi Lemak. Didapatkan pada
gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-
penyakit saluran bilier dan hati.
4) Defek Sistem Pertukaran Anion/Transpor Elektrolit Aktif di Enterosit.
Disebabkan adanya hambatan mekanisme transpor aktif Na+K+ATP
ase di enterosit dan absorbsi Na+ dan air yang abnormal.
5) Motilitas dan Waktu Transit Usus Abnormal. Disebabkan
hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan
absorbsi abnormal di usus halus. Penyebab gangguang motilitas antara
lain karena diabetes melitus, hipertiroid.
7
6) Gangguan Permeabilitas Usus. Disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel
spesifik pada usus halus.
7) Diare Inflamatorik. Disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena
proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan
eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorbsi air-
elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi
(disentri shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif).
8) Diare Infeksi. Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari
diare.
Patogenesis diare akibat infeksi bakteri atau parasit : (Simadibrata, 2006)
1) Diare karena bakteri non invasif (enterotoksikogenik)
2) Bakteri yang tidak merusak mukosa usus seperti V. Cholerae eltor,
Enterotoksigenik E.colli (ETEC), dan E. perfringen, V. cholerae eltor
mengeluarkan toksin kolera dengan efek yang telah dijelaskan
sebelumnya.
3) Diare karena bakteri atau parasit invasif (enteroinvasif)
4) Contoh bakteri golongan ini adalah Enteroinvasif E. colli (EIEC),
Salmonella, Shigella, Yersinia, dan Clostridium perfringens tipe C.
Parasit yang sering menye babkan diare tipe ini adalah E. hystolitica
dan Giardia lamblia. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus,
nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat eksudatif, dapat bercampur lendir
maupun darah.
Patogenesis diare akibat virus adalah seperti di bawah ini :
1) Virus merusak vili usus secara langsung, menurunkan luas permukaan
usus sehingga sekresi cairan tidak dapat terimbangi.
2) Rotavirus kemudian memperoduksi enterotoxin yang meningkatkan
sekresi cairan usus. Kedua mekanisme ini menyebabkan terjadinya
diare pada infeksi virus.
8
Tanda dan gejala klinis diare dapat ditentukan melalui karakteristik dari
diare, meliputi konsistensi, warna, volume dan frekuensi buang air, dapat menjadi
petunjuk berharga dalam menentukan sumber diare.
Tabel 2. Hubungan karakteristik tinja dengan sumber diare
Karakter feses Usus halus Usus besar
Keadaan umum Cair Berdarah/ mukoid
Volume Besar Kecil
Darah Biasanya positif tapi tak Biasanya terlihat
kasat mata secara kasat mata
Keasaman < 5,5 > 5,5
Test reduksi Dapat positif Negatif
Sel darah putih < 5 /lapang pandang besar >10/ lapang pandang
Normal besar
Dapat leukositosis
Organisme Virus Bakteri invasif
Rotavirus E. coli
Adenovirus Shigella sp
Calicivirus Salmonella sp
Astrovirus Campylobacter sp
Yersinia sp
Aeromonas sp
Plesiominas sp
Parasit Parasit
Giardia sp Entamoeba
organisme
9
Diare Tinja 3 kali atau lebih Terus menerus
lembek/mencair, perhari dengan jumlah
Muntah biasanya 1-2 kali yang banyak
perhari Kadang-kadang Sering sekali
Haus Tidak ada atau Haus Haus sekali atau
sedikit sebaliknya tidak
bisa minum.
BAK Tidak Sedikit, pekat Tidak BAK
Normal selama 6 jam
Nafsu makan Anak masih mau Nafsu makan Tidak ada nafsu
dan aktivitas makan dan main berkurang, aktivitas makan dan
menurun sangat lemah
Inspeksi
Keadaan umum Baik Jelek, mengantuk Lemah sekali
atau gelisah atau tidak sadar
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Nafas Normal Lebih cepat dari Sangat cepat dan
normal dalam
Palpasi
Kulit Dicubit cepat Kembali pelan Sangat pelan
kembali Lebih cepat dari Sangat cepat,
Nadi Normal normal lemah atau tidak
teraba
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
Berat badan
(bila dapat diukur) Sedikit kehilangan Kehilangan 5%-9% Kehilanagn 10%
berat badan berat badan berat badan atau
selama sakit lebih
Kesimpulan Tidak ada tanda- 2 tanda atau lebih : 2 tanda atau
tanda dehidrasi dehidrasi lebih : dehidrasi
ringan/sedang berat
10
Bagian Tubuh Nilai Untuk Gejala Yang Ditemukan
Yang Diperiksa 0 1 2
Keadaan Umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma
apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan Kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun Besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering &
Sianosis
Denyut Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah >140
Nadi/menit
(Sumber : IDAI, 2011)
Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, atau 2 sesuai dengan
tabel, kemudian dijumlahkan.Bilai nilai 0-2 maka ringan, 3-6 maka sedang dan
7-12 adalah berat.
6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau diare dengan
dehidrasi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini
(Simadibrata, 2006 ; WHO, 2005)
1. Pemeriksaan darah tepi. Kadar hemoglobin, hematokrit, hitung leukosit, hitung
diferensial leukosit.Penting untuk mengetahui berat ringannya hemokonsentrasi
darah, dan respon leukosit.Contohnya pada diare karena Salmonella dapat
terjadi neutropenia. Pada diare karena kuman yang bersifat invasif dapat terjadi
shift to the left leukosit.
2. Elektrolit darah. Diperlukan untuk mengobservasi dampak diare terhadap kadar
elektrolit darah.
3. Ureum dan kreatinin. Diperlukan untuk memonitor adanya gagal ginjal akut.
11
parasit dewasa.Dapat pula dilakukan pengukuran toksin Closstridium difficile
pada pasien yang telah mendapatkan terapi antibiotik dalam jangka waktu tiga
bulan terakhir. Tinja dengan pH 5,5 menunjukkan adanya intoleransi
karbohidrat yang umumnya terjadi sekunder akibat infeksi virus. Pada infeksi
oleh organisme enteroinvasif, leukosit feses yang ditemukan umumnya berupa
neutrofil.Tidak ditemukannya netrofil tidak mengeliminasi kemungkinan
infeksi enteroinvasif, tetapi ditemukannya neutrofil feses mengeliminasi
kemungkinan infeksi organisme enterotoksin dan virus.
5. Apabila ditemukan leukosit pada feses, lakukan kultur feses untuk
menentukan apakah penyebab diare adalah Salmonella, Shigella,
Campylobacter, atau Yersenia.
6. Pemeriksaan serologis untuk mencari amoeba.
7. Foto roentgen abdomen. Untuk melihat morfologi usus yang dapat membantu
diagnosis.
8. Rektoskopi, sigmoideoskopi, dapat dipertimbangkan pada pasien dengan diare
berdarah, pasien diare akut persisten. Pada pasien AIDS, kolonoskopi
dipertimbangkan karena ada kemungkinan diare disebabkan oleh infeksi atau
limfoma di area kolon kanan.Biopsy mukosa sebaiknya dilakukan bila dalam
pemeriksaan tampak inflamasi berat pada mukosa.
9. Biopsi usus. Dilakukan pada diare kronik, atau untuk mencari etiologi diare
pada AIDS.
7. Komplikasi
12
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut adalah dehidrasi
(dengan berbagai derajat dari ringan hingga berat / syok), asidosis metabolik,
hipokalemia, hiponatermia, dan hipoglikemia (WHO, 2005).
8. Tatalaksana Diare
a) Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan lebih banyak cairan (minum). Macam cairan yang diberikan
tergantung pada kebiasaan setempat dalam mengobati diare, tersedianya
cairan sari makanan yang cocok, jangkauan pelayanan kesehatan, dan
tersedianya oralit.
b) Mengatasi dehidrasi
i. Tetapkan derajat dehidrasi penderita, apakah tanpa dehidrasi, dehidrasi
ringan, dehidrasi sedang, atau dehidrasi berat.
ii. Tetapkan rencana pengobatan sesuai derajat dehidrasi penderita.
13
Terapi : Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
(Sumber : IDAI, 2011)
Pada rencana terapi A, pemberian oralit hanya pada saat setiap kali
pasien buang air besar saja. Banyaknya pemberian cairan setiap buang air
besar dapat dilihat pada tabel berikut:
14
hilang, anak biasanya buang air kecil dan lelah kemudian mengantuk dan
tidur.
i. Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat
tetesan intravena.
ii. Beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum, biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
iii. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai kembali.
15
iv. Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit. Berikan 20 ml/kg/jam
selama 6 jam (total 120 ml/kg)
9. Pencegahan Diare
Tujuan pencegahan adalah tercapainya penurunan angka
kesakitan. Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa cara pencegahan
yang benar dan efektif yang dapat dilakukan meliputi tujuh langkah yaitu
(1) pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 4 hingga 6 bulan, (2)
memperbaiki makanan pendamping ASI, (3) menggunakan air bersih
yang cukup, (4) kebiasaan mencuci tangan, (5) menggunakan jamban, (6)
membuang tinja bayi dengan benar, dan (7) memberikan imunisasi
campak (Simadibrata, 2006).
10. Program Pemberantasan Penyakit Diare (P2D)
Program Pemberantasan Penyakit Diare adalah salah satu usaha
pokok di Puskesmas. Kebijaksanaan Program P2D ini adalah
menurunkan angka kesakitan, kematian, dan penanggulangan KLB
karena diare yang akan terus dilaksanakan dengan mengintensifkan
16
peningkatan mutu pelayanan (quality assurance), meningkatkan kerja
sama lintas program dan sektoral terkait serta mengikutsertakan
partisipasi aktif masyarakat secara luas, antara lain dengan organisasi
profesi dan LSM di pusat maupun daerah (DEPKES RI, 1999).
Target atau cakupan yang ditetapkan sebagai indikator
keberhasilan dalam pemberantasan penyakit diare meliputi:
100% Rumah Sakit, Puskesmas, dan swasta melaporkan kasus diare
tepat waktu (tanggal 10 setiap bulannya),
Angka kematian 0%,
Kejadian luar biasa (KLB) diare 0%,
100% masyarakat terlayani air bersih,
100% Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan mampu
melakukan rehidrasi intravena,
Angka kesakitan < 1% (50 / 1000 penduduk tahun 2005),
100% kader terlatih tentang penanganan penderita diare,
100% penderita diare tertangani,
100% oralit tersedia di kader minimal 10 sacchet (@ 200 ml),
100% tenaga medis dan paramedis melakukan tatalaksana diare
(MTBS),
100% ketepatan diagnosis,
100% cakupan imunisasi campak,
100% Puskesmas mempunyai protap tatalaksana diare,
100% penderita diare diobati dan mendapat oralit,
100% PDAM bebas kuman,
100% Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan
mempunyai pojok oralit,
100% Puskesmas Kecamatan mempunyai klinik sanitasi, dan
100% masyarakat menggunakan jamban pada daerah kumuh.
Program P2D dilakukan dengan berfokus pada pelanggan, yaitu
menjalankan segala kegiatan yang dapat memuaskan pelanggan dengan
17
pelayanan yang profesional, sarana dan prasaran yang memadai, dan
informasi yang mudah didapat. Hal ini meliputi:
Semua penderita diare didiagnosis dan diberikan pengobatan sesuai
dengan tatalaksana atau dengan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Pengambilan anal swab dilakukan bila penderita dicurigai kolera
dan bila terjadi kejadian luar biasa.
Pengobatan penderita dengan memberikan oralit tanpa obat anti
diare atau antibiotik, kecuali pada kasus disentri atau kolera.
Pelayanan prima bagi penderita diare meliputi:
Waktu tunggu 5 menit
Waktu tunggu gawat darurat 1 menit
Petugas harus ramah
Petugas menguasai standar operasional prosedur pelayanan
Lokasi pelayanan mudah dijangkau.
Informasi tentang diare mudah dimengerti oleh masyarakat.
Penderita diare mendapatkan pelayanan yang sama di semua unit
pelayanan kesehatan, baik Puskesmas maupun Rumah Sakit.
Masyarakat menginginkan pelayanan cepat, tepat / akurat, murah,
mudah dijangkau, dilayani secara manusiawi dengan pengobatan
sesuai standar dan mendapat informasi yang jelas tentang cara-cara
penanggulangan diare.
Pelatihan bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dilengkapi buku pedoman penanggulangan diare.
Pelatihan bagi petugas kesehatan untuk peningkatan keterampilan.
Petugas kesehatan menginginkan prosedur kerja sederhana,
tersedianya sarana pengobatan yang memadai, serta website diare.
Pengorganisasian program P2D di Puskesmas kelurahan
meliputi (1) penyediaan pelayanan pemeriksaan, pengobatan, dan
rujukan ke Puskesmas kecamatan dan rumah sakit serta (2) koordinasi
18
dengan Puskesmas kecamatan bila terjadi peningkatan kasus di
wilayah kerjanya.
Sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program P2D
di Puskesmas kelurahan adalah dokter umum sebagai pemeriksa dan
perawat sebagai wasor program diare dan petugas perawatan kesehatan
masyarakat.Dokter umum harus memiliki kompetensi untuk
melaksanakan penanggulangan diare sesuai dengan standar.Perawat /
wasor harus mampu menganalisis data dalam rangka sistem
kewaspadaan dini serta mampu memberikan penyuluhan (KIE
komunikasi, informasi, dan edukasi) dan pemeriksaan di
Posyandu.Selain itu, pada kegiatan Posyandu diperlukan kader / toma
yang membantu perawat atau bidan dalam memberikan penyuluhan.
Untuk memperlengkapi petugas dengan kompetensi dan ketrampilan
tersebut, dibutuhkan beberapa pelatihan tentang (1) program
pemberantasan diare (P2D) yang meliputi aspek manajemen, aspek
klinik, aspek epidemiologi, dan aspek laboratorium, (2) peningkatan
peran serta masyarakat bagi kader kesehatan di Posyandu, (3)
tatalaksana diare bagi petugas Puskesmas, dan (4) tatalaksana diare
dengan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) bagi
petugas kesehatan di Puskesmas. Selain kompetensi tersebut, petugas
juga perlu memiliki sikap dan perilaku tertentu, yaitu dokter umum
harus memiliki sikap peduli, cepat, dan tanggap dalam menangani
penderita diare, perawat / wasor harus mempunyai sikap peduli, cepat,
dan tanggap dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat,
dan kader harus mampu memotivasi dan menggerakkan masyarakat
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Secara umum, pembiayaan program P2D bersumber dari
APBN, APBD tingkat I dan II, BLN, LSM, dan swadana
masyarakat.Pembiayaan ini digunakan untuk pengadaan sarana dan
prasarana, dan menunjang kegiatan operasional. Ketentuan yang
berlaku adalah (1) 100% sumber anggaran pengadaan obat dan oralit
19
bersifat swadaya Puskesmas, (2) 100% pembiayaan operasional
manajemen P2D di Sudinkesmas berasal dari anggaran APBD tingkat
II, dan (3) biaya operasional pengobatan berasal swadana Puskesmas.
Sarana dan prasarana yang diperlukan di Puskesmas kelurahan
untuk mendukung terlaksananya program P2D adalah (1) ruang
periksa dengan ukuran 4 x 5 m2, cukup pencahayaan dan ventilasi, dan
bertemperatur maksimum 23Celcius, (2) ruang tunggu pasien yang
terbuka dan cukup pencahayaan, serta (3) pojok oralit sebagai tempat
konsultasi tentang diare. Pada Posyandu, sarana dan prasarana yang
diperlukan adalah (1) oralit untuk rehidrasi oral bagi penderita diare
dan (2) lembar penyuluhan.
20
menyemangati serta memberdayakan masyarakat untuk menghentikan BAB di
tempat yang terbuka, membangun serta menggunakan jamban, dan mengajak
masyarakat untuk menganalisais profil sanitasinya. Dalam pelaksanaannya
terdapat prinsip prinsip dalam pemicuan CLTS seperti tanpa subsidi kepada
masyarakat, tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan
jamban, masyarakat sebagai pemimpin, serta prinsip totalitas (seluruh
komponen masyarakat terlibat dalam analisis permasalahan, perencanaan,
pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan).
World Bank dan Gate Foundation meluncurkan program Total Sanitation
and Sanitation Marketing atau SToPS (Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi)
di Jawa Timur sebagai pilot project. Program ini diluncurkan setelah melihat
keberhasilan program CLTS. Adapun tujuan dari Program Sanitasi Total
adalah menciptakan suatu kondisi masyarakat (pada suatu wilayah) yang
mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat, mencuci tangan pakai
sabun dan benar saat sebelum makan, setelah BAB, sebelum memegang bayi,
setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan, mengelola dan
menyimpan air minum dan makanan yang aman, serta dapat mengelola limbah
rumah tangga (cair dan padat) (Depkes RI, 2008).
3. Program Stops
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah
kabupaten melalui pembangunan jamban dan lingkungan yang sehat secara
mandiri perlu disusun rencana strategi Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi
(SToPS) kabupaten sehingga dapat mencapai kabupaten dengan sanitasi total
melalui peningkatan 3 komponen program (SToPS) yang meliputi:
1. Peningkatan demand masyarakat terhadap jamban yang sehat melalui
pemicuan masyarakat tentang lingkungan tempat tinggal yang kurang
sehat yang berdampak terhadap kehidupan social masyarakat, promosi
tentang berbagai pilihan jamban serta pentingnya hidup bersih dan
sehat.
21
2. Peningkatan supply dengan memperbanyak jenis pilihan jamban yang
disediakan di pasar dengan berbagai gradasi harga akan meningkatkan
daya beli masyarakat terhadap material sanitasi dan permintaan untuk
penyediaan material sanitasi yang lebih banyak.
3. Peningkatan kemampuan stakeholder dalam upaya memfasilitasi
pengembangan program sanitasi secara swadaya oleh masyarakat dan
mengubah paradigm bahwa pendekatan program sanitasi tidak
berorientasi pada peningkatan cakupan fisik melalui subsidi, namun
perubahan perilaku secra kolektif dan inisiatif dilakukan oleh
masyarakat. Pendanaan yang disediakan oleh lembaga public termasuk
pemerintah dan lembaga donor lainnya difokuskan pada fasilitas
masyarakat.
Strategi kabupaten tentang SToPS merupakan rencana yang
sistematis dan efektif dalam upaya mencapai kabupaten sanitasi total
dengan melakukan pemicuan terhadap masyarakat agar mempunyai
jamban sesuai dengan kemampuannya dan motivasi/promosi untuk
mencapai kondisi lingkungan yang lebih baik setelah mancapai status
ODF dengan kegiatan lainnya seperti cuci tangan, pengelolaan limbah
rumah tangga dan perlakukan air untuk kebutuhan rumah tangga.
Pencapaian kabupaten sanitasi total akan sangat mempengaruhi
performance kabupaten tidak hanya pada kehidupan social masyarakat,
namun juga akan mempengaruhi terhadap kesehatan, ekonomi, dan
budaya.
Strategi Program SToPS ini bertujuan untuk mempercepat
tercapainya lingkungan yang sehat yang dikembangkan sesuai kemampuan
dan inisiatif masyarakat sehingga dapat mewujudkan kabupaten sanitasi
total dan tercapainya target yang telah disepakati dalam tujuan Millenium
DevelopmentGoal (MDG).
Semua stakeholders yang berada di kabuaten yang peduli
kabupaten dengan motor penggerak adalah pemerintah strategi SToPS
kabupaten dengan motor penggerak adalah pemerintah kabupaten yang
22
didukung oleh semua stakeholders termasuk aparat pemerintah, LSM,
Ormas, PKK, Karang Taruna dan masyarakat sekolah.
Strategi akan mengutamakan pendekatan partisipatif melalui
pemberdayaan masyarakat yang terlibat secara aktif sejak observasi
lapangan, analisa situasi, penentuan pilihan opsi, jadwal pembangunan
jamban untuk masing-masing individu dan pengembangan terhadap
program yang mendukung tercapainya sanitasi total.
Pembinaan masyarakat sesuai dengan pentahapan yang harus
dilalui masyarakat dalam upaya menuju sanitasi total yang dimulai dengan
pemicuan agar tidak buang air disembarang tempat, masyarakat mencapai
status (Open Defecation Free) ODF dan menuju sanitasi total. Sanitasi
total dicapai dengan memenuhi:
1. Semua masyarakat berhenti buang air besar (BAB) di sembarang
tempat
2. Semua masyarakat telah mempunyai dan menggunakan jamban yang
sehat dan memeliharanya dengan baik
3. Semua masyarakat telah terbiasa mencuci tangan yang benar dengan
sabun setelah BAB, setelah menceboki anak, sebelum makan, sebelu
memei makan bayi, dan sebelum menyiapkan makanan
4. Semua masyarakat telah mengelola dan menyimpan air minum dan
makanan dengan aman
5. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) dengan benar
Sementara itu satu komunitas dikatakan telah ODF, apabila:
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang
tinja/kotoran bayi hanya ke jamban
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
3. Tidak ada bau tidak sedap, akibat pembuangan tinja/kotoran manusia
4. Ada peningkatan kuaitas jamban yang ada supaya semua menuju
jamban sehat
5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban
23
6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat
untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat
7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat
8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana
Jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan
murid-murid pada jam sekolah.
24
kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan strategi dapat dicapai.
Pendekatan program tidak hanya dikembangkan melalui struktur
kelembagaan formal, namun melalui lembaga informal yang dinilai cukup
kuat pengaruhnya di masyarakat dan efisien dalam menyampaikan pesan
kepada kelompok sasaran. Strategi pengembangan program sesuai dengan
karakter wilayah dan prioritas permasalahan, identifikasi sumber daya dan
sistim penyaluran yang paling tepat, identifikasi sistim pembinaan dan
pengembangan program melalui reward system dam kompetisi dalam
upaya menuju sanitasi total.
Dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang ada,
program SToPS dikembangkan ke wilayah yang lain terintegrasi dengan
program kabupaten. Strategi pendekatan program SToPS
mempertimbangkan:
1. Kesiapan tenaga yang terampil dalam memfasilitasi masyarakat
sebagai tim inti dalam meningkatkan kapasitas di wilayah tersebut
2. Geografi wilayah dan sarana transportasi
3. Ketersediaan dan penyebaran material sanitasi di seluruh wilayah
kabupaten
4. Mempertimbangkan kerangka waktu dikaitkan dengan proyek SToPS
(periode 2007-2010) dan komitmen global MDGs, diharapkan pada
tahun 2010 separuh dari wilayah kabupaten telah mencapai desa ODF
dan minimal separuh dari desa ODF telah mencapai sanitasi total
sesuai kriteria strategi hygiene dan sanitasi pedesaan.
5. Menetapkan kerangka waktu untuk mencapai sanitasi total tingkat
kabupaten melalui gradasi pembinaan yang berjenjang, diharapkan
maksimal pada tahun 2015
6. Kelembagaan informal yang dapat membantu dalam mengembangkan
program SToPS
7. Pola pembinaan dan pengembangan program yang efektif dapat
dilaksanakan sesuai dengan karakter kabupaten missal : melalui ormas,
lembaga keagamaan, PKK atau Dinas Pemerintah
25
8. Pola pembinaan promosi dan motivasi masyarakat melalui pemberian
penghargaan, kunjungan Camat atau Bupati, pemberian bantuan
program dikaitkan dengan program yang sedang dikembangkan di
wilayh tersebut seperti Paket Desa Siaga, paket Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) atau program daerah
9. Instrumen yang digunakan dalam pengembangan progrm SToPS di
kabupaten dengan memanfaatkan instrumen SToPS yang telah
dikembangkan melalui bantuan Gates Foundation
10. Sistem monitoring yang dikembangkan mengacu pada konsep yang
disusun oleh proyek SToPS dan diintegrasikan dengan sistim yang
telah dignakan di wilayah tersebut (Dinkes Kabupaten Jombang,
2007)..
4. Jamban Sehat
1. Pengertian Jamban
Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk
digunakan sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang
digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadat, dan lembaga-lembaga
lain. Jamban Sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:
1) Mencegah kontaminasi ke badan air
2) Mencegah kontak antara manusia dan tinja
3) Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta
binatang lainnya
4) Mencegah bau yang tidak sedap
5) Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah
dibersihkan
6) Sederhana desainnya, murah, dan dapat diterima oleh pemakainya
Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut: Sebaiknya jamban tersebut
tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan,
serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang
26
(privacy), bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi
yang tidak mengganggu pandangan, tidak manimbulkan bau, sedapat
mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
27
Gambar 2. Jenis Jamban Sehat Permanen dan Semi Permanen
3. Manfaat Penggunaan Jamban
Membangun dan menggunakan jamban dapat memberikan
manfaat berikut ini:
Peningkatan martabat dan hak pribadi
Lingkungan yang lebih bersih
Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan meningkat
Keselamatan lebih baik (tidak perlu pergi ke ladang di malam
hari)
Menghemat waktu dan uang, menghasilkan kompos pupuk dan
biogas untuk energi
Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan
sanitasi
28
Gambar 4. Bagan Pemutusan Alur Penyakit
4. Bangunan Jamban
Bangunan jamban dapat dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu: 1)
bangunan bagian atas, disebut Rumah Jamban, berlabel A; 2)
bangunan bagian tengah, disebut Slab atau dudukan jamban, berlabel
T dan 3) bangunan bagian bawah, disebut penampung tinja, berlabel
B. Setiap bagian diuraikan dengan lebih terperinci di bawah ini:
29
Dinding adalah bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan
privasi dan perlindungan kepada penggunanya.Dapat dibuat dari
daun, gedek/ anyaman bambu, batu bata, seng, kayu, dan lain-lain.
2. Bangunan bagian tengah (Slab/ Dudukan Jamban)
Slab menutupi sumur tinja (pit), dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang
penggunanya. Bahan bahanyang digunakan harus tahan lama dan
mudah dibersihkan seperti kayu,beton, bambu dengan tanah liat,
pasangan bata dan sebagainya.
Tempat abu atau air adalah wadah untuk menyimpan abu
pembersih atau air. Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja
(pit) setelah digunakan akan mengurangi bau, mengurangi kadar
kelembaban dan membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk
berkembang biak. Air dan sabun dapat digunakan untuk mencuci
tangan dan membersihkan bagian yang lain.
3. Bangunan bagian bawah (Penampung Tinja)
Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk
persegi, lingkaran/ bundar atau empat persegi panjang, sesuai dengan
kondisi tanah.Kedalaman bergantung pada kondisi tanah dan permukaan
air tanah di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung
tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguat
seperti anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan lain lain.
30
Gambar 5. Bangunan Jamban
Apapun jenis jamban sehat yang dapat memutuskan hubungan
antara tinja dan lingkungan akan bermanfaat bagi penggunanya. Oleh
karena itu, membangun dan menggunakan jamban merupakan langkah
terpenting yang harus diambil. Guna mendapatkan lebih banyak manfaat
dan kenyamanan pada penggunaan jamban, dapat diperhatikan hal-hal
berikut ini:
1. Pertimbangan untuk bangunan bagian atas:
Sirkulasi udara yang cukup
Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca, pada musim panas
dan hujan
Kemudahan akses di malam hari
Bangunan menghindarkan pengguna terlihat dari luar/ pandangan
dari luar
31
Disarankan untuk menggunakan bahan lokal
Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci
tangan
2. Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah:
Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan
serangga atau binatang lain
Dudukan jamban/slab penutup dibuat dengan memperhatikan
keamanan pengguna (tidak licin, runtuh dan terperosok ke dalam
lubang penampungan tinja, dsb.)
Bangunan melindungi dari kemungkinan terciumnya bau yang tidak
sedap, yang berasal dari tinja dalam lubang penampungan
Mudah dibersihkan dan dipelihara
Diutamakan menggunakan bahan lokal
Ventilasi udara cukup
3. Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah:
Ketinggian muka air tanah
Daya resap tanah (jenis tanah)
Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan
terhadap sumber air minum (lebih baik di atas 10 m)
Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)
Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/
kapasitas)
Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal
Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole
32
Kelebihan: Biaya sangat murah; dapat dengan mudah
dibangun oleh
masyarakat; tidak mempunyai keterampilan tinggi; langkah
awal dapat
ditingkatkan menjadi rumah jamban yang lebih baik di
kemudian hari.
Kekurangan: Perlu sering diperbaiki dan dipelihara; dapat
rusak oleh
angin kencang dan kurang nyaman selama musim hujan.
Umur pemakaian: Singkat
33
Jumlah Harga
34
2 Tali Bambu meter 2
Bahan Toko
3 Paku 3 cm kg 0,25
2
4 Plastik Lembaran m 1
Upah
5 Tukang sendiri - oh 1
Jumlah Harga
Tabel 11. Bahan, Alat dan Upah untuk Slab Bambu dilapisi Tanah
dengan Penutup
Catatan :
Dudukan jamban ukuran rata - rata 100 x 100 cm (jarak kait
dari pinggir lubang > 20 cm)
Dudukan dilapisi dengan tanah lempung
35
Gambar 8.Cubluk Tanpa lapisan
Catatan :
Lubang cubluk dengan galian, lapisan tanah ini permeable,
seperti lempung tanah liat
36
atau diolesi dengan oli bekas.
37
Kekurangan:Sesekali perlu diperbaiki dan dipelihara; lalat
dapat masuk jika penutupnya lupa diletakkan kembali setelah
digunakan; kayu dapat berkurang kekuatannya oleh rayap dan
cairan.
Umur pemakaian:Singkat sampai sedang
Tip pembuatan:Akan lebih kuat bila papan disemprot anti
rayap/diolesi dengan oli bekas
38
Dudukan dilapisi dengan oli atau bahan anti rayap lainnya
39
Tabel 15. Bahan, Alat dan Upah untuk Cubluk Penguatan
Anyaman Bambu
Catatan :
Lubang cubluk dengan anyaman bambu (80cm)
Pilih jenis bamboo yang lentur
40
2 Usuk kayu 4 m 4x6 cm Batang 8
Bahan Toko
3 Paku 3 cm kg 0,5
4 Paku payung 4 cm kg 0,5
Seng gelombang
5 0,3 mm 90x240 cm lembar 2
Upah
6 Tukang sendiri - oh 2
Jumlah Harga
Tabel 16. Bahan, Alat dan Upah untukRumah Jamban
Dinding Kayu dengan Atap Seng
41
Bahan Lokal
1 Batu Bata - Buah 60
2 Pasir pasang - m3 0,5
3 Batu belah/split - m3 0,25
Bahan Toko
4 Semen 50 kg Zak 1
Besi beton
5 8mm 12 m lonjor 1
Kawat beton
6 (bendrat) - kg 0,25
Upah
7 Tukang sendiri - oh 1
Jumlah Harga
Tabel 17. Bahan, Alat dan Upah untuk Slab Beton dengan Penutup
Catatan :
Dudukan jamban ukuran rata-rata 100x100 cm dengan
landasan semen
42
Gambar 14. Cubluk Penguatan Ring Beton
Catatan :
Ukuran buis beton rata-rata diameter 90 cm, dengan tinggi 60-
80 cm/ring
43
Rangka kayu; dinding .tembok dan . gedek dan atap
seng/asbes
Kelebihan:Tahan lama; nyaman; privasi dan perlindungan
yang baik; cepat dan mudah dibangun dengan sedikit
keterampilan.
Kekurangan:Sesekali perlu dipelihara; mahal dan bahan seng
akan berkarat jika sering terkena air.
Umur pemakaian: Lama
44
9 Triplek 0,5 mm 80x210 cm Lembar 1
Ensel besi/kupu-
10 kupu - Pasang 1
11 Grendel pintu - Unit 1
12 Tarikan pintu - Unit 2
13 Paku campuran kg 0,25
Upah
14 Tukang terampil - oh 2
Jumlah Harga
Tabel 19. Bahan, Alat dan Upah untukRumah Jamban
Dinding Batu Bata dan Gedek atap
45
4 Semen 50 kg Zak 1,5
Pipa Pvc Type-C
5 0 4 4m m 1,5
Upah
6 Tukang sendiri - oh 1
Jumlah Harga
Tabel 20. Bahan, Alat dan Upah untuk Slab Plengsengan
Beton/Pasangan Bata
Catatan :
Dudukan jamban ukuran rata-rata 100 x 100 cm dengan
plengsengan
46
Bahan Lokal
1 Batu bata - Buah 400
2 Pasir pasang - m3 1,5
3 Ijuk - karung 0,5
Bahan Toko
4 Semen 50 kg zak 1,5
Pipa besi (Gi
5 Light 1,0) 6m batang 0,5
6 Tee Gi 1,0 - unit 1
Upah
7 Tukang terampil - oh 2
Gali sendiri
8 80-100 cm - unit 1
Jumlah Harga
Tabel 21. Bahan, Alat dan Upah untuk Cubluk Penguatan
Pasangan Batu Bata
Catatan :
Cubluk tunggal dengan susunan bata berlubang (susunan
sarang tawon)
47
Gambar 18.Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan
Atap
48
Kelebihan:Bangunan kuat; mudah dibersihkan.
Kekurangan:Memerlukan biaya yang lebih banyak
Umur pemakaian:Lama
Tips pembuatan:Lantai dapat dilapisi dengan keramik, untuk
memudahkan membersihkan
49
Dudukan jamban ukuran rata-rata 0,9 x 0,9 m dengan kloset
leher angsa dengan bak air
50
mm g
Kawat beton
7 (bendrat) - kg 1
Pipa PVC type
8 C 3 4m batang 1
Pipa besi (Gi
9 Light 1,0) 6m batang 4
10 Tee Gi 1,0 - unit 2
Upah
Tukang
11 terampil - oh 4
Gali sendiri
12 100 cm 160 cm unit 2
Jumlah Harga
Tabel 24. Bahan, Alat dan Upah untuk Cubluk Kembar-
Penguatan Pasangan Batu Bata
Catatan :
Cubluk kembar dengan susunan bata berlubang (susunan
sarang tawon)
B6 Tangki Septik
Keuntungan:Lebih sehat; bersih dan tidak menimbulkan
pencemaran; penampung tinja tidak cepat penuh; dan dapat
dikuras/ dikosongkan bila penuh.
Kerugian:Memerlukan biaya yang lebih banyak dan perlu
keahlian teknis.
51
N Ukuran di Jumla Harga Jumlah
o Bahan/Upah Pasar Satuan h satuan Harga
Bahan Lokal
1 Galian tanah 2,65 m3
2 Bata merah 140 Buah
Besi beton
3 polos 450 kg
Dolken d= 8
4 cm/4 m 48 Btg
5 Kawat beton 9 Kg
Kayu terentang
6 (balok) 0,42 m3
7 Koral beton 2,82 m3
Minyak
8 begesting 4,8 ltr
Paku biasa 2-
9 5 9,6 batang
10 Pasir beton 2,47 Kg
11 Pasir pasang 0,13 m3
12 Pasir urug 0,14 m3
13 Semen PC 1164 Kg
14 Semen portland 256,4 Kg
15 Triplek 4 mm 8,4 lbr
Jumlah Harga
Tabel 25. Bahan, Alat dan Upah untuk Tangki Septik
5. Kerangka Teoritis
52
Bagan Teori Pendekatan Sistem
53
6. Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan
dan digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel
sistem, yang meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan
balik pada program pengawasan jamban. Digunakan sebagai pembanding
atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan jamban.
Berdasarkan jumlah keseluruhan jamban yang ada di wilayah kerja dan
jumlah sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau merupakan
fasilitas sanitasi yang layak. Fasilitas pembuangan tinja(jamban) yang
digunakan sendiri atau bersama,yang efektif untuk memutus mata rantai
penularan penyakit sesuai Kepmenkes no.852/Menkes/KS/IX/2008,
dilengkapi dengan septik tank/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL),
dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang tertutup dan
pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.
54
BAB III
METODE MINI PROJECT
1. Sasaran Kegiatan
Kegiatan diikuti oleh warga dusun Bahbul Desa Cimangenteung
kecamatan Rangkasbitung yang tidak menggunakan jamban sehat serta dihadiri
pula oleh warga dan kader dusun Bahbul.
2. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan Fungsi jamban sehat dalam memutus mata rantai
diare.
Pengisian kuesioner
Penyuluhan mengenai jamban sehat
Monitoring dan evaluasi
3. Pelaksanaan Kegiatan
Tanggal Kegiatan Pelaksana
10 Agustus 2016 Pendaftaran dan Pengisian dr.internsip dan kader
Absensi.
Pengisian kuesioner oleh peserta dr. internsip dan kader
penyuluhan.
Penyampain materi Fungsi dr. internsip
Jamban Sehat dalam memutus
mata rantai diare.
55
Saran atau anjuran untuk warga dr. internsip
dusun Bahbul tentang jamban
sehat.
Dan sekilas tentang metode cuci
tangan yang benar
Penutupan acara Penyuluhan dr. internsip dan kader
56
BAB IV
HASIL MINI PROJECT
4.3Data Demografi
4.3.1 Jumlah Penduduk
Di Desa Cimangenteungterdapat 1322 KK dengan jumlah penduduk 4519
jiwa, dimana pada Dusun Bahbul terdapat 152 KK dengan jumlah
penduduk 693 jiwa.
4.3.2 Mata Pencaharian
Sebagian besar warga Desa Cimangenteung bekerja sebagai buruh tani.
835 jiwa
4.4 Sumber Daya Kesehatan yang Ada
Di Desa Cimangenteung terdapat 1 orang Pembina Desa, 40 orang Kader.
4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada
Di Desa Cimangenteung terdapat 1 buah Pustu dan 8 Pos Posyandu
4.6 Penyuluhan Fungsi Jamban Sehat Dalam Memutus Mata Rantai
Diare.
Penyuluhan mengenai fungsi jamban sehat dalam memutus mata rantai
diare dilakukan di musholla di wilayah dusun Bahbul desa Cimangenteung,
57
kegiatan ini dilakukan untuk memberi pengetahuan mengenai pentingnya jamban
sehat dalam memutus mata rantai suatu penyakit. Selain itu dalam kegiatan ini
juga diajarkan cara cuci tangan yang baik dan benar dengan menggunakan air
mengalir dan sabun serta teknik cuci tangan tujuh langkah. Kegiatan ini bertujuan
untuk memicu keinginan masyarakat setempat yang belum meiliki jamban agar
berusaha memiliki jamban dan masyarakat yang belum memiliki jamban sehat
memperbaiki jamban mereka agar lebih sehat.
58
Data Jamban Keluarga dalam KK di Desa Cimangenteung Tahun 2015
Jenis Jenis jamban dalam KK
LEHER ANGSA
CEMPLUNG
NUMPANG
MCK
(KK)
Desa
TANK
Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi kepemilikan jamban warga Kecamatn
Rangkasbitung yang terdiri dari 10 desa, dari data diatas dapat diketahui jenis-
jenis jamban dalam KK yang digunakan oleh warga. Jika di presentasekan maka
Penggunaan Jamban Leher Angsa + septic tank dalam KK didapatkan (77%)
yang berjumlah 13.534, Penggunaan Jamban Leher Angsa dalam KK
didapatkan (5%) yang berjumlah 814, Penggunaan Jamban Plengsengandalam
KK didapatkan (1%) yang berjumlah 198 , Penggunaan Jamban Cemplung
dalam KK didapatkan (2%) yang berjumlah 414, Penggunaan Jamban MCK
59
dalam KK didapatkan (2%) yang berjumlah 406, Penggunaan Jamban
Numpang dalam KK didapatkan (5%) yang berjumlah 807.
Sedangkan warga yang masih BAB sembarangan di Kecamatan
Rangkasbitung dibagi menjadi ;Penggunaan WC tanpa Septic Tankdalam KK
didapatkan (3%) berjumlah 575, dan BAB Sembarangan di Sungai, Empang dan
Kebun dalam KK didapatkan (4%) berjumlah 748. Dari distribusi penggunaan
jamaban dalam KK diatas dapat dilihat penggunaan JSP (Jamban Sehat
Permanen) jenis Leher Angsa + Septic Tank sudah cukup baik dengan presentase
77%, sedangkan penggunaan jenis jamban jenis lain yaitu JSSP (Jamban Sehat
Semi Permanen) berkisar antara 1%- 5% dimana tidak terlalu tinggi angka
presentasenya.
Jika diambil secara garis besar dapat dilihat grafik antara yang Tidak BAB
sembarangan dalam KKmeliputi :(Leher Angsa + Septic Tank, Leher Angsa,
Plengsengan, Cemplung, MCK, Numpang)didapatkan 92% berjumlah 16.173
dan BAB Sembarangan dalam KK meliputi (Wc Tanpa Septic Tank, &
Sungai, Empang,, Kebun) didapatkan 8% berjumlah 1.323 , dimana masih tinggi
angka presentase warga yang Tidak BAB sembarangan (92%) dibandingkan
dengan BAB sembarangan (8%).
120%
0.92
100%
80%
60%
40%
20%
0.08
0%
BAB SEMBARANGAN TIDAK BAB SEMBARANGAN
60
Jenis Jenis jamban dalam (Jiwa)
PLENGSENGAN
LEHER ANGSA
CEMPLUNG
NUMPANG
MCK
Desa
TANK
Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi kepemilikan jamban warga Kecamatn
Rangkasbitung yang terdiri dari 10 desa, dari data diatas dapat diketahui jenis-
jenis jamban dalam Jiwa yang digunakan oleh warga. Jika di presentasekan
maka Penggunaan Jamban Leher Angsa + septic tank dalam Jiwa didapatkan
(75%) yang berjumlah 53.180, Penggunaan Jamban Leher Angsa dalam Jiwa
didapatkan (4%) yang berjumlah 2.950, Penggunaan Jamban
Plengsengandalam Jiwa didapatkan (1%) yang berjumlah 790 , Penggunaan
Jamban Cemplung dalam Jiwa didapatkan (3%) yang berjumlah 1.940,
Penggunaan Jamban MCK dalam Jiwa didapatkan (4%) yang berjumlah 2.710,
61
Penggunaan Jamban Numpang dalam Jiwa didapatkan (5%) yang berjumlah
3.425.
Sedangkan warga yang masih BAB sembarangan di Kecamatan
Rangkasbitung dibagi menjadi ; Penggunaan WC tanpa Septic Tank dalam
Jiwa didapatkan (4%) berjumlah 2.687, dan BAB Sembarangan di Sungai,
Empang dan Kebun dalam Jiwa didapatkan (5%) berjumlah 3315. Dari
distribusi penggunaan jamaban dalam Jiwa diatas dapat dilihat penggunaan JSP
(Jamban Sehat Permanen) jenis Leher Angsa + Septic Tank sudah cukup baik
dengan presentase 75%, sedangkan penggunaan jenis jamban jenis lain yaitu JSSP
(Jamban Sehat Semi Permanen) berkisar antara 1%- 5% dimana tidak terlalu
tinggi angka presentasenya.
Jika diambil secara garis besar dapat dilihat grafik antara yang Tidak BAB
sembarangan dalam Jiwameliputi :(Leher Angsa + Septic Tank, Leher Angsa,
Plengsengan, Cemplung, MCK, Numpang)didapatkan 92% berjumlah 64.995dan
BAB Sembarangan dalam Jiwa meliputi (Wc Tanpa Septic Tank, & Sungai,
Empang,, Kebun) didapatkan 8% berjumlah 6.002 , dimana masih tinggi angka
presentase warga yang Tidak BAB sembarangan (92%) dibandingkan dengan
BAB sembarangan (8%).
Akan tetapi kami ingin menilai dan melihat penggunaan jamban sehat di
dusun Bahbul Desa Cimangenteung dimana dari Bidan Desa dan ibu Kader-Kader
Desa melaporkan bahwa masih tingginya angka BAB sembarangan di Kebun dan
lain-lain, berikut adalah tabelnya :
62
Namun hasil dari pendataan didapatkan hasil yang masih cukup tinggi yaitu
198 jiwa yaitu (29%), dari jumlah warga di Dusun Bahbul yaitu 693 orang. Di
khawatirkan dalam jangka waktu panjang akan memberikan dampak buruk bagi
kesehatan warga Dusun Bahbul. Pada pembahasan selanjutnya akan dilampirkan
diagram dan grafik dari hasil pengisian kuesioner yang diisi oleh warga Bahbul
yang hadir dalam sosialisasi dan penyuluhan penggunaan jamban sehat.
44.00PUNYA
56.00 % TIDAK PUNYA
%
Dari 50 warga yang hadir didapatkan 44% warga yang hadir memiiliki
jamban yaitu sejumlah 22 orang dan 56% persen sisanya tidak memiliki jamban
(28 orang), dimana jumlahnya hampir sebanding.
63
DATA JENIS JAMBAN DUSUN BAHBUL
CEMPLUNG TANPA TUTUP CEMPLUNG DENGAN TUTUP SHARING
Diatas merupakan diagram dari jenis jamban yang dimiliki warga yang
hadir yang berjumlah 50 orang, didapatkan 27% warga yang hadir memiiliki
Jamban Sehat Permanen (Leher Angsa) yaitu sejumlah 12 orang,Jamban Sehat
Semi Permanen yang terdiri dari Jamban Cemplung Tanpa Tutup terdapat 9%
yaitu sejumlah 9 orang dan Jamban Cemplung dengan Tutup terdapat 1% yaitu
sejumlah 1 orang sisanya tidak memiliki jamban (28 orang) yaitu yang Sharing
atau menumpang terdapat 4% berjumlah 2 orang & yang BAB Sembarangan di
kebun, sungai , dan lain-lain terdapat 58% berjumlah 26 orang.
Selain itu juga didapatkan bahwa bentuk jamban cemplung yang dimiliki
warga sebagian besar dindingnya terbuat dari karung bekas, dengan slab atau
tempat pijakan jamban terbuat dari bambu dan kayu maupun batu dengan
sebagian sisi lainnya ditutupi oleh dau-daun kering. Dan sebagian besar juga tidak
memiliki tutup jamban.
64
Berikut adalah hasil dari pengisian kuesioner kepemilikan jamban dan
perilaku buang air besar warga Dusun Bahbul yang hadir pada acara penyuluhan
mengenai fungsi jamban sehat dalam memutus mata rantai diare yang
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 10 Agustus 2016.
JENIS KELAMIN
90%
80%
70%
84%
60%
40%
30%
20%
10%
0%
16%
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Dari 50 warga yang hadir didapatkan 84% warga yang hadir adalah
perempuan yaitu sejumlah 42 orang dan 16% persen sisanya adalah laki-laki (8
orang) dimana terdapat juga banyak anak-anak kecil yang dibawa oleh bapak dan
ibu yang menghadiri acara.
65
PENDIDIKAN
48.00%
66
PEKERJAAN
18.00%
BURUH TANI
PETANI
KARYAWAN
4.00% PEDAGANG
4.00% WIRASWASTA
LAIN-LAIN
8.00%
66.00%
Dari 50 warga yang hadir sebanyak 18 % warga yang hadir adalah buruh
tani yaitu berjumlah 9 orang dan 66% lainnya memilih lain-lain yaitu berjumlah
33 orang, pada pilihan lain-lain ini beberapa warga berprofesi sebagai buruh
pabrik, tidak bekerja maupun sebagai ibu rumah tangga. Dan sebagaian kecil
lainnya berprofesi sebagai wiraswasta (8%) berjumlah 4 orang, Pedagang (0%),
dan Petani (4%) berjumlah 2 orang.
67
PENGHASILAN
PENGHASILAN
86%
10%
4%
0%
68
Menurut Anda Apakah Penting BAB di Jamban ?
Penting
Tidak Penting
Tahu
Tidak Tahu
69
Sebagaian warga sudah mengetahui syarat jamban sehat yaitu sebanyak
24% sedangkan sebagian lain tidak mengetahui syarat jamban sehat yaitu
sebanyak 76%.
Lain-Lain 46%
Sawah 4%
Sungai 10%
Jamban 40%
Dari 50 warga yang hadir kebiasaan Buang Air Besar mereka di jamban
didapatkan (40%) berjumlah 20 orang, yang biasa BAB di sungai (10%)
berjumlah 5 orang, yang biasa BAB di sawah adalah (4%) berjumlah 2 orang dan
sisanya BAB di tempat lain-lain yaitu (46%) berjumlah 23 orang. Dimana BAB di
tempat lain-lain biasanya dilakukan oleh warga di Kebun atau di Kresek plastik.
70
Apakah Anda Selalu Cuci Tangan Setelah BAB ?
Ya
Tidak
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Dari 50 warga yang hadir yang semua warga selalu melakukan kebiasaan
mencuci tangan setelah BAB yaitu 100%.Mereka yang tidak memiliki jamban
saat BAB di kebun atau di sawah dan lain-lain biasanya membawa ember untuk
cuci tangan dan cebok setelah BAB.
Ya
Tidak
71
Dari 50 warga yang hadir menurut mereka jamban yang mereka miliki
sudah termasuk jamban sehat (30%) berjumlah 15 orang dan cukup banyak yang
meganggap jamban mereka masih belum sehat (70%) yaitu berjumlah 35
orang.Dari pertanyaan ini bisa banyak warga yang tau bahwa jamban dan
kebiasaan BAB mereka tidak sehat.
Ya
Apakah Anda Ingin Memiliki
Jamban Sehat Sendiri ?
Tidak
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Dan Seluruh warga yang belum memiliki jamban dan yang menganggap
jamban mereka belum termasuk jamban sehat mempunyai keinginan untuk
memiiliki jamban sehat yaitu 100%.
72
BAB V
DISKUSI
73
kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat dan memicu
masyarakat untuk membangun jamban sehat yang sesuai dengan kondisi
masyarakat setempat. Selain itu dengan dilakukannya demo simulasi yang
menjelaskan bahwa air yang dikonsumsi warga sehari-hari merupakan air yang
tercemar oleh kotoran maka diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga
dusun Bahbul untuk menerapkan perilaku tidak buang air besar di sembarang
tempat.
74
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
75
mengundi) untuk memutuskan siapa anggota masyarakat yang berhak
mendapat dana periode tersebut.
2. Melakukan pemeliharaan sarana sanitasi bagi warga yang sudah memiliki
jamban yaitu seperti menyediakan penampungan air dan gayung di dalam
kamar mandi untuk menyimpan air, membersihkan kotoran, mencuci
tangan dan membersihkan jamban serta mengajari semua pengguna
jamban (khususnya anak-anak) untuk melakukan hal yang sama juga.
76
LAMPIRAN 1
KUESIONER
KEPEMILIKAN JAMBAN DAN PERILAKU BUANG AIR BESAR
IDENTITAS DIRI
NAMA
JENIS KELAMIN L P
PENDIDIKAN
TIDAK SEKOLAH SMP/ MTS
TERAKHIR
TIDAK TAMAT SD SMA/ SMK/ MA
SD PERGURUAN TINGGI
77
CEMPLUNG DENGAN TUTUP
78
LAMPIRAN 2
NO PERTANYAAN JAWABAN
79
ESTIMASI RANCANGAN ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN JAMBAN
SEHAT UNTUK WARGA DI DUSUN BAHBUL
Jenis Jamban :
Jumlah
Ukuran di Harga Harga
No Bahan/Upah Pasar Satuan Jumlah satuan (Rp) (Rp)
Bahan Lokal
1 Papan 4 m 3x20 cm Lembar 20 25.000 500.000
2 Usuk kayu 4 m 4x6 cm Batang 8 18.000 144.000
Bahan Toko
3 Paku 3 cm kg 0,5 6.000 6.000
4 Paku payung 4 cm kg 0,5 8.000 8.000
Seng gelombang
5 0,3 mm 90x240 cm lembar 2 62.000 124.000
80
Upah
6 Tukang sendiri - oh 2
Jumlah Harga
Harga Jumlah
N Ukuran di Jumla satuan Harga
o Bahan/Upah Pasar Satuan h (Rp) (Rp)
Bahan Lokal
Batu Bata
(tergantung
1 ukuran bak) - Buah 250 600 150.000
2 Pasir pasang - m3 1 100.000 100.000
3 Kerikil - m3 0,25 50.000 50.000
Bahan Toko
4 Semen 50 kg Zak 1 65.000 65.000
Kloset leher
5 angsa - Unit 1 180.000 180.000
Pipa Pvc Type-C
6 0 4 4m m 2 220.000 440.000
Upah
7 Tukang sendiri - oh 1
81
Jumlah Harga
Catatan :
Dudukan jamban ukuran rata-rata 0,9 x 0,9 m dengan kloset
leher angsa dengan bak air
82
Bahan Toko
2 Semen 50 kg zak 1 65.000 65.000
Ring/buis semen
3 (tinggi 60 cm) 90cm unit 8 20.000 160.000
Pipa besi /pralon
4 (Gi Light 0 1,0) 6m m 1 45.000 45.000
5 Tee Gi 0 1,0 - unit 2 10.000 10.000
Upah
6 Tukang terampil - oh 1
Jumlah Harga
Catatan :
Ukuran buis beton rata-rata diameter 90 cm, dengan tinggi 60-
80 cm/ring
Ukuran Harga
No Bahan/Upah Satuan Jumlah
di Pasar satuan (Rp)
Baha
n
Lokal
Batu Bata (tergantung
1 - Buah 250 600 150.000
ukuran bak)
2 Pasir pasang - m3 1 100.000 100.000
3
3 Kerikil - m 0,25 50.000 50.000
Baha
n
Toko
4 Semen 50 kg Zak 1 65.000 65.000
5 Kloset leher angsa - Unit 1 180.000 180.000
6 Pipa Pvc Type-C 0 4 4m m 2 220.000 440.000
Ukuran Harga
No Bahan/Upah Satuan Jumlah
di Pasar satuan
Baha
n
Lokal
83
1 Pasir pasang - m3 1 100.000 100.000
Baha
n
Toko
2 Semen 50 kg zak 1 65.000 65.000
Ring/buis semen
3 90cm unit 8 20.000 160.000
(tinggi 60 cm)
Pipa besi /pralon (Gi
4 6m m 1 45.000 45.000
Light 0 1,0)
5 Tee Gi 0 1,0 - unit 2 10.000 10.000
Upah
6 Tukang terampil - oh 2 150.000 300.000
Jumlah Harga 1,317.000
Mengetahui,
Dokter Pendamping Dokter Internsip,
84