You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup
manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan.
Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim,
umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Bakteri, jamur dan virus, dapat
menyebabkan banyak penyakit kulit. Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi
bakteri pada kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri piogenik biasanya
berasal dari luar tubuh. Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pioderma
juga merupakan infeksi purulen pada kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan
Streptococcus atau keduanya. Pioderma memiliki banyak bentuk diantaranya impetigo,
folikulitis, furunkel, eritrasma, erysipelas, selulitis, abses, dan lain-lain. Bakteri yang
menyerang epidermis dapat menyebabkan impetigo. Dinamakan impetigo menurut bahsa
Perancis dan Latin yang berarti erupsi keropeng yang menyerang.
Impetigo adalah penyakit kulit superfisial yang disebabkan infeksi piogenik oleh
bakteri Gram positif. Impetigo lebih sering terjadi pada usia anak-anak walaupun pada
orang dewasa dapat terjadi. Penularan impetigo tergolong tinggi, terutama melalui kontak
langsung. Individu yang terinfeksi dapat menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah
menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat di sekolah, tempat penitipan
anak atau pada tempat dengan hygiene buruk atau juga tempat tinggal yang padat
penduduk.

1
BAB II
BORANG PORTOFOLIO
Nama peserta : dr. Dani Hermawan Saputra
Nama wahana : RS Marinir Cilandak
Topik : Impetigo krustosa
Tanggal kunjungan : 11 Agustus 2017
Nama pasien : An. A, Wn, 5 bln No RM : 11-548
Tanggal presentasi : Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Tempat presentasi :
Objektif presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia
Deskripsi : Pasien datang diantar ibunya dengan keluhan bintik bintik merah
dan berisi air pada daerah bibir dan dagu sejak 1 bulan yang lalu. Timbul bintik-
bintik merah dan membentuk gelembung gelembung yang berisi air kurang lebih
sejak sebulan yang lalu, sebelumnya pasien mengeluh badannya panas kurang lebih
3 hari sebelum muncul bitnik-bintik, panas dirasakan terus menerus lalu timbul
bintik-bintik awalnya timbul pada daerah dagu kemudian menyebar hingga ke bibir
, lipatan tangan dan kaki juga pada ketiak. Bintil-bintil itu berisi air yang kemudian
pecah dan berwarna merah pada tepinya timbul keropeng berwarna kuning seperti
madu.

Tujuan : melakukan diagnosis dan tatalaksana pada kasus impetigo

Bahan bahasan
Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas
Presentasi & diskusi Diskusi Email Pos

2
Data utama untuk bahan diskusi
1. Gambaran klinis
Pasien datang diantar ibunya dengan keluhan bintik bintik merah dan berisi air pada
daerah bibir dan dagu sejak 1 bulan yang lalu. Timbul bintik-bintik merah dan
membentuk gelembung gelembung yang berisi air kurang lebih sejak sebulan yang lalu,
sebelumnya pasien mengeluh badannya panas kurang lebih 3 hari sebelum muncul
bitnik-bintik, panas dirasakan terus menerus lalu timbul bintik-bintik awalnya timbul
pada daerah dagu kemudian menyebar hingga ke bibir , lipatan tangan dan kaki juga
pada ketiak. Bintil-bintil itu berisi air yang kemudian pecah dan berwarna merah pada
tepinya timbul keropeng berwarna kuning seperti madu.

2. Riwayat pengobatan
Obat herbal minyak dan bedak salisil

3. Riwayat kesehatan
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi makanan dan alergi obat disangkal.

4. Riwayat Keluarga
Tidak diketahui

5. Riwayat Pekerjaan dan Sosial


Tidak ada

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO


Subjektif
Keluhan Utama : Pasien datang diantar ibunya dengan keluhan bintik bintik merah dan
berisi air pada daerah bibir dan dagu sejak 1 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang diantar ibunya dengan keluhan bintik bintik merah dan berisi air pada
daerah bibir dan dagu sejak 1 bulan yang lalu. Timbul bintik-bintik merah dan
membentuk gelembung gelembung yang berisi air kurang lebih sejak sebulan yang lalu,

3
Sebelumnya pasien mengeluh badannya panas kurang lebih 3 hari sebelum muncul
bitnik-bintik, panas dirasakan terus menerus lalu timbul bintik-bintik awalnya timbul
pada daerah dagu kemudian menyebar hingga ke bibir , lipatan tangan dan kaki juga
pada ketiak.
Bintil-bintil itu berisi air yang kemudian pecah dan berwarna merah pada tepinya timbul
keropeng berwarna kuning seperti madu.
Riwayat pengobatan obat herbal dan bedak salisil
Objektif
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : GCS E4 M4 V2
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Tekanan darah :-
Nadi : 102 x/menit
Suhu : 37,4oC
Pernapasan : 30 x/menit
Mata :Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, Isokor 3mm/3mm,
Refleks cahaya langsung/tidak langsung +/+
THT : Tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-)
Jantung : Bunyi jantung 1 & 2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Paru : Nafas vesikuler +/+, Rhonki halus +/+, Wheezing -/-
Abdomen : Cembung, distensi (-), supel, nyeri tekan (-), bising usus (+)
normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-

Status Lokalis :
Ditemukan efloresensi berupa papul-papul eritematous, vesikel tersebar di atas kulit yang
eritematous. Tampak juga vesikel telah pecah serta krusta berwarna kuning kecoklatan
yang tepinya meluas. Krusta dilepas tampak erosi dibawahnya.

4
Assessment
Atas dasar :
Anamnesis :
Pasien datang diantar ibunya dengan keluhan bintik bintik merah dan berisi
air pada daerah bibir dan dagu sejak 1 bulan yang lalu. Timbul bintik-bintik
merah dan membentuk gelembung gelembung yang berisi air kurang lebih
sejak sebulan yang lalu, sebelumnya pasien mengeluh badannya panas kurang
lebih 3 hari sebelum muncul bitnik-bintik, panas dirasakan terus menerus lalu
timbul bintik-bintik awalnya timbul pada daerah dagu kemudian menyebar
hingga ke bibir , lipatan tangan dan kaki juga pada ketiak. Bintil-bintil itu
berisi air yang kemudian pecah dan berwarna merah pada tepinya timbul
keropeng berwarna kuning seperti madu
Status Lokalis :
Ditemukan efloresensi berupa papul-papul eritematous, vesikel tersebar di
atas kulit yang eritematous. Tampak juga vesikel telah pecah serta krusta
berwarna kuning kecoklatan yang tepinya meluas. Krusta dilepas tampak

5
erosi dibawahnya.
Planning
Tatalaksana Awal :
1. Antibiotik : Gentamicin zalf 2x oles
2. Edukasi :
a. Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit
b. Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air
mengalir serta membalut lesi.
c. Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak
menggunakan peralatan harian bersama-sama.
d. Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu
mencuci tangan sampai bersih.
e. Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi.
f. Kontrol kembali setelah 1 minggu

Hasil pembelajaran
1. Memahami penyakit impetigo secara keseluruhan
2. Mengenali manifestasi klinis yang timbul pada impetigo
3. Mendiagnosis kasus impetigo
4. Memberikan penatalaksanaan kasus impetigo

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
Impetigo adalah suatu infeksi/peradangan kulit yang terutama disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta hemolyticus grup
A. Kadang-kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti Staphylococcus aureus pada isolasi
lesi impetigo. Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah
digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa Nampak
pada daerah permukaan kulit. Impetigo mengenai kulit bagian atas (epidermis
superfisial).dengan dua macam gambaran klinis, impetigo krustosa (tnpa gelembung,
cairan dengan krusta, keropeng, koreng) dan impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi
cairan).Impetigo krustosa disebut juga impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, dan
impetigo Tillbury Fox, sedangkan impetigo bulosa disebut juga impetigo vesiko-bulosa,
dan cacar monyet

1.3 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 10 % dari anak-anak yang datang ke klinik
kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan
adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-kira
90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun.
Terjadinya penyakit impetigo krustosa di seluruh dunia tergolong relatif sering. Penyakit
ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun dengan rasio yang sama antara
laki-laki dan perempuan. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun
sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Impetigo krustosa banyak
terjadi pada musim panas dan daerah lembab, seperti Amerika Selatan yang merupakan
daerah endemik dan predominan, dengan puncak insiden di akhir musim panas. Anak-anak
prasekolah dan sekolah paling sering terinfeksi. Pada usia dewasa, laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan.

Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya impetigo krustosa
seperti:
-
hunian padat
-
higiene buruk

7
-
hewan peliharaan
keadaan yang mengganggu integritas epidermis kulit seperti gigitan serangga, herpes
simpleks, varisela, abrasi, atau luka bakar.

1.4 ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab impetigo adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B
hemoliticus. Untuk impetigo bulosa sebabnya lebih sering karena Staphylococcus aureus.
Pada negara maju, impetigo krustosa banyak disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
sedikit oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus (Streptococcus pyogenes). Banyak
penelitian yang menemukan 50-60% kasus impetigo krustosa penyebabnya adalah
Staphylococcus aureus dan 20-45% kasus merupakan kombinasi Staphylococcus aureus
dengan Streptococcus pyogenes. Namun di negara berkembang, yang menjadi penyebab
utama impetigo krustosa adalah Streptococcus pyogenes. Staphylococcus aureus banyak
terdapat pada faring, hidung, aksila dan perineal merupakan tempat berkembangnya
penyakit impetigo krustosa.

1.5 KLASIFIKASI
Impetigo diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:
1. Impetigo krustosa
2. Impetigo bulosa

Impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal sebagai portal of
entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak langsung dengan pasien atau dengan
seseorang yang menjadi carrier. Kuman tersebut berkembang biak dikulit dan akan
menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu sampai dua minggu. Cara infeksi pada impetigo
krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi sekunder.
Infeksi Primer
Infeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman menyebar dari hidung ke
kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian berkembang menjadi lesi pada kulit. Lesi
biasanya timbul di atas kulit wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau ekstremitas
setelah trauma.
Infeksi sekunder

8
Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya (impetiginisasi)
seperti dermatitis atopik, dermatitis statis, psoariasis vulgaris, SLE kronik, pioderma
gangrenosum, herpes simpleks, varisela, herpes zoster, pedikulosis, skabies, infeksi jamur
dermatofita, gigitan serangga, luka lecet, luka goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada
semua umur.
Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan robekan pada
epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut menghasilkan suatu protein
yang mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu infeksi impetigo
krustosa. Keluhan biasanya gatal dan nyeri. Impetigo krustosa sangat menular,
berkembang dengan cepat melalui kontak langsung dari orang ke orang. Impetigo banyak
terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber infeksinya yaitu
binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah
kumuh, sedangkan pada dewasa sumbernya yaitu tukang cukur, salon kecantikan, kolam
renang, dan dari anak-anak yang telah terinfeksi.

1.6 HISTOPATOLOGI
Terjadinya inflamasi superfisialis pada folikel pilosebaseus bagian atas. Terdapat
vesikopustul di subkorneum yang berisi coccus serta debris berupa leukosit dan sel
epidermis. Pada dermis terjadi inflamasi ringan yang ditandai dengan dilatasi pembuluh
darah, edema, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Seringkali terjadi spongiosis yang
mendasari pustula. Pada lesi terdapat kokus Gram positif.

1.7 MANIFESTASI KLINIS


Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya pada
bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan ekstremitas.
Impetigo Krustosa diawali dengan munculnya eritema berukuran kurang lebih 2 mm yang
dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul berdinding tipis. Kemudian vesikel,
bula atau pustul tersebut ruptur menjadi erosi kemudian eksudat seropurulen mengering
dan menjadi krusta yang berwarna kuning keemasan (honey-colored) dan dapat meluas
lebih dari 2 cm. Lesi biasanya berkelompok dan sering konfluen meluas secara irreguler.
Pada kulit dengan banyak pigmen, lesi dapat disertai hipopigmentasi atau hiperpigmentasi.
Krusta pada akhirnya mengering dan lepas dari dasar yang eritema tanpa pembentukan
jaringan scar.

9
Lesi dapat membesar dan meluas mengenai lokasi baru dalam waktu beberapa
minggu apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi dapat remisi spontan dalam 2-3
minggu atau lebih lama terutama bila terdapat penyakit akibat parasit atau pada iklim
panas dan lembab, namun lesi juga dapat meluas ke dermis membentuk ulkus (ektima).
Kelenjar limfe regional dapat mengalami pembesaran pada 90% pasien tanpa
pengobatan (terutama pada infeksi Streptococcus) dan dapat disertai demam. Membran
mukosa jarang terlibat.

1.8 PATOFISIOLOGI
Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus grup
A dan/atau Streptococcus aureus. Organisme tersebut masuk melalui kulit yang terluka
melalui transmisi kontak langsung. Setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada
pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit. Seringnya lesi ini menunjukkan beberapa
kerusakan fisik yang tidak terlihat (mikrolesi) pada saat dilakukan pemeriksaan. Impetigo
memiliki lebih dari satu bentuk. Beberapa penulis menerangkan perbedaan bentuk
impetigo dari strain Staphylococcus yang menyerang dan aktivitas eksotoksin yang
dihasilkan.
Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak
langsung, setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya
kerusakan pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang berukuran 2 4 mm.
Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula. Vesikel dapat pecah spontan dalam
beberapa jam atau jika digaruk maka akan meninggalkan krusta yang tebal, karena proses
dibawahnya terus berlangsung sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-
tumpuk, warnanya kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta
maka disebut impetigo krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak
kulit yangerosif.
Impetigo bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuh-
lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.Mula-
mula berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak
mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan
yang lama kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan
mengendap. Bila pengendapan terjadi pada bula disebut hipopion yaitu ruangan yang berisi
pus yang mengendap, bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti menggantung.

10
1.9 GEJALA KLINIS
Gejala klinis impetigo dimulai dari munculnya kelainan kulit berupa eritema dan
vesikel yang cepat menyebar dan memecah dalam waktu 24 jam. Lesi yang pecah akan
mengeluarkan sekret/cairan berwarna kuning encer. Lesi ini paling sering ditemukan di
daerah kaki, tangan, wajah dan leher. Pada umumnya tidak dijumpai demam. Pada
awalnya, kemungkinan akan dijumpai; ruam merah yang lembut, kulit mengeras/krusta
(Honey-colored crusts), gatal, luka yang sulit menyembuh. Pada impetigo bullosa,
mungkin akan dijumpai gejala; demam, diare, dan kelemahan umum.

Impetigo krustosa
Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan
padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.
Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna
keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan
keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan
kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya.
Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau
mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan dapat
menyebar dengan cepat.
Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka ( tangan
dan kaki).
Kelenjar getah bening dapat menbesar dan dapat nyeri
Lesi juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi)
Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan diri
sendiri (digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga mengenai tempat
lain). Lalu dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu tanpa jaringan
parut.
Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat ditemukan
pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda glomerulonefritis (radang pada
ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksi oleh kuman Streptokokus penyebab
impetigo
Tidak ada tanda gejala radang tenggorokan

11
1.10 DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Tipe dan lokasi lesi:
Sering terjadi pada wajah (sekitar mulut dan hidung) atau dekat rentan trauma.
Makula merah atau papul sebagai lesi awal.
Lesi dengan bula yang ruptur dan tepi dengan krusta.
Lesi dengan krusta berwarna seperti madu.
Vesikel atau bula.
Pustula.
Basah, dangkal, dan ulserasi eritematous.
Lesi satelit.
Limphadenopaty regional. (umumnya pada impetigo kontagiosa dan jarang pada
impetigo bulosa).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada suatu
daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang berespons
terhadap pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
Pewarnaan gram. Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil
dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.
Kultur cairan. Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan adanya
Streptococcus aureus, atau kombinasi antara Streptococcus pyogenes dengan
Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS), atau kadang-kadang dapat
berdiri sendiri.
Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi.

12
2.Pemeriksaan Lain:
Titer anti-streptolysin-O ( ASO), mungkin akan menunjukkan hasil positif lemah
untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.
Streptozyme. Adalah positif untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang
dilakukan.

1.11 DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding Impetigo krustosa terdiri dari:

a. Dermatitis Atopik
Terdapat riwayat atopik seperti asma, rhinitis alergika. Lesi pruritus kronik dan
kulit kering abnormal dapat disertai likenifikasi.

b. Dermatitis Kontak
Gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan bahan iritan.

c. Herpes Simpleks
Vesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi krusta. Umumnya
terdapat demam, malaise, disertai limfadenopati.

d. Varisela
Terdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia. Vesikel dinding tipis
dengan dasar eritema (bermula di trunkus dan menyebar ke wajah dan ekstremitas)
yang kemudian ruptur membentuk krusta (lesi berbagai stadium).

e. Kandidiasis
Kandidiasis (infeksi jamur candida): papul eritem, basah, umumnya di daerah
selaput lendir atau daerah lipatan.

f. Diskoid lupus eritematous


Ditemukan (plak), batas tegas yang mengenai sampai folikel rambut.

g. Ektima

13
Lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus yang menetap selama beberapa minggu
dan sembuh dengan jaringan parut bila menginfeksi dermis.

h. Gigitan serangga
Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri.

i. Skabies
Papul yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela jari, gatal pada
malam hari.

1.12 PENCEGAHAN
Kebersihan sederhana dan perhatian terhadap kecil dapat mencegah timbulnya
impetigo. Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala
infeksi/peradangan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) perlu mencari
perawatan medik dan jika perlu dimulai dengan pemberian antibiotik secepat
mungkin untuk mencegah menyebarnya infeksi ini ke orang lain. Penderita impetigo
harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan orang lain minimal
dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik. Pemakaian barang-barang atau alat
pribadi seperti handuk, pakaian, sarung bantal dan seprai harus dipisahkan dengan
orang-orang sehat. Pada umumnya akhir periode penularan adalah setelah dua hari
permulaan pengobatan, jika impetigo tidak menyembuh dalam satu minggu, maka
harus dievaluasi.

1.13 PROGNOSIS
Umumnya baik
Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan baik, akan
memiliki kesempatan untuyk sembuh tanpa bekas luka atau komplikasi
Insidens infeksi umum dan meningitis lebih tinggi pada neonatus
Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 10 hari
Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan glomerulonefritis
Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 10 hari setelah diterapi, perlu dilakukan
kultur

14
1.14 KOMPLIKASI
1. Ektima
Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke epidermis
menjadi ektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan kutan yang ditandai
dengan adanya ulkus dan krusta tebal.
2. Selulitis dan Erisepelas
Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya selulitis
dan erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan peradangan akut kulit
yang mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat longgar) yang ditandai dengan
eritema setempat, ketegangan kulit disertai malaise, menggigil dan demam.
Sedangkan erisepelas merupakan peradangan kulit yang melibatkan pembuluh
limfe superfisial ditandai dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan
biasanya disertai gejala prodromal.
3. Glomerulonefritis Post Streptococcal
Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya disebabkan
oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu glomerulonefritis akut (2%-
5%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun.
Tidak ada bukti yang menyatakan glomerulonefritis terjadi pada impetigo yang
disebabkan oleh Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada
setiap individu, tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik.
Faktor yang berperan penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe Streptococcus
strain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2. Periode laten berkembangnya nefritis
setelah pioderma streptococcal sekitar 18-21 hari. Kriteria diagnosis GNAPS ini
terdiri dari hematuria makroskopik atau mikroskopik, edema yang diawali dari
regio wajah, dan hipertensi.
4. Rheumatic Fever.
Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi
streptokokus yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi tersebut
dapat mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang.
5. Pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit ynag banyak ditemui setiap tahun. Penyakit ini
biasa terjadi pada perokok dan seseorang yang menggunakan obat yang menekan
sistem imunitas.

15
6. Infeksi Methicilin- resistant staphylococcus aureus (MRSA).
MRSA adalah sebuah strain bakteri stafilokokus yang resisten terhadap sejumlah
antibiotik. MRSA dapat menyebabkan infeksi serius pada kulit yang sangat sulit
diobati. Infeksi kulit dapat dimulai dengan sebuah eritem, papul, atau abses yang
mengeluarkan pus. MRSA juga dapat menyebabkan pneumonia dan bakterimia.
7. Osteomielitis
Sebuah inflamasi pada tulang disebabkan bakteri. Inflamasi biasanya berasal dari
bagian tubuh yang lain yang berpindah ke tulang melalui darah.
8. Meningitis
Sebuah inflamasi pada membran dan cairan serebrospinal yang melingkupi otak
dan medula spinalis. Meningitis merupakan sebuah penyakit serius yang dapat
mempengaruhi kehidupan dan menghasilkan komplikasi permanen seperti koma,
syok, dan kematian.

1.15 PENATALAKSANAAN
A. Umum
Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.
Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang
terkena untuk mencegah infeksi.
Mengurangi kontak dekat dengan penderita
Bila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan dapat
melakukan beberapa tindakan pencegahan berupa:
- Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air
mengalir serta membalut lesi.
- Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak
menggunakan peralatan harian bersama-sama.
- Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu
mencuci tangan sampai bersih.
- Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi.
- Memotivasi penderita untuk sering mencuci tangan.
B. Khusus
Pada prinsipnya, pengobatan impetigo krustosa bertujuan untuk memberikan kenyamanan
dan perbaikan pada lesi serta mencegah penularan infeksi dan kekambuhan.

16
1. Terapi Sistemik
Pemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila terdapat lesi yang luas atau
berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.
a. Pilihan Pertama (Golongan Lactam)
Golongan Penicilin (bakterisid)
o Amoksisilin+ Asam klavulanat
Dosis 2x 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB) selama 10 hari.
Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid)
o Sefaleksin
Dosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10 hari.3
o Kloksasilin
Dosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari.
b. Pilihan Kedua
Golongan Makrolida (bakteriostatik)
o Eritromisin
Dosis 30-50mg/kgBB/hari.
o Azitromisin
Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari untuk hari ke-2 sampai hari ke-4.

2.Terapi Topikal
Penderita diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada wajah dan penderita
sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini dapat sebagai profilaksis terhadap penularan
infeksi pada saat anak melakukan aktivitas disekolah atau tempat lainnya. Antibiotik
topikal diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.
o Mupirocin
Mupirocin (pseudomonic acid) merupakan antibiotik yang berasal dari Pseudomonas
fluorescent .Mekanisme kerja mupirocin yaitu menghambat sintesis protein (asam amino)
dengan mengikat isoleusil-tRNA sintetase sehingga menghambat aktivitas coccus Gram
positif seperti Staphylococcus dan sebagian besar Streptococcus. Salap mupirocin 2%
diindikasikan untuk pengobatan impetigo yang disebabkan Staphylococcus dan
Streptococcus pyogenes.
o Asam Fusidat

17
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium coccineum. Mekanisme
kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salap atau krim asam fusidat 2%
aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin topikal.
o Bacitracin
Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari Strain Bacillus Subtilis.
Mekanisme kerja bacitracin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
menghambat defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat sehingga aktif melawan coccus
Gram positif seperti Staphylococcus dan Streptococcus. Bacitracin topikal efektif untuk
pengobatan infeksi bakteri superfisial kulit seperti impetigo.
o Retapamulin
Retapamulin bekerja menghambat sintesis protein dengan berikatan dengan subunit 50S
ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil transferase. Salap Retapamulin 1% telah
diterima oleh Food and Drug Administraion (FDA) pada tahun 2007 sebagai terapi
impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan dan telah menunjukkan aktivitasnya
melawan kuman yang resisten terhadap beberapa obat seperti metisilin, eritromisin, asam
fusidat, mupirosin, azitromisin.

BAB IV
KESIMPULAN

18
Impetigo adalah suatu infeksi/peradangan kulit yang terutama disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta hemolyticus grup
A. Kadang-kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti Staphylococcus aureus. Gejala
klinis impetigo dimulai dari munculnya kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang
cepat menyebar dan memecah dalam waktu 24 jam. Lesi yang pecah akan mengeluarkan
sekret/cairan berwarna kuning encer. Lesi ini paling sering ditemukan di daerah kaki,
tangan, wajah dan leher. Impetigo krustosa dapat dicegah salah satunya dengan menjaga
kebersihan diri. Terapinya dapat digunakan dengan terapi sistemik dan terapi topikal.

19
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelaamin Edisi kelima). Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.

Sukanto, martodihardjo, dan Zulkarnain. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III. RSU dr. Soetomo: Surabaya.

Wolff, Goldsmith, Katz, David. 2008. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine


Seventh Edition. The Mc graw Hill Companies: New York.

Murtiastutik, Dewi; et al. 2011. Penyakit Kulit dan kelamin Edisi 2. Surabaya. DEP/SMF
Kesehatan Kulit dan kelamin FK UNAIR RSUD dr. SOETOMO

Lewis, Lisa. 20120. Impetigo: Treatment & Medication. Virginia. Dept of


Pediatrics, Professor of Pediatrics, Virginia Commonwealth University

20

You might also like