You are on page 1of 55

BAB 1

TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Teori
1.1.1 Pengertian
1. Anak Sehat adalah anak yang kelihatan gembira dan menarik
perhatian pada sekeliling serta suatu keadaan anak yang sehat
terbebas dari penyakit sehingga dapat melakukan segala aktivisnya
tanpa hambatan fisik. Seseorang dikatakan sehat jika ia memiliki
kesehatan baik secara fisik (organ tubuh) maupun psikis (mental,
emosional, sosial, dan spiritual) (Soegeng, Santoso, 2008).
2. Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ maupun
individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg),
ukuran panjang (cm, m), ukuran tulang dan keseimbangan
metabolik. (Soetjiningsih, 2012: 1)
3. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
(Soetjiningsih, 2012: 1).
1.1.2 Teori Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya, emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada
masa ini.
1. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah pemeriksan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak prasekolah, sehingga intervensi akan lebih
mudah dilakukan. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka

1
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk/ dan
makro/mikrosefali
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan gangguan perkembangan anak
(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah
oleh tenaga kesehatan adalah sebagai berikut :
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini
Umur
Penyimpangan Penyimpangan Penyimpangan Mental
Anak
Pertumbuhan Perkembangan Emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*
0 Bulan
3 Bulan
6 Bulan
9 Bulan
12 Bulan
15 Bulan
18 Bulan
21 Bulan
24 Bulan
30 Bulan
36 Bulan
42 Bulan
48 Bulan
54 Bulan
60 Bulan
66 Bulan
72 Bulan
Keterangan:
Tanda * Deteksi dilakukan atas indikasi.
a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
a) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status
gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
b) Pengukuran Berat Badan (BB)
Menggunakan timbangan injak
Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak
mudah bergerak.
Lihat posisi jarum atau angka, harus menunjuk ke
angka 0.
Anak sebaiknya mamakai baju sehari-hari yang tipis,
tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan,
kalung, dan tidak memegang sesuatu.
Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan
atau angka timbangan.
Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan
jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan
jarum ke kanan dan ke kiri.

c) Pengukuran Tinggi Badan


Cara mengukur dengan posisi bediri
Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
Berdiri tegak menghadap ke depan.
Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang
pengukur.
Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di
ubun-ubun.
Baca angka pada batas tersebut.
d) Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002):
Ukur tinggi dantimbang berat badan anak, sesuai cara di
atas.
Lihat kolom Tinggi/ Panjang Badan anak yang sesuai
dengan hasil pengukuran.
Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau
perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka
berat baan yang terdekat dengan berat badan anak.
Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom
untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD)
Interpretasi :
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik.
Kurus : <-2 SD s/d -3SD atau Gizi Kurang
Kurus sekali : <-3 SD atau Gizi buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih.
b. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)
a) Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk
mengetahui lingkaran kepala anaka dalam batas normal atau
diluar batas normal.

b) Cara mengukur Lingkaran Kepala:


(1) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati
dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian
belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
(2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
(3) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur anak/ bayi.
(4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak.
(5) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
denga ukuran yang sekarang.
c) Interpretasi:
(1) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam jalur
hijau maka lingkaran kepala anak normal.
(2) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar jalur
hijau maka lingkaran kepala anak tidak normal.
(3) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu
makrosefal bila berada di ats jalur hijau
d) Intervensi
(1) Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera
dirujuk ke rumah sakit.
c. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
a) Skrining/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
(1) Tujuan skrining/ pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
(2) Jika anak belum mencapai umur skrining, minta ibu
datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin.apabila orang tua datang dengan
keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang,
sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining
terdekat yang lebih muda.
b) Alat/instrumen yang digunakan adalah :
(1) Formulir KPSP menurut umur.
(2) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola
sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5
cm sebanyak 8 buah, kismis, kacang tanah, botongan
biskuit kecil berukuran 0,5 s.d. 1 cm.
c) Cara menggunakan KPSP :
(1) Pada waktu pemeriksaan, anak harus dibawa.
(2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan
dan tahuan anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari
dibulatkan menjadi 1 bulan.
(3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai
dengan umur anak.
(4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu / pengasuh anak.
Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
(5) Jelaskan pada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu anak mengerti apa
yang ditanyakan kepadanya.
(6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu
persatu. Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban. Ya
atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
(7) Ajukan peranyaan yang berikutnya setelah ibu anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
(8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah di jawab.

d) Interpretasi hasil KPSP :


(1) Hitunglah berapa jumlah jawab Ya.
Jawaban Ya, bila ibu anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
Jawaban Tidak, bila ibu anak menjawab: anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu
tidak tahu.
(2) Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak
sesuai dengan tahap perkembangannya (S).
(3) Jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M)
(4) Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
(5) Untuk jawaban Tidak, perlu di rinci jumlah jawaban
Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
e) Intervensi :
(1) Beri perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan
tindakan sebagai berikut
Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
denganbaik.
Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesuai
dengan umur dan kesiapan anak.
Ikutkan anak pada kegiatan penimbanagn dan
pelayanan kesehatan di posyandusecara teratur sebulan
1 kali dan setiap ada kegiatan BKB. Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah, anak dapat diikutkan pada
kegiatan di PADU, kelompok bermain, dan TK.
Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap
3 bulan pada anak usia kurang adari 24 bulan dan setiap
6 bulan pada anak usia 24-72 bulan.
(2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan
tindakan berikut:
Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi,.
Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan pada anak untuk mengatasi
penyimpangan/ mengejar ketertinggalannya.
Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan aanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian
dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
Jika hasil KPSP ulang jawaban Ya tepat 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan.
(3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut:
Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan
jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
d. Tes Daya Dengar
a) Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengan dan bicara anak.
b) Alat/sarana yang diperlukan adalah
(1) Instrumen TDD menurut umur anak.
(2) Gambar binatang (ayam, anjing,kucing), manusia
(3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
c) Cara melakukan TDD:
(1) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir,
hitung umur anak dalam bulan.
(2) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan
umur anak.
(3) Pada anak umur kuang dari 24 bulan :
Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua /
pengasuh anak. Tidak usah ragu-ragu atau takut
menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang
salah.
Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan
nyaring, satu per satu, berurutan.
Tunggu jawaban dari orangtua/ pengasuh anak.
Jawaban YA jika menurut orangtua/ pengasuh, anak
dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
Jawaban TIDAK jika menurut orangtu/pengasuh
anak tidak pernah, tidak tahu atau tak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
(4) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah
orangtua/ pengasuh.
Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak
mau melakukan perintah orangtua/pengasuh.
(5) Interpretasi:
Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan
anak mengalami gangguan pendengaran.
Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/balita
atau status/catatan medik anak, jenis kelainan.
(6) Intervensi :
Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.
e. Tes Daya Lihat (TDL)
a) Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendetaksi secara dini
kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan
lanjutan sehingga esempatan untuk memperoleh ketajaman
daya lihat menjadi lebih besar.
b) Alat/sarana yang diperlukan adalah :
(1) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang
baik.
(2) Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
(3) Poster E untukdigantung dan kartu E untuk dipegang
anak.
c) Cara melakukan TDL :
(1) Pilih suatu ruangann yang bersih dan tenang, dengan
penyinaran yang baik.
(2) Gantungan poster E setinggi mata anak pada posisi
duduk.
(3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E,
menghadap ke poster E.
(4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster E
untuk pemeriksa.
(5) Pemeriksa memberikan kartu E pada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah,
kiri, dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada poster E oleh
pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat
mengarahkan kartu E dengan benar.
(6) Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya
dengan buku/kertas.
(7) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster, satu
persatu, mulai baris pertama sampai baris kempat atau
baris E terkecil yang masih dapat dilihat.
(8) Puji anak setiap kali dapat mencocokkkan posisi kartu E
yang dipegangnya dengan huruf E pada poster.
(9) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan
cara yang sama.
(10) Tulis baris. E terkecil yang masih dapat dilihat, pada
kertas yang telah disediakan :
Mata kanan : ............... Mata kiri : ........................
d) Interpretasi :
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat
sampai baris ketiga pada poster E. Bila kedua mata anak
tidak dapat melihat baris ketiga poster E, artinya tidak dapat
mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan arah
E pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
e) Intervensi :
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta
anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada
pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris
yang sama, atu tidak dapaat melihat baris yang sama dengan
kedua matanya, rujuk ke RS dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).
f. Deteksi Penyimpangan Mental Emosional
Adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan
tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional
terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini
akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara
dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu :
a) Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Prasekolah
(Kuesioner Masalah Mental Emosional / KMME bagi anak
umur 36 bulan sampai 72 bulan.)
(1) Tujuannya adalah untuk mendeteksi secar dini adanya
penyiimpangan masalah mental prasekolah.
(2) Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12
pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional
anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
(3) Cara melakukan :
(a) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas,
dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada
KMME kepada orangtua / pengasuh anak
(b) Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah
jawaban YA.
(4) Interpretasi :
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional
(5) Intervensi :
(a) Bila Jawaban YA hanya 1 :
Lakukan konseling kepada orang tua
menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh Yang
Mendukung Perkembangan Anak.
Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila
tidak ada perubahan rujuk ke RS yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.

(b) Bila Jawaban YA ditemukan 2 atau lebih :


Rujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/
tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai informasi
mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang
ditemukan
b) Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah
(1) Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis
pada umur 18 bulan sampai 36 bulan.
(2) Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in
Toddlers).
(a) Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/ pengasuh
anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.
Jelaskan kepada orangtua untuk tidak ragu-ragu atautakut
menjawab.
(b) Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanaan tugas seperti
yang tertulis CHAT
(3) Cara menggunakan CHAT :
(a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas, dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orangtua
atau pengasuh anak.
(b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas
pada CHAT.
(c) Catat jawaban orangtua/pengasuh anak dan kesimpulan
hasil pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti
kembali apakah semua pertanyaan telah di jawab.
(4) Interpretasi :
(a) Resiko tinggi menderita autis :bila jawaban Tidak pada
pertanyaan A5, A7, B2, B3, dan B4.
(b) Resiko pernah menderita autis: bila jawaban Tidak pada
pertanyaan A7 dan B4.
(c) Kemungkinan gangguan perkembangan lain: bila jawaban
Tidak jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4;
A8-A9; B1; B5.
(d) Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam
kategori 1, 2, dan 3.
(5) Intervensi :
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada
gangguan perkembangan, rujuk ke RS yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
c) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) pada Anak Prasekolah.
(1) Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
pada anak umur 36 bulan ke atas.
(2) Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH
(3) Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:
(a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini
GPPH. Jelaskan pada orangtua/pengasuh anak untuk tidak
ragu-ragu atau takut menjawab.
(b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan
pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.
(c) Keadaan yang ditanyakan/ diamati pada anak dimanapun
anak berada.
(d) Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua
pertanyaan telah dijawab.
(4) Interpretasi :
(a) Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan
bobot nilai berikut ini dan jumlahkan nilai masing-
masing jawaban menjadi nilai total.
Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada
anak.
Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan
pada anak
Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada
anak.
Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ditemukan pada
anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
(5) Intervensi:
(a) Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS
yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang
anak.
(b) Batas nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu,
jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan
pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak.
2. Menurut Frankenburg dkk (1981) melalui DDST (Denver
Developmental Screening Test) ada 4 parameter perkembangan :
a. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat, misal : kemampuan untuk
menggambar sesuatu benda.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.

d. Gross motor (perkembangan motorik kasar)


Aspek yang berhubungan dengan gerak dan sikap tubuh
(Soetjiningsih, 2012: 29-30)
Sedangkan pelaksanaan tes DDST itu sendiri adalah sebagi
berikut :
a. Semua item harus diujikan sesuai dengan prosedur yang
terstandarisasi. (sesuai prosedur pelaksanaan per item)
b. Perlu kerjasama yang aktif dari anak.
c. Harus terbina kerja sama yang baik anatra kedua belah
pihak. Caranya dengan berkenalan terlebih dahulu dengan
orang tua, baru kemudian mendekati anak agar ia mersa lebih
nyaman dengan kehadiran orang baru.
d. Ruanngan cukup luas, ventilasi baik dan beri kesan yang
menyenangkan dan santai.
e. Orangtua diberitahu bahwa tes ini bukan tes IQ, tetapi
untuk melihat perkembangan anak. Diberitahu bahwa anak
tidak selalu dapat melaksanakan semua tugas yang diberikan.
f. Menyajikan item sebaiknya bersifat fleksibel, tetapi
dianjurkan :
a) Item yang kurang aktif, sebaiknya sektor
personal sosial dulu kemudian sektor motorik halus-
adaptif.
b) Item yang mudah didahulukan, kemudian
anak dipuji bila ia dapat melakukannya sehingga anak
tidak segan untuk aitam selanjutnya.
c) Hanya alat-alat yang akan digunakan saja
yang akan diletakkan di atas meja.
d) Item yang menggunakan alat yang sama
sebaiknya dilakukan berurutan.
e) Pelaksanaan tes pada bayi dalm posisi
berbaring sebaiknya dilakukan secara berurutan.
f) Pelaksanaan tes semua sektor dimulai
dengan item terletak di sebelah kiri garis umur, lalu
dilanjutkan ke item di sebelah kanan garis umur.
g. Jumlah item yang ad bergantung pada lama waktu yang
tersedia, yang terpenting pelaksanaannya mengacu pada
tujuan tes, yaitu mengidentifikasi perkembangan anak dan
menentukan kemampuan anak yang relatif lebih tinggi.
a) Identifikasi perkembangan.
b) Menentukan kemampuan yang relatif lebih.
h. Untuk menentukan bila seorang anak ada resiko
perkembangan identifikasi perkembangan dilakukan:
Langkah 1: pada tiap sektor dilakukan paling sedikit 3 aitem
tes yang paling dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap
aitem tes yang ditembus/berpotongan dengan garis umur.
Langkah 2: bila anak tidak mampu untuk melakukan salah
satu aitem pada langkah 1, berikan aitem tambahan di sebelah
kiri pada sektor yang sama sampai anak dapat melewati 3
aitem berturut-turut.
i. Untuk menentukan kemampuan anak yang relatif lebih,
dilakukan :
Langkah 1: pada tiap sektor dilakukan paling sedikit 3 aitem
tes yang paling dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap
aitem tes yang ditembus/berpotongan dengan garis umur.
Langkah 2: lanjutkan melakukan aitem ke kanan dari tiap
aitem yang lewat dalam satu sektor hingga tercapai 3 gagal
berturut-turut.
Interpretasi terhadap DDST :
a. Penilaian Individual
1) Penilaian aitem lebih / Advanced
Bila anak lulus pada aitem tes yang terletak di kanan garis
umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada tes tesebut,
karena anak lulus pada tes dimana kebanyakan anak tidak lulus
sampai umurnya lebih tua.
2) Penilaian aitem normal
Item individual yang gagal atau ditolak, tidak perlu menunjukkan
sebuah keterlambatan dalam perkembangan. Sebagai contoh, bila
anak gagal/ menolak melakukan suatu aitem tes di sebelah
kanan garis umur, maka perkembangan anak normal. Ini
dikarenakan anak berumur lebih muda daripada umur dimana
hanya 25% anak-anak pada sampel standar dapat melakukan
aitem ini sehingga anak tidak diharapkan lewat sampai umur
lebih tua.
3) Penilaian aitem peringatan / caution = P
Sebuah peringatan (P) pada aitem individual perlu diperhatikan
saat mennginterpretasikan hasil tes. Bila anak gagal/menolak
melakukan aitem tes dimana garis umur terletak pada atau antara
75% dan 90% maka diskor dengan P. Ini menunjukkan lebih dari
75% anak-anak pada sampel standar dapat lewat pada umur lebih
muda dibandingkan usia anak yang sedang di tes. Setelah itu
tulislah P di sebelah kanan kotak segipanjang.
4) Penilaian aitem keterlambatan / Delayed=T
Sama seperti peringatan, aitem individual yang terlambat perlu
diperhatikan saat menginterprestasikan tes. Aitem
diinterprestasikan terlambat bila anak gagal/ menolak
melakukan aitem tes yang terletak jelas berada di sebelah kiri
garis umur. Hal ini disebabkan anak telah gagal atau menolak
pada aitem tes dimana 90% anak-anak pada sampel standar dapat
lewat pada umur lebih muda. Keterlambatan ditandai dengan
memberi warna pada tepi akhir kotak.
5) Penilaian Tidak ada kesempatan
Pada aitem tes yang orangtua melaporkan bahwa anak tidak ada
kesempatan untuk melakukan atau mencoba di skor sebagi Tak
untuk tidak ada kesempatan.
b. Penilaian Tes
Normal :
1) Bila tidak ada keterlambatan / Delayed=T dan
paling banyak 1 caution
2) Lakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol
kesehatan berikutnya.
Suspek :
1) Bila didapatakan dua atau lebih caution dan / atau satu atau
lebih delays
2) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor
sesaat.
Tidak dapat diuji :
1) Bila ada skor menolak pada satu aitem tes atau lebih
total di sebelah kiri garis umur atau menolak pada lebih dari satu
aitem tes yang ditembus garis umur pada daerah 75%-90%
2) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu.
Namun ada juga teori lain yang digunakan untuk menilai tumbuh
kembang anak, antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran Antropometik
Dalam ukuran ini dibedakan menjadi 2 kelompok :
1. Tergantung umur
a. BB terhadap umur
b. TB terhadap umur
c. Lingkar kepala terhadap umur
d. Lila terhadap umur
2. Tidak tergantung umur
a. BB terhadap TB
b. Lila terhadap TB
Lain-lain : LILA dibandingkan dengan standar/baku, lipatan kulit,
pada trisep, subskapular, abdominal dibandingkan dengan baku,
kemudian hasil pengukuran antropometrik dengan suatu baku
tertentu misalnya baku Harvard, NCHS atau baku nasional
(Soetjiningsih, 2012 : 37 38)
2. Berat badan (BB)
Indikator BB dimanfaatkan untuk :
a. Bahan informasi menilai keadaan gizi baik yang akut maupun
kronis tumbuh kembang dan kesehatan.
b. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan
penyakit.
c. Dasar penghitung dosis obat dan makan yang perlu diberikan
(Soetjiningsih, 2012: 38)
Untuk memperkirakan BB anak dapat digunakan rumus diikuti oleh
Behrman, 1992 yaitu :
Perkiraan BB dalam kg :
a. Lahir : 3,25 kg
umur (bulan) + 9
b. 3 12 bulan : 2
c. 1 6 bulan : umur (tahun) x 2 + 8
d. 6 12 tahun : umur (tahun) x 7 - 5
3. Tinggi badan (TB)
Merupakan ukuran antrompmetri kedua yang terpenting,
keistimewaannya adalah pada masa pertumbuhan meningkat terus
sampai tinggi maksimal dicapai. Kenaikan TB berfluktuasi, dimana
meningkat pesat pada masa bayi, kemudian melambat pesat kembali
(Adolesen) melambat lagi dan berhenti umur 18 20 tahun.
Tinggi rata-rata pada waktu lahir = 50 cm
Secara garis besar tinggi badan anak dapat diperkirakan sebagai
berikut :
a. 1 tahun : 1,5 x TB lahir
b. 4 tahun : 2 x TB lahir
c. 6 tahun : 1,5 x TB lahir
d. 13 tahun : 3 x TB lahir
e. Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
Perkiraan tinggi badan dalam centimeter
a. Lahir : 50 cm
b. Umur 1 tahun : 75 cm
c. 2 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 77 (Soetjiningsih, 2012:
21)
4. Lingkar kepala
a. Lingkar kepala saat lahir 34 cm
b. Pada umur 6 bulan 44 cm
c. Pada umur 1 tahun 47 cm
d. Pada umur 2 tahun 49 cm
e. Dewasa 54 cm
Pertumbuhan tulang kepala mengikuti perkembangan otak, demikian
pula sebaliknya. Pada bayi baru lahir berat otaknya berat otak
dewasa, tapi jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel orang
dewasa. (Soetjiningsih, 2012: 23)
5. Gigi
a. Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan. Pada umur 1
tahun sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu. Selama
tahun kedua gigi tubuh 8 lagi, sehingga jumlah seluruhnya sekitar
14-16 gigi dan pada umur 2,5 tahun sudah terdapat 20 gigi susu.
b. Erupsi gigi tetap :
1) Molar pertama 6-7 tahun
2) Incisor 7-9 tahun
3) Premolar 9-11 tahun
4) Kaninus 10-12 tahun
5) Molar kedua 12-16 tahun
6) Molar ketiga 17-25 tahun.
(Soetjiningsih, 2012: 24)
6. Jaringan lemak
Selain otot, jaringan lemak juga menentukan ukuran dan bentuk
tubuh seseorang. Penambahan jumlah sel lemak meningkat pada
trimester II kehamilan sampai pertengahan masa bayi. Setelah itu sel
lemak tidak banyak bertambah dan besarnya sel lemak menentukan
gemuk atau kurusnya seseorang. Pertumbuhan jaringan lemak akan
bertambah lagi pada anak perempuan umur 8 tahun dan pada anak
laki-laki umur 10 tahun hingga awal menjelang pubertas. Seteah itu
pada pria mengurang, tapi anak wanita bertambah sampai dewasa.
(Soetjiningsih, 2012: 24-25)
7. Organ-organ tubuh
Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti polanya sendiri-sendiri
secara ummum terdapat 4 pola pertumbuhan yaitu :
a. Pola umum (general pattern)
Yang mengikuti pertumbuhan pola umum adalah tulang panjang.
Otot skelet (pada neonatus 20-25% berat badan, setelah dewasa
40% berat badan). Sistem pencernaan, pernafasan, peredaran.
b. Pada neural (brain dan head pattern)
Perkembangan otak bersama-sama tulang tengkorak yang
melindunginya, mata dan tenaga berlangsung lebih dini.
c. Pola limfoid
Pertumbuhan jaringan limfoid agak bebeda dari jaringan tubuh
lainnya, pertumbuhan mencapai maksimum sebelum adolesensi
kemudian menurun hingga mencapai ukuran dewasa.
d. Pola genetal
Organ-organ reproduksi mengikuti pola genetal, dimana
pertumbuhannya lambat pada pra remaja, kemudian disusun pacu
adolesensi yang pesat.
(Soetjiningsih, 2012: 25-26)
1.2 Konsep Teori Askeb
1.2.1 Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata anak
1) Umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian
maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di
bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35
tahun (Prawirohardjo, 2006: 23).
2) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Anggraini, 2010: 135).
3) Pendidikan
Pendidikan yang baik bagi orang tua akan memudahkan
informasi dari luar baik mengenai kesehatan anak, pengasuhan
anak yang baik, juga pendidikan anak (Ngastiyah, 2005 : 7).
Diperhitungkan, faktor pendidikan dan ekonomi dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim (Manuaba, 2010: 242).
4) Pekerjaan
Putus kerja, karena berbagai alasan sehingga menambah
sulitnya masalah sosial ekonomi (Manuaba, 2010 : 235).
5) Penghasilan
Jika penghasilan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan anak,
misalnya pemenuhan gizi, pendidikan, dan lainnya tentu
mengakibatkan ganguan tumbuh kembang anak (Ngastiyah,
2005 : 7).
6) Umur menikah
Penyakit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan
kurun waktu reproduksi sehat antara umur 20 sampai 30 tahun
(Prawirohardjo, 2006: 23).
7) Alamat
Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu kehamilan dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali,
atau cacat bawaan lainnya. Seperti yang terjadi pada eristiwaa
Hirosima, Nagasaki, dan Chernobyl. Efek radiasi pada orang
laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya
(Ngastiyah, 2005: 3).
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Anggraini, 2010: 135).
b. Riwayat Kesehatan Anak Sekarang
Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu
tumbuhnya dan pendidikannya disamping itu anak juga
mengalami stress yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya
(Soetjiningsih, 1995 : 7).
c. Riwayat kesehatan ibu
Gizi ibu yang jelek sebelum hamil maupun saat hamil lebih sering
mengakibatkan berat badan lahir rendah (BBLR) atau lahir mati,
tapi jarang menyebabkan kelainan bawaan. Selain itu, dapat juga
mnyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi
baru lahir, BBLR mudah mendapat infeksi, abortus dan
sebagainya. Anak yang lahir dari ibu kurang gizi pula dan anak
mudak mendapat infeksi. Jika bayi tersebut wanita, akan
menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tingginya kurang
pula. Ini merupakan lingkaran setan di negara yang miskin.
Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu kehamilan dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau
cacat bawaan lainnya. Seperti yang terjadi pada eristiwaa
Hirosima, Nagasaki, dan Chernobyl. Efek radiasi pada orang laki-
laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya. Bila ibu saat
pranatal mengalami trauma dan cairan ketuban yng kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Juga
posisi janin dala uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi
panggul, tortikolis kongenital, paralisis fasialis atau tabung otak.
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-
zat teratogen. Misalnya seperti obat-obatan sperti taladomid,
fentoin, metadion, dan obat-obatan anti kanker yang
menyebabkan kelainan bawaan. Demikian ibu hamil yang
perokok berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi
berat badan lahir rendah, lahir mati, cacat atau retardasi mental.
Keracunan logam berat misalnya makan ikan yang terkontaminasi
merkuri dapat menyebakan mikrosefali dan aralisis serebralis
seperti di jepang yang disebut penyakit Minamata. Infeksi
intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah
TORCH (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes
simpleks). Sedangkan infeksi lain yang juga menyebabkan
penyakit pada janin ialah: varisela, coxsackie echovirus, malaria,
lues, HIV, polio, campak, leptospira, listeriosis, mikoplasma,
virus influenza dan virus hepatitis. Diduga stiap hiperpireksia
pada ibu hamil dapat merusak janin. Ibu hamil yang mengalami
stres dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin seperti cacat
bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain. Rhesus atau ABO
inkompatibilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis,
kernikterus (atau lahir mati). Akibat gangguan pada plasenta atau
tali pusat yang menyebabkan menurunnya oksigenasi janin dapat
menyebabkan berat badan lahir rendah (Ngastiyah, 2005 : 3-4).
d. Riwayat Perinatal
Trauma kepala akibat pesalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat permanen. BBLR yang disertai asfiksia berat
dapat terjadi paralisis serebralis, hiperbilirubinemia disertai
kernikterus, IRDS (idiophatic respiratory distress syndrome)
asidosis metabolik, dan meningitis atau ensefalitis (Ngastiyah,
2005 : 4).
e. Riwayat Postnatal
Pemberian ASI sedini mungkin segera bayi setelah lahir
merupakan stimulus dini terhadap tumbuh kembang anak.
Keuntungan bagi bayi selain nilai gizi yang tinggi ASI juga
mengandung zat anti yang melindungi bayi dari berbagai macam
infeksi. Di samping itu, bayi juga merasakan sentuhan, kata-kata,
dan tatapan kasih sayang dari ibunya serta mendapatkan
kehangatan yang penting untuk tumbang bayi. Keuntungan bagi
ibu, juga adanya sekresi hormon oksitosin yang mempercepat
berhentinya pendarahan setelah melahirkan, dan prolaktin akan
mencegah terjadinya ovulasi yang mempunyai efek menarangkan
kehamilan. Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang anak. Kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa
karena makanan diperlukan juga untuk prtumbuhan. Dalam hal
ini, diperlukan kecukupan tersedianya makanan dan keamanan
pangan (food safety) ialah terbebasnya makanan dari berbagai
racun fisika, kimia, dan biologis yang dapat mengancam
kesehatan anak. Untuk mempertahankan agar bayi/anak tetap
sehat dilakukan pemeriksaan dan penimbangan berat badan secara
rutin setiap bulan dipelayanan kesehatan (dokter, puskesmas).
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari
penyakit. Dianjurkan agar sebelum bayi umur satu tahun
mendapat imunisasi BCG, polio 3 kali, DPT 3x, hepatitis B 3 kali
dan campak 3 kali. Selain itu gizi juga penting untuk mennjang
ketahanan tubuh. Anak yang menderita sakit kronis akan
terganggu tumbuh kembang dan pendidikannya. Disamping itu
anak juga menderita stres akibat penyakit yang berkepanjangan.
Karena ada perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme
anak dalam berbagai umur, maka kebutuhan nutrien harus
diperhitungkan dengan tepat. Hormon-hormon yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak adalah hormon pertubuhan,
tiroid, hormon sek, insulin IGF dan hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar andrenal. Kemarau panjang dan bencana alam yang
menyebabkan gagal panen menyebabkan anak kurang gizi.
Gondok endemik terdapat di daerah pegunungan yang air
tanahnya kurang mengandung iodium. Kebersihan yang krang
baik, lingkungn maupun perorangan dapat menyebabkan
gangguan tumbuh kembang karena anak mudah mendapat infeksi.
Rumah perlu cukup ventilasi agar pertukaran udara baik dan sinar
mata hari perlu untuk kesehatan pula. Penghuni yang banyak
kurang menjamin kesehatan. Akibat radiasi yang tinggi dapat
menggangu tumbuh kembang anak. Stimulasi merupakan hal
yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibanding anak yang tidak atau kurang mendapat stimulasi.
Motivasi belajar dapat diciptakan sjak dini dengan meyediakan
lingkungan yang kondusif untuk belajar. Ganjaran diberikan pada
anak jika berbuat kebajikan atau mencapai keberhasilan. Ganjaran
berupa pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan, dsb. Akan tetapi
menghukum dengan wajar pada anak yang salah dapat
dibenarkan. Menghukum tidak boleh dilakukan dengan
melampiaskan kebenjian atau kejengkelan pada anak. Hukuman
harus bersifat objektif dengan memberikan pengertian tujuan
hukuman tersebut agar anak tidak mengulangi lagi. Untuk proses
sosialisasi dengan lingkungan, anak memerlukan teman sebaya.
Orang tua harus tetap memperhatikan dan memantau dengan
siapa anak bergaul. Stres pada anak juga berpegaruh pada tumbuh
kembangnya karena dapat menyebabkan anak menarik diri,
rendah hati, terlambat bicara, dsb. Salah satu hak anak adalah
untuk dicintai dan dilindungi kasih sayang dan perlakuan yang
adil dari orang tuanya sangat diperlukan untuk anak agar
dikemudian hari tidak menjadi anak yang sombong dan akan
memberikan kasih sayangnya pada sesama. Jika penghasilan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan anak, misalnya pemenuhan
gizi, pendidikan, dan lainnya tentu mengakibatkan ganguan
tumbuh kembang anak (Ngastiyah, 2005 : 4-7).
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan pada bayinya, juga factor genetic merupakan modal
dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
(Soetjiningsih, 1995 : 2). Ada juga berbagai penyakit keturunan
yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti sindrom down,
sindrom turner, dll (Ngastiyah, 2005 : 2).
Pada anak yang menderita jantung bawaan didapatkan anak
terlihat pucat, banyak berkeringat bercucuran, ujung-ujung jari
hiperemik.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai
hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan
sosial, juga menegakkan diagnosa dini setiap kelainan tumbuh
kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif serta
mencegah dan mencari penyebabnya (Soetjiningsih, 1995 : 7).

h. Riwayat imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari
penyakit-penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan
kematian. Dianjurkan sebelum anak berumur 1 tahun sudah
mendapat imunisasi lengkap. (Soetjiningsih, 2012: 7)
Jadwal Imunisasi Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG, POLIO 1
2 bulan PENTABIO 1, POLIO
2
3 bulan PENTABIO 2, POLIO
3
4 bulan PENTABIO 3, POLIO
4
9 bulan CAMPAK
(Depkes RI, 1997:27)
i. Pola kebiasaan sehari-hari :
1). Nutrisi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya, seperti : protein, lemak,
karbohidrat dan mineral serta vitamin. (Pusdiknakes, 1992 : 10
11)
a) Kebutuhan
Kebutuhan zat gizi menurut poedyasmoro, DKK
Kebutuhan energi
1000 + (100 x 2,25) =1225 kalori
Kebutuhan protein
10 % x 1225 = 122,5 kal
Kebutuhan lemak
21 x 1225 = 245 kal

b) Kualitas / komposisi
(1) Karbohidrat : nasi, roti, ubi.
(2) Protein : hewani, meliputi: ayam, telur, daging, ikan.
Dan nabati, meliputi: tempe, tahu.
(3) Vitamin : sayuran dan buah-buahan.
(4) Mineral : sayuran.
(5) Lemak : diperoleh dari sumber protein.
(6) Air / ditambah 1 gelas susu.
c) Kuantitas
Berikan makanan pada anak 3 kali sehari dengan komposisi
nasi, sayur, lauk-pauk, buah-buahan dan air atau satu gelas
susu.
d) Waktu pemberian
Berikan makan pada anak pada saat pagi, siang dan sore.
Pagi sekitar pukul 06.00 07.00, siang 12.00 13.00 dan
malam hari pukul 18.00 20.00.
e) Makanan tambahan / selingan
Berikan makanan selingan antara makan pagi dan makan
siang antara pukul 10.00 dan antara makan siang dan makan
malam sekitar pukul 16.00. Makanan yang diberikan bisa
berupa makanan yang disukai anak tanpa
mengesampingkan kebutuhan gizinya.
Kebutuhan energi anak usia 2 tahun 3 bulan, BB : 12 kg =
1225 kalori
Contoh Menu Sehari untuk balita usia 27 bulan
Waktu Menu Bahan Penukar URT
Makanan
Pagi - nasi pecel Nasi 1 nasi gelas
- lauk tempe + Telur 1 daging 1 butir
telur Tempe 1 tempe 2 ptg sdg
- buah pisang Kangkung sayur mangkok
- teh manis pisang 1 buah 1buah sdg
minyak sdm
1/3 gula 1/3 sdm
Siang - nasi Nasi 1 nasi gelas
- ikan asin Ikan asin 1 daging 1 butir
- tahu Tahu 1 tempe 2 ptg sdg
- sayur bening Bayam sayur mangkok
Sawo 1 buah 1buah sdg
minyak sdm
1/3 gula 1/3 sdm
Malam - nasi Nasi 1 nasi gelas
- telur goring Telur 1 daging 1 butir
- tempe Tempe 1 tempe 2 ptg sdg
- sop Jeruk manis sayur mangkok
- jeruk manis 1 buah 1buah sdg
- susu 1 minyak sdm
1/3 gula 1/3 sdm

2). Pola eliminasi BAB/BAK


Anak umur 1 - 2 tahun berhenti mengompol pada siang hari
2 -3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak
perempuan lebih dulu berhenti mengompol, bila umur 3 4
tahun masih mengompol. Dicari penyebabnya. Toilet training
(latihan defekasi perlu dimulai penyebabnya agar evakuasi sisa
makanan dilakukan secara teratur yang mempermudah
kelancaran pemberian makanan).
3). Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu
istirahatnya, karena kegiatan fisiknya meningkat seperti
bermain.
Kebutuhan tidur : 2 -3 jam tidur siang, 7 8 jam tidur malam
(Suryanah, 1996 : 80)
4). Olahraga dan rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologis dan
stimulasi perkembangan otot-otot. (Pusdiknakes, 1993 : 16)
5). Personal hygiene
Anak mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu potong kuku 1x,
membersihkan mulut dan gigi untuk bayi yang sudah tumbuh
giginya dengan pasta gigi dan sikat sesuai umur.Kebersihan
lingkungan perlu diperhatikan karena anak suka bermain di
lantai.
6). Riwayat ketergantungan
a) Menghisap jempol merupakan salah satu bentuk manipulasi
atas tubuh yang normal yang terjadi pada usia dini. Hal ini
dapat menjadi berlebihan pada keadaan akibat aktivitas
dalam usia yang masih dini atau karena suatu regrasi bila
anak sedang lelah atau tegang.
b) Menggunakan empeng/kempongan akan menggangu
rahang.
2. Data Subyektif
a. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
a) Suhu
Nilai normal suhu anak rata-rata
Usia Nilai suhu derajat (oC)
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Keterangan
Frekuensi kenaikan suhu pada bayi sering berbeda sekitar
0,5-1oC, masih dalam batas normal (Pusdiknakes, 1993 : 8).
b). Nadi
Dapat diukur pada arteri radialis dan arteri femoralis bagi
anak umur lebih 1 tahun, sedangkan pada bayi
menggunakan stetoskop pada apex jantung. Nadi dihitung
dengan waktu satu menit, dan kemungkinan iramanya
kurang teratur.
Nilai nadi pada anak (denyut permenit)
Usia Waktu bangun Tidur Demam
Bayi baru lahir 100-180 80-160 > 220
1 minggu 3 bln 100-220 80-200 > 220
3 bln-2 tahun 80-150 70-120 > 200
2-10 tahun 70-110 60-90 > 200
10 thn-dewasa 50-90 50-90 >200
(Pusdiknakes, 1993 : 9)
c). Pernafasan
Pernafasan anak dihitung sama dengan pada orang dewasa,
kecuali pada bayi dhitung dari gerakan diafragma, atau
gerakan abdominal, pernafasan tersebut dihitung dalam
waktu 1 menit
Nilai pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur :
Umur Nilai pernafasan/menit
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 18
16 tahun 17
18 tahun 16-18
(Pusdiknakes, 1993 : 9)
d). Tekanan darah
Merupakan pengukuran tanda-tanda vital yang biasanya
diukur pada anak 3 tahun keatas. Pada pengukuran tekanan
darah anak harus tenang dan rileks, pada bayi dan anak-
anak lebih tenang bila dipasang oleh orang tuanya. Akurat
tidaknya pengukuran tekanan darah tergantung dari ukuran
manset tensi meternya. Lebar manset harus mencukupi 2/3
lengan atas, sedangkan panjang manset harus cukup
melingkari lengan (Pusdiknakes, 1993 : 9)
Dalam periode neonatal rata-rata tekanan darah sistolik
adalah 70 mmHg. Sejak usia enam minggu hingga usia 10
tahun, rata-rata tekanan darah sistolik tetap berada di sekitar
95 mm Hg, dan sebagian besaranak-anak akan memiliki
tekanan darah sistolik kurang dari 115 mm Hg. Rata-rata
tekanan darah sistolik adalah 125 mm Hg saat usia
mencapai 16 tahun. (Meadow, 2005: 39)
2). Ukuran pertumbuhan anak
BB : disesuaikan dengan usia anak
TB : disesuaikan dengan usia anak
LK : disesuaikan dengan usia anak
b. Pemeriksaan umum
1). Kepala : Rambut diperiksa pertumbuhannya, warna,
diameter (teabal atau tipis), sifat (lurus atau
keriting) dan akar rambut (mudah dicabut atau
tidak) (Moersintowarti, 2002: 60).
2). Mata : Konjungtiva tidak anemis, berwarna merah
muda, sclera putih, simetris, tidak ada rabun
senja akibat kurang vitamin A.
3). Hidung : Tampak Bersih, Tidak ada polip, tidak ada
secret/cairan.
4). Mulut : Tidak ada luka atau sakit di sekitar bibir, Tidak
ada caries, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada
stomatitis, mulut tidak berbau (Meadow, 2005:
39)
5). Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada
edema, dan sekresi kelenjar mukosa (Meadow,
2005: 37)
6). Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid,
vena jugularis dan kelenjar limfe.
7). Dada : Dada simetris, tidak ada retraksi interkosta,
wheezing dan ronchi (-).
8). Abdomen : Abdomen tidak buncit, hernia (-), tidak ada
nyeri tekan,
9). Kulit : Bersih, turgor baik, elastis dan tidak cyanosis.
10). Ekstremitas
a) Atas : Bentuk simetris, gerak aktif, kuku tampak bersih,
tidak ada kelainan seperti sindaktili, polidaktili.
b) Bawah: Bentuk simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif.
11) Genetalia : Bersih
a) Pada anak laki-laki : penis bentuknya normal, uretra
berada pada ujung penis, testis sudah turun, tidak ada
pembengkakan pada scrotum (Meadow, 2005: 40- 41).
b) Pada anak perempuan: labia mayor sudah menutupi labia
minor, pada vulva tidak ada rasa sakit, luka, pengeluaran
cairan atau abnormalitas. (Meadow, 2005: 41)
12) Anus : Bersih, terdapat lubang anus, tidak ada luka
pada anus
3. Analisa Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan metode sebagai
berikut :
a. Menentukan hubungan antara fakta yang satu dengan
lainnya.
b. Untuk mencari hubungan sebab akibat
c. Menentukan masalah yang terjadi
d. Menentukan penyebab utamanya
e. Menentukan tingkat masalah
(Depkes RI, 1995 : 29).
1.2.2 Diagnosa Kebidanan
Anak sehat, umur tahun, jenis kelamin, status gizi ..., fase tumbuh
kembang sesuai umur, keadaan umum baik,.
Dengan kemungkinan masalah :
1. Tertambahnya perkembangan motorik sehubungan dengan kurangnya
kesempatan anak belajar.
2. Resiko sakit sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
3. Potensial cidera sehubungan dengan tumbuh kembang anak
1.2.3 Intervensi/Perencanaan
1. Diagnosa :
Anak sehat, umur, jenis kelamin.., status gizi,
pertumbuhan., perkembangan..
Tujuan : Tumbuh kembang anak optimal
Kriteria :
a. Anak sehat, bertambah umur bertambah
tinggi dan besar
b. Tumbuh kembang anak sesuai dengan
umurnya
Intervensi :
1) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik
R/ ibu merasa dihargai dan bangga karena mampu mengasuh
anaknya.
2) Anjurkan pada ibu untuk meneruskan pola asuh anak sesuai dengan
tahap perkembangan anak
R/ mengetahui tumbuh kembang anak sesuai umurnya
3) Anjurkan ibu untuk memberi stimulasi perkembangan anak setiap
saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak
R/ ibu memantau secara dini tumbuh kembang anak sesuai
umurnya
4) Anjurkan ibu untuk mengikutkan anak pada kegiatan penimbangan
dan pelayanan kesehatan di Posyandu secara teratur setiap sebulan
1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika
anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat
diikutkan pada kegiatan PAUD atau TK.
R/ mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya
5) Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan rutin dan melakukan
pemeriksaan lagi pada tgl. 20 Juli 2016
R/ memantau dan deteksi dini tumbuh kembang anak

2. Masalah I :
Terlambatnya perkembangan motorik sehubungan dengan kurangnya
kesempatan belajar.
Tujuan : Perkembangan motorik tercapai
Kriteria :
a. Anak mampu menolong diri sendiri
b. Anak dapat memakai baju tanpa bantuan
c. Anak dapat mengancing baju

Intervensi :
1) Jelaskan pada ibu tentang keterlambatan perkembangan motorik
anak.
R/ Keterlambatan motorik anak dipengaruhi ibu dalam
pengasuhannya.
2) Anjurkan pada ibu untuk memberikan kesempatan
anak belajar menolong diri sendiri.
R/ Kesempatan belajar menstimulasi organ motorik untuk
berkembang.
3) Anjurkan pada ibu untuk mengajari anak sendiri.
R/ Motivasi mandiri mempengaruhi proses perkembangan motorik.
3. Masalah II :
Potensial cidera sehubungan dengan aktifitas bermain anak.
Tujuan : Tidak terjadi cidera sesame masa bermain
Kriteria :
a. Anak dapat melewati masa perkembangannya tanpa mengalami
cidera.
Intervensi :
1) Jelaskan pada ibu bahwa masa-masa bermain merupakan masa
yang harus dilalui anak.
R./ Bermain merupakan salah satu cara mencapai fungsi
perkembangan.
2) Jangan melarang anak untuk bermain. Tetapi berilah pengawasan
dari orang tua.
R./ Melarang anak sama dengan mengekang daya kreatifitas anak.
3) Anjurkan pada ibu untuk menyediakan ruangan/tempat bermain
yang aman.
R./ Tempat yang aman menjauhkan anak dari cidera.
4) Anjurkan ibu untuk menyediakan anak alat permainan sesuai
umurnya.
R./ Alat permainan yang sesuai dapat merangsang kreaktifitas anak.
4. Masalah III :
Resiko sakit sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Tujuan : Anak tidak jatuh dalam kondisi sakit.
Kriteria : a. Anak sehat dan daya tahan tubuh kuat.
Intervensi :
1) Jelaskan pada ibu tentang akibat penurunan daya tahan tubuh.
R/ Daya tahan tubuh yang menurun memudahkan masuknya
penyakit pengaruh dari luar seperti kuman penyakit.
2) Anjurkan ibu untuk menjaga anaknya dari pengaruh cuaca.
R/ Cuaca yang tidak dalam adaptasi lingkungan, sehingga jika
kondisi turun menimbulkan sakit.
3) Anjurkan ibu memberikan makanan bergizi.
R/ Meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit
1.2.4 Implementasi/Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien
dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien
atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri,
ia tetap memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh
perencanaan. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan
meningkatkan mutu asuhan (Purwanti, 2012: 97).
1.2.5 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi, keefektifan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah.
Langkah evaluasi dalam asuhan kebidanan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP :
S : Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
melalui anamnese.
O : Data Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil lab dan tes diagnostic
lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assessment
A : Assessment
Menggambarkan pendukomentasian hasil analisa data dan
interprestasi S dan O dalam suatu identifikasi
- Diagnosa masalah
- Antisipasi diagnosa lain/masalah potensial
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment
(Pusdiknakes-WHO-JPIEGO, 2001 : 1-41)

BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian Data


Tempat : BPM Ny. Widyastuti, S.ST, Tawang Anom, Magetan
Waktu : Tanggal 6 Februari 2017, pukul 10.00 WIB
2.1.1 Data subyektif
1. Biodata
Nama : An. A
TTL/umur : Magetan, 2 Mei 2016 /9bulan
Jenis kelamin: Perempuan
Anak ke :1
Agama : Islam
Alamat : Ds.Ngariboyo RT 6 RW 3, Ngariboyo Magetan
Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny.M Tn A
Umur : 23 tahun 25 tahun
Pekerjaan : Swasta Swasta
Agama : Islam Islam
Alamat : Ds.Ngariboyo RT 6 RW 3, Ngariboyo Magetan
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan anak dalam kondisi sehat, tidak mempunyai
keluhan apapun.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan sejak lahir sampai sekarang (tanggal 6
Februari 2017) anak tidak pernah menderita sakit yang
mengganggu pertumbuhan dari perkembangannya. Hanya
batuk atau pilek biasa yang sembuh setelah minum obat yang
dibeli di apotik atau periksa ke bidan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya dalam kondisi sehat.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan
Selama hamil ibu rutin periksa ke bidan mulai usia kehamilan
3 bulan. Ibu periksa 1x sebulan sampai usia kehamilan 7
bulan. Kemudian sebulan 2x mulai kehamilan 7 bulan-9
bulan. Setelah usia kehamilan 9 bulan ibu periksa 1x
seminggu. Selama hamil ibu tidak mengalami penyulit
apapun, hanya mual muntah saat hamil muda. Selama hamil
ibu mendapat Fe, Kalk, multivitamin seperti momilen, Bg,
dan B12. Ibu juga mendapat penyuluhan tentang senam hamil,
ibu juga melaksanakan senam hamil
b. Riwayat persalinan
Ibu melahirkan dengan ditolong oleh bidan. Persalinan
normal, bayi lahir dengan normal tanpa adanya cacat bawaan,
BB lahir : 3000 gram, PB : 40 cm plasenta lahir spontan,
lengkap, tidak mengalami perdarahan yang hebat setelah
melahirkan.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular, seperti TBC, hepatitis, tidak ada yang
menderita penyakit menurun, seperti hipertensi dan penyakit
kencing manis, tidak ada yang menderita penyakit menahun,
seperti penyakit jantung.
6. Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan imunisasi yang sudah didapatkan anak :
a. Hb O : 2 jam setelah lahir (2 Mei 2016)
b. BCG+Polio 1 : Usia 1 bulan (1 Juni 2016 )
c. DPT+Hb/Hib+Polio 2 : Usia 2 bulan 9 (3 Agustus 2016 )
d. DPT+Hb/Hib+Polio 3 : Usia 3 bulan ( 2 September 2016 )
e. DPT+Hb/Hib+Polio 4 : Usia 4 bulan
f. Campak : Usia 9 bulan
7. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a. Riwayat pertumbuhan :
BB lahir : 3000 gram
BB sekarang : 8 kg
PB lahir : 40 cm
TB sekarang : 66 cm
b. Riwayat perkembangan :
Ibu mengatakan anaknya sudah bisa menggenggam erat
pensil, meyebutkan 1-2 kata, senang diajak CILUK
BA,mengenal anggota keluarga, mengeksplorasi sekitar,ingin
tahu,ingin meyentuh apa saja.
8. Kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Anak mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, lalu ASI
tetap dilanjutkan dengan didampingi MP-ASI sampai usia 9
bulan. Sekarang anak masih minum susu, makan3 x sehari
dengan komposisi nasi tim 1/2 mangkok , sayur, 1 mangkuk
kecil (bayam, kangkung, atau kacang panjang), lauk (tempe,
tahu, daging, telur, ikan laut) atau jus buah 1 biji (apel, jeruk,
pisang), minum air putih 1 gelas/hari, kadang anak sulit
makan.
b. Eliminasi
BAK :5-6 x/kali, warnanya kuning jernih.
BAB : 1 x/hari biasanya pagi hari, konsistensi lunak, warna
kuning.
c. Aktifitas
Anak aktif, merangkak, mengajak orang lain untuk
memeganginya berdiri (menitah)
d. Istirahat/tidur
Ibu mengatakan anak biasa tidur pagi 2 jam mulai dari
08.00 WIB- 10.00 WIB siang 2 jam mulai dari jam 14.00
WIB s.d. 16.00 WIB dan tidur malam 9 jam mulai pukul
21.00 WIB s.d. 06.00 WIB, jarang bangun tengah malam.
e. Personal hygiene
Mandi 2x sehari, keramas 2x seminggu, ganti baju 2x
sehari/bila kotor, ganti pakaian dalam 2x sehari atau bila
kotor/basah, potong kuku bisa sudah panjang.
f. Riwayat spiritual dan psikososial
Anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat
menyayanginya, ada nenek dan kakek dalam 1 rumah yang
selalu menemani anak.

2.1.2 Data obyektif


1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
Tanda-tanda vital
S : 36,6 oC
N : 110 x/menit, teratur.
R : 32 x/menit, teratur
2. Ukuran antropemetri :
BB : 8 kg
TB : 66 cm
Lingkar lengan atas: 11 cm
Lingkar dada : 43 cm
Lingkar kepala : 44 cm
3. Pemeriksaan fisik :
1) Kepala :
Kulit kepala bersih, tidak ada borok, tidak ada luka.

2) Rambut :
Bersih, warna hitam, tidak ketombe, tidak mudah dicabut,
merata.
3) Mata :
Simetris, gerak bola masa simetris, konjungtiva palpebra
merah muda, sklera putih, mata tidak cekung.
4) Hidung :
Bersih, tidak ada sekret yang berlebihan, tidak ada polip.
5) Mulut :
Bersih,bibir warna merah muda, bibir tidak pecah-pecah,
tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada bercak-
bercak putih pada lidah.
6) Telinga :
Simetris, tidak ada seruman yang berlebihan, bersih,
pendengaran baik.
7) Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada peninggian vena
jugularis.
8) Dada :
Simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada benjolan
yang abnormal, irama pernafasan teratur, tidak sesak nafas,
tidak terdapat ronchi dan wheezing.
9) Abdomen :
Perut tidak buncit, tidak ada pembesaran hepar, perut tidak
kembung.
10) Genetalia :
Bersih, tidak ada sekret berlebih.
11) Anus :
Tidak ada hemoroid

12) Ekstremitas :
a) Atas :
Bentuk simetris, tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
kuku bersih, terpotong rapi, gerakan aktif.
b) Bawah :
Bentuk simetris, gerakan aktif, kuku bersih terpotong
rapi, tidak ada sindaktili, tidak ada polidaktili.
13) Kulit :
Warna sawo matang, kulit lembab tidak bersisik, bersih,
turgor kulit baik.
4. Pemeriksaan DDST :
a. Denver Development Skrining Test (DDST)
Kesimpulan pemeriksaan DDST adalah anak interpretasi
mengalami keterlambatan disamping kiri garis usia.
1) Personal sosial : normal
2) Motorik halus : normal
3) Bahasa : normal
4) Motorik kasar : normal
b. Stimulasi , Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK)
1) BB/TB : 8 kg/ 66 cm, interpretasi normal

2) LK : 44 cm interpretasi normal

3) KPSP : jawaban YA = 9 dari 10 pertanyaan,


interpretasi sesuai

4) TDD : jawaban YA = 3 dari 4 pertanyaan,


interpretasi normal

2.1.3 Analisa data


N Diagnosa/masala Data dasar
o h
1. Anak usia 9 DS : - Ibu mengatakan anaknya yang
bulan, status gizi pertama.
normal, - Ibu mengatakan anak
perkembangan
dalam keadaan sehat.
normal
- Ibu mengatakan
tanggal lahir anak 2 Mei 2016
- Ibu mengatakan
anaknya sudah bisa menggenggam
erat pensil, meyebutkan 1-2 kata,
senang diajak CILUK BA,
N Diagnosa/masala Data dasar
o h
mengenal anggota
keluarga,mengeksplorasi sekitar,
ingi tahu, ingin meyentuh apa saja.
DO : - Pergerakan aktif
- Ukuran antropometri :
BB : 8 kg
TB : 66 cm
Lingkar lengan atas : 11 cm
Lingkar kepala : 44 cm
Lingkar dada : 42 cm
- Pemeriksaan DDST
Denver Development Skrining Test
(DDST)
1. Kesimp
ulan pemeriksaan DDST adalah anak
interpretasi mengalami keterlambatan
disamping kiri garis usia.
a. Personal sosial : normal
b. Motorik halus : normal
c. Bahasa : normal
d. Motorik kasar : normal
e. Stimulasi , Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak
(SDIDTK)
2. BB/TB : 8 kg/ 66 cm,
interpretasi kurus

3. LK : 44 cm interpretasi
normal

4. KPSP : jawaban YA = 9
N Diagnosa/masala Data dasar
o h
dari 10 pertanyaan, interpretasi sesuai

5. TDD : jawaban YA = 3 dari 4


pertanyaan, interpretasi normal.

2.2 Diagnosa Kebidanan


Anak usia 9 bulan dalam keadaan sehat, status gizi normal,
perkembangan normal, Prognosa baik.
2.3 Intervensi/Perencanaan
Tanggal 6 Februari 2017, pukul 10.15 WIB
1. Diagnosa :
Anak usia 9 bulan dalam keadaan sehat, status gizi normal,
perkembangan normal
Tujuan : Tumbuh kembang anak sesuai dengan umur
Kriteria :
a. Anak kooperatif
b. Tumbuh kembang anak aktif
c. Tumbuh kembang anak tidak terganggu.
Intervensi :
1) Menjelaskan kepada orang tua mengenai hasil pemeriksaan
SDIDTK dan DDST.
R/ Ibu mengetahui kondisi anaknya dan dapar dilakukan
penanganan lebih dini.
2) Melakukan pendekatan pada orang tua dan anak.
R/ Orang tua dan anak kooperatif.
3) Menjelasakan tujuan dari pengkajian tumbuh kembang anak.
R/ Orang tua dapat mengetahui dan mengerti manfaat dari
pemeriksaan yang dilakukan.
4) Menganjurkan memeriksakan tumbuh kembang anak secara rutin.
R/ Untuk mengetahui seberapa jauh tumbuh kembang anak.
5) Menganjurkan untuk melakukan stimulasi perkembangan.
R/ Untuk mencegah tumbuh kembang yang tidak sesuai dengan
umur.
6) Mengobservasi tumbuh kembang sesuai umur.
R/ Mengetahui tumbuh kembang sesuai umur.
2.4 Implementasi/Pelaksanaan
Tanggal 6 Februari 2017, pukul 10.30 WIB
1. Diagnosa :
Anak usia 9 bulan dalam keadaan sehat, status gizi normal,
perkembangan normal
Implementasi :
a. Menjelaskan kepada orang tua mengenai hasil pemeriksaan
SDIDTK dan DDST.
b. Melakukan pendekatan pada anak dan orang tua
c. Menjelaskan tujuan dari pengkajian tumbuh kembang anak yaitu :
untuk mengetahui apakah pertumbuhan anak sudah sesuai dengan
umur, sehingga jika terjadi keterlambatan bisa dideteksi secara dini.
d. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan tumbuh kembang anak
secara rutin.
e. Menganjurkan ibu melakukan stimulasi perkembangan
Menganjurkan ibu dengan sabar memperkenalkan warna-warna
pada anak, karena anak tidak bisa menyebutkan warna-warna pada
saat pemeriksaan. Selain itu anak juga perlu dilatih dalam
mengartikan kata depan. Ibu juga harus telaten melatih anak untuk
berlatih keseimbangan.
f. Mengobservasi tumbuh kembang anak sesuai umur

2.5 Evaluasi
1. Diagnosa :
Anak usia 9 bulan dalam keadaan sehat, status gizi cukup,
perkembangan normal.
S : - Ibu mengatakan memahami tujuan dari pengkajian tumbuh
kembang yang telah dilaksanakan pada anaknya.
- Ibu mengatakan akan selalu mengikuti dan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
O : - Ibu dan anak bisa diajak kerjasama
- Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang telah diberikan.
- Hasil DDST normal, semua tahap tidak dapat sesuai dengan garis
usia.
A : Anak umur 9 bulan dalam kondisi sehat dan pada tahap normal.
P : - Lanjutkan observasi tumbuh kembang dengan melibatkan peran
serta keluarga dalam stimulasi dan pemantauan tumbuh kembang.
- Menganjurkan ibu

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan intervensi


Dini Tumbuh Kembang anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Santosa W N, Heru. 2013. Petunjuk Praktis Denver Development Screening Test.


Jakarta: EGC.
Pusdiknakes. 1992. Asuhan Kebidanan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta :
Depkes RI.

Pusdiknakes. 1993. Asuhan Kebidanan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta :


Depkes RI.

Pusdiknakes. 1995. Manajemen Kebidanan. Jakarta : Depkes RI.

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh kembang Anak.. Jakarta : EGC.

Surjanah. 1996. Keperawatan untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit. EGC: Jakarta.

Moersintowarti. 2002. Tumbuh kembang anak dan remaja. Sagung Seto: Jakarta.

Meadow, Roy., 2005. Pediatrika. PMS. Erlangga: Jakarta.

ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANAK SEHAT USIA 9 BULAN
DI BPM NY. Widiyastuti, S.ST
52

Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Pengalaman Belajar


Praktek dan Praktek Klinik Kebidanan
Dosen Pembimbing: Agung Suharto APP., S.Pd.,M. Kes.

Disusun Oleh :
Dela Fuji Insani
NIM : P27824215022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2017

ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANAK SEHAT USIA 9 BULAN
DI BPM NY.Widiyastuti , S.ST

Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Pengalaman Belajar


Praktek dan Praktek Klinik Kebidanan
Dosen Pembimbing: Agung Suharto APP., S.Pd.,M. Kes.

Disusun Oleh :
Dela Fuji Insani
NIM : P27824215022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2017

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester III Prodi DIII Kebidanan
Jurusan Kebidanan Kampus Mageta tahun akademik 2015/2016 dengan judul
ASUHAN KEBIDANAN ANAK SEHAT pada An. A Usia 9 Bulan di wilayah
BPM Ny, SST, Magetan, ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Tempat Praktik : di BPM Ny.Widiyastuti, S.ST
Tanggal Praktik : 6 Februari 2017

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek

Agung Suharto APP.,S.Pd.,M.Kes Widiyastuti, S.ST


NIP. 196910061990031002 NIP.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Asuhan Kebidanan Anak sehat Pada An.A Usia 9 bulan. Di BPM
Ny.Widiyastuti, S.ST.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pengalaman belajar
Praktik Lapangan di Prodi Kebidanan Magetan. Dalam penyusunan laporan ini,
penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis mengucap terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu terselesainya laporan ini. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini
mengucap terima kasih kepada :
1. Ibu Sulikah, SST.MM.Kes, selaku ketua Program Studi Kebidanan
Magetan.
2. Ibu Widiyastuti, S. STselaku pembimbing praktek
3. Bapak Agung Suharto APP.,S.Pd.,M.Kes selaku pembimbing akademik.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan penyempurnaan
dalam menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak akan sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Magetan, Februari 2017

Penulis

You might also like