Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
JURUSAN KEBIDANAN
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
NIP: NIP:
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kehadiran Allah SWT, karena hanya dengan
Rahmat dan hidayahNya manejemen asuhan kebidanan pada ibu nifas ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Semua aspek perawatan post natal dimaksudkan agar pada saat keluar dari
rumah sakit, ibu berada dalam keadaan sehat dengan anak yang sehat dan
mengetahui cara merawat anaknya. Tujuan ini akan tercapai jika ibu mendapat
cukup istirahat, sehingga tubuh dan pikirannya dapat pulih kembali setelah
menjalani berbagai tugas fisik serta emosional selama hamil dan bersalin. Dalam
melaksanakan pemberian ASI secara memuaskan atau memiliki, menggantikan
pakaian, memberikan susu, dan membujuk bayinya ketika rewel atau menangis.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif
meliputi biologi, psikologi, sosial, spiritual pada ibu dan keluarga.
1.3.2. Pemeriksaan
Pengamatan langsung pada klien melalui pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan data obyektif.
1.3.3. Pengkajian catatan medic dan kepustakaan
Sebagai acuan dalam pelaksanaan praktik asuhan kebidanan
3.1 Pengkajian
3.2 Interpretasi Data Dasar
3.3 Identifikasi Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Pemenuhan Kebutuhan Segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Perubahan perkemihan
Saluran kencing akan kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada: keadaan sebelum melahirkan, lama kala dua, besarnya tekanan kepala
yang menekan saat persalinan.
d. Perubahan sistem musculoskeletal
Pada masa pasca persalinan, dinding perut akan menjadi longgar karena perut
yang teregang begitu lama. Nmaun demikian, hal tersebut akan pulih setelah 6
minggu. Setiap ibu post partum dianjurkan untuk segra melakukan ambulasi
dini, yang bertujuan untuk untuk menhindari komplikasi, meningkatkan
iNvolusi.
1. Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38oC)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan
payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila
suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis,
traktus genitalis, atau sistem lain.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat
3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum
dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
(Dewi V. 2011)
2.2.2 Etiologi
Menurut Oxorn (2010), faktor-faktor yang menyebabkan ruptur
perineum terdiri dari:
a. Faktor maternal, mencangkup :
- Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
(sebab paling sering)
- Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
- Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan.
- Edema dan kerapuhan pada perineum
- Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula
sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
- Perluasan episitomi.
- Posisi Persalinan (Wikjosastro, 2007)
- Kepala janin terlalu cepat lahir
- Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
- Jaringan parut pada perinium
b. Faktor janin mencangkup :
- Bayi yang besar
- Posisi kepala yang abnormal, seperti presentasi muka
- Kelahiran bokong
- Ekstraksi forceps yang sukar
- Dystocia bahu
- Anomali kongenital, seperti hydrocephalus
Menurut Wiknjosastro (2007), terjadinya rupture perineum
disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat badan
bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, riwayat
persalinan, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan
episiotomy (Wiknjosastro, 2007).
2.2.3 Prevalensi
Angka kejadian perlukaan pada perineum adalah lebih dari 65% dari
seluruh persalinan pervaginam, dan pada umumnya terjadi karena adanya
luka pada episiotomy maupun rupture spontan pada saat persalinan
(Mohammed, 2011).
- Mukosa vagina
- Fourchette posterior
- Kulit perineum
b. Ruptur Perineum derajat II
- Mukosa vagina
- Fourchette pasterior
- Kulit perineum
- Otot perineum
c. Ruptur Perineum derajat III
- Mukosa vagina
- Fourchette pasterior
- Kulit perineum
- Otot perineum
- Otot spinterani eksterna
d. Ruptur Perineum derajat IV
- Mukosa vagina
- Fourchette pasterior
- Kulit perineum
- Otot perineum
- Ootot spinterani eksterna
- Dinding rektum anterior (Sumarrah, 2008).
Klasifikasi robekan perineum:
Dijahit/dibiarkan
Dijahit bila:
Perdarahan berlebih
Kontinuitas jaringan diragukan
Laserasi bilateral & labia dapat menyatu
Derajat II
- Tempat
Tempat untuk melakukan penjahitan derajat III dan IV sebaiknya
berada di ruang operasi. Hal ini disebabkan karena, penjahitan pada
derajat III dan IV memerlukan suatu tempat yang aseptic dan
pencahayaan yang adekuat. Anasthesi yang digunakan bisa regional
maupun general anasthesi, sehingga akan membuat otot sfingter
menjadi rileks yang akan memudahkan dilakukannya penjahitan.
- Antibiotik
Infeksi dapat terjadi setelah penjahitan rupture perineum sampai
ke daerah sfingter ani, hal ini disebabkna karena adanya
peningkatan resiko terjadinya inkontinensia alvi maupun
terbentuknya fistula. Untuk itu diperlukan suatu terapi antibiotic
spectrum luas baik per parenteral maupun per oral, setelah
dilakukan penjahitan.
- Laxans
Pada umumnya, seorang wanita setelah dilakuka penjahitan pada
sfingter ani akan mengalami konstipasi. Untukl itu, terkadang
diperluikan obat pencahar, untuk memudahkan penegeluaran feses.
- Teknik penjahitan
Terdapat dua metode yang digunakan dalam penjahitan sfingter
ani ekterna, yaitu: end to end (approximation) dan teknik overlap.
Sedangkan untuk penjahitan sfingter ani interna menggunakan
teknik overlap (Fowler, 2009).
2.2.8 Komplikasi
- Pembentukan hematoma
- Kerusakan (devitalisasi) jaringan)
- Trauma jaringan (Varney, 2008)
- Perdarahan
- Infeksi
- Kematian pada ibu post partum (http://hendrik sciene.blogspot.com)
2.2.9 Perawatan luka perineum
Perawatan luka perineum adalah membersihkan daerah vulva dan
perineum pada ibu yang telah melahirkan sampai 24 hari pasca persalinan
dan masih menjalani rawat inap di rumah sakit (Winkjosastro, 2007)
a. Saat mandi
Pada saat mandi ibu post partum pasti melepas pembalut setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut untuk itu maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu untuk itu
diperlukan pembersihan perineum
2.3.1 Definisi
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal1,2,3.
Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah
perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai
perdarahan yang lebih dari normal dimana telah menyebabkan perubahan tanda
vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil,
hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 x/menit, kadar
Hb < 8 g/dL 2.
Perdarahan post partum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama setelah kala III.
Perdarahan pada masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas
(puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III.
2.3.2 Etiologi
- Retensio plasenta
2.3.4 Insidensi
- Atonia uteri 50 60 %
- Sisa plasenta 23 24 %
- Retensio plasenta 16 17 %
Volume
Tekanan Darah Gejala dan
Kehilangan Derajat Syok
(sistolik) Tanda
Darah
500-1.000 mL Palpitasi,
Normal takikardia, Terkompensasi
(10-15%) pusing
Lemah,
1000-1500 mL Penurunan ringan
takikardia, Ringan
(15-25%) (80-100 mm Hg)
berkeringat
1500-2000 mL Penurunan sedang Gelisah, pucat,
Sedang
(25-35%) (70-80 mm Hg) oliguria
2000-3000 mL Penurunan tajam Pingsan, Berat
(35-50%) (50-70 mm Hg) hipoksia, anuria
Plasenta belum lahir setelah 30 Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
menit traksi berlebihan
Perdarahan sekunder
- Pemeriksaan fisik:
Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat,
kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina terus menerus
- Pemeriksaan obstetri:
Mungkin kontraksi usus lembek, uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila
kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin karena luka jalan lahir
- Pemeriksaan ginekologi:
Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, dapat diketahui kontraksi
uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta
Partus presipitatus
Solutio plasenta
Persalinan traumatis
Partus lama
Grandemultipara
Plasenta previa
Persalinan dengan pacuan
a. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode
antenatal3.
b. Pemeriksaan radiologi
Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan
penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium
atau radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman, pemeriksaan USG
dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah dan retensi sisa plasenta.
USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan
resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum
seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas
dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya.
2.3.8 Penatalaksanaan
Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2 komponen, yaitu:
(1) resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta kemungkinan syok
hipovolemik dan (2) identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan
post partum.
Resusitasi cairan
Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena sehingga dapat
memberi waktu untuk menegakkan diagnosis dan menangani penyebab
perdarahan. Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses intravena. Selama
persalinan perlu dipasang peling tidak 1 jalur intravena pada wanita dengan resiko
perdarahan post partum, dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien dengan
resiko sangat tinggi. Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume
yang besar, baik normal salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses
intravena perifer. NS merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan karena
biaya yang ringan dan kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan transfusi
darah. Resiko terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan
dengan perdarahan post partum. Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah
banyak (>10 L), dapat dipertimbangkan pengunaan cairan Ringer Laktat. Cairan
yang mengandung dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran pada penanganan
perdarahan post partum. Perlu diingat bahwa kehilangan I L darah perlu
penggantian 4-5 L kristaloid, karena sebagian besar cairan infus tidak tertahan di
ruang intravasluler, tetapi terjadi pergeseran ke ruang interstisial. Pergeseran ini
bersamaan dengan penggunaan oksitosin, dapat menyebabkan edema perifer pada
hari-hari setelah perdarahan post partum. Ginjal normal dengan mudah
mengekskresi kelebihan cairan. Perdarahan post partum lebih dari 1.500 mL pada
wanita hamil yang normal dapat ditangani cukup dengan infus kristaloid jika
penyebab perdarahan dapat tertangani. Kehilanagn darah yang banyak, biasanya
membutuhkan penambahan transfusi sel darah merah.
Cairan koloid dalam jumlah besar (1.000 1.500 mL/hari) dapat menyebabkan
efek yang buruk pada hemostasis. Tidak ada cairan koloid yang terbukti lebih baik
dibandingkan NS, dan karena harga serta resiko terjadinya efek yang tidak
diharapkan pada pemberian koloid, maka cairan kristaloid tetap direkomendasikan.
Transfusi Darah
Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut dan
diperkirakan akan melebihi 2.000 mL atau keadaan klinis pasien menunjukkan
tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat. PRC digunakan
dengan komponen darah lain dan diberikan jika terdapat indikasi. Para klinisi
harus memperhatikan darah transfusi, berkaitan dengan waktu, tipe dan jumlah
produk darah yang tersedia dalam keadaan gawat.
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM: 10 U
Dosis lanjutan IV: 20 U dalam 1 Ulangi 0,2 mg IM 400 mg 2-4 jam
setelah 15 menit setelah dosis awal
L larutan garam
Bila masih
fisiologis dengan diperlukan, beri
IM/IV setiap 2-4 jam
40 tetes/menit
Dosis maksimal Tidak lebih dari 3 L Total 1 mg (5 dosis) Total 1200 mg atau 3
per hari larutan fisiologis dosis
Kontraindikasi Pemberian IV secara Preeklampsia, vitium Nyeri kontraksi
atau hati-hati cepat atau bolus kordis, hipertensi
Asma
2.3.9 Penyulit
- Syok ireversibel
- DIC
- Amenorea sekunder
2.3.10 Pencegahan
Bukti dan penelitian menunjukkan bahwa penanganan aktif pada persalinan kala
III dapat menurunkan insidensi dan tingkat keparahan perdarahan post partum3.
Penanganan aktif merupakan kombinasi dari hal-hal berikut:
- Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi balik uterus ketika uterus
berkontraksi dengan baik
(http://medlinux.blogspot.com/2009/02/perdarahan-post-partum.html)
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
I. Pengkajian
Tanggal ................. Pukul ............. WIB
A. Data Subjektif
1. Biodata
- 70 % wanita yang melahirkan pervagina sedikit banyak mengalami
trauma perineum (Vicky, 2006).
- Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Sumarrah, 2008).
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
a. Faktor maternal, mencangkup :
- Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
(sebab paling sering)
- Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
- Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan
fundus yang berlebihan.
- Edema dan kerapuhan pada perineum
- Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit
pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
- Perluasan episitomi.
- Posisi Persalinan (Wikjosastro, 2007)
- Kepala janin terlalu cepat lahir
- Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
- Jaringan parut pada perinium
b. Faktor janin mencangkup :
- Bayi yang besar
- Posisi kepala yang abnormal, seperti presentasi muka
- Kelahiran bokong
- Ekstraksi forceps yang sukar
- Dystocia bahu
- Anomali kongenital, seperti hydrocephalus
3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga.
Riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus akan
mempengaruhi kemampuan diri dalam penyembuhan luka
(http://hendrik science-blogspot.com).
B. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
- Suhu : Sekitar hari ke-4 suhu ibu akan mengalami sedikit kenaikan
antara 37,2- 37,50C. Jika hari ke-2 suhu mencapai 380C
harus dicurigai adanya infeksi nifas.
- Nadi : Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/mnt
segera setelah melahirkan.
- TD : Tekanan darah normal pada masa post partum adalah kurang
dari 140/90 mmHg.
- RR : Resspirasi ibu nifas akan melambat segera setelah
melahirkan.
Pemeriksaan Fisik
V. Intervensi
Diagnosa : P1001 Post HPP hari ke-1
Tujuan : Masa post partum berjalan lancar tanpa terjadi komplikasi
KH : - Pemeriksaan Umum
KU ibu baik
Kesadaran composmentis
- Pemeriksaan Fisik
Tidak ada tanda-tanda anemia, penurunan TFU sesuai dengan masa
involusi yaitu 2-3 jari di bawah pusat
KH : Nyeri berkurang
Intervensi :
1. Motivasi klien untuk menjaga kebersihan daerah genetalia dan merawat luka
jahitan perineum secara rutin
R/ Kebersihan daerah genetalia terjamin, perawatan luka jahitan perineum
secara rutin mencegah terjadinya infeksi
VI. Implementasi
Mengacu pada intervensi
VII. Evaluasi
Mengacu pada kriteria hasil
ASUHAN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan di kemaluannya
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Ibu.
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis seperti : jantung dan
dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti : HIV /
AIDS dan penyakit kuning.
4. Riwayat Perkawinan.
Lama : 2 Tahun. Menikah : 1 x. Usia Saat Menikah : 19 tahun
5. Riwayat KB
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun Flour albus : Setelah
Siklus / lama : 28 Hari / 7 8 Hari menstruasi
Jumlah / warna : Banyak / Merah HPHT : 13-03-2012
Dysminorhea : tidak HPL : 20-12-2012
7. Riwayat Kehamilan dan persalinan yang lalu
Kehamilan : Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama, ibu periksa ke bidan
9x
TM I TM II TM III
Periksa 2x 3x 4x,
Keluhan Mual muntah tidak ada keluhan nyeri punggung
Terapi Antasid, B6 Fe, Kalk Fe, Kalk
Konseling Gizi, nutrisi, istirahat nutrisi gizi, nutrisi, persiapan
persalinan
I. Pemeriksaan Fisik.
1. Pemeriksaan umum.
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis.
TTV
TD : 110/70 mmhg Rr : 20x/mnt
N : 80 x/mnt S : 36,5 oC
2. Pemeriksaan Khusus.
Inspeksi.
Ekstremitas atas:
Kanan : Tidak tampak varices, tidak oedema dan bersih
Kiri : Tidak tampak varices, tidak oedema dan bersih
Bawah kanan : Tidak tampak varices, tidak oedema dan bersih
Kiri : Tidak tampak varices, tidak oedema dan bersih
Palpasi.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar
tyroid dan bendungan vena jugularis
Axila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Mamae : kanan: Tidak ada benjolan abnormal, coloustrum (+)
Kiri : Tidak ada benjolan abnormal, coloustrum (+)
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat
UC : baik
Kandung kemih : kosong
Data bayi
Tanggal lahir : 12-12-2012
Jam : 00.12 WIB
Jenis kelamin : laki-laki
BBL : 2770 gram
PB : 47 cm
A-S : 5-6
Anus : (+) positif
Ketuban : jernih
Bayi mengalami hipotermi setelah kelahiran, sekarang masih dirawat di ruang
bayi perbaikan KU
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Dx : P1001 post partum hari ke-1 Post HPP
KU ibu baik
Kesadaran composmentis
TTV dalam batas normal (S : 36-37 C, N : 60-100 x/mnt, RR : 20-24
x/mnt, TD : 100/70 - 130/90 mmHg)
- Pemeriksaan Fisik
Tidak ada tanda-tanda anemia, tidak ada tanda-tanda infeksi,
penurunan TFU sesuai dengan masa involusi 2-3 jari di bawah pusat
KH : Nyeri berkurang
Intervensi :
VI. IMPLEMENTASI
1. Jam 06.00 WIB
Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga melakukan komunikasi
dengan ibu dan keluarga
2. Jam 06. 00 WIB
Melakukan observasi TTV, kontraksi uterus, dan kandung kemih, perdarahan
deteksi dini adanya komplikasi
TD : 110/70 mmhg Rr : 20x/mnt
N : 80 x/mnt S : 36,5 oC
Kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan sedikit (50 cc lochea
rubra)
3. 06.10 WIB
Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu baik,
ibu sudah tidak mengalami perdarahan yang berlebihan karena sumber
perdarahan yaitu robekan perineum sudah dijahit. Tetapi jika nanti ibu
merasakan perdarahan yang berlebihan ibu bisa minta tolong kepada petugas.
4. Jam 06.30 WIB
Memotivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang cukup seperti telur,
sayur, buah, susu yaitu makanna-makanan yang tinggi karbohidrat, serat,
protein, yang diperlukan untuk ibu masa nifas. Dan minum air putih yang
banyak untuk mengganti kehilangan cairan yang banyak dikeluarkan selama
masa nifas.
5. Jam 06.30 WIB
Memotivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini yaitu ibu miring kiri, kanan,
kemudian duduk lalu berjalan-jalan untuk mempercepat penyembuhan setelah
melahirkan dan mengembalikan kondisi tbuh ibu.
Masalah : Nyeri luka perineum
KH : Nyeri berkurang
Intervensi :
Mengajarkan ibu saat ibu merasa nyeri agar mengalihkan perhatiannya pada hal
lain agar ibu tidak kesakitan dengan nyeri yang diderita ibu
3. 07.00 WIB
VII. EVALUASI
Tanggal : 12-12-2012 Jam : 07.30 WIB
O: K/U : baik
Kesadaran : composmentis
N : 80 x/mnt Rr : 20 x/mnt
P : Obs. TTV,UC,perdarahan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 12-12-2012 Jam : 14.30 WIB
S : Ibu mengatakan merasa badannya lebih segar dan ibu bisa menyusui bayinya
O: K/U : baik
Kesadaran : composmentis
N : 82 x/mnt Rr : 22 x/mnt
Ibu terlihat menyusui bayinya, ibu masih perlu bantuan petugas untuk
menyusui
P : Obs. TTV,UC,perdarahan
Menganjurkan ibu untuk tidak tarak makan
Menganjurkan pasien untuk mobilisasi
Ingatkan ibu untuk sering menyusui bayinya
Ingatkan ibu untuk meminum obat
Memberikan Vit A pada ibu
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 12-12-2012 Jam : 09.30 WIB
S : Ibu mengatakan merasa badannya lebih segar setelah mandi, ibu persiapan
pulang
O: K/U : baik
Kesadaran : composmentis
N : 82 x/mnt Rr : 22 x/mnt
P : Obs. TTV,UC,perdarahan
Ibu : - Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya ibu nifas
- Anjurkan ibu untuk konsumsi makanan bergizi dan anjurkan ibu untuk
tidak tarak terhadap makanan
- Anjurkan ibu untuk merawat luka jahitan
- Anjurkan ibu untuk menja
BAB IV
PEMBAHASAN
Masa nifas adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas
dan keluar dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
Pada tinjauan teori disebutkan bahwa perdarahan pada ibu Post partum bisa
disebabkan karena robekan jalan lahir/rupture perineum. Hal ini ternyata sesuai
dengan yang ada pada kasus. Ny S melahirkan di dalam ambulans saat Ny S akan
dirujuk ke RS dan terjadi robekan saat bayi lahir. Akhirnya terjadi perdarahan. Di
RS untuk menangani perdarahan Ny S dilakukan penjahitan. Hal ini sesuai dengan
pengkajian yang dilakukan kepada ibu.
Interpretasi data dasar : sudah sesuai antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus. Antisipasi masalah potensial : antisipasi masalah potensial sesuai dengan
apa yang terdapat pada tinjauan teori. Hal ini akan diatasi dengan kebutuhan
segera yang diperlukan oleh ibu.
Identifikasi kebutuhan segera : identifikasi kebutuhan segera sesuai dengan
apa yang terdapat pada tinjauan teori yaitu konseling tentang ibu nifas
Intervensi : pada intervensi dilakukan sesuai dengan apa yang terdapat
pada tinjauan diberikan.
Implementasi : pada implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang
diberikan
Evaluasi : pada evaluasi dilakukan yaitu menggunakan metode SOAP
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada penulis dapat menyimpulkan bahwa
asuhan kebidanan pada . Dapat diperoleh kesimpulan bahwa keadaan ibu dan bayi
baik.
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi sesaat, sehingga didapatkan bahwa
ibu mengerti dan paham dengan penjelasan petugas ibu masih akan melaksanakan
anjuran petugas, setelah melakukan asuhan diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan semua teori yang didapat selama perkuliahan sehingga dapat
menurunkan AKI dan AKB di Indonesia maupun di dunia yang masih sangat
tinggi.
B. SARAN
a. Bagi Petugas
a. Bagi klien
Klien harus dapat bekerjasama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar
keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah klien
dapat terpecahkan.
b. Bagi pendidikan
DAFTAR PUSTAKA