You are on page 1of 17

TUGAS ANALISIS KEPENDUDUKAN

Angka Fertilitas Penduduk Sulbar 3,1 Persen

Di susun oleh :

Kelompok 6

1. Putri Asri Y ( 25010114120004 )


2. Celica Tri ulfah ( 25010114120006 )
3. Elsa Febrie A ( 25010114120020 )
4. Estie Yonasari ( 25010114120021 )
5. Eka Risa R A ( 25010114120051 )
A 2014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
KASUS

Angka Fertilitas Penduduk Sulbar 3,1 Persen


Kamis, 23 Februari 2012 15:58 WITA | Sulbar

Mamuju (ANTARA News) - Angka fertilitas (reproduksi) penduduk di Provinsi Sulawesi


Barat 2011 mencapai 3,1 persen di atas angka fertilitas nasional. Kepala Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sulbar, Abdullah Kemma, di Mamuju,
Kamis, mengatakan, angka fertilitas penduduk di Provinsi Sulbar, sekitar 3,1 persen
sehingga asumsinya setiap kepala keluarga penduduk di Sulbar rata-rata melahirkan tiga
orang anak. Menurut dia, angka fertilitas penduduk Sulbar di atas angka fertilitas nasional
yang angkanya sekitar 2,0 persen karena setiap penduduk Indonesia melahirkan dua
orang anak.

Dengan demikian kata dia, tingginya tingkat fertilitas penduduk di Sulbar merupakan
masalah yang segera harus ditanggulangi dengan memaksimalkan program pengendalian
jumlah penduduk yaitu memaksimalkan program keluarga berencana (KB). Ia
mengatakan, tingginya angka fertilitas di Sulbar membuat laju pertumbuhan penduduk
Sulbar juga mengalami peningkatan, pada tahun 2011 laju pertumbuhan penduduk Sulbar
mencapai 247 persen dari sekitar 1.158.336 orang penduduknya pada tahun 2011. Laju
pertumbuhan penduduk Sulbar itu di atas angka pertumbuhan penduduk nasional
mencapai 1,49 persen dari sekitar 237 juta penduduk keseluruh di Indonesia ini.

Menurut dia, kondisi tingginya laju pertumbuhan penduduk di Sulbar menjadi masalah
daerah dan negara ini dalam menekan angka kepadatan penduduk yang dapat terjadi
dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk itu. Oleh karena itu, ia mengatakan,
masalah kependudukan tersebut mesti ditekan dengan memaksimalkan program
kependudukan dan keluarga berencana (KKB) yang juga merupakan program nasional.
"Masalah kependudukan harus diselesaikan karena dapat memicu masalah baru seperti
tingginya angka kemiskinan yang dapat memicu masalah sosial di masyarakat," ujarnya.
(T.KR-MFH/F003)

COPYRIGHT 2012

http://www.antara-sulawesiselatan.com/berita/36623/angka-fertilitas-penduduk-sulbar-
31-persen
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fertilitas merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi


perubahan penduduk di Indonesia, selain mortalitas dan migrasi. Ketiganya
merupakan komponen penting yang berpengaruh dalam perubahan jumlah
penduduk, komposisi serta distribusi penduduk (Lucas, 1982:1). Jumlah
penduduk di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan sensus penduduk
tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237.641.326 juta
jiwa, angka tersebut menjadikan negara ini negara dengan penduduk
terbanyak ke-4 di dunia. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah
sehingga diproyeksikan pada tahun 2015 penduduk Indonesia berjumlah 255
juta jiwa hingga mencapai 305 juta jiwa pada tahun 2035.

Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah


penduduk disamping migrasi, jumlah kelahiran setiap tahun di Indonesia
masih besar, jumlah bayi yang lahir masih tetap banyak. Tiap-tiap tahun
jumlah kelahiran bayi di Indonesia mencapai sekitar 4,5 juta bayi. Kelahiran
bayi-bayi tersebut membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh
kembang si bayi, termasuk pemenuhan gizi dan kecukupan kalori, serta
perawatan kesehatan. Pada gilirannya, bayi-bayi ini akan tumbuh menjadi
anak usia sekolah yang menuntut pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan
menuntut pekerjaan. Bayi yang terlahir sebagai bayi perempuan nantinya
akan tumbuh menjadi remaja perempuan, kemudian berkembang menjadi
perempuan usia subur yang akan menikah dan melahirkan bayi. Keadaan
seperti ini akan terus berputar hingga bumi pun terasa penuh sesak akan
manusia. Oleh karena itu fertilitas di Indonesia harus dikendalikan. Karena
angka fertilitas yang berlebihan akan menyebabkan berbagai permasalahan
kependudukan yang lain. Seperti kasus fertilitas di Kabupaten Mamuju
provinsi Sulawesi Barat yang laju fertilitasnya mencapai angka 3,1% pada
tahun 2011. Angka fertilitas tersebut bahkan melebihi angka fertilitas
nasional. Dampak dari tingginya angka fertilitas tersebut pun menimbulkan
permasalahan-permasalahan baru bagi penduduknya.

Dari kasus fertilitas di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat tahun


2011, dapat kita ambil beberapa poin masalah yang terjadi yaitu antara lain
sebagai berikut:
1. Angka fertilitas (reproduksi) penduduk di Provinsi Sulawesi Barat
2011 mencapai 3,1 persen di atas angka fertilitas nasional.
2. Laju pertumbuhan penduduk Sulbar juga mengalami peningkatan.
3. Kondisi tingginya laju pertumbuhan penduduk di Sulbar menjadi
masalah daerah dan negara ini dalam menekan angka kepadatan
penduduk
4. Program keluarga berencana (KB) yang juga merupakan program
nasional kurang maksimal.
Masalah kependudukan harus diselesaikan karena dapat memicu masalah
baru seperti tingginya angka kemiskinan yang dapat memicu masalah sosial

B. Definisi
Istilah-istilah atau Konsep yang Ada dalam Kasus :
1. Fertilitas : Hasil reproduksi yang nyata dari seorang atau sekelompok
perempuan. Hal ini menyangkut banyaknya bayi dilahirkan hidup.
2. Reproduksi : Kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
yang baru. Tujuannya untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan
jenis agar tidak punah.
3. Penduduk : Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis khususnya
indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili
kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap.
4. BKKBN : Salah satu institusi yang bertanggungjawab dalam hal
pengendalian jumlah penduduk di Indonesia
5. Program KB : salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga.
Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu dalam program
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya
penduduk Indonesia dapat tercapai dengan Total Fertility Rate (TFR) 2,2
6. TFR : Rata-rata anak yang akan dimiliki oleh seorang perempuan pada
akhir masa reproduksinya dengan ketentuan perempuan tersebut mengikuti
pola fertilitas pada saat TFR dihitung.
7. Kemiskinan : Ketidakmampuan memenuhi standar minimal kebutuhan
dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan.
8. Pertumbuhan penduduk : Pertumbuhan penduduk adalah perubahan
jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu
dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk
Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah
penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000
9. Kepadatan penduduk : Ukuran terhadap jumlah penduduk yang dibagi
berdasarkan luas lahan, karena jumlah penduduk mengubah ukuran dari
tambahan penduduk atau pengurangan penduduk dari awal sampai akhir
interval populasi.
10. Masalah sosial : Suatu ketidaksesuaian antara unsur unsur kebudayaan
atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial, atau
menghambat terpenuhinya keinginan keinginan pokok warga kelompok
tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial.

C. Rumusan Masalah
1. Berapa persen seharusnya standar laju angka fertilitas diIndonesia?
2. Bagaimana perbandingan angka fertilitas di Sulawesi Barat dengan angka
fertilitas yang seharusnya di Indonesia?
3. Faktor apa yang menyebabkan angka fertilitas di Sulawesi Barat sangat
tinggi?
4. Permasalahan apa yang timbul akibat tingginya angka fertilitas di
Sulawesi Barat?
5. Bagaimana cara pengendalian angka fertilitas yang tinggi di Sulawesi
Barat?
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Definisi Fertilitas

Istilah fertilitas merupakan hasil reproduksi yang nyata dari seseorang atau
sekelompok perempuan. Hal ini menyangkut banyaknya bayi dilahirkan
hidup. Konsep fertilitas hanya menghitung jumlah bayi yang lahir hidup.
Organisasi dunia (WHO) mendefinisikan kelahiran hidup sebagai peristiwa
kelahiran bayi, tanpa menghitungnya lamanya berada dalam kandungan,
dimana si bayi menunjukkan tanda tanda kehidupan pada saat dilahirkan:
misalnya bernafas, ada denyut jantung, atau denyut tali pusat, atau gerakan
gerakan otot.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas


1. Ekonomi
Kemiskinan merupakan sebab rendahnya peran serta masyarakat pada
upaya kesehatan. Kematian maternal sering terjadi pada kelompok
miskin, tidak berpendidikan, tinggal di tempat terpencil, dan mereka tidak
memiliki kemampuan untuk memperjuangkan kehidupannya sendiri.
Kemisikinan biasanya disertai dengan pengangguran, kekurangan gizi,
kebodohan, status wanita yang rendah, rendahya akses ke pelayanan
sosial dan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana.

Kemiskinan mengakibatkan rendahnya akses masyarakat dalam


memperoleh pelayanan kesehatan. Kematian ibu lebih banyak terjadi pada
ibu dengan karakteristik kemampuan membayar biaya pelayanan
persalinan rendah dan melakukan persalinan di rumah.

2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan berperan penting dalam penurunan AKI karena berkaitan
dengan pengetahuan kesehatan ibu. Angka kematian ibu lebih banyak
terjadi pada ibu dengan karakteristik pendidikan di bawah sekolah
lanjutan pertama (SLP). Faktor pendidikan terutama pendidikan ibu,
berpengaruh sangat kuat terhadap kelangsungan hidupnya. Dengan
pendidikan tinggi, membuat ibu mampu memanfaatkan dunia modern
yaitu pengetahuan tentang fasilitas dan perawatan kesehatan modern, serta
mampu berkomunkasi dengan aparat para medis. Di samping itu
pendidikan wanita dapat mengubah keseimbagan kekuasaan tradisional si
keluarga, karena budaya paternalistik yang membenarkan dominasi laki-
laki dalam pengambilan keputusan sering megakitbatkan ibu hamil
terambat dibawa ke rumah sakit.

Tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan masyarakat


menyebabkan keterlambatan sebagai berikut :
1. Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan
untuk segera mencari pertolongan.
2. Terlambat mencapai fertilitas pelayanan kesehatan yang mampu
memberikan pertolongan persalinan.
3. Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai fasilitas
pelayanan kesehatan.

3. Usia Kawin Pertama


Usia perkawinan mempengaruhi status reproduksi. Status reproduksi yang
berperan penting terhadap kejadian kematian maternal adalah usia ibu
hamil, jumlah kelahiran, jarak kehamilan, dan status perkawinan ibu. Usia
di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia bersiko untuk
hamil dan melahirkan. Resiko paling besar terdapat pada ibu berusia <14
tahun.

Konsekuensi dari pernikahan usia dini dan melahirkan di usia remaja


adalah beresiko untuk melahirkan prematur dan berat badan lahir rendah.
Wanita yang menikah pada usia dini mempunyai waktu yang lebih
panjang beresiko untuk hamil dan angka kelahiran juga lebih tinggi .
Perkawinan usia remaja juga berdampak pada rendahnya kualitas
keluarga, baik ditinjau dari segi ketidaksiapan secara psikis dalam
menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi rumah tangga, resiko tidak
siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi orang tua yang
bertanggung jawab, kegagalan perkawinan, kehamilan usia dini beresiko
terhadap kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam
melahirkan dan mengandung bayinya. Kehamilan usia dini ada resiko
pengguguran kehamilan yang dilakukan secara illegal dan tidak aman
secara medis yang berakibat komplikasi aborsi. Komplikasi yang serung
timbul pada kehamilan di usia muda adalah anemia, partus prematur,
partus macet.

4. Pemakaian KB
Tingkat pemakaian kontrasepsi sangat ditentukan dengan ekonomi dan
pendidikan yang dimiliki oleh seorang ibu. Jika ibu mempunyai
pendidikan dan tingkat ekonomi yang cukup maka ibu tersebut akan
paham akan pentingnya dalam penggunaan kontrasepsi. Berbeda dengan
ibu yang memiliki ekonomi dan tingkat pendidikan rendah, biasanya ibu
tersebut kurang mengetahui mafaat yang didapat dengan pengunaan alat
kontrasepsi tersebut. Hal itu dapat berakibat ibu tersebut mempunyai anak
yang lebih banyak. Selain itu dengan pengetahuan yang kurang, maka ibu
akan tidak membatasi jumlah dan jarak umur anak yang dimiliki. Dengan
demikian ibu akan sering mengalami kehamilan dan membuat alat
reproduksinya tidak bekerja dengan baik yang nantinya akan
menimbulkan masalah seperti komplikasi kehamilan dan kematian ibu
hami.

5. Faktor Sosial Budaya (Sex Bebas)


Adanya kemudahan dalam menemukan berbagai macam termasuk
informasi yang berkaitan dengan masalah seks, merupakan salah satu
faktor yang bisa menjadikan sebagian besar remaja terjebak dalam
perilaku seks yang tidak sehat. Berbagai informasi bisa diakses oleh para
remaja melalui internet atau majalah yang disajikan baik secara jelas dan
secara mentah yaitu biaya mengajarkan cara cara seks tanpa ada
penjelasan mengenai perilaku seks yang sehat dan dampak seks yang
beresiko, misalnya penyakit yang diakibatkan oleh perilaku seks yang
tidak sehat.

Untuk perempuan dibawah usi 17 tahun yang penuh melakukan hubungan


seks bebas akan beresiko tinggi terkena kanker serviks. Beresiko tertular
penyakit kelamin dan HIV-AIDS yang bisa menyababkan kemandulan
bahkan kematian. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan hingga
tindakan aborsi yang dapat menyebakan gangguan kesuburan, kanker
rahim, cacat permanen bahkan berujung pada kematian.

C. Dampak Fertilitas
1. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi cendrung dapat menurunkan tingkat
pertumbuhan pendapatan perkapita di sebuah negara.
2. Kemiskinan
Pertumbuhan penduduk yang tinggi cendrung juga akan meningkatkan
atau menambah angka kemiskian di suatu negara, dan pertumbuhan
penduduk yang tinggi juga akan cendrung memberi dampak negatif
terhadap penduduk yang paling miskin.
3. Pendidikan
Jumlah anggota keluarga yang banyak dan tingkat pendapat yang rendah
cendrung mempercepat kesempatan untuk menyekolahkan anak maupun
generasi penerus mereka.
4. Kesehatan
Angka fertilitas yang tinggi cendrung dapat merugikan kesehatan ibu dan
anak anaknya. Hal ini dikarenakan jarak kelahiran dan kehamilan yang
terlalu dekat cendrung dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah
dan resiko kematian pada ibu dan bayi.
5. Ketersediaan Bahan Pangan
Pengaruh jumlah penduduk yang cepat akan berdampak pada
penyediaann bahan pangan yang tidak memadai akibat dari bahan
pertanian dan perkebuanan yang mulai menyempit akibat dari
perkembangan lahan hunian atau kawasan perumahan yang meningkat.
6. Lingkungan
Pertumbuhan penduduk yang cepat dan berdampak pada kualitas
lingkungan hidup yang mulai menurun akibat pemadatan daerah hunian,
pencemaran air, udara, dan tanah.
7. Migrasi
Pertumbuhan oenduduk yang cepat berpotensi dapat menyebabkan
migrasi yang disebabkan tingginya daya saing antar individu terutama
dalam mencari lapangan pekerjaan akibatnya banyak tenaga kerja yang
mencari pekerjaan di luar negeri.

D. Ukuran-ukuran Fertilitas

Menghitung perubahan pada fertilitas dalam suatu populasi penduduk


difertilitas dalam suatu populasi penduduk diwilayah/daerah/tempat tertentu
pada waktu tertentu Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap
fertilitas tersebut, maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini
dilakukan dengandua macam pendekatan: pertama, Pengukuran Fertilitas
Tahunan(Yearly Performance)dan kedua, Pengukuran Fertilitas
Kumulatif(Reproductive History).
1. Yearly Performance (current fertility)
Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai
kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance
terdiri dari :
a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)
Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran
hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan
tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

CBR = B/P x k

CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar


Pm : Penduduk pertengahan tahun
k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000
B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Kebaikan:
Perhitungan sederhan adan data tersedia

Kelemahan:
Tidak memisahkan penduduk laki-laki dan perempuan yang masih
kanak-kanak dan berumur 50 tahun keatas.

b. Angka Kelahiran Umum ( General fertility Rate )


Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu
wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis
dengan rumus sebagai berikut :

GFR = B/P15-49 x k

B= banyaknyakelahiranselama 1 tahun
P15-49= banyaknyapendudukwanitaberusia 15-49
K= bilangankonstan, biasanya 1000

Kelebihan:
Hanya memasukan wanita berumur 15-49 th atau 15-44 th sebagai
penduduk yang exposed to risk
Kekurangan:
Tidak membedakan risiko kelahiran dari berbagai kelompok umur.

c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific


Fertility Rate (ASFR)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok


penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula
dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau
kelompok-kelompok penduduk yang lain.

ASFRi = Bi/Pi x k

Bi =Jumlahkelahirankelompokumur i selama 1 th
Pi = Jumlahwanitaberumur i padapertengahanth
k = bilangankonstan, biasanya 1000

Kebaikan:
a. Memperhitungkan perbedaan risiko menurut kelompok umur
b. Dasar perhitungan untuk menghitung ukuran fertilitas lainnya
(TFR, GRR, dan NRR)

Kelemahan:
Data terincisehingga data sulitdidapatkan

2. Reproductive History ( Cummulative Fertility )


a. Children Ever Born
(CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan. CEB mencerminkan
banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa wanita selama
reproduksinya; dan disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan
CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan
survey) dan tidak ada referensi waktu. Kemudian kelemahan dari
perhitungan ini adalah angka paritas menurut kelompok umur akan
mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan umur penduduk,
terutama di negara sedang berkembang.Kemudian ada kecenderungan
semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah anak
yang dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah
meninggal dianggap sama dengan yang masih hidup.

b. Child Woman Ratio (CWR )


CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di
bawah 5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi.
Kebaikan dari perhitungan . CWR ini adalah untuk mendapatkandata
yang diperlukan tidak usah membuat pertanyaan khusus dan berguna
untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di Negara yang
registrasinya cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan
untuk daerah yang kecil-kecil.

Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh


kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara
sedang berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di
kelompok ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada
anak-anak jauh lebih besar.
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus diatas, masalah yang terjadi di Provinsi Sulawesi Barat yaitu
angka fertilitas penduduk mencapi 3,1 persen diatas angka fertilitas nasional yang
angkanya hanya sekitar 2,0 persen. Berdasarkan analisis dari kausu tersebut,
faktor yang dapat mempengaruhi fertilitas tinggi yaitu :

1. Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi bisa kita lihat dari tingkat pendapatan dan tingkat
pendidikan. Tingkat pendapatan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
dimana seseorang tinggal, hal itu dikarenakan lingkungan atau letak
geografis suatu daerah berpengaruh terhadap tersedianya lapangan
pekerjaan yang nantinya akan mempengaruhi tingkat pendapatan
seseorang. Dilihat dari tingkat pendidikan, masih banyak kita jumpai
kelompok anak usia wajib belajar yang tidak melanjutkan pendidikan
(putus sekolah). Tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan seseorang
keduanya saling mempengaruhi, jika tingkat pendapatan tinggi, maka
seseorang dapat memperoleh tingkat pendidikan yang tinggi begitupun
sebaliknya. Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan
mengenai pendidikan seksual, kontrasepsi dan akan berpengaruh terhadap
usia perkawinan muda yang otomatis mempengaruhi angka fertilitas.
Sebagai contoh ketika tingkat pendidikan tinggi maka seseorang akan
memiliki pengetahuan akan pendidikan seksual, kontrasepsi dan usai
perkawinan muda sehingga akan mempertimbangkan usia perkawinan dan
merupakan salah satu faktor menurunkan angka fertlitas.
2. Sosial Budaya
Sosial budaya bisa dilihat dari faktor agama, suku dan budaya yang
nantinya akan mempengaruhi perilaku seseorang baik dalam pergaulan
maupun dalam pembentukan keluarga. Sebagai contoh apabila dalam
budaya mereka terdapat kepercayaan banyak anak banyak rejeki, maka
akan mempengaruhi frekuensi seks seseorang dan akan berpengaruh pada
peningktan angka fertilitas. Selain itu, apabila seseorang tidak
berpendirian teguh terhadap agama dan terpengaruh oleh lingkungan,
maka akan timbul perilaku seks bebas dan memicu timbulnya hamil diluar
nikah sehingga akan mempengaruhi angka fertilitas.
3. Program KB
Persediaan sarana dan prasarana untuk program KB di suatu daerah
berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap seseorang terhadap
penggunaan kontrasepsi. Apabila program KB berjalan secara maksimal
makan akan menekan angka fertilitas yang ada.
4. Gizi dan Kesehatan
Dapat dianalisis bahwa tingkat pendapatan seseorang tidak hanya
mempengaruhi tingkat pendidikan saja, namun tingkat pendapatan dari
seseorang akan mempengaruhi konsumsi makanan seseorang sehingga
akan berpengaruh pada gizi dan kesehatan yang nantinya makanan yang
dikonsumsi akan berpengaruh pada tingkat kesuburan dimana tingkat
kesuburan ini akan mempengaruhi angka fertlitas.
Bukan hanya mempengaruhi angka fertlitas, gizi dan kesehatan dari
makanan yang kita konsumsi akan berpengaruh pada morbiditasbayi dan
anak. apabila gizi dan kesehatan baik, maka angka morbiditas bayi daan
anak rendah dan angka mortalitas bayi dan anak juga rendah. Dengan
rendahnya angka morbiditas dan mortalitas makan tidak akan memicu
keinginan untuk mempunyai ataupun menambah anak lagi.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
1. Konsep fertilitas adalah kelahiran hidup sebagai peristiwa kelahiran
bayi, tanpa menghitungnya lamanya berada dalam kandungan, dimana
si bayi menunjukkan tanda tanda kehidupan pada saat dilahirkan
2. Laju pertumbuhan penduduk tinggi menyebabkkan angka fertilitas
juga tinggi. Di Indonesia, angka standar angka fertilitas adala 2,0 yang
artinya setiap wanita melahirkan 2 anak.
3. Fertilitas dapat dicegah dengan program Keluarga Berencana ( KB )
yang di terapkan oleh pemerintah. Namun program KB ini kurang
berhasil dibuktikan dengan tingginya angka fertilitas di Provinsi
Sulawesi Barat yaitu sebesar 3,1
4. Faktor yang dapat mempengaruhi tingginya fertilitas antara lain sosial
ekonomi, sosial budaya, program KB , gizi dan kesehatan, usia
perkawinan
5. Dampak dari tingginya angka fertilitas adalah pertumbuhan ekonomi,
kemiskinan, kesehatan ketersediaan bahan pangan, lingkungan dan
migrasi akan terganggu keseimbangannyaa.

B. Saran
Sebagai generasi muda yang mengerti akan kesehatan maka seharusnya dapat
membantu pemerintah untukmenurunkan angka fertilitas di Indonesia dengan
cara memberikan penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat tentang pentingnya KB untuk menurunkan angka kelahiran,
karena dengan KB maka angka kelahiran akan berkurang sektor ekonomi pun
akan berkembang dan kepadatan penduduk akan berkurang sehingga dengan
demikian akan dapat mensejahtrakan keluarga maupun masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2005. Badan Kebijakan Program Keluarga Berencana Nasional .


Jakarta

Kadaryanto et al. 2006. 20. Biologi 2. Jakarta :Yudhistira

Saktiyono. 2004. 86-93, 96,98. Sains : Biologi SMP 3. Jakarta : Erlangga

Mulyo, Tri. S.Pd., M.Pd . 2011 . Demografi Kependudukan. Boyolali : CV.


Artaguna

You might also like