You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE

DI RUANG RAJAWALI 3A RSUP DR KARIADI

Di Susun Oleh :

ARFIANA NURANI

P1337420916004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2017
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah proses kerusakan ginjal selama rentang
waktu lebih dari tiga bulan. Chronic Kidney Disease (CKD) dapat menimbulkan
simtoma, yaitu laju filtrasi glomerular berada di bawah 60 ml/men/1.73 m2 , atau
diatas nilai tersebut yang disertai dengan kelainan sedimen urine. Selain itu, adanya
batu ginjal juga dapat menjadi indikasi Chronic Kidney Disease pada penderita
kelainan bawaan, seperti hioeroksaluria dan sistinuria (Muhammad, 2012 : 16 ).
Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau
fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan, dengan atau tanpa disertai penurunan
glomerular filtration rate (GFR). Selain itu, CKD dapat pula didefinisikan sebagai
suatu keadaan dimana GFR < 60 mL/menit/1,73 m2 selama 3 bulan dengan atau
tanpa disertai kerusakan ginjal (National Kidney Foundation, 2002).
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik
tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya di eliminasi di
urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan
menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam
basa (Toto Suharyanto, dkk., 2009: 183).

B. Etiologi
Menurut Muhammad Muhammad, 2012 yang menyebabkan Chronic Kidney
Disease (CKD) adalah kehilangan fungsi ginjalnya secara bertahap, kerusakan sudah
terjadi selama lebih dari 3 (tiga) bulan. Selain itu, hasil pemeriksaan juga
menunjukan adanya kelainan struktur atau fungsi ginjal. Kondisi tersebut disebabkan
oleh : Penyakit glomerular kronis, Infeksi kronis, Kelainan kongenital, Penyakit
vaskuler, Obstruksi saluran kemih, Penyakit kolagen, Obat-obatan nefrotoksis.
Selain hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, masih ada banyak faktor
penyakit gagal ginjal. Beberapa penyebab penyakit Chronic Kidney Disease (CKD)
adalah : Tekanan darah tinggi (hipertensi), Penyumbatan saluran kemih, Kelainan
ginjal, misalnya penyakit ginjal polikistik, Diabetes Militus (kencing manis),
Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik, Penyakit pembuluh darah,
Bekuan darah pada ginjal, Cidera pada jaringan ginjal dan sel-sel.
C. Klasifikasi
Penyakit ini didefinisikan dari ada atau tidaknya kerusakan ginjal dan
kemampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya. Klasifikasi ini ditujukan untuk
memfasilitasi penerapan pedoman praktik klinis, pengukuran kinerja klinis dan
peningkatan kualitas pada evaluasi, dan juga manajemen CKD (National Kidney
Foundation, 2002). Berikut adalah klasifikasi stadium CKD:
Stadium Deskripsi GFR (mL/menit/1.73 m2 )
1 Fungsi ginjal normal, tetapi 90
temuan urin, abnormalitas
struktur atau ciri genetik
menunjukkan adanya penyakit
ginjal
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, 60-89
dan temuan lain (seperti pada
stadium 1) menunjukkan adanya
penyakit ginjal
3a Penurunan sedang fungsi ginjal 45-59
3b Penurunan sedang fungsi ginjal 30-44
4 Penurunan fungsi ginjal berat 15-29
5 Gagal ginjal <15
Sumber: (The Renal Association, 2013)

Nilai GFR menunjukkan seberapa besar fungsi ginjal yang dimiliki oleh pasien
sekaligus sebagai dasar penentuan terapi oleh dokter. Semakin parah CKD yang
dialami, maka nilai GFRnya akan semakin kecil (National Kidney Foundation,
2010).
Chronic Kidney Disease stadium 5 disebut dengan gagal ginjal. Perjalanan
klinisnya dapat ditinjau dengan melihat hubungan antara bersihan kreatinin dengan
GFR sebagai presentase dari keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan kadar
blood urea nitrogen (BUN) (Wilson, 2005).
Perjalanan klinis gagal ginjal dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama
merupakan stadium penurunan cadangan ginjal dimana pasien tidak menunjukkan
gejala dan kreatinin serum serta kadar BUN normal. Gangguan pada fungsi ginjal
baru dapat terdeteksi dengan pemberian beban kerja yang berat seperti tes
pemekatan urin yang lama atau melakukan tes GFR yang teliti (Wilson, 2005).
Stadium kedua disebut dengan insufisiensi ginjal. Pada stadium ini, ginjal sudah
mengalami kehilangan fungsinya sebesar 75%. Kadar BUN dan kreatinin serum
mulai meningkat melebihi nilai normal, namun masih ringan. Pasien dengan
insufisiensi ginjal ini menunjukkan beberapa gejala seperti nokturia dan poliuria
akibat gangguan kemampuan pemekatan. Tetapi biasanya pasien tidak menyadari
dan memperhatikan gejala ini, sehingga diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang
teliti (Wilson, 2005). Stadium akhir dari gagal ginjal disebut juga dengan endstage
renal disease (ESRD). Stadium ini terjadi apabila sekitar 90% masa nefron telah
hancur, atau hanya tinggal 200.000 nefron yang masih utuh. Peningkatan kadar BUN
dan kreatinin serum sangat mencolok. Bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10 mL
per menit atau bahkan kurang. Pasien merasakan gejala yang cukup berat
dikarenakan ginjal yang sudah tidak dapat lagi bekerja mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit. Pada berat jenis yang tetap sebesar 1,010, urin
menjadi isoosmotis dengan plasma. Pasien biasanya mengalami oligouria
(pengeluran urin < 500mL/hari). Sindrom uremik yang terjadi akan mempengaruhi
setiap sistem dalam tubuh dan dapat menyebabkan kematian bila tidak dilakukan
RRT (Wilson, 2005).

D. Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari, namun
perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini menyebabkan
berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya kompensasi, terjadilah hipertrofi
struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factor. Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang
diikuti peningkatan tekanan kapiler dan 10 aliran darah glomerulus. Proses adaptasi
ini berlangsung singkat, hingga pada akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi
berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan
penurunan fungsi nefron progresif, walaupun penyakit yang mendasarinya sudah
tidak aktif lagi (Suwitra, 2009).
Diabetes melitus (DM) menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai
bentuk. Nefropati diabetik merupakan istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi
di ginjal pada DM (Wilson, 2005). Mekanisme peningkatan GFR yang terjadi pada
keadaan ini masih belum jelas benar, tetapi kemungkinan disebabkan oleh 11 dilatasi
arteriol aferen oleh efek yang tergantung glukosa, yang diperantarai oleh hormon
vasoaktif, Insuline-like Growth Factor (IGF) 1, nitric oxide, prostaglandin dan
glukagon. Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik
asam amino dan protein. Proses ini terus berlanjut sampai terjadi ekspansi
mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis tubulointerstisialis
(Hendromartono, 2009).
Hipertensi juga memiliki kaitan yang erat dengan gagal ginjal. Hipertensi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol
di seluruh tubuh, ditnadai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) dinding
pembuluh darah. Salah satu organ sasaran dari keadaan ini adalah ginjal (Wilson,
2005). Ketika terjadi tekanan darah tinggi, maka sebagai kompensasi, pembuluh
darah akan melebar. Namun di sisi lain, pelebaran ini juga menyebabkan pembuluh
darah menjadi lemah dan akhirnya tidak dapat bekerja dengan baik untuk membuang
kelebihan air serta zat sisa dari dalam tubuh. Kelebihan cairan yang terjadi di dalam
tubuh kemudian dapat menyebabkan tekanan darah menjadi lebih meningkat,
sehingga keadaan ini membentuk suatu siklus yang berbahaya (National Institute of
Diabetes and Digestive and Kidney Disease, 2014).

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi yang
banyak sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan
gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut adalah tanda dan gejala
yang ditunjukan oleh Chronic Kidney Disease (CKD):
1. Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering, penurunan
turgor kulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi penurunan
kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala yang hebat, dampak dari peningkatan
kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami
kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan mengakibatkan
asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah terjadinya penurunan urine output
dengan sedimentasi yang tinggi.
2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic percarditis, effusi
perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal jantung, edema
periordital dan edema perifer.
3. Respiratory system
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura,
crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis, uremic lung, dan sesak nafas.
4. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada sclap. Selain itu,
biasanya juga menunjukan adanya purpura, akimoses, petechiae, dan timbunan
urea pada kulit.
5. Neurologis
Biasanya ditunjukan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan
dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya
memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan
kejang. Dari hasil EEG menunjukan adanya perubahan metabolik
encephalopathy.
6. Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penururna libido, amenorea dan gangguan siklus
menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekriesi sperma, peningkatan
sekresi aldosteron, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.
7. Hematokoitik
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia
(dampak dari dialysis), dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius
pada sistem hematologi ditunjukan dengan adanya perubahan (purpura,
ekimoses, petechiae).
8. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur patologis, dan
kalsifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard) (Eko dan Andi 2014, h 198).
F. Penegakan Diagnosis
Kerusakan ginjal dapat dideteksi secara langsung maupun tidak langsung.
Bukti langsung kerusakan ginjal dapat ditemukan pada pencitraan atau pemeriksaan
histopatologi biopsi ginjal. Pencitraan meliputi ultrasonografi, computed
tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), dan isotope scanning dapat
13 mendeteksi beberapa kelainan struktural pada ginjal. Histopatologi biopsi renal
sangat berguna untuk menentukan penyakit glomerular yang mendasari (Scottish
Intercollegiate Guidelines Network, 2008).
Bukti tidak langsung pada kerusakan ginjal dapat disimpulkan dari urinalisis.
Inflamasi atau abnormalitas fungsi glomerulus menyebabkan kebocoran sel darah
merah atau protein. Hal ini dideteksi dengan adanya hematuria atau proteinuria
(Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008).
Penurunan fungsi ginjal ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serum.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien CKD disesuaikan dengan stadium
penyakit pasien tersebut (National Kidney Foundation, 2010).
Stadium GFR (mL/menit/1,73m2 ) Rencana Tatalaksana
1 90 Observasi, kontrol
tekanan darah
2 60 89 Observasi, kontrol
tekanan darah dan faktor
risiko
3a 45 59 Observasi, kontrol
3b 30 44 tekanan darah dan faktor
risiko
4 15 29 persiapan untuk RRT
5 < 15 RRT
Sumber: (Suwitra, 2009; The Renal Association, 2013)
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya paling tepat diberikan sebelum
terjadinya penurunan GFR sehingga tidak terjadi perburukan fungsi ginjal. Selain
itu, perlu juga dilakukan pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid dengan
mengikuti dan mencatat penurunan GFR yang terjadi. Perburukan fungsi ginjal
dapat dicegah dengan mengurangi hiperfiltrasi glomerulus, yaitu melalui
pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis guna mengurangi hipertensi
intraglomerulus. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
merupakan hal yang penting mengingat 40-45 % kematian pada CKD disebabkan
oleh penyakit kardiovaskular ini. Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular
dapat dilakukan dengan pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi,
pengendalian dislipidemia dan sebagainya. Selain itu, perlu dilakukan 16
pencegahan dan terapi terhadap komplikasi yang mungkin muncul seperti anemia
dan osteodistrofi renal (Suwitra, 2009).

H. Komplikasi
1. Hiperkalemia
Akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan diet
berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial dan temponade jantung
Akibat retensi produksi sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem renin-angiotonsin-
aldosteron.
4. Anemia
Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah
selama hemodialisis.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik
Akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D
abnormal dan peningkatan kadar aluminium.
(Brunner and Suddarth, 2001 : 1449)
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dasar :
1. Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari status kesehatan
2. Kaji derajat kerusakan Ginjal
3. Lakukan pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital (Nadi, respirasi, Tekanan darah,
suhu badan) Sistem saraf, sistem integumen, dan sistem musculoskeletal.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang
terkena.
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrim, Kelemahan, Malaise
b. Gangguan tidur, (Insomnia/gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot , kehilangan tonus, Penurunan rentang gerak.
c. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi lama atau berat, Palpitasi ; Nyeri dada (Angina )
Tanda : Hipertensi ; DVJ, Nadi kuat, Edema jaringan umum Dan pitting pada
kaki, telapak tangan. Disritmia Jantung, nadi lemah halus, hipotensi, Pucat ;
kulit Coklat kehitaman , kuning.
d. Integritas Ego
Gejala : Faktor stres contoh Finansial, hubungan dan sebagainya perasaan
tidak berdaya, tidak ada kekuatan, tidak ada harapan
Tanda :Menolak, Ansietas, Takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
e. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (Pada tahap lanjut),
Abdomen kembung, diare atau konstipasi
Tanda : Perubahan warna urine,; contoh kuning pekat, merah, coklat, Oliguria
dapat menjadi anuria.
f. Nutrisi dan elektrolit
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), Malnutrisi, Anoreksia, nyeri
ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut.
Tanda : Distensi abdomen/asites, Pembesaran hati (Tahap akhir), Perubahan
turgor kulit kelembaban, Edema, Ulserasi gusi, perdarahan gusi dan mulut,
Penurunan otot, penurunan lemak sub kutan, penampilan tak bertenaga.
g. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala , penglihatan kabur, kram otot/ kejang, kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstrimitas bawah
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, stupor,
koma.Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah.
i. Pernapasan
Gejala : Napas pendek; batuk dengan/tanpa sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, Peningkatan frekwensi/ kedalaman (kusmaul),
batuk produktif dengan sputum merah muda.
j. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas, interaksi sosisal
Tanda : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.
B. RUMUSAN DIAGNOSA MASALAH
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada klien dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) adalah:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, retensi
cairan, dan natrium.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan haemoglobin, keletihan,
kelemahan fisik.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor
biologis, psikologis, ekonomi.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan
menurun
6. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan metabolisme
7. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infansive, penurunan daya tubuh
primer tau sekunder.
C. PERENCANAAN
Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah
keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, retensi
cairan, dan natrium.
Nursing Outcome Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.... x 24 jam diharapkan haluaran
urin normal, natrium dalam batas normal.
Kriteria hasil :
a. Kelebihan volume cairan dapat dikurangi
b. Tidak terjadi oedema
c. Keseimbangan cairan tidak akan terganggu
Nursing Interventions Classification (NIC)
Aktivitas keperawatan :
a. Fluid manajemen:
1) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat)
2) Monitor nada vital
3) Monitor adanya indikasi overload/retraksi
4) Kaji daerah edema jika ada
b. Fluid monitoring:
1) Monitor intake/output cairan
2) Monitor serum albumin dan protein total
3) Monitor RR, HR
4) Monitor turgor kulit dan adanya kehausan
5) Monitor warna, kualitas dan BJ urine
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan haemoglobin, keletihan,
kelemahan fisik.
Nursing Outcome Classification (NOC) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.... x 24 jam diharapkan mampu melakukan aktivitas sendiri.
Kriteria Hasil :
a. Berpartisipasi pada aktivitas yang di inginkan
b. Mampu melakukan perawatan diri sendiri
c. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur
Nursing Interventions Calssification (NIC)
Aktivitas keperawatan :
a. Periksa tanda-tanda vital setelah beraktivitas
Rasional : hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas, karena efek
obat (vasodilatasi) dan perpindahan cairan (diuretik)
b. Catat kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, dispnea,
berkeringat dan pucat.
Rasional : atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
darah sekuncup selama aktivitas dapat mnyebabkan peningkatan frekuensi
jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan rasa kelelahan dan
kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan aktivitas
Rasional : dapat menunjukan peningkatan dekompensasi jantung dari pada
kelebihan aktivitas.
d. Kaji faktor yang menyebabkan keletihan
Rasional : dapat mengetahui penyebab keletihan
e. Kaji faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan
Rasioanal : dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan
kelebihan cairan dan dapat mengetahui takaran asupan yang dapat di
berikan.
f. Anjurkan aktivitas ringan sambil istirahat
Rasional : dapat mengetahui tingkat aktifitas yang dapat di lakukakan klien.
g. Anjurkan kepada keluarga untuk memandikan klien
Rasional : dapat mempertahankan kebersihan pada klien
h. Kolaborasi pemberian therapy antibiotik sesuai indikasi
i. Periksa laboratorium darah sesuai indikasi
Rasional : dapat mengetahuin hasil laboratorium sehingga dapat di berikan
tindakan lanjut
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, ketidakmampuan menelan makanan, faktor psikologis.
Nursing Outcome Classification (NOC) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.... x 24 jam diharapkan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil
a. Intake makanan per oral (spontan/ naso feeding) adekuat.
b. Intake cairan (per oral/ parenteral) adekuat.
c. Nutrisi parental adekuat.
d. Menyatakan nafsu makan baik.
e. Menyiapkan makanan dengan baik.
f. Menyantap makanan dengan maksimal dan mengunyahnya dengan baik.
g. Menghabiskan porsi makanan tanpa adanya gangguan.
h. Tidak ada gangguan selama proses makan (mual/muntah).
i. Berat badan ideal.
Nursing Interventions Calssification (NIC)
Aktivitas keperawatan :
1. Kaji status nutrisi klien dan kemampuan pemenuhan nutrisi klien.
Rasional : memvalidasi dan menepatkan drajat masalah untuk menetapkan
pilihan intervensi yang tepat.
2. Identifikasi klien tentang riwayat alergi makanan dan kaji makanan
kesukaan klien.
Rasional : mengetahui asupan makanan yang dapat menyebabkan alergi
3. Instruksikan kepada klien tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang
optimal (misalnya dengan pelaksanaan diet sesuai anjuran).
Rasioanal : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat
4. Hitung kebutuhan kalori klien setiap hari dan sediakan aneka ragam
makanan kesukaan klien. Rasional : untuk menambah selera makan klien.
5. Anjurkan klien/ keluarga untuk membantu klien melakukan perawatan
rongga mulut (sikat gigi) sebelum makan untuk meningkatkan kenyamanan.
Rasional : untuk menjaga kebersihan rongga mulut sehingga terjaga
kebersihananya.
6. Sajikan makanan dengan menarik dan suhu hangat.
Rasional : untuk meningkatkan selera makan.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan
menurun
Nursing Outcome Classification (NOC) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan mempertahankan sirkulasi perifer
tetap normal.
Kriteria Hasil :
a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
b. Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
c. Kulit sekitar luka teraba hangat.
d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
Nursing Interventions Classification (NIC)
Aktivitas keperawatan:
a. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
b. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada
waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
c. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi
kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
d. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2.
Nursing Outcome Classification (NOC) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan tidak tejadi gangguan pertukaran
gas
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan
nilai ABGs normal :
PH = 7,35 -7,45
PO2 = 80-100 mmHg
Saturasi O2 = > 95 %
PCO2 = 35-45 mmHg
HCO3 = 22-26mEq/L
BE (kelebihan basa) = -2 sampai +2
b. Bebas dari gejala distress pernafasan
Nursing Interventions Classification (NIC)
Aktivitas keperawatan:
a. Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola
nafas.
b. Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti
crakles, dan wheezing.
c. Kaji adanya cyanosis.
d. Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan
beristirahat
e. Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
f. Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi.
g. Berikan pencegahan IPPB
h. Review X-ray dada.
i. Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik,
bronchodilator dan ekspektorant
6. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme
Nursing Outcome Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama... x 24 jam diharapkan mampu
mempertahankan keutuhan kulit.
Kriteria hasil:
a. Suhu permukaan normal.
b. Sensasi perifer, elastisitas, status hidrasi, kelembaban, tekstur, perfusi
jaringan, pertumbuhan rambut kulit dan integritas kulit dalam kondisi baik.
b. Tidak ada pigmentasi abnormal, lesi, lesi pada membran mukosa, jaringan
parut, kanker, eritema, nekrosis, abrasio dan penebalan kulit.
c. Aliran darah pada akses hemodialisis (shunt) lancar.
d. Warna kulit sekitar akses tidak ada kemerahan (rubor).
e. Suhu disekitar akses tidak ada peningkatan (kalor).
f. Pulsasi perifer distal adekuat.
g. Tidak ada pembekuan darah (emboli) disekitar akses.
h. Tidak ada perdarahan dan hematoma.
i. Tidak ada edema dan nyeri.
Nursing Interventions Classification (NIC)
Aktivitas keperawatan:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular, perhatikan
kemerahan, ekskoriasi, observasi terhadap ekimosis, purpura
b. Ubah posisi dengan sering; gerakan pasien dengan perlahan; beri bantalan
pada tonjolan tulang dengan kulit domba, pelindung siku / tumit
c. Berikan perawatan kulit, batasi penggunaan sabun
d. Pertahankan linen kering, bebas keriput
e. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk
memberikan tekanan (dari pada garukan) pada area pruritus
f. Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar
7. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infansive, penurunan daya tubuh
primer tau sekunder.
Nursing Outcome Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama... x 24 jam diharapkan infeksi
tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Bebas dari tanda-tanda infeksi
b. Angka leukosit normal
c. Keluarga dan pasien mengatakan tahu tentang tanda-tanda dan gejala
infeksi
Nursing Interventions Classification (NIC)
Aktivitas keperawatan:
a. Ajarkan tehnik mencuci tangan
b. Batasi pengunjung
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien
d. Tingkatkan masukan gizi yang cukup
e. Anjurkan istirahat cukup
f. Pastikan penanganan aseptic daerah IV
g. monitor tanda dan gejala infeksi
h. Pantau hasil laboratorium
i. Amati faktor-faktor yang bisa meningkatkan infeksi
j. monitor TTV

DAFTAR PUSTAKA
Asadi, Muhammad, 2007, Serba serbi gagal ginjal. Jakarta : PT Gramedia Depkes RI. 2007.
Huda, Amin & kusuma Hardi 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc, Yogyakarta, Mediacton Jogja
Ledak, Adrianus. 2015. Gagal Ginjal Kronik. (online).
(https://www.academia.edu/6150034/Gagal_Ginjal_Kronik).
Mubarak & Chayaning, 2008, Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta :EGC
Sawatzky, Richard. 2007. The Measurement of Quality of Life and its Relationship with
Perceived Health Status in Adolescents [Thesis]. British Columbia: Studi
Pascasarjana Universitas British Columbia.
Shdaifat EA, Manaf, MR. 2012. Quality of Life of Caregivers and Patients Undergoing
Haemodialysis at Ministry of Health, Jordan. Int J Appl Sci and Tech. 2(3):75-86.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Suwitra, Ketut. 2009. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Sudoyo AW (Ed.), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam. hlm. 1035-41.
The Lancet. 2013. The Global Issue of Kidney Disease. The Lancet. Vol. 382: 101
Tortora GJ, Derrickson B. 2011. Principles of Anatomy and Physiology Maintanance and
Continuity of the Human Body 13th Edition. Amerika Serikat: John Wiley & Sons,
Inc
Wilkinson M, Judith, dan Ahern R, Nancy. 2009. Buku saku diagnosa keperawatan. (Edisi 9).
Jakarta : EGC.

You might also like