You are on page 1of 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PENYAKIT ARITMIA

2.1 Pengertian / definisi


Aritmia atau distritmia merupakan perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doengoes,
1999).Sedangkan menurut Price, 1994, aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi
sel-sel miokardium.Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Dari dua pengertian yang telah di paparkan oleh para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa aritmia atau distritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada system konduksi jantung.
2.2 Penyebab / Etiologi
Etiologi aritmia pada umumnya disebabkan oleh:
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklorosis koroner, atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan syaraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system kondulsi jantung)
2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut
nodus SA dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali
per menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut purkinje.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan
sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker. Dlam keadaan tertentu, sentrum yang
lebih rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
a. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV membentuk pacu
lebih besar.
b. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel HIS
akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obt.
Aritmia terjasi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau
gngguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pcu antara lain:
1. Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia sinus.
2. Debar ektopik dan irama ektopik:
a. Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana sedang dicerna.
b. Takikrdi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti demam,
hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.
2.4 Manifestasi klinis
1. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi
jantung tak teratur; bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat,
edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Pusing, berdenyut, sakit kepala, dsorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(ronki, mengi)
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi; eritema, edema.
2.5 Prosedur Diagnostik
1. EKG: menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter: Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada: Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia: dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang
dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan
pompa.
5. Tes stres latihan: dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat: Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid: peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi: Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri: Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

2.6 Penatalaksanaan medis


Pemberian obat-obatan antiaritmia pada klien yang menderita penyakit aritmia.
Dimana obat-obatan aritmia dibagi menjadi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
1. Kelas 1 A
a. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
b. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai
anestesi.
c. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
2. Kelas 1 B
a. Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
b. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
3. Kelas 1 C
a. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1Riwayat Kesehatan
1. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
2. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi
3. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk
terjadinya intoksikasi
4. Kondisi psikososial
3.1.2 Pengkajian primer
1. Airway
a. Apakah ada peningkatan sekret ?
b. Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
a. Adakah distress pernafasan ?
b. Adakah hipoksemia berat ?
c. Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
d. Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
a. Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
b. Apakah ada takikardi ?
c. Apakah ada takipnoe ?
d. Apakah haluaran urin menurun ?
e. Apakah terjadi penurunan TD ?
f. Bagaimana kapilery refill ?
g. Apakah ada sianosis ?
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas : kelelahan umum
2. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna
dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun
bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah,
gelisah, menangis.
4. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,
mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
5. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
6. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah.
7. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin
ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

3.1.4 Pathway
Faktor Aritmogenik
Distritmia
PENURUNAN CARDIAC OUTPUT
Penurunan Perfusi Miokard
Gagal jantung
Pembentukan tromboemboli
Blok konduksi arteriventrikular berat
STROKE
VF
4 tipe dasar distritmia
Kurangnya pengetahuan
Cemas
Intoleransi aktivitas
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akut, kelelahan/keletihan.
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
3. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

3.3 Perencanan Keperawatan


1. Intoleransi aktivitas b/d nyeri akut, kelelahan/keletihan.
Bantuan perawatan diri dengan cara:
a. Monitor pasien kemampuan untuk perawatan mandiri,
b. Monitor pasien kebutuhan untuk perangkat adaptif untuk kebersihan pribadi,
berpakaian, toileting, dan makan
c. Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan
d. Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan perawatan diri
e. Membantu pasien dalam menerima kebutuhan ketergantungan
f. Gunakan pengulangan yang konsisten dari rutinitas kesehatan sebagai cara
menetapkan mereka
g. Mendorong kemandirian, namun intervensi ketika pasien tidak dapat melakukan
h. Ajarkan orang tua atau keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk meningkatkan
hanya bila pasien tidak dapat melakukan
i. Menetapkan rutin untuk aktivitas perawatan diri
j. Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan kegiatan perawatan diri
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d gangguan konduksi elektrikal, penurunan
kontraktilitas miokardia.
a. Hindari hal menyebabkan situasi emosional yang intens
b. Hindari terlalu panas dingin pasien
c. Mencegah pengambilan keputusan ketika pasien berada di bawah stres berat
d. Menahan diri dari memberikan stimulan lisan
e. Menahan diri dari memasukkan pelumas dubur
f. Menahan diri dari mengambil suhu rektal
g. Menahan diridari melakukan suatu pemeriksaan dubur atau vagina
h. Batasi rangsangan lingkungan
i. Keterlambatan mandi jika sesuai
j. Batasi merokok
k. Mendorong kegiatan kompetitif
l. Anjurkan pasien pada latihan progresif
m. Menginstruksikan pasien ataukeluarga pada gejala kompromi jantung menunjukkan
butuhkan untuk sisa
n. Identitaspasienmetodepenangananstres
o. Lakukan terapi relaksasi jika sesuai
3. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan b/d kurang
informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
a. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
b. Jelaskan/tekankan masalah disritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/orang
terdekat.
c. Identifikasi efek merugikan/komplikasi disritmia khusus, contoh kelemahan, edema
dependen, perubahan mental lanjut, vertigo.
d. Anjurkan /catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan
(tindakan yang dibutuhkan), bagaimana dan kapan minum obat, apa yang dilakukan bila
dosis terlupakan (informasi dosis dan penggunaan), efek samping yang diharapkan atau
kemungkinan reaksi merugikan, interaksi dengan obat lain/obat yang dijual bebas atau
substansi (alcohol, tembakau), sesuai dengan apa dan kapan melaporkan ke dokter.
e. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan. Identifikasi
tanda/gejala yang memerlukan aktivitas cepat, contoh pusing, silau, dispnea, nyeri dada.
f. Kaji ulang kebutuhan diet individu/pembatasan, contoh kalium dan kafein.
g. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/orang terdekat untuk dibawa
pulang.
h. Anjurkan pasien melakukan pengukuran nadi dengan tepat. Dorong pencatatan nadi
harian sebelum minum obat/latihan. Identifikasi situasi yang memerlukan intervensi medis
cepat.
i. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, tehnik untuk mengevaluasi/mempertahankan pacu
jantung atau fungsi AICD dan gejala yang memerlukan intervensi medis.
j. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus maneuver.
Valsalva bila perlur
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1
a. Telah memonitor pasien kemampuan untuk perawatan mandiri,
b. Monitor pasien kebutuhan untuk perangkat adaptif untuk kebersihan pribadi,
berpakaian, toileting, dan makan
c. Telah menyediakan artikel pribadi yang diinginkan
d. Telah memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan
perawatan diri
e. Telah membantu pasien dalam menerima kebutuhan ketergantungan
f. Telah menggunakan pengulangan yang konsisten dari rutinitas kesehatan sebagai cara
menetapkan mereka
g. Telah mengajarkan orang tua atau keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
meningkatkan hanya bila pasien tidak dapat melakukan
h. Telah bekerjasama dengan pasien untuk menetapkan rutin untuk aktivitas perawatan
diri
2. Diagnosa 2
a. Telah memberikan suasana minimal yangmenyebabkansituasi emosionalyang intens
b. Telah menciptakan situasi untuk mencegahterlalu panasdinginpasien
c. Telah menahan diridari memberikanstimulanlisan
d. Telah menahan diri darimemasukkanpelumasdubur
e. Telah menahan diridari mengambilsuhurektal
f. Telah menahan diridari melakukansuatu pemeriksaan duburatauvagina
g. Telah membatasirangsangan lingkungan
h. Telah melakukan pembatasanmerokok
i. Telah mendorongkegiatankompetitif, apabila berhenti merokok maka perawat akan
memberikan hadiah, apabila tidak maka pasien akan mendapatkan hukuman
j. Telah menganjurkanpasienpada latihanprogresif
k. Telah menginstruksikanpasien ataukeluarga pada gejala kompromi jantung
menunjukkan butuhkan untuk sisa
l. Telah dilakukan identitaspasienmetodepenangananstres
m. Telah dilakukanterapi relaksasiyang sesuai kondisi pasien
3. Diagnosa 3
a. Telah dilakukan mengkajian ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
b. Telah dijelaskan/ditekankan masalah disritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/orang terdekat.
c. Telah dilakukan diidentifikasi efek merugikan/komplikasi disritmia khusus, contoh
kelemahan, edema dependen, perubahan mental lanjut, vertigo.
d. Telah dianjurkan/dicatat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan
(tindakan yang dibutuhkan), bagaimana dan kapan minum obat, apa yang dilakukan bila
dosis terlupakan (informasi dosis dan penggunaan), efek samping yang diharapkan atau
kemungkinan reaksi merugikan, interaksi dengan obat lain/obat yang dijual bebas atau
substansi (alcohol, tembakau), sesuai dengan apa dan kapan melaporkan ke dokter.
e. Telah dilakukan mendorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan
berlebihan. Mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan aktivitas cepat, contoh pusing,
silau, dispnea, nyeri dada.
f. Telah mengkaji ulang kebutuhan diet individu/pembatasan, contoh kalium dan kafein.
g. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/orang terdekat untuk dibawa
pulang.
h. Telah dianjurkan kepada pasien untuk melakukan pengukuran nadi dengan tepat.
Mendorong pencatatan nadi harian sebelum minum obat/latihan. Mengidentifikasi situasi
yang memerlukan intervensi medis cepat.
i. Mengkaji ulang kewaspadaan keamanan, tehnik untuk mengevaluasi/mempertahankan
pacu jantung atau fungsi AICD dan gejala yang memerlukan intervensi medis.
j. Mengkaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus
maneuver.
3.5 Evaluasi
1. Intoleransi aktivitas b/d nyeri akut, kelelahan/keletihan.
a. Pasien menyatakan mampu melakukan perangkat adaptif untuk kebersihan pribadi,
berpakaian, toileting, dan makan
b. Pasien telah mampu melakukan kebutuhan perawatan diri secara mandiri
c. Keluarga menyatakan mampu membantu kebutuhan pasien apabila diperlukan bantuan
d. Pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai jadwal rutin yang ditetapkan bersama
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d gangguan konduksi elektrikal, penurunan
kontraktilitas miokardia.
a. pasien merasakan kenyamanan dengan situasi yang kondusif tanpa situasi emosional
yang intens
b. pasien menyatakan mampu menahan keinginan untuk merokok
c. pasien melakukan kegiatan kompetitif sesuai kesepakatan dengan perawat
d. pasien menyatakan mampu memanagemen stress menggunakan metode penanganan
stress
e. pasien menyatakan terapi relaksasi membantunya untuk mengurangi beban pikirannya
3. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan b/d kurang
informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
a. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan dan fungsi pacu jantung
(bila menggunakan).
b. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping merugikan dari
obat.
c. Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan.
d. Menghubungkan dengan benar prosedur tanda gagal pacu jantung.
3.6 Discharge Planning
Perencanaan pulang untuk pasien yang menderita penyakit aritmia atau disritmia
yaitu:
1. Ajarkan atau berikan penyuluhan kepada pasien atau keluarga bagaimana cara mengatasi
atau mengurangi tanda dan gejala saat penyakit kambuh.
2. Ajarkan atau berikan penyuluhan kepada pasien atau kelurga gaya hidup sehat, aktivitas,
dan serta pola makan dan makanan yang baikuntuk kesehatan.
3. Manajemen terapi saat berada di rumah
4. Terapi tindak lanjut setelah keluar dari rumah sakit.

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis.Aritmia timbul akibat
perubahan elektro fisiologi sel-sel miokardium.Beberapa tipe malfungsi jantung yang
paling mengganggu tidak terjadi sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi
karena irama jantung yang abnormal. Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau
gabungan dari kelainan sistem irama kanduksi jantung :
a. Irama abnormal dari pacu jantung.
b. Pergesaran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
c. Blok pada tempat-tempat berbeda sewaktu menghantarkan impuls melalui jantung.
d. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
e. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian jantung.
4.2 Saran
4.2.1 meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar pada pasien dengan aritmia;
4.2.2 meningkatkan pengetahuan perawat dalam pemberian layanan asuhan keperawatan dengan
aritmia;mia
4.2.3 memperluas kembali pengetahuan demi perkembanga keperawatan terutama pada klien
dengan gangguan pada jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC
Dochterman, joane McCloskey. 2000. Nursing Interventions Clasification (NIC).Library Of
Congress Cataloging
Hudak, C.M., Gallo B.M. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC
http://kamuskesehatan.com/arti/alat-pacu-jantung/ (16 november 2012)
Moorhead, sue et all. 2004. Nursing Outcomes Clasification (NOC). Library Of Congress
Cataloging
Price, Sylvia Anderson. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 4.
Jakarta: EGC

You might also like