You are on page 1of 14

The Cast

1. Rizka A'in Syantifa (24) sebagai Narator

2. Tiara Nabillah Pirdaus (31) sebagai Diandra Swerezquile Ambasadors

3. Dande Nur Fadly (4) sebagai Adinata Tanubatara

4. Khairun Nida Halid (16) sebagai Claudia Andelice Selecta

5. Egi Ramansyah (9) sebagai Richard Pratama

6. M. Danu Wiratama (20) sebagai Given Revano

7. Destia Ayu Alifa (6) sebagai Celince Melody Blaisse

8. Siti Najwa Khairunnisa (28) sebagai Chika Anatasya

9. Dewi Syaidah Nafisah (7) sebagai Chintia layla

10. Julia Chertiana (15) sebagai Renata Alexander

11. Ibtisamah Saputri Tasmin (12) sebagai Ardwinda Leissa

12. Sylva Puspita (30) sebagai Natasha Putri

13. Siti Hamidah (27) sebagai Naura Reinda

14. Ibnu Maulana Fajar (11) sebagai David Georgino

15. Bintang Surya Wardana (2) sebagai Rendy Rayker

16. Yusril Mahendra (33) sebagai Diky Lenotard

17. Ilmi Agung Prianata (13) sebagai Dody Darmawan


STRANGE But TRUE

Awal kisah ini dimulai disebuah sekolah SMPN Favorite kota Bogor, layaknya derajatnya
begitupun dengan siswa-siswi yang ada disana, semua memiliki kalangan masing-masing.
Kalangan? Hmmm... mungkin kalian juga pasti pernah mendengar ini. Ada 3 kalangan yang
dimaksudkan yaitu kalangan tertinggi, kalangan anak-anak populer, kalangan kedua,
kalangan anak biasa saja, dan yang terakhir kalangan yang tidak ingin dimasuki siapa-siapa
kalangan anak-anak cupu. Sakral bagi siapa saja jika memasuki kalangan ini, namun takdir
tak bisa kita ubah.
Seorang siswa kelas IX J bernama Diandra Swerezquile Ambasadors. Dari namanya saja kita
sudah melihat bahwa namanya kebarat-baratan. Namun akankah takdirnya seindah
namanya? Hmmmm... Kita lihat saja nanti....
Saat Diandra berjalan dikantin dengan membawa satu jus orens, ia tidak sengaja menabrak
tiga perempuan yang berpakaian nyentrik, mereka dikenal sebagai Genk C.
Claudia : "Omaigat.. Omaigat... Omaigat baju gue ya ampun... Ini problem besar nih!
"(Sambil melihat ke arah baju seragamnya)
Diandra : "Wah kena yah? Adududududuh sorry banget yah" (sambil menampakan senyum
mengejek)
Chintia :"Eh songong banget sih lo! "
Celince : "Eh.. Lo sengaja ya numpahin jus orens ke baju Claudia hah?" (menyentak sambil
mendorong tubuh Diandra)
Diandra : "Tapi aku enggak sengaja"(sambil menundukan kepala)
Chika : " Halah enggak usah banyak bacot lo! " (berteriak sambil mengangkat kerah baju
Driandra)
Saat Trio C itu sedang memarahi Diandra datang seorang cowok yang aduhai... Badasnya
muehehehe
Adinata : "Stop!! Apa-apaan sih kalian, selalu saja bikin ulah, kalian pikir ini sekolah kalian
hah? " (menyentak sambil menarik Drianda kearah belakangnya)
Claudia : "Apaansih beb... Kamu itu kasar banget deh! Aku jadi enggak suka! "(Berpura-pura
marah sambil menyilangkan tangannya di dada)
Adinata : "Bab Beb Bab Beb lo kira gue bebek"
Celince : "Kalo lo enggak mau sama dia kan ada gue Di"( sambil mengedipkan sebelah
matanya)
Adinata : "Kenapa lo kedap kedip? Cacingan?"(memasang wajah polos)
Chika : "Ya ampun kalian ini nyadar diri deh. Adi itu cocoknya sama gue"(sambil merangkul
tangan kanan Adinata)
Adinata : "Astagfirullah... Aing katempelan euy. Bulu ketek aing rasana ngararancung
kabeh... Ampun... ampun... saya mah teu ngaganggu" (sambil menggibas-ngibaskan
tangannya sehingga tangan Chika terlepas dari tangannya)
Claudia, Celince, Chika, dan Chintia (Memasang wajah datar)
Diandra : "Pfffttt... "(Menahan tawanya)
Claudia : "Eh Dian urusan kita belum selesai! Lo beruntung karena ada bebeb gue disini kalo
enggak lo bakal gue abisin! " (dengan nada mengancam)
Lalu Trio C itu pergi dari kantin. Suasana canggung meliputi kedua orang itu.
Adinata : "Ekhem... Lo enggak apa-apa kan? "(Sambil menggaruk tengkuk lehernya)
Diandra : "Eh iya, aku enggak apa-apa kok"(sambil tersenyum)
Adinata : "Mereka bertiga itu memang selalu kayak gitu jadi jangan di masukin ke hati
yah"(sambil memasukan tangannya ke kantong celana)
Diandra : "Oh iya. Makasih yah udah nolongin aku tadi"
Adinata : "Iya sama-sama. Eh betewe kita belum kenalan. Kenalin gue Adinata Tanubatara lo
boleh panggil gue Adinata atau Adi"(sambil mengulurkan tangannya)
Diandra : "Emh.. Nama aku Diandra Swerezquile Ambasadors kamu boleh panggil aku
Diandra atau Dian " (sambil membalas jabat tangan Adinata)
Adinata : "hah?, serius itu nama lo?"
Diandra : "I-iya emang kenapa? "(Dengan nada gugup)
Adinata : "Bujuggille keren bener"
Diandra : "Eheheh makasih"(sambil tersenyum malu-malu)
Saat keduanya sedang asyik mengobrol datanglah 2 lelaki yang tak kalah badassssnya yaitu
sahabat Adinata bernama Richard dan Given.
Richard : "Asyiquee, roman-romannya lagi pacaran ye?"(sambil menaik turunkan kedua
alisnya)
Given : "Jomblo mah bisa apa dong yah? "(Berlagak sedih)
Richard : "Bisa nikung dong broh"(sambil merangkul bahu Given akrab)
Adinata : "Sekate-kate banget lo ngomong"(sambil menoyor kepala mereka)
Given : "Aih kenalin ke kite-kite napa broh"
Adinata : "Iye iye, eh iya Dian kenalin dua cunguk ini, yang sebelah sono namenye Richard
noh atu lagi namenye Given" (Sambil menunjuk mereka satu-satu)
Diandra : "Hehe salam kenal namaku Diandra"(sambil tersenyum )
Richard dan Given : "Salam kenal juga (berbarengan sambil tersenyum)
Lalu datanglah 4 perempuan yang merupakan teman-temanya Diandra.
Renata : "Emh permisi, boleh kita ngobrol sama Dian"( dengan nada sopan )
Adinata : "Oh yaudah gue juga udah mau balik ke kelas lagi. Gue duluan ya Dian "
Diandra : "Oh iya, silahkan"Setelah ketiga lelaki itu melempar senyum ramah, mereka pun
berjalan menjauhi Diandra dan teman-temannya.
Naura : "Dian kamu ngapain lagi sih? Sampe berurusan sama kalangan anak-anak populer
lagi"
Ardwinda : "Harusnya kamu tau dong konsekuensinya kalo kita ganggu kalangan anak-anak
populer kayak mereka "(dengan nada sedikit takut)
Diandra : "Alah, buat apa aku mikirin itu semua? "(Dengan nada menyebalkan)
Natasha : "Ini tidak benar Dian! Kamu harusnya kapok sama kejadian kemarin, gara-gara
kamu kita jadi dihukum "(dengan nada kesal)
Diandra : "Salah aku gitu?, kamu pikir aku sukak bergaul sama kalian hah? "
Renata, Ardwinda, Naura dan Natasha (hanya diam tanpa berani menjawab)
Diandra : "Diem kan kalian berempat?, dasar tidak berguna"
Renata : "Kami melakukan ini karena hubungan persahabatan kita Dian! Kita tidak mau jika
kamu sendirian saat dalam kesusahan"(dengan nada menyentak )
Diandra : "Omong kosong, kalian semua tidak pernah mengerti diriku! Aku tersiksa! Aku
terluka! Dengan gampangnya mereka yang dari kalangan populer menindasku. Apa aku
tidak pantas untuk meraskan kedamaian dan kebahagiaan? Kenapa orang-orang seperti kita
selalu saja ditindas? Aku juga punya perasaan!"(Dengan suara sengau sambil mulai
menangis dan jatuh terduduk di lantai)
Naura : "Aku tau kamu tertekan Dian, tapi tidak harus seperti ini"(sambil mengusap kedua
bahu Dian).
Ardwinda : "Ada kami Dian! Ada kami yang selalu setia disampingmu! "
Natasha : "Kita akan selalu menemanimu sampai kapanpun Dian"
Renata : "Kamu tidak usah terlalu memikirkan takdir, semua sudah diatur oleh yang maha
kuasa, kita hanya dapat menerima dan menjalankannya Dian. Sekarang mari kita kembali ke
kelas, hapus air matamu Dian
Dian hanya diam dengan perasaan yang amat sesak, matanya pun masih beruraian air mata.
Dengan terpaksa Dian mengikuti langkah mereka kembali ke kelas.
Keesokan harinya berita tentang Diandra kemarin pun menyebar semua tidak menyangka
jika lagi-lagi Diandra mencari masalah di kalangan anak-anak populer itu.
Saat jam istirahat sekumpulan siswa dari kalangan anak-anak cupu sedang mengobrol di
sebuah taman,mendiskusikan kejadian kemarin.
Rendy : "Wah... Cari mati banget yah si Dian itu"
Dody : "Iya, sudah dua kali dia terjerat masalah yang sama"
Diky : "Dia sungguh tak memandang status, bisa apa kita yang hanya kalangan anak cupu
melawan anak populer?"(dengan nada resah)
David : "Justru itu bagus"
Rendy : "Bagus? Bagus apanya maksudmu? "(Dengan nada kaget)
David : "Dia berani memberontak! Seenaknya saja anak-anak populer itu menindas kita, toh
aku pun sudah muak dengan perlakuan mereka"(dengan nada menahan amarah)
Diky : "Tapi kita bisa apa?, orang miskin seperti kita jangan membuat hal yang macam-
macam, sudah masuk ke sekolah ini pun aku amat bersyukur"
David : "Tapi kita tidak seharusnya pasrah dengan keadaan, justru semakin kita diam,
semakin mereka dengan leluasanya menindas kita"
Dody : "Mau bagaimana lagi? Memang sudah takdir kita begini"(dengan nada pasrah)
Rendy : "Oh ayolah, jangan berdebat karena hal kecil seperti ini, lebih baik sekarang kita
segera ke kelas, bel masuk sudah mau berbunyi"
Triiiiingggggg
Bel masuk pun berbunyi semua siswa tergesa-gesa berlarian menuju kelasnya masing-
masing.
Diandra masih bertumpu diatas satu tangganya yang berada di atas meja, menatap kosong
kearah mejanya. Lalu teman-temannya menghampirinya.
Renata : "Hei kenapa kamu bengong? "
Naura : "Tadi juga kamu tidak kekantin. Apa lupa tidak membawa uang?"
Ardwinda : "Kalo begitu kenapa tidak meminjam uang kita? "
Natasha : "Apa kamu tidak lapar?, kami pasti aka-"(ucapannya terhenti karena Diandra
menggebrak meja)
Braaakkkk
Diandra : "Kalian ini bisa diam tidak?, dari tadi berceloteh terus. Memangnya kalian tidak
punya kerjaan?"(dengan nada setengah membentak)
"Maaf"(ucap mereka berbarengan)
Setelah itu semua kembali ke tempat duduknya masing-masing, meskipun ke empat
perempuan itu masih merasa kecewa dengan sikap Diandra sekarang.
Suara gebrakan meja dan suara setengah membentak dari Diandra membuat seisi kelas
mengalihkan fokus kearah sumber suara lalu mulai berbisik-bisik.
Dody : "Bukankah itu Dian?, pasti dia mau membuat masalah lagi? "
Diky : "Lihat kasihan sekali teman-temannya"(sambil melihat kearah bangku temannya
Diandra)
Rendy : "Aku heran kenapa mereka masih mau berteman dengan Dian?, padahalkan sikap
dia seprerti itu"(sambil menggelengkan kepala)
David : "Sudahlah kalian ini seperti emak-emak saja, bergosip mulu kerjaannya"
Rendy : "Alah kamu juga pasti menguping kan? "
David : "Wah kamu tau aja, Kalian ini sungguh cowok yang pekak, namun sayangnya kalian
masih jomblo "( dengan gaya dramatis)
"Mirror dong Vid" Timpal mereka berbarengan.
Triiiiiinggggg
Bel berbunyi dengan sangat lantang. Mengubah wajah siswa-siswi yang tadinya muram
menjadi cerah ceria. Semua bergegas keluar kelas, tapi tidak dengan kelima siswi itu,
mereka masih berada didalam kelasnya. Lalu ke empat teman Diandra yang sudah
mengendong tasnya masing-masing dengan ragu-ragu menghampiri meja diandra kembali.
Ardwinda : "Ekhem Dian apa kamu akan pulang dengan kami? "(Dengan nada hati-hati)
Diandra : "Tidak, terimakasih. Aku masih ingin sendirian dikelas"
"Euhm Baiklah"(ucap mereka berbarengan)
Setelah teman-temannya hilang dari balik pintu Diandra sama sekali tak bergerak dari
kursinya sampai suara
Setelah teman-temannya hilang dari balik pintu Diandra sama sekali tak bergerak dari
kursinya sampai suara gebrakan dari arah depan mengagetkannya.
Disusul dengan kedatangan Genk C kedalam kelas Diandra.
Braaakkkkk
Claudia : "Wah... Wah... Wah... Sungguh kejutan yang luar biasa, lihatlah siapa yang sedang
sendirian disini"
Chintia : "Siapa memangnya Clau? "(Berpura-pura mengedarkan pandangannya keselururuh
ruaangan)
Chika : "Lo enggak liat sampah segede gitu?, itu loh yang ada di sana"(sambil menunjuk
kearah dimana Diandra berada)
Caudia : "Cewek kayak dia emang pantas disebut sampah! "
Genk C itu terus saja menghina Diandra, Namun dia tetap memilih diam.
Chintia : "Hellaw lo masih napas enggak?"(sambil berjalan mendekati Diandra, diikuti kedua
temnannya yang lain)
Claudia : "Woy lo mendadak budek yah?"(sambil menyilangkan kedua tangannya didada)
Chika :" Heeh lo punya mulut kan? "(Sambil mendorong bahu Diandra)
Celince : "Wow mungkin dia takut sama kita-kita"(sambil tersenyum meremehkan)
Diandra : "Kalian pikir aku bakalan takut sama kalian?, jangan harap! Siapa kalian sehingga
harus aku takuti? "(Sambil berdiri dan mendongak ke arah Trio C.
Claudia : "Adudududuh kok aku jadi takut yah?, kamu galak banget deh, syeremm."(dengan
nada mengejek)
Genk C : "Ahahahahaha..." (dengan berbarengan)
Diandra : "Dasar tidak punya otak"
Claudia : "Lo ngomong apa barusan?, itu mulut bisa dijaga enggak?" (Dengan nada marah
begitupun dengan kedua temannya)
Celince : "Lo pikir lo siapa?, inget ya lo itu cuman dari kalangan anak-anak cupu! Lo enggak
sebanding sama kita! "(Dengan nada membentak)
Diandra : "Aku tidak perduli dengan status ku sekarang, mau aku berasal dari manapun
semua sama saja!, tidak ada bedanya!, kita sesama manusia! Kenapa hanya dengan harta
bisa membedakan perlakuan setiap orang?"
Claudia : "Lo harusnya sadar diri! Udah syukur lo diterima disekolah ini!, lo pikir lo hebat? Lo
itu sama aja kayak anak-anak cupu lainya"(sambil mendorong bahu Diandra)
Celince, Chika, dan Chintia : "Dasar enggak tau diri! "
Diandra : "Tapi apa karena harta kalian bisa bebas menyiksaku? Setegar-tegarnya aku, aku
ini tetap punya perasaan. Bagaimana jika kalian yang berada di posisiku? "(Dengan suara
bergetar menahan air mata)
Claudia : "Takdir lo emang kayak gini! Lo harus terima! Dan enggak akan mungkin jika kita
bakalan ada di posisi lo"(sambil mendorong Diandra hingga tersungkur kelantai)
Celince : "Udah deh kita cabut aja dari sini"
Chika : "Yup gue juga udah muak liat muka dia ini"
Chintia :"Ayo cabut gaes"
Genk C pun pergi meninggalkan Diandra yang sekarang telah menangis sesenggukan.
Tanpa disadari ada 2 orang yang mendengar pertengkaran mereka, yang tidak lain adalah
Richard dan Given.
Given : "Sekarang si cewek-cewek cabe itu udah pergi, mending kita segera beri tau ke Adi"
Richard : "Bener lo Ven, gue juga kasian ngeliat si Dian digituin, yaudah ayo kita berangkat"
Lalu keduanya pun pergi menuju Adinata yang berada di kantin yang sedang memainkan
henponnya.
Richard : "Di gawat nih Di"(sambil terengah-engah)
Adinata : "Ada aposeh kalian ini gangu aje deh"(sambil mengalihkan fokusnya ke arah kedua
temannya)
Given : "Serius woyy" (sembil menoyor kepala Adinata)
Adianta : "Aw abang mah pukul-pukul atit taukk!!"(dengan nada dibuat sok imut)
Richard : "Gue lagi serius Di! "(Sambil menahan amarah)
Adinata : "Aduh mau dong diseriusin sama abang "( sambil menggerling jahil)
Given : "Yodah deh Chard kita cabut aja, males gue ngeladenin dia bercanda mulu
kerjaannye"
Richard : "Lah? Kita kaga jadi ngasih tau tentang si Diandra?"
Adinata : "Hah? Dian? Dia kenapa?"(dengan wajah terkejut)
Richard : "Ck urusan kayak begini mah langsung aje nyambung "(berdecak sambil
menggelengkan kepalanya)
Adinata : "Eh bisa serius enggak sih! Cepetan kasih tau dia kenapa? "(Dengan nada marah)
Richard : "Dasar! Yang dari tadi bercanda mulu siapa hah? "(Dengan nada marah)
Given : "Eh udah lah Chard lebih baik kita ceritain semua ke Adi"
Richard dan Given pun menceritakan semua yang mereka dengar dan mereka lihat, Adinata
tampak syok dengan cerita mereka berdua, lalu tanpa pikir panjang dia langsung berlali
menuju ke kelas Diandra.
Diandra : "Ahahahaha akhirnya cewek-cewek tidak berguna itu sudah masuk kedalam
perangkap aku! Jangan kalian pikir kalo aku akan diam saja atas semua perlakuan yang telah
kalian buat Ahahaha"
Adinata : "DIANDRA!!!, lo enggak kenapa-napa? "(Sambil terengah-engah)
Diandra : "hah? A-adi kok l-lo bis-a ada di sini? "(Terkejut dan dengan nada gugup)
Adinata : "Gue dapet informasi kalo lo di buli lagi sama Trio c, apa itu bener?" (Dengan nada
khawatir)
Diandra : "Apa urusan kamu mengkhawatirkan aku? Apa kamu juga akan menindasku sama
seperti teman-temanmu yang lain? "(Sambil mendongak ke Adinata)
Adinata : "E-eh g-gue enggak ada niatan kayak gitu"(dengan nada salah tingkah)
Diandra : "Alah kamu itu sama saja seperti mereka! Tidak punya perasaan dan hanya bisa
menindas! "(Dengan nada sarkas)
Adinata : "Apa yang membuat lo meyimpulkan gue kayak mereka?"(mulai agak kesal)
Diandra : "Tolong jangan berlaku baik didepanku! Kamu itu sama busuknya dengan mereka!
"(Dengan nada menyentak)
Adinata : "Apa yang lo bilang? Lo sadar enggak sih, gue ini lagi ngebelain lo! "
Diandra : "Aku tidak membutuhkan bantuanmu! Bantuan yang hanya didasari oleh rasa
kasihan. Aku tidak menginginkannya! Aku masih mampu bertumpu pada kedua kakiku
sendiri! Aku tak butuh uluran tanganmu" (Dengan nada menyentak)
Adinata : "Maaf. Maaf jika gue sudah membuat lo tersinggung, jika lo memang sudah
enggak membutuhkan bantuan gue, baiklah gue pergi dulu "(dengan nada sedih)
Adinata pun pergi meninggalkan Diandra seorang diri, namun bukannya merasa bersalah
Diandra jistru semakin tergelak.
Diandra : "Dasar cowok busuk! Lihat saja kamu juga akan menerima akibatnya ahahahaha! "
Entah apa yang dipikirkan oleh Diandra namun, Diandra sekarang tidak seperti Diandra yang
dulu. Diandra menyimpan banyak sekali misteri.
Keesokan harinya...
Saat bel istirahat berbunyi Diandra menghampiri ke empat temannya dengan wajah ceria
membuat teman-temannya keheranan.
Diandra : "Hallo, ke kantin yuk! Aku sangat lapar"
Naura : "E-eh emh baiklah ayo"(dengan nada gugup diikuti dengan anggukan yang lainnya)
Saat telah sampai ke kantin Diandra melihat Adinata lalu terbesit keiinginan untuk
menghampirinya.
Reanta : "Kamu mau kemana Dian? "
Diandra : "Ahk aku ingin ke tempat Adinata "
Natasaha : "Kamu mau apa menghampiri mereka? "(Dengan nada khawatir)
Diandra : "Aku tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh kok"(sambil tersenyum)
Given : "Eh lihat tuh Dian datang menghampiri kita kira-kira mau apa lagi dia? "
Richard : "Dasar tidak tau diuntung! Sudah baik ada yang menolong, tapi tetap saja
berprasangka buruk"(dengan nada kesal)
Adinata : "Sudahlah tidak apa, mungkin kemaren dia cuman lagi badmud aje, gue juga
enggak terlalu masalahin masalah kemaren tuh"
Diandra : "Hai, lagi pada ngapain nih? "
Adinata : "Oh ini biasa lagi ngobrol-ngobrol hehe"(sambil tersenyum)
Richard : "Kok lo bisa, berlaku santai gitu? "
Diandra : "Memangnya ada yang salah denganku?"
Given : "Jangan pura-pura enggk tau deh lo!(dengan nada menyentak)
Diandra : "Apasih maksud kalian? Aku gangerti"
Adinata : "Udahlah, jangan mojokin Dian kayak gitu, dia enggak salah mungkin dia kemaren
lagi sensi aja bro"
Given : "Kenapa lo selalu belain Dia sih? "
Adinata : "Bukannya belain, tapi toh kita harus ngertiin keadaannya Dian kemaren, dia
seperti itu karena keadaan yang memaksa, gue yakin Dian orangnya enggak kayak gitu"
Diandra : "Ahahahahaha ternyata Adi itu gampang banget di bego-in yah ck ck ck "(sambil
berdecak dan menggelengkan kepalanya)
Adinata : "Maksud lo apa? "(Dengan nada terkejut)
Ardwinda : "Dian ingat kamu tidak harus membalas dendam ke mereka yang tidak salah
apa-apa!"
Diandra : "Tahu apa kamu? Kamu itu memang tak berguna! Aku sudah tidak sudi berteman
dengan kalian!"(membentak)
Natasha : "Tolong jangan bersikap seperti ini lagi Dian"
Diandra : "Jika kalian sudah bosan dengan sikapku lantas mengapa tidak kalian tinggalkan
saja aku "
Renata : "Tapi kami akan selalu menemanimu meskipun kamu telah mengusir kami! Ku
tegaskan sekali lagi! Persahabatan itu tak memandang materi semua berjalan sesuai hati
nurani. Kita akan selalu menemanimu bagaimanapun keadaanmu Dian!"
Diandra hanya diam setelah mendengar penjelasan panjang dari Renata. Hatinya serasa
sesak, semua perkataan Renata telah menohok. Lalu datanglah Genk C.
Claudia : "Duh drama banget si lo Dian, udah ketauan kan lo itu lebih busuk dari pada kita-
kita! "(Sambil mendorong Diandra sehingga kepalanya membentur meja)
Diandra : "Aw... Sakit..."(sambil memegangi dahinya)
Adinata : "Woy apa-apaan sih lo" (sambil membantu Diandra bangun)
Celince : "Alah paling dia pura-pura jatuh! Dasar ratu drama lo! "(Mendorong bahu Diandra)
Richard : "Bisa diem enggak kalian? "
Chika : "Sabodo amat"
Chintia :"Idih sok ngatur lo! "
Adinata : "Lo enggak apa-apa Dian? "(Dengan nada khawatir)
Natasha : "Dian apa ada yang luka? "(Dengan nada khawatir diikuti dengan tatapan cemas
yang lainnya)
Diandra : "Ehm aku enggak apa-apa kok"(sambil melihat kearah tangan yang tadi dia
tempelkan ke dahi)
Naura : "Ya ampun dahi kamu berdarah Dian "(Dengan nada khawatir)
Diandra : "Ahk udah aku enggak apa-apa kok"(sambil menahan rasa sakit)
Ardwinda : "Kamu ini selalu saja mengelak! "(Dengan nada kesal)
Adinata : "Lihatlah perbuatan kalian! Apa kalian sudah puas? Atau masih mau menindasnya
lagi? "(Dengan nada membentak)
Claudia : "E-eh g-gue tadi dorongnya pelan kok dianya aja yang letoy"
Given : "Udah salah tetep aja ngelak"
Claudia : "Eh Gue emang enggak salah!"
Adinata : "Enggak usah banyak alesan! Ini semua hasil dari ulah kalian! Kalian pikir siapa?
Seenaknya berlaku ini dan itu! "(Dengan nada marah)
Chintia :"Eh jangan mojokin kita terus dong!"
Diandra : "Oh ayolah teman-teman aku tidak apa-apa"
Adinata : "Kamu jangan membela mereka semua Dian! "
Diandra : "Aku tidak membela mereka! Aku tidak ingin kalian memojokan mereka! "
Chika : "Tapi bukannya lo sangat ingin membalas dendam sama kita-kita? "(Dengan nada
keheranan)
Diandra : "Aku tahu dulu aku sempat berfikir seperti itu namun, aku sadar. Kenapa aku
harus memikirkan apa yang telah mereka lakukan kepadaku? Toh dengan aku membalas
dendam pun aku tidak mendapat jaminan apa-apa. Lebih baik aku melupakan masa laluku
yang sudah terjadi. Terlebih lagi ada kalian, aku sangat bersyukur kalian masih mau
menemaniku meskipun aku telah berbuat kasar kepada kalian. Dan aku juga minta maaf
kepada kalian semua jika aku telah membuat kalian tersinggung. Aku tahu ini aneh, status
seseorang ditentukan oleh kekayaan materi, tapi dengan begitu kita tidak boleh lupa jika
kita ini mahkluk yang lemah, nyatanya memang selalu seperti ini. Lebih baik kita buat ini
menjadi sebuah pelajaran" (sambil tersenyum)
Claudia : "J-jadi l-lo udah maafin kita-kita? "(Dengan nada ragu-ragu)
Diandra : "Itu pasti"
Chika : "Lo enggak jadi balas dendam? "(Dengan nada takut)
Diandra : "Enggak kok hehe"
Chintia : "Maafin kita-kita yah Dian"
Diandra : "Iya aku maafin"
Adinata : "Kenapa enggak kayak gini aja sih dari dulu kan enak ngeliatnya"
Richard : "Bener tuh, harusnya diantara kita enggak ada perselisihan, kita harus bersama
jangan karena status materi kita jadi lupa dia "
"Iyaaa... "(Berbarengan)
Semua masalah dapat diselesaikan secara baik-baik, tanpa mereka sadari ada beberapa
orang yang menguping.
Diky : "Ternyata benar yang kau ucapkan Vid"
Rendy : "Huft.. Akhirnya semua berakhir juga" (menghela napas lega)
Dody : "Yah perselisihan mereka memang yang paling hebat diantara kekadian yabg lalu"
David : "Semua masalah pasti memiliki jalan keluarnya, yang maha kuasa tak mungkin
memberi masalah yang diambang batas kemampuan hambanya, sabar dan tabah lah yang
bisa menujukan kita dalam sebuah jalan keluar. Sudahlah iti sudah berlalu lebih baik kita
kembali ke kelas" (Merangkul bahu yang lainnya dan dijawab dengan anggukan kepala)
Balas dendam bukanlah hal yang dapat menyelesaikan sebuah masalah, sabar dan tabah lah
kunci utamanya. Semua masalah dapat terselesaikan dengan cara yang sungguh indah meski
harus melewati masa-masa sulit tapi, ingatlah di setiap ujung perjuangan pasti akan ada
sesuatu yang indah, yang maha kuasa kadang memberi kita cobaan. Cobaan-cobaan itu lah
yang membuat kita menjadi manusia yang lebih mulia jika dapat melaluinya.
Setiap manusia memiki derajat yang sama. Jangan karena harta kekayaan kita dapat
melupakan status kita sebagai manusia. Semuanya sama saja dimata yang maha kuasa.
Terkadang kita cenderung menilai status dari sebuah kekayaan materi, namun kekayaan itu
hanyalah titipan dari sang maha kuasa. Kita hanya di percaya untuk memilikinya saat kita
masih berada di didunia fana. Semua kekayaan itu tak akan berarti jika raga kita telah
bersimpuh tanah didalam sebuah lubang. Semuanya akan kembali ke tempat mereka
berasal.

SELESAI

You might also like