You are on page 1of 26

Saat ini kebutuhan akan kuat tekan beton normal sangatlah

bervariasi. Dari 15 MPa sampai 30 Mpa tergantung dari fugsi


dan beban yang akan diterima oleh beton tersebut. Akibat
variasi kuat tekan, serta variasi sifat bahan dasamya, maka
pelaksana pembuat beton dituntut untuk dapat merancang
perbandingan campuran adukan betonnya agar diperoleh
mutu beton sesuai harapan.

Pembuatan beton menurut Peraturan Beton-Bertulang untuk


Indonesia, PBI-1955:
Perbandingan 125 kg semen Portland, 200 liter pasir, dan
300 liter kerikil (dikenal dengan "campuran 1 semen 2 pasir 3
kerikil") untuk beton biasa dan
125 kg semen Portland, 150 liter pasir, 250 liter kerikil
(dikenal dengan "campuran I semen 1,5 pasir 2,5 kerikil)
untuk beton kedap air, dengan tegangan ijin sekitar 6 Mpa

Perbandingan ini rupanya sudah kurang memuaskan lagi saat


ini.
Perancangan adukan (Mix Design) beton normal dimaksudkan
untuk mendapatkan beton yang sebaik-baiknya, yang sesuai
dengan bahan dasar yang tersedia, serta keinginan pembuat
bangunan, antara lain :
(a) Kuat tekannyasesuaiyang disyaratkan,
(b) Mudahdikerjakan,
(c) Awet,dan
(d) Murah,

Perancangan yang dipakai saat ini untuk mendapatkan beton


yang sebaik-baiknya adalah menurut "Tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung (SK SNI 03-2847-
2002).

Langkah-langkah perancangan ini menurut standar ini terdiri


dari setidaknya 18 langkah pengerjaan yang pada akhirnya
untuk menentukan jumlah kebutuhan bahan dasar beton
yaitu air,semen dan aggregate yang dapat membuat beton
mencapai kuat tekan yang dipersyaratakan.
Langkah perancangan adukan (Mix Design):

1. Perhitungan nilai deviasi standar (S)


Deviasi standard adalah alat ukur tingkat mutu pembuatan beton. Jika:
a. Pelaksanaan sebelumnya tidak mempunyai data hasil pengujian
maka nilai S tidak dapat dihitung,
b. Pelaksanaan sebelumnya memiliki data pengujian maka nilai S
dapat ditentukan dengan rumus:

dengan S = deviasi standar (MPa)


fc= kuat tekan masing-masing silinder beton (MPa)
Fc,r= kuat tekan rata-rata (Mpa)
N = banyaknya nilai kuat tekan beton
Perhitungan nilai deviasi standar berdasarkan pengalaman lapangan
boleh dilakukan jika :
(a) Jenis bahan dasar beton serupa dengan yang akan dibuat
(b) Kuat tekan beton yang disyaratkan pada kisaran 7 MPa dari kuat tekan
yang akan dibuat
(c) Jumlah contoh minimum 30 bh berurutan atau 2 kelompok contoh yang
masing-masing berurutan dengan jumlah seluruhnya minimum 30 bh.
Jika jumlah contoh antara 15 bh sampai 29 bh dan dari
pengujian yang berurutan dalam periode waktu tidak kurang
dari 45 hari kalender, maka nilai deviasi standar harus dikalikan
faktor pembesar yang tercantum dalam Tabel berikut:

--
2. Perhitungan nilai tambah (margin),(m).
Perhitungan nilai margin (m) dihitung dengan cara berikut.
(1) Jika pelaksana mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai tambah
dihitung berdasarkan nilai deviasi standar S dengan 2 rumus berikut
(diambil yang terbesar) :
m = 1,34. S, atau
m =2,33 S - 3,5
(2) Jika pelaksana tidak mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai
tambah m diambil dari Tabel berikut:
3. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc)
a) Kuat tekan beton yang disyaratkan (fc) ditetapkan sesuai dengan
persyaratan perencanaan strukturnya dalambuku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS).
b) Kuat tekan minimum beton diperoleh dari tabel beton yang terpengaruh
lingkungan

Dan tabel beton pada lingkungan yang mengandung sulfat


4. Kuat tekan rata-rata perlu (fc,r)
Kuat tekan rata-rata perlu diperoleh dengan rumus :
fc,r = fc + m
dengan fc,r = Kuat tekan rata-rata perlu, MPa
fc = Kuat tekan yang disyaratkan, MPa
m = Nilai tambah, MPa

5. Pemilihan jenis semen


Dapat dipilih semen biasa atau semen yang cepat mengeras. Bila terkena
pengaruh lingkungan perhatikan tabel beton pada lingkungan yang
mengandung sulfat.

6. Pemilihan jenis aggregat


Jenis agregat kasar dan agregat halus dapat ditetapkan apakah berupa
agregat alami (kerikil alami atau pasir alami) atau agregat buatan ( batu
pecah atau pasir buatan).
7. Penetapan nilai faktor-air-semen (fas)
(a) Faktor-air-semen ditetapkan berdasarkan jenis semen yang di pakai dan
kuat tekan rata-rata perlu pada umur tertentu, ditetapkan nilai faktor
air-semen dengan melihat Gb. Hub. Fas dengan kuat tekan silinder
beton. Langkah penerapannya dilakukan dengan cara berikut:
(1) Pada sumbu vertikal tetapkan nilai fc,r lalu tarik ke Kanan sampai
memotong kurva yang sesuai.
(2) Dari titik potong tersebut tariklah garis ke bawah, dibaca nilai fas
yang dicari.

(b) Nilai faktor-air-semen maksimum diperoleh dari tabel beton yang


terpengaruh lingkungan dan tabel beton pada lingkungan yang
mengandung sulfat.

(c) Untuk perhitungan selanjutnya fas dari (a) dan (b) diambil yang terkecil.
Gb. Hub. Fas dengan kuat tekan silinder beton
8. Penetapan nilai Slump
Penetapan nilai slump dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
berikut :
cara pengangkutan adukan beton
eara penuangan adukan beton
cara pemadatan beton segar
jenis struktur yang dibuat

Apabila belum mempunyai pengalaman, Tabel berikut dapat pakai sebagai


petunjuk awal:
9. Penetapan besar butir agregat maksimum
Penetapan besar butir agregat maksimum pada beton normal, ada 3 pilihan,
yaitu 40 mm, 20 mm, atau 10 mm.
Penetapan nilai slump dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
berikut :
(a) Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 3/4 kali
jarak bersih antar baja tulangan, atau antar berkas baja tulangan, atau
antar tendon pra-tegang, atau selongsong.
(b) Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 1/3 kali
tebal plat
(C) Ukuran maksimurn butir agregat tidak boleh lebih besar dari 1/5 kali
jarak terkecil antara bidang samping cetakan.
10. Jumlah air yang diperukan per m3 beton
Jumlah air yang diperlukan per m3 beton, diperkirakan
berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump
yang diinginkan, Berdasarkan tabel berikut:
Besar ukuran Kebutuhan air per m3 beton (liter)
Maks. Agregat Jenis agregat Slump (mm)
(mm) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
Alami 150 180 205 225
10
Batu Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20
Batu Pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
30
Batu Pecah 155 175 190 205

11. Berat semen yang diperlukan (w smn)


Berat semen yang diperlukan diperoleh dengan rumus :
Wsmn = 1/fas x Wair
dengan fas = Nilai fas dari langkah 8
Wair = Berat air per m3 beton dari langkah 10
12. Penetapan jenis agregat halus
Agregat halus diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu pasir kasar
(1), agak kasar (2), agak halus (3), dan halus (4). Penentuan jenis
agregat halus itu didasarkan hasil uji lolos saringan di lab.

13. Proporsi berat agregat halus dan kasar


Nilai banding antara berat agregat halus dan agregat kasar
diperlukan untuk mernperoleh gradasi agregat campuran yang
baik. Penetapan di lakukan dengan memperhatikan besar butir
maksimum, agregat kasar, nilai slump, faktor air-semen, dan
daerah gradasi agregat halus.
Proporsi dapat dilihat pada Gb persentase berat agregat halus
terhadap berat
Gb persentase berat agregat halus terhadap berat dengan agregat
maks. 10 mm
Gb persentase berat agregat halus terhadap berat dengan agregat
maks. 20 mm
Gb persentase berat agregat halus terhadap berat dengan agregat
maks. 40 mm
14. Berat jenis agregat campuran (bj camp)
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :

dengan: bJh = berat jenis agregat halus


bjk = berat jenis agregat kasar
kh = persentase berat agregat halus terhadap agregat camp.
kk = persentase berat agregat kasar terhadap agregat camp.
Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboratorium, namun jika belum ada maka dapat diambil
sebesar:
bj =2,60 untuk agregat tak dipecah/alami
bj =2,70 untuk agregat pecahan.
15. Perkiraan berat beton
Dengan data berat jenis agregat campuran dan kebutuhan air tiap
meter kubik betonnya maka berat betonnya dapat diperkirakan
dengan Gb. Hub. Kandungan air, berat jenis agregat campuran
dan berat beton.
Caranya adalah sebagai berikut :
(a) Dari berat jenis agregat campuran dibuat garis miring berat
jenis campuran yang paling dekat dengan yang sudah ada
dalam gambar
(b) Kebutuhan air dimasukkan ke dalam sumbu horisontal.
Kemudian dari titik ini ditarik garis vertikal ke atas sampai
mencapai garis miring yang dibuat pada (a) di atas
(c) Dari titik potong ini kemudian ditarik garis horisontal ke kiri
sehinga diperoleh nilai berat beton.
Gb. Hub. Kandungan air, berat jenis agregat campuran dan berat beton
16. Kebutuhan berat agregat campuran (Wagr camp.)
Kebutuhan berat agregat campuran diperoleh dengan rumus :
Wagr camp. = Wbtn - Wair - Wsmn
dengan Wbtn = Berat beton per m3 beton (Kg) dari langkah 15
Wair = Berat air per m3 beton (Kg) dari langkah 10
Wsmn= Berat semen per m3 beton (Kg) dari langkah 11

17. Kebutuhan berat agregat Halus (Wagr h)


Kebutuhan berat agregat halus diperoleh dengan rumus :
Wagr h = kh x Wagr camp.
dengan kh = persentase berat agregat halus VS agregat camp.

18. Kebutuhan berat agregat kasar(Wagr k)


Kebutuhan berat agregat kasar diperoleh dengan rumus :
Wagr k = Wagr camp. - Wagr h
Dalam perhitungan di atas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam
keadaan jenuh kering-muka, sehingga di lapangan yang pada umumnya
keadaan agregatnya tidak jenuh kering-muka maka harus dilakukan koreksi
terhadap kebutuhan bahannya.
Koreksi harus selalu dilakukan minimum satu kali per hari. Kebutuhan
bahan di lapangan dilakukan dengan rumus koreksi sebagai berikut :

dengan
Wa lap. = Kebutuhan air lap. (liter/m3)
Wagr h lap. = Kebutuhan agregat halus lap. (kg/m3)
Wagr k lap. = Kebutuhan agregat kasar lap. (kg/m3)
Wa = Kebutuhan air hasil perhitungan (liter/m3)
Wagr h = Kebutuhan agregat halus hasil perhitungan (kg/m3)
Ah = kadar air agregat halus di lapangan (%)
Ak = kadar air agregat kasar di lapangan (%)
Ajkmh = kadar air jenuh kering muka agregat halus (%)
Ajkmh = kadar air jenuh kering muka agregat kasar (%)
Formulir Perancangan Campuran Adukan (Mix Design) Beton Normal
1 Deviasi standar Mpa
2 Nilai tambah Mpa
3 Kuat tekan beton yang disyaratkan Mpa
4 Kuat tekan rata-rata perlu Mpa
5 Jenis semen
Jenis agregat:

6 a. Agregat halus

b. Agregat kasar
7 Faktor air semen
8 Slump mm
9 Ukuran maks. Agregat cm
10 Kebutuhan air per m3 ltr
11 Kebutuhan semen per m3 beton Kg
12 Jenis agregat halus (1/2/3/4)
13 Proporsi agregat halus VS kasar %
14 Berat jenis agregat campuran
15 Berat beton per m3 Kg
16 Berat agregat campuran per m3 beton Kg
17 Berat agregat halus per m3 beton Kg
18 Berat agregat kasar per m3 beton Kg
Formulir Perancangan Campuran Adukan (Mix Design) Beton Normal

*) Berat beton per meter kubik = berat air (10) + berat semen (11) +
berat agregat carnpuran (16)
CONTOH:

Diketahui:
1. Deviasi standar pada pekerjaan beton yang lalu S = 5 MPa
2. Kuat tekan beton yang disyaratkan fc = 20 Mpa
3. Semen Portland yang dipakai : semen Portland biasa (tipe 1)
4. Agregat halus : alami, dengan gradasi : agak kasar
5. Agregat kasar : pecahan batu, maksimum 40 mm
6. Bangunan dengan kondisi lingkungan selalu terkena air sulfat
tingkat ringan
7. Pengecoran adukan beton dengan nilai Slump 10 cm
8. Berat jenis agregat halus : 2,5
9. Berat jenis agregat kasar : 2,7
Formulir Perancangan Campuran Adukan (Mix Design) Beton Normal
1 Deviasi standar 5Mpa
2 Nilai tambah Mpa
3 Kuat tekan beton yang disyaratkan 20Mpa
4 Kuat tekan rata-rata perlu Mpa
5 Jenis semen Biasa
Jenis agregat:
Alami
6 a. Agregat halus
Pecahan
b. Agregat kasar
7 Faktor air semen
8 Slump 10 cm
9 Ukuran maks. Agregat 40 mm
10 Kebutuhan air per m3 ltr
11 Kebutuhan semen per m3 beton Kg
12 Jenis agregat halus (1/2/3/4) 2
13 Proporsi agregat halus VS kasar %
14 Berat jenis agregat campuran
15 Berat beton per m3 Kg
16 Berat agregat campuran per m3 beton Kg
17 Berat agregat halus per m3 beton Kg
18 Berat agregat kasar per m3 beton Kg

You might also like