Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
engine) dan mempunyai dua jenis, yaitu motor bensin (spark ignition engine) dan
motor diesel (compression ignition engine).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neo 0,45 z
MEP Pe [kg/cm2]
Vd i n
c. Efisiensi Mekanis
Ne
m = x 100 %
Ni
d. Efisiensi Volumetrik
Gs.z.60
v = x 100 %
a .n.V d .i
6. Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi bahan bakar spesifik
(SFC), kandungan polutan dalam gas buang dan neraca panas.Indikator
operasional motor bakar menunjukkan kondisi operasi dimana motor bakar
tersebut dioperasikan. Dua jenis indikator operasional sebagai variabel bebas
dalam pengujian karakteristik kinerja suatu motor bakar adalah :
Pengujian motor bakar dengan putaran mesin sebagai variabel bebas digunakan
untuk mesin mesin transportasi, yang biasanya beroperasi pada putaran yang berubah
ubah. Sedangkan pengujian motor bakar dengan daya efektif sebagai variabel bebas
pada putaran konstan digunakan pada motor bakar stasioner yang biasanya beroperasi
pada putaran konstan, terutama pada mesin penggerak generator listrik.
2.4.2 Grafik hubungan antara momen putar (torsi), daya poros, dan MEP
Kerugian Pendinginan
Silinder, katup-katup, dan torak akan menjadi panas karena berkontak
langsung terhadap gas panas yang bertemperatur tinggi, sehingga dibutuhkan
fluida pendinginan berupa air dan udara untuk menjaga komponen tersebut agar
tidak rusak, pendinginan ini merupakan kerugian juga karena banyaknya kalor /
panas yang hilang akibat diserap oleh fluida pendinginannya
Kerugian Mekanis
Merupakan kerugian gesekan yang diubah dalam bentuk kalor yang
merupakan beban pendingin.
Pada sistem Common Rail solar dipompa keluar dari tangki oleh pompa
bertekanan bertekanan tinggi menuju Rail sebelum dialirkan ke injektor, solar di dalam
Rail memiliki tekanan yang seragam disetiap saluran. Penggerak daripada injektor
adalah arus listrik dari ECU yang mendapat sinyal dari berbagai sensor pada mesin,
seperti sensor temperatur, sensor aliran udara yang masuk, sensor posisi Crank, dll.
2. Fuel Filter
Menyaring partikel kotoran dalam bahan bakar, agar tidak menyumbat
lubang injektor yang sangat kecil.
4. Rail
Terminologi Common Rail dimana bahan bakar yang masuk di dalamnya
disimpan sementara untuk kemudian di salurkan ke injektor ke dalam ruang bakar
sesuai dengan perintah dari ECU.
5. Injektor
Berfungsi untuk menyemprotkan bahan bakar bertekanan tinggi dengan
kerapatan yang kecil, sehingga menghasilkan kabut solar yang sempurna.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Unit motor bakar yang digunakan adalah motor diesel dengan 4 silinder, dengan
spesifikasi sebagai berikut :
o Siklus : 4 langkah
o Jumlah silinder : 4
o Volume langkah torak total : 2164 cm3
o Diameter silinder : 83 mm
o Panjang langkah torak : 100 mm
o Perbandingan kompresi : 22 : 1
o Bahan bakar : Dexlite
o Pendingin : Air
o Daya Poros : 47 BHP / 3200 rpm
o Merk : Nissan, Tokyo Co.Ltd.
o Model : DWE 47 50 HS AV
o Negara pembuat : Jepang
b. Barometer
Digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer (mmHg).
c. Aerometer
Digunakan untuk mengukur massa jenis bahan bakar (kg/m3).
d. Flash Point
Digunakan untuk mengetahui titik nyala api suatu bahan bakar (oC).
f. Stopwatch
Digunakan untuk mengetahui waktu konsumsi bahan bakar (s)
g. Hygrometer
Digunakan untuk mengukur kelembaban relatif udara (%).
h. Dynamometer
Digunakan untuk mengetahui gaya pembebanan pada poros (Kg).
i. Tachometer
Digunakan untuk menghitung putaran mesin (rpm)
l. Manometer
Digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan dalam system (mmH2O).
m. Viscometer
Digunakan untuk mengukur viskositas fluida ().
n. Bomb calorimeter
Digunakan untuk mengetahui kalor bahan bakar (Kcal/Kg)
2. Daya Efektif
T n
Ne (PS)
716,2
Dimana : n : putaran (rpm)
Ne : daya efektif (PS)
T : momen torsi (kg.m)
749 273
k ;
Pa Pw 293
Pw .Ps
5. Fuel Consumption
V 3600
FC [ kg/jam ] dexlite = 0,836 gr/mL
t 1000
Dimana : : Konsumsi bahan bakar (kg/jam)
: Satuan bahan bakar (ml)
: Massa jenis bahan bakar (gr/ml)
T : Waktu konsumsi bahan bakar (s)
a o .
Pa .Ps 273
. w
760 273
8. Koefisien Udara
P1 P2
P1
Dimana : P1 P : beda tekanan pada nozzle (mmH2O)
. . .d 2
Gs 2.g. a P1 P2 (kg/s)
4
Dimana : Gs : Massa alir udara melalui nozzle (kg/s)
: Koefisien kemiringan nozzle = 0,822
: Koefisien udara
d : diameter nozzle = 0,048 m
g : Gaya gravitasi = 9,81m/s2
a : Berat jenis udara (kg/m3)
1 2 : Perbedaan tekanan pada nozzle
Qeg
g x100%
Qb
Qw
w x100%
Qb
Ne
e x632x100%
Qb
f 100% g w e
LHVBB .FC
Qf (kcal/jam)
632
Dimana : LHVBahanBakar : Low Heating Valve (kcal/kg)
FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam)
18. Daya Friction
f xQf
Nf
100%
Dimana : Nf : daya mekanis (PS)
f : efisiensi gesekan (%)
C H O2 3,76 N 2 CO2 H 2 O 3,76 N 2
4 2 4
M O2 3,76 M N 2
4 4
Ro ( A / F ) s
MC M H
Dimana : Ro : Rasio udara bahan bakar teoritis
M O2 : Massa relatif oksigen
Nest A.Ne
Dimana : Nest : daya efektif standar (PS)
A : faktor koreksi
Ne : daya efektif (PS)
T st A.T
Dimana : T st : torsi efektif standar (kg.m)
A : faktor koreksi
T : torsi (kg.m)
SFCest SFCe
A
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
= 22,493 (PS)
3. Daya Efektif dalam kondisi standard JIS
Neo = k . Ne (PS)
749 273
k ; Pw .Ps
Pa Pw 293
Pw 0,82 28,349 23,246
749 273 28
k
713 23,246 293
k 1,0957
Neo = k . Ne
Neo = 1,0957 . 22,493
= 24,646 (PS)
4. Tekanan Efektif Rata-Rata (Pe)
Neo 0,45 z
Pe =
Vd i n
24,646 0,45 2
=
0,00054 4 1800
= 5,7052 kg/cm2
5. Fuel Consumption (FC)
V 3600
FC
t 1000
30 3600
FC 0,837
16,22 1000
FC 5,5665 kg/jam
6. Panas hasil pembakaran (Qb)
Qb= FC . LHVbahan bakar (kcal/jam)
Qb= 5,5665 . 10500 (kcal/jam)
Qb= 58447,84 kcal/jam
7. Berat jenis udara (a)
a o.
Pa .Ps 273
. w
760 273
a 1,293.
716 0,82.28,349 273
0,82.0,02878
760 273 28
a 1,0913
8. Koefisien Udara ()
P1 P2 19
= 0,001951
P1 9737,6
P1 P2
0 0,002063 0,10 0,15 0,20 0,25
P1
1.000 x 0,969 0,906 0,873 0,840
0,1 0 0,969 1
0,1 0,001951 0,969 x
x 0,99940
9. Massa alir udara melalui Nozzle (Gs)
. . .d 2
Gs = 2.g. a .( P1 P2 ) (kg/s)
4
0,822.0,99940.3,14.(0,048) 2
Gs = 2.9,81.1,0913.19
4
Gs = 0,0300 kg/s
21039,07
g = x 100 %
58447,84
g = 35,9963 %
13. Kerugian Panas Pendinginan (Qw)
Qw =.Ww.Cpw (Two-Twi)
Qw = 1.445.1.(72-31)
Qw = 18245 kcal/jam
14. Efisiensi kerugian panas dalam Cooling Water (w)
Qw
w = x 100 %
Qb
18245
w = x 100 %
58447,84
w = 31,2159 %
15. Efisiensi Thermal Efektif (e)
Ne
e = x 632 x 100 %
Qb
22,493
e = x 632 x 100 %
58447,84
e = 24,3226 %
8,4652.92,4808
Nf =
100%
Nf = 7,828687 PS
19. Daya Indikasi (Ni)
Ni = Ne + Nf
Ni = 22,493 + 7,828687
Ni = 30,3224 PS
20. Spesific Fuel Consumption Effective (SFCe)
Fc
SFCe = (kg/PS.jam)
Ne
5,5665
SFCe = (kg/PS.jam)
22,4937
SFCe = 0,24875 kg/PS.jam
21. Spesific fuel Consumption Indicated (SFCi)
Fc
SFCi = (kg/PS.jam)
Ni
5,5665
SFCi = (kg/PS.jam)
30,3224
SFCi = 0,1836 kg/PS.jam
22. Panas Hasil Pembakaran Yang Diubah Menjadi Daya Efektif (Qe)
Qe = 632 . Ne
Qe = 632 . 22,4937
Qe = 14216,0290 kcal/jam
23. Panas yang hilang karena sebab lain (Qpp)
Qpp = Qb-Qeg-Qw-Qe
Qpp =58447,84 21039,07 18245 14216,0290
Qpp = 4947,7394 kcal/jam
24. Efisiensi Thermal Indikasi (i)
Ni
i = x 632 x 100 %
Qb
30,3224
i = x 632 x 100 %
58447,84
i = 32,7878 %
25. Efisiensi Mekanis (m)
Ne
m = x 100 %
Ni
22,4937
m = x 100 %
30,3224
m = 74,1818 %
26. Efisiensi Volumetrik (v)
Gs.z.60
v = x 100 %
a .n.V d .i
0,0300.2.60
v = x 100 %
1,0913.1800.0,00054.10.4
v = 84,5561 %
C H O2 3,76 N 2 CO2 H 2 O 3,76 N 2
4 2 4
Dimana unsur kimia bahan bakar : C12,3H22 ; = 12,3 ; = 22
Reaksi stoikiometri :
C12,3 H 22 17,85(O2 3,76 N 2 ) 12,3CO2 11,1H 2 O 67,116 N 2
M O2 3,76 M N 2
Ro = (A/F)s=
4 4
MC M H
22 22
12,3 M O2 3,7612,3 M N 2
= 4 4
12,3M C 22 M H
22 22
12,3 32 3,7612,3 28
=
4 4
12,3.12 22.1
= 14,41 kgudara / kgbahan bakar
29. Faktor Kelebihan Udara ()
R
=
Ro
19,3714
=
14,41
= 1,3443
30. Faktor Koreksi (A)
0,5 0,5
P T P t 273
A st = st ; Pst = 760 mmHg ; 26 oC
P Tst P t st 273
760 28 273
0,5
A
716 26 273
A 1,0648
Nest 23,9959 PS
T st 1,0668.8,95 (kg.m)
T st 9,5477 kg.m
VCO
- %CO 100%
Veg
(92 95)
% CO 100%
50
% CO 6%
VN 2
- % N2 100%
Veg
(95 50)
% N2 100%
50
% N 2 90%
Gambar 4.1 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan torsi. Dari grafik
dapat diambil kesimpulan bahwa torsi cenderung naik sampai pada putaran 1950 rpm,
kemudian torsi cenderung turun pada putaran selanjutnya. Dalam percobaan ini torsi
tertinggi mesin berada pada torsi 9,129 kg.m pada putaran 1950 rpm.
Besarnya nilai Torsi dipengaruhi oleh daya efektif (Ne) dan gaya pada poros (F)
dimana akan bertambah seiring dengan bertambahnya putaran sampai pada putaran
tertentu dan kemudian menurun pada putaran yang lebih tinggi. Peningkatan torsi
terjadi karena semakin besar putaran maka konsumsi bahan bakar meningkat yang dapat
dilihat pada lampiran tabel perhitungan. Hal ini menyebabkan daya indikatif meningkat
pula. Semakin besar daya indikatif menyebabkan semakin besar daya efektifnya yang
selanjutnya akan memperbesar torsi. Akan tetapi, pada putaran yang sangat tinggi torsi
akan menurun. Hal ini disebabkan karena menurunya konsumsi bahan bakar pada
putaran yang sangat tinggi. Penurunan konsumsi bahan bakar dikarenakan pada putaran
tinggi pompa bahan bakar bekerja cepat, sehingga bahan bakar yang terpompa akan
semakin sedikit akibat sifat kelembaman fluida bahan bakar. Pada awal mesin
dihidupkan, mesin membutuhkan gaya yang besar untuk menggerakan poros. Karena itu
torsinya juga semakin besar. Setelah mencapai putaran tertentu nilai torsi akan menurun,
penurunan torsi dapat terjadi dikarenakan. adanya gaya inersia atau kelembaman yang
disebabkan oleh massa crankshaft yang menyebabkan menurunya gaya pada piston
yang bergerak karena untuk menggerakkan komponen-komponen lainnya hanya
membutuhkan gaya yang kecil, hal ini sesuai dengan persamaan:
T F L[kg.m]
Ne
T 716,2 [PS]
n
Gambar 4.2 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan daya. Dari
grafik diatas dapat diambil kesimpulan yang berhubungan dengan daya efektif (Ne),
daya mekanis (Nf) dan daya indikatif (Ni) adalah sebagai berikut :
Daya Efektif (Ne)
Dari grafik daya efektif (Ne) dapat dilihat bahwa grafik mengalami
kenaikan dari putaran awal 1350 rpm sampai dengan putaran 1950 rpm, dan turun
pada putaran 2100 rpm. Secara umum grafik mengalami kenaikan disebabkan
karena torsi dan putaran yang naik yang dapat dilihat pada Gambar 4.1, namun
pada putaran 2100 rpm grafik mengalami penurunan yang disebabkan karena
penurunan nilai torsi lebih dominan dari pada kenaikan putaran. Sesuai dengan
rumus :
T .n
Ne = [PS]
716,2
f .Qf
Nf = [PS]
100%
f = 100% -( g+ w+ e)
Ni Ne Nf [PS]
Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Putaran terhadap Mean Effective Pressure (MEP)
Gambar 4.3 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan tekanan efektif
rata-rata. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tekanan efektif rata-rata mengalami
kenaikan sampai dengan putaran 1950 rpm, kemudian mengalami penurunan pada
putaran 2100 rpm. Pada awal putaran grafik cenderung naik, disebabkan karena Daya
Efektif (Ne) cenderung meningkat pada putaran awal seiring dengan bertambahnya
putaran. Dimana hal ini sesuai dengan rumus :
0,45.Neo.z
MEP = [kg/cm]
Vd .n.i
T .n
dimana Neo = k.Ne ; Ne =
716,2
0,45.k .T .n.z
MEP =
Vd .n.i
Dapat dilihat dari rumus diatas bahwa tekanan efektif rata-rata dipengaruhi oleh
Torsi (T). Dengan naiknya torsi (T) seiring bertambahnya putaran sampai pada putaran
1950 rpm, maka grafik tekanan efektif rata-rata juga naik pula. Sedangkan pada putaran
akhir 2100 rpm grafik cenderung menurun disebabkan karena nilai Torsi (T) yang
mengalami penurunan, dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Putaran terhadap Spesific Fuel Consumption (SFC)
Gambar 4.4 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan Spesific Fuel
Consumption (SFC). Dari grafik ini dapat diambil kesimpulan yang berhubungan
dengan adalah sebagai berikut :
Hubungan Putaran dan Spesific Fuel Consumption Effective (SFCe)
Pemakaian bahan bakar spesifik efektif berarti pemakaian bahan bakar
untuk setiap daya efektif (Ne). Dari grafik hubungan putaran dan specific fuel
consumption effective telihat bahwa grafik cenderung konstan. Hal ini dikarenakan
meningkatnya konsumsi bahan bakar juga diikuti dengan meningkatnya daya
efektif (Ne) seiring dengan bertambahnya putaran yang dapat dilihat pada lampiran
tabel perhitungan. Hal ini sesuai dengan rumus :
FC
SFCe = [kg/PS.jam]
Ne
FC
SFCi = [kg/PS.jam]
Ni
Ni Ne Nf
Gambar 4.5 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan efisiensi. Dari
grafik tersebut dapat diambil kesimpulan yang berhubungan dengan (i) , (m), (e) dan
(v) adalah sebagai berikut :
Grafik hubungan antara putaran dan Efisiensi Thermal Indikatif (i)
Dari grafik hubungan antara putaran dan efisiensi thermal indikatif dapat
dilihat bahwa grafik mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena efisiensi
thermal efektif (i) dipengaruhi oleh Daya Indikatif (Ni) dan panas hasil
pembakaran (Qb), semakin tinggi putaran maka nilai Qb akan semakin meningkat
dan nilai daya indikatif (Ni) semakin menurun seiring dengan bertambahnya nilai
putaran (n) yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan lampiran tabel perhitungan,
sehingga membuat nilai i semakin lama makin turun dimana sesuai dengan
rumus :
Ni
i = x 632 x 100 %
Qb
Ne
m = x 100 %
Ni
Ne
e = x 100 %
Qb
Grafik hubungan antara putaran dan Efisiensi Volumetrik (v)
Dari grafik hubungan antara putaran dengan efisiensi volumetrik (v)
terlihat bahwa grafik mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada saat
mesin berada pada putaran yang tinggi, pergerakan torak akan semakin cepat.
Fenomena ini akan menyebabkan katup isap akan semakin cepat untuk terbuka dan
tertutup, sehingga menyebabkan waktu untuk udara mengalir masuk menuju
silinder akan semakin kecil hal ini dibuktikan dengan menurunnya massa alir udara
masuk yang dapat dilihat pada lampiran tabel perhitungan. Secara matematis
rumusnya adalah sebagai berikut :
Gs.z.60
v x100%
a .n.Vd .i
Qb FC.LHVbahanbakar [kcal/jam]
Grafik hubungan putaran dan panas yang menjadi daya efektif (Qe)
Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang menjadi daya efektif
(Qe) terlihat bahwa grafik mengalami kenaikan. Grafik mengalami kenaikan
disebabkan karena nilai daya efektif (Ne) yang semakin besar, dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Meningkatnya nilai daya efektif (Ne) disebabkan karena daya yang
hilang akibat gesekan menurun yang dapat dilihat pada Gambar 4,2, dimana
rumusnya adalah sebagai berikut :
Qe Ne.632 [kcal/jam]
Grafik hubungan putaran dan panas yang terbawa gas buang (Qeg)
Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang terbawa oleh gas buang
(Qeg) dapat dilihat bahwa grafik mengalami kenaikan sampai pada putaran 2000
rpm dan menurun pada putaran 2100 rpm.. Hal ini disebabkan karena nilai Qeg
yang dipengaruhi oleh nilai Gg yang semakin meningkat akibat konsumsi bahan
bakar dan massa alir udara yang masuk semakin meningkat seiring bertambahnya
putaran yang dapat dilihat pada lampiran tabel perhitungan. Tetapi pada putaran
2100 rpm grafik mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya selisih
temperatur gas buang dengan temperatur udara masuk yang dapat dilihat pada
lembar data praktikum.
Hal ini sesuai dengan rumus :
FC
Gg = Gs + [kg/s]
3600
. . .d 2
Gs = 2.g.a.( P1 P2 ) [ kg/s]
4
Grafik hubungan putaran dan panas yang hilang karena sebab lain (Qpp)
Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang hilang karena sebab
lain (Qpp) dapat dilihat bahwa grafik mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
karena kenaikan Qe, Qeg, dan Qw lebih dominan dari pada kenaikan Qb seiring
bertambahnya putaran. Sehingga nilai Qpp akan cenderung menurun seiring
bertambahnya putaran. Hal ini sesuai dengan rumus :
Gambar 4.7 Grafik Hubungan antara Putaran terhadap Kandungan Gas Buang
Gambar 4.7 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan kandungan gas
buang. Dimana kandungan gas buang merupakan hasil dari reaksi pembakaran bahan
bakar (Dexlite) dengan udara, dengan reaksi stoikiometri sebagai berikut :
Dari grafik ini dapat dilihat beberapa kecenderungan dari hubungan tiap gas
dengan kandungan gas pada tiap putaran :
CO2
Hubungan putaran dengan kandungan gas CO2 adalah semakin besar
putaran, maka presentase kandungan gas CO2 nya semakin menurun. Hal ini berarti
bahwa semakin besar putaran, maka pembakaran di dalam mesin terjadi tidak
sempurna.
O2
Hubungan putaran dengan kandungan gas O2 adalah semakin besar putaran,
maka presentase kandungan gas O2 nya semakin meningkat. Hal ini dikarenakan
pada saat putaran tinggi, pergerakan piston semakin cepat sehingga O2 tidak habis
bereaksi dan masih tersisa yang meyebabkan pembakaran kurang sempurna.
CO
Hubungan putaran dengan kandungan gas CO adalah semakin besar putaran,
maka kandungan gas CO nya semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi putaran, pergerakan piston akan semakin cepat sehingga pada saat
berlangsungnya reaksi pembakaran atom O belum sempat membentuk ikatan
dengan CO.
N2
Dari grafik dapat dilihat bahwa N2 cenderung konstan seiring bertambahnya
putaran. Hal ini disebabkan kandungan N2 yang masuk sama dengan yang keluar,
dikarenakan N2 tidak ikut bereaksi. Nilai kandungan N2 berbeda-beda disetiap
putaran dikarenakan volume gas buang selain CO2, O2, dan CO diasumsikan
sebagai N2, padahal selain CO2, O2, dan CO masih terdapat kandungan bahan bakar
yang terbawa gas buang.
Qeg = 35,99%
NEGERI MALANG
Qw =
Qb = 100%
31,21%
Qpp = 8,46%
Skala : 1 cm = 116895,68 kcal/jam
Qb = 58447,84 kcal/jam
Qe = 14216,0290 kcal/jam
Qpp = 4947,7394 kcal/jam
Qeg = 21039,07 kcal/jam
Qw = 18245 kcal/jam
72
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2017
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2017
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum motor bakar yang telah dilakukan dan berdasarkan analisa
grafik, dapat diambil kesimpulan bahwa kenaikan putaran berpengaruh pada:
1. Torsi yang bertambah seiring dengan pertambahan besar putaran namun menurun
ketika mencapai putaran tertentu sebab semakin cepat putaran gesekan antra piston
dengan dinding silinder semakin besar sehingga torsi menurun. Dan karena gaya
kelembaman yang semakin besar.
2. Daya indikatif dan daya mekanis semakin menurun seiring dengan pertambahan
putaran. Sedangkan Daya efektif meningkat seiring dengan pertambahan putaran.
3. Seiring bertambahnya putaran nilai Mean Effective Pressure (MEP) cenderung naik,
lalu menurun setelah melewati putaran maksimumnya. Hal ini dikarenakan Mean
Effective Pressure (MEP) dipengaruhi oleh Torsi (T).
4. Nilai SFCi (Specific Fuel Consumption Indicated) meningkat seiring
bertambahnya putara. Sedangkan nilai SFCe (Specific Fuel Consumption Effective)
cenderung konstan seiring bertambahnya putaran.
5. Nilai Efisiensi Thermal Indikatif dan Efisiensi Volumetris mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya putaran dan nilai Efisiensi Mekanis meningkat seiring
bertambahnya putaran. Sedangkan nilai Efisiensi Thermal Efektif cenderung
konstan seiring dengan bertambahnya putaran.
6. Dengan bertambahnya putaran maka:
a. Grafik hubungan antara panas hasil pembakaran (Qb) dengan putaran cenderung
mengalami kenaikan sampai pada putaran 1900 rpm dan mengalami penurunan
pada putaran 2000-2100 rpm.
b. Grafik hubungan antara panas yang menjadi daya efektif (Qe) dengan putaran
cenderung mengalami kenaikan.
c. Grafik hubungan antara panas yang terbawa gas buang (Qeg) dengan putaran
cenderung mengalami kenaikan hingga putaran 2000 rpm dan turun pada
putaran 2100 rpm.
5.2 Saran
1. Pemahaman materi sebelum praktikum dilaksanakan harusnya lebih diperdalam
untuk memperlancar kegiatan prakikum.
2. Ada baiknya jika pada saat praktikum, mahasiswa tidak hanya memantau parameter
tapi juga melihat bagaimana proses/alur mesin itu bekerja.
3. Untuk lab. Di UM sendiri harusnya lebih didukung lagi untuk segera di bangun,
terutama praktikum-praktikum yang sangat menunjang perkuliahan, agar tidak
melaksanakan praktikum di kampus lain lagi.