You are on page 1of 24

LAPORAN KASUS NON-INFEKSI

VERTIGO

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan 12 No.22
Tanggal Pemeriksaan : 20 Juni 2017

I. ANAMNESA
Keluhan utama : pusing berputar
Anamnesis Terpimpin : 4 jam SMRS pasien mengeluh pusing berputar-putar
timbul secara mendadak setelah bangun tidur. Saat serangan tiba pasien
merasa dirinya tidak bisa seimbang ketika melihat lingkungan sekitar, dan
pandangannya nampak ganda. Saat serangan datang pasien sempat muntah
sebanyak 2 kali dirumah disertai dengan mual. Serangan bertambah berat
ketika merubah posisi dari bangun tidur langsung duduk, berjalan dan saat
membuka mata. Keluhan sedikit berkurang ketika berbaring ditempat tidur,
memejamkan mata, dan setelah pasien minum obat sakatonik liver. Setelah
keluar dari kamar mandi tiba-tiba pasien merasakan serangan pusing berputar
sudah tidak dapat ditahan lagi, mual (+), muntah (+) sebanyak 2 kali, keringat
dingin, nyeri perut disangkal, telinga berdenging atau gembrebeg disangkal,
kejang disangkal, kesemutan disangkal, lemah anggota gerak disangkal, sesak
nafas disangkal, nyeri dada disangkal. Pasien juga mengeluh penglihatannya
ganda ketika melihat orang disekelilingnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien sebelumnya pernah mengalami sakit dengan keluhan yang sama
dan sempat dirawat di Rumah Sakit sebanyak 3 kali.
- Riwayat trauma dikepala disangkal
- Riwayat sakit pada telinga, hidung, dan tenggorokan disangkal
- Riwayat sakit pada mata disangkal
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal
- Riwayat penyakit stroke disangkal
- Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit asma disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat menderita penyakit yang sama pada keluarga tidak tahu
- Riwayat penyakit hipertensi tidak tahu
- Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak tahu
- Riwayat penyakit jantung tidak tahu
- Riwayat penyakit stroke tidak tahu
- Riwayat trauma dikepala tidak tahu
- Riwayat penyakit asma tidak tahu
Riwayat Pribadi :
- Riwayat merokok disangkal
- Riwayat minum alkohol disangkal

Riwayat sosial ekonomi :


Pasien bekerja sebagai wirausaha, dan suami bekerja sebagai karyawan
swasta. Pasien mempunyai 3 orang anak yang masing-masing sudah bekerja
dan sudah menikah. Biaya pengobatan ditanggung oleh Jaminan Kesehatan
Masyarakat Nasional.
Kesan : ekonomi cukup

II. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 20 Juni 2017
Keadaan Umum : Tampak lemah (sakit sedang)
BB : 65 kg
TB : 156 cm
BMI : 26,07 kg/m2
Status Gizi : baik

Vital Sign
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 76 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x/menit, reguler
T : 36,7 oC (axiler)

Status Internus
Thorax
Cor I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikularis sinistra,
tidak kuat angkat.
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
A : suara tambahan (-)
Pulmo I : simetris statis dinamis
Pa : taktil fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapang paru
A : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

Abdomen
I : permukaan dinding abdomen cembung, bentuk simetris,
warna kulit sesuai dengan sekitarnya
A : bising usus (+) normal
Pe : timpani pekak sisi (+), pekak alih (-)
Pa : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, limpa tidak teraba

Status Neurologik
Kesadaran : composmentis
Kuantitatif : GCS E4M6V5 : 15
Kualitatif : tingkah laku : hipoaktif
Perasaan hati : eutimik
Orientasi : tempat : baik, waktu : baik, orang : baik, sekitar :
baik.
Jalan pikiran : baik
Kecerdasan : baik
Daya ingat baru : baik
Daya ingat lama : baik
Kemampuan bicara : baik, tidak ada kelainan
Sikap tubuh : baik
Cara berjalan : pasien mengalami kesulitan berjalan sendiri karena
sangat pusing berputar-putar.
Gerakan abnormal : tidak ada
Kepala : bentuk mesocephal
Mata : Ca (+/+) , SI (-/-) , reflek cahaya (+/+) , edem
palpebra (-/-) , pupil isokor 2,5 mm/2,5 mm, nistagmus (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-) , deformitas (-) , secret (-),
pembesaran konka (-), konka hiperemis (-)
Telinga : serumen (-/+) , nyeri mastoid (-/-) , nyeri tragus
(-/-), membran tympani intag, gembrebeg (-/-)
Mulut : sianosis (-), gigi berlubang (+), karies gigi (-),
lidah kotor (-), tonsil T1-T1, hiperemis (-), kripte melebar (-), dinding
faring posterior : hiperemis (-), jaringan granulasi (-).

Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran


kelenjar tiroid (-), kaku kuduk (-)
Sikap : simetris
Gerakan : gerakan bebas (+), kaku (-)
kaku kuduk : (-)
Tes lhermite : tidak dilakukan
Tes nafsiger : tidak dilakukan
Tes Brudzinski : tidak dilakukan
Tes valsava : tidak dilakukan

Nervi Cranialis
N I. (OLFAKTORIUS)
Daya pembau Kanan Kiri
Baik baik

N II. (OPTIKUS)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Daya penglihatan baik baik Pupil PBI PBI
Pengenalan warna baik baik Perdarahan (-) (-)
Medan penglihatan baik baik

N III. (OKULOMOTORIUS)
Kanan kiri Kanan Kiri
Ptosis (-) (-) Reflek cahaya langsung (+) (+)
Gerak mata ke atas (+) N (+)N Reflek cahaya konsesuil (+) (+)
Gerak mata ke bawah (+) N (+) N Reflek akomodasi (+) (+)
Gerak mata media (+) N (+) N
Ukuran pupil 2,5mm 2,5mm Strabismus divergen (-) (-)
Bentuk pupil bulat bulat Diplopia (-) (-)

N IV. (TROKHLEARIS)
Kanan Kiri
Gerak mata lateral bawah (+) N (+) N
Strabismus konvergen (-) (-)
Diplopia (-) (-)

N V. (TRIGEMINUS)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Menggigit (+) N (+) N Reflek kornea (+) N (+) N
Membuka mulut (+) N (+) N Reflek bersin (+) N (+) N
Sensibilitas muka atas (+) N (+) N Reflek masseter (+) N (+) N
Sensibilitas muka tengah (+) N(+) N Reflek zigomatikus (+) N (+) N
Sensibilitas muka bawah (+) N(+) N

N VI. (ABDUSEN)
Kanan Kiri
Gerak mata ke lateral (+) N (+) N
Strabismus konvergen (-) (-)
Diplopia (-) (-)

N VII. (FASIALIS)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kerutan kulit dahi (+) N (+) N Meringis (+) N (+) N
Menutup mata (+) N (+) N Tik fasial (-) (-)
Kedipan mata (+) N (+) N Lakrimasi (-) (-)
Lipatan naso-labial simetris simetris Daya kecap 2/3 depan dbn dbn
Sudut mulut simetris simetris Mengerutkan alis (+)N (+) N
Mengerutkan dahi (+) N (+) N

N VIII. (AKUSTIKUS)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Mendengar suara berbisik (+) N (+) N Tes Rinne tidak dilakukan
Mendengar detik arloji (+) N (+) N Tes Weber tidak dilakukan
Tes Swabach tidak dilakukan

N IX. (GLOSOFARINGEUS)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Arkus faring simetris simetris Sengau (-) (-)
Daya kecap 1/3 belakang tidak ada kelainan Tersedak (-) (-)
Reflek muntah (+) N (+) N

N X. (VAGUS)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Arkus faring (+) N (+) N Bersuara (+) N (+) N
Daya kecap 1/3 belakang tidak ada kelainan Menelan (+) (+) N

N XI. (AKSESORIUS)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Memalingkan kepala (+) N (+) N Mengangkan bahu simetris simetris
Sikap bahu simetris simetris Trofi otot bahu (-) (-)

N XII. (HIPOGLOSUS)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sikap lidah simetris simetris Kekuatan lidah baik baik
Artikulasi jelas jelas Trofi otot lidah (-) (-)
Tremor lidah (-) (-) Fasikulasi lidah (-) (-)
Menjulurkan lidah simetris simetris

BADAN
Trofi otot punggung : (-) Trofi otot dada : (-)
Nyeri membungkukkan badan : (-) Palpasi dinding perut : defance muscular
(-)
Vertebra : bentuk : simetris Nyeri tekan : (-)
Gerakan : dalam batas normal
Sensibilitas (tentukan batas yang jelas pada gambar)
Reflek dinding perut (kanan) : (+) N (kiri) : (+) N
Reflek kremaster

KOORDINASI LANGKAH DAN KESEIMBANGAN


Cara berjalan : tidak bisa jalan sendiri, harus dibantu
Tes Romberg : (+)
Disdiadokhokinesis : (-)
Robound fenomen : (-)
Nistagmus : (-)
Dismetri :
tes telunjuk hidung : sedikit mengalami kesulitan karena pusing
berputar
Tes telunjuk telunjuk : sedikit mengalami kesulitan karena pusing
berputar
Tes hidung telunjuk hidung : sedikit mengalami kesulitan karena pusing
berputar

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin

DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Holistik (Bio-Psiko-Sosial)
Diagnose Klinis:
Vertigo e.c. Susp BPPV
Diagnose Psikososial:
- Kurangnya waktu pasien untuk beristirahat dengan baik
- Aspek Personal
Ny. K 54 tahun MRS sejak 4 jam yang lalu. Pasien mengeluh pusing
berputar-putar timbul secara mendadak setelah bangun tidur. Saat serangan
tiba pasien merasa dirinya tidak bisa seimbang ketika melihat lingkungan
sekitar, dan pandangannya nampak ganda. Saat serangan datang pasien
sempat muntah sebanyak 2 kali dirumah disertai dengan mual. Serangan
bertambah berat ketika merubah posisi dari bangun tidur langsung duduk,
berjalan dan saat membuka mata. Keluhan sedikit berkurang ketika berbaring
ditempat tidur, memejamkan mata, dan setelah pasien minum obat sakatonik
liver. Pasien juga mengeluh penglihatannya ganda ketika melihat orang
disekelilingnya. Riwayat penyakit terdahulu disangkal. Riwayat penyakit
yang sama dengan keluarga disangkal.
Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis Vertigo ec Suspek BPPV.
- Aspek Faktor Risiko Internal
Pasien seorang wanita berumur 54 tahun yang bekerja sebagai wirausaha
sehingga pasien sibuk untuk bekerja. Pasien juga telah masuk RS kurang
lebih 3 kali dengan keluhan yang sama.
- Aspek Faktor Risiko Eksternal
Tidak didapatkan adanya faktor risiko eksternal. Keluarga sangat
memperhatikan kebersihan lingkungan rumah dan memperhatikan kesehatan
penderita.
- Aspek Fungsional
Sejauh ini Ny. K tidak merasakan adanya gangguan dalam melakukan
aktivitasnya, hanya saja kadang-kadang merasa kelelahan jika bekerja
berlebihan. Ny. K menjalankan fungsi sosial dengan baik.

PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Antivertigo : betahistine mesylat 3 x 6 mg per oral
b. Ondansetron 3 x 4 mg per oral
c. Dimenhidrinat (Dramamine) 3 x 50 mg
2. Nonmedikamentosa
a. Mengurangi stres
b. Latihan untuk membuka mata, melirik keatas, kebawah, kesamping
kiri-kanan
c. Latihan menggerakkan kepala kekiri dan kekanan, kemudian miring
kanan-miring kiri
d. Latihan duduk, berdiri dan kemudian berjalan.
HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Kunjungan rumah dilaksanakan untuk melihat keadaan lingkungan sekitar


pasien dan hubungan antara lingkungan dengan penyakit yang diderita. Dengan
demikian pasien dan keluarga dapat memahami bagaimana pengaruh lingkungan
terhadap suatu penyakit dan sebaliknya bagaimana suatu penyakit dapat
mempengaruhi lingkungan.

Profil Keluarga
Ny. K tinggal di sebuah lingkungan perumahan yang didiaminya bersama
suami dan ketiga anaknya (28 tahun), (25 tahun) dan (19 tahun).

Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga


Ny. K bekerja sebagai wirausaha pemilik toko alat tulis kantor. Ny. K
bekerja setiap hari menjaga toko miliknya dari pukul 08.00 sampai 16.00 WITA
kemudian dilanjutkan oleh karyawan. Anak pertamanya kerja di bank Mandiri,
anak keduanya bekerja di rumah sakit sebagai perawat dan anak ketiganya kuliah
di STIMIK. Pendapatan Ny. K setiap bulannya cukup bisa untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari keluarganya. Kondisi rumah yang ditempati Ny. K terbilang
cukup baik, dengan kondisi rumah batu berlantai keramik dengan 4 kamar tidur,
sekitar rumah yaitu bagian samping kiri dan kanannya berbatasan dengan rumah
batu, dan berada di lingkungan perumahan yang cukup padat.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga tidak di ketahui, dan riwayat
penyakit Diabetes dalam keluarga juga disangkal.

Pola Konsumsi Makanan Keluarga


Menu makanan keluarga sehari-hari bervariasi, yang biasanya terdiri dari
nasi, ikan, tahu, tempe, telur, sayur-sayuran dimana sudah dapat mencukupi
kebutuhan asupan gizi keluarganya.
Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga
Ny. K dengan keluarganya sangat dekat dan komunikasi berjalan dengan
lancar dan selalu melakukan aktivitas bersama misalnya Ny. K sering membantu
menyelesaikan tugas-tugas anaknya jika ada waktu luang, saling tukar pikiran
sesama anggota keluarga, rekreasi bersama keluarga pada hari libur.

Lingkungan
Ny. K tinggal di perumahan yang padat penduduk. Kebersihan lingkungan
rumah terjaga, begitu juga lingkungan rumah tetangga sekitar rumah. Meskipun
masih ada beberapa rumah yang tidak terlalu memperhatikan kebersihan
lingkungan rumahnya. Jalanan di depan rumah dalam keadaan baik.

TINJAUAN PUSTAKA
VERTIGO
DEFINISI
Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh
seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat
sekelilingnya terasa berputar atau badan yang berputar. Vertigo termasuk ke
dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.
Vertigo perifer merupakan vertigo patologik dengan rasa berputar disertai
pusing hebat, mual, dan muntah dengan serangan episodik. Vertigo perifer
biasanya muncul dengan gerakan kepala yang berubah sebagai pencetus terjadinya
vertigo. Vertigo yang paling sering ditemukan adalah Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV).
EPIDEMIOLOGI
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu
dengan prevalensi sebesar 7%. Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi
pada sekitar 32% kasus, dan sampai dengan 56,4% pada populasi orang tua.
Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anak-anak tidak diketahui, tetapi dari
studi yang lebih baru pada populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan
sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan sekali serangan pusing dalam
periode satu tahun. Sebagian besar (hampir 50%) diketahui sebagai
paroxysmal vertigo yang disertai dengan gejala-gejala migren (pucat, mual,
fonofobia, dan fotofobia).
Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada
wanita dibanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.
ETIOLOGI
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai
ke korteks.
Beberapa penyebab vertigo perifer yang sering ditemukan :

Benign Paroxysmal Positional Vertigo


BPPV merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana vertigo terjadi
secara mendadak dan berlangsung selama 10-60 detik. Perubahan posisi
kepala (biasanya terjadi ketika penderita berbaring, bangun, berguling
diatas tempat tidur atau menoleh ke belakang) biasanya memicu terjadinya
episode vertigo ini. BPPV dianggap sebagai penyebab tersering vertigo,
umumnya hilang sendiri (self limiting) dalam 4 sampai 6 minggu. Saat
ini dikaitkan dengan kondisi otoconia (butir kalsium di dalam kanalis
semisirkularis) yang tidak stabil. Terapi fisik dan manuver Brandt-
daroff dianggal lebih efektif daripada medikamentosa.
Penyakit Meniere
Dianggap disebabkan oleh pelebaran dan ruptur periodik kompartemen
endolimfatik di telinga dalam, selain vertigo biasanya disertai juga dengan
tinnitus, dan gangguan pendengaran. Obat diuretik ringan atau antagonis
kalsium dapat meringankan gejala. Simtomatik dapat diberi obat
supresan vestibuler. Kadang-kadang dilakukan tindakan operatif berupa
dekompresi ruangan endolimfatik dan pemotongan n. vestibularis. Pada
kasus berat atau jika sudah tuli berat, dapat dilakukan labirintektomi atau
merusak saraf dengan instilasi aminoglikosid ke telinga dalam (ototoksik
lokal).
PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
F. DIAGNOSA
1. Anamnesa

Perbedaan vertigo vestibular dan vertigo non vestibular

Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular


Sifat vertigo rasa berputar melayang, hilang
keseimbangan
Serangan episodik kontinu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus gerakan kepala gerakan obyek visual
Situasi pencetus - keramaian, lalu lintas

Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Vertigo Sentral

Vertigo Vestibuler Perifer Vertigo Vestibuler Sentral

Kejadian Episodik, onset mendadak Konstan

Arah nistagmus (Spinning) Satu arah bervariasi

Horizontal, vertikal, oblik,


Aksis nistagmus, Horizontal atau rotatorik
atau rotarik

Gejala otonom Mual, muntah, keringat (++) Mual, muntah, keringat (+)

Hilang pendengaran, tinnitus Bisa terjadi Tidak ada

Kehilangan kesadaran Tidak ada Dapat terjadi


Sering disertai deficit saraf
Gejala neurologis lainnya Tidak ada kranial serta tanda-tanda
serebelar dan piramidal

2. Pemeriksaan Fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan
sistemik, otologik atau neurologik-vestibuler atau serebeler, dapat berupa
pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola
mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan
vertigo adalah untuk menentukan penyebab, apakah akibat kelainan sentral
yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat (korteks serebrim
serebelum, batang otak atau berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik,
selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psiikologik/psikiatrik yang
dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi
jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.
Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk
vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan
terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.
3. Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada :
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg
b. Tandem gait
c. Uji Unterberger
d. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany).
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
b. Tes Kalori
c. Elektronistagmogram
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan
pemeriksaan lain sesuai indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma
akustik).
3. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi
(EMG).
4. Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).
5. Pencitraan CT-scan, arteriografi, magnetic resonance imaging
(MRI).
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal (jika ditemukan penyebabnya), ialah
untuk memperbaiki ketidakseimbangan vestibular melalui modulasi transmisi
saraf, umumnya digunakan obat yang bersifat antikolinergik. Obat-obatan yang
digunakan pada terapi simptomatik vertigo (sedatif vestibuler). Selain itu
dapat dicoba metode Brandt-Daroff sebagai upaya desensitisasi reseptor
semisirkularis.
Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung, lalu tutup
kedua mata dan berbaring dengan cepat ke salah satu sisi tubuh, tahan
selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan
tubuh dengan cara yang sama ke sisi lain, tahan selama 30 detik, kemudian duduk
tegak kembali. Latihan ini dilakukan berulang (lima kali berturut-turut) pada pagi
dan petang hari sampai tidak timbul vertigo lagi. Latihan lain yang dapat
dicoba ialah latihan visual-vestibular, berupa gerakan mata melirik ke atas,
bawah kiri dan kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama makin cepat,
kemudian diikuti dengan gerakan fleksi-ekstensi kepala berulang dengan mata
tertutup, yang makin lama makin cepat. Terapi kausal tergantung pada penyebab
yang ditemukan.
Metode Brandt-Daroff
Medikamentosa
Secara umum, penatalaksanaan medika- mentosa mempunyai tujuan
utama: (i) mengeliminasi keluhan vertigo, (ii) memperbaiki proses-proses
kompensasi vestibuler, dan (iii) mengurangi gejala-gejala neurovegetatif
ataupun psikoafektif. Beberapa golongan obat yang dapat digunakan untuk
penanganan vertigo di antaranya adalah:
a. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk
penanganan vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin
dan homatropin. Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan
dalam satu sediaan antivertigo. Antikolinergik berperan sebagai
supresan vestibuler melalui reseptor muskarinik. Pemberian
antikolinergik per oral memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan gejala
efek samping yang timbul terutama berupa gejala-gejala penghambatan
reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan memori dan kebingungan
(terutama pada populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala
penghambatan muskarinik perifer, seperti gangguan visual, mulut
kering, konstipasi, dan gangguan berkemih.
b. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan
antivertigo yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan
termasuk di antaranya adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat,
meklozin, dan pro- metazin. Mekanisme antihistamin sebagai supresan
vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi diperkirakan juga mempunyai
efek ter- hadap reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga
mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki motion
sickness. Efek sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian
penghambat histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral, dengan
lama kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, sikl- izin) sampai 12 jam
(misalnya, meklozin).
c. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai
antivertigo di beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin
sendiri merupakan prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin
diperkirakan berasal dari efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada
mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan sistem vestibuler. Pada
pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik, dengan kadar puncak
tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. Efek samping relatif jarang,
termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan
mual pada pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar
antidopaminergik merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada
vestibuler tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa
antikolinergik dan antihistaminik (H1) berpengaruh pada sistem
vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4
sampai 12 jam. Beberapa antagonis dopamin digunakan sebagai
antiemetik, seperti domperidon dan metoklopramid. Efek samping dari
antagonis dopamin ini terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen,
serta beberapa keluhan yang berhubungan dengan gejala ekstrapiramidal,
seperti diskinesia tardif, parkinsonisme, distonia akut, dan sebagainya.
e. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan
di tempat khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan
vestibuler diperkirakan terjadi melalui mekanisme sentral. Namun, seperti
halnya obat-obat sedatif, akan memengaruhi kompensasi vestibuler.
Efek farmakologis utama dari benzo- diazepin adalah sedasi, hipnosis,
penurunan kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd, serta
antikonvulsan. Beberapa obat golongan ini yang sering digunakan adalah
lorazepam, diazepam, dan klonazepam.
f. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium
di dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion
kalsium intrasel. Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai
supresan vestibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat
kanal kalsium yang diindikasi- kan untuk penatalaksanaan vertigo;
kedua obat ini juga digunakan sebagai obat migren. Selain sebagai
penghambat kanal kalsium, ternyata funarizin dan sinarizin mempunyai
efek sedatif, antidopaminergik, serta antihistamin-1. Flunarizin dan
sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai waktu paruh yang
panjang, dengan kadar mantap tercapai setelah 2 bulan, tetapi kadar obat
dalam darah masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan setelah
pengobatan dihentikan. Efek samping jangka pendek dari penggunaan obat
ini teru- tama adalah efek sedasi dan peningkatan berat badan. Efek
jangka panjang yang pernah dilaporkan ialah depresi dan gejala
parkinsonisme, tetapi efek samping ini lebih banyak terjadi pada
populasi lanjut usia.
g. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan
secara hati-hati karena adanya efek adiksi.
h. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis, mekanisme kerja obat ini
sebagai antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan
bekerja sebagai prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi
vestibuler aferen, serta diperkirakan mempunyai efek sebagai
antikalsium pada neurotransmisi. Beberapa efek samping penggunaan
asetilleusin ini di antaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi)
dan nyeri di tempat injeksi.
i. Lain-lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang diperkirakan mempunyai
efek antivertigo di antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (agonis
dopaminergik), dan ondansetron.

DISKUSI

Vertigo sebenarnya berasal dari bahasa yunani Vertere yang artinya


memutar atau sensasi gerakan berputar. Vertigo tidak hanya merupakan satu
gejala pusing saja, melainkan suatu kumpulan gejala atau satu sindroma yang
terdiri dari gejala sistem somatik (nistagmus), otonomik (pucat, keringat dingin,
mual, muntah) dan pusing. 1,3
Kriteria diagnosis vertigo terdiri dari kumpulan gejala subjektif
(symptoms) yaitu pusing, rasa kepala ringan, rasa terapung, terayun, dan mual,
dan kumpulan gejala objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan yaitu
keringat dingin, pucat, muntah, sempoyongan waktu berdiri atau berjalan,
nistagmus. Dapat juga disertai gejala pada kelainan THT, kelainan mata, kelainan
Saraf, kelainan cardiovaskular, kelainan penyakit dalam, kelainan psikis, ataupun
konsumsi obat-obat ototoksik. 2
Berdasarkan anamnesis didapatkan hasil bahwa pasien mengeluh pusing
berputar yang dirasakan sejak 2 jam SMRS yang timbul secara mendadak setelah
bangun tidur. Saat serangan tiba pasien merasa dirinya tidak bisa seimbang ketika
melihat lingkungan sekitar, dan pandangannya nampak ganda. Saat serangan
datang pasien sempat muntah sebanyak 3 kali dirumah disertai dengan mual.
Serangan bertambah berat ketika merubah posisi dari bangun tidur langsung
duduk, berjalan dan saat membuka mata. Keluhan sedikit berkurang ketika
berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, dan setelah pasien minum obat
sakatonik liver. Setelah keluar dari kamar mandi tiba-tiba pasien merasakan
serangan pusing berputar sudah tidak dapat ditahan lagi, mual (+), muntah (+)
sebanyak 3 kali, keringat dingin, nyeri perut didangkal, telinga berdenging atau
gembrebeg disangkal, kejang disangkal, kesemutan disangkal, lemah anggota
gerak disangkal, sesak nafas disangkal, nyeri dada disangkal. Pasien juga
mengeluh penglihatannya ganda ketika melihat orang disekelilingnya.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien
tampak lemah (sakit sedang), kesadaran composmentis GCS E4M6V5 : 15
dengan Vital Sign yaitu tensi 100/60 mmHg, nadi 76 x/menit, isi dan tegangan
cukup, respiratory rate 20 x/menit, reguler, dan suhu 36,7 oC (axiler). Pemeriksaan
status internus dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis didapatkan hasil
pemeriksaan mata Conjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-), reflek cahaya (+/
+), pupil bulat isokor 2,5 mm/2,5 mm, nistagmus (-), pemeriksaan telinga
ditemukan serumen (-/+) , nyeri mastoid (-/-) , nyeri tragus (-/-), membran
tympani intag, gembrebeg (-/-), pemeriksaan leher tidak ada kelainan,
pemeriksaan N. Cranialis tidak ada kelainan, pemeriksaan motorik dan sensorik
tidak ada kelainan, pemeriksaan langkah dan keseimbangan ditemukan bahwa
pasien mengalami kesulitan berjalan sendiri karena sangat pusing berputar-putar,
test romberg (+), pada tes dismetri pasien sedikit mengalami kesulitan karena
pusing berputar, pemeriksaan fungsi vegetatif tidak ditemukan kelainan.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini sudah
memenuhi kriteria diagnosis vertigo. Penatalaksanaan pada kasus ini meliputi
medikamentosan dan non medikamentosa. Terapi medikamentosa meliputi obat
Antivertigo (betahistine mesylat 3 x 6 mg per oral), ondansetron 3 x 4 mg oral,
Dimenhidrinat (Dramamine) 3 x 50 mg. Terapi nonmedikamentosa meliputi
edukasi tentang perlunya mengurangi stres, anjuran latihan untuk membuka mata,
melirik keatas, kebawah, kesamping kiri-kanan, anjuran latihan menggerakkan
kepala kekiri dan kekanan, kemudian miring kanan-miring kiri, serta latihan
duduk, berdiri dan kemudian berjalan.

You might also like