You are on page 1of 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan
salah satu pembunuh diam-diam (silent killer) di antara
pembunuh lainnya seperti diabetes,hiperkolestrolimia, dan
osteoporosis. Tekanan sistol (tekanan darah saat jantung
menguncup) > 140 mmHg dan tekanan diastol (tekanan darah
saat jantung mengembang) > 90 mmHg yang didapat lewat
pengukuran dua kali secara berurutan menegakan diagnosis
hipertensi. Kebanyakan hipertensi (90%) tidak diketahui
penyebabnya sehingga kita menamakannya hipertensi esensial
yang mungkin dipengaruhi oleh faktor keturunan dan usia.
Sementara 10% lainya merupakan hipertensi sekunder akibat
keadaan seperti penyakit ginjal atau penyakit tiroid dan
penggunaan obat seperti kortikosteroid. Jika diabetes merupakan
faktor resiko timbulnya gagal ginjal maka penyadang hipertensi
yang berat berisiko untuk mengalami stroke (Hartono 2012).
Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini
menderita hipertensi. Data WHO menyebutkan, jumlah penderita
hipertensi di India tahun 2000 adalah 60,4 juta dan diperkirakan
sebanyak 107,3 juta pada tahun 2025 (terjadi kenaikan sebesar
56%). Di Cina pada tahun 2000 sebanyak 98,5 juta orang
menderita hipertensi dan tahun 2025 diperkirakan menjadi 151,7
juta (kenaikan sebesar 65%). Sedangkan di bagian lain Asia
tercatat tahun 2000 sebesar 38,4 juta penderita hipertensi dan
tahun 2025 sebesar 67,3 juta (kenaikan sebesar 57%). Data ini
menunjukkan bahwa hipertensi masih menjadi ancaman bagi
masyarakat dunia ( Kamaluddin 2010).

Saat ini jumlah penderita hipertensi di Indonesia


diperkirakan 15 juta orang. Prevalensi pada daerah urban dan
rural berkisar antara 17-21% dan hanya 4% yang merupakan
hipertensi terkontrol. Prevalensi pada dewasa adalah 6-15% dan
50% diantara orang dewasa yang menderita hipertensi tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak
menghindari dan tidak mengetahui faktor resiko, dan 90%
merupakan hipertensi esensial (Irza 2009).
Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah pre hipertensi
sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan
diagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga dan
dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak
menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74
tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang
menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur 60 tahun),
prevalensi untuk hipertensi sebesar 65.4 % (Muhcid dkk 2006). Di
Jawa Tengah penderita hipertensi mencapai 37,0% (Riskesdas
2007).
Sedangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan di klinik
Synergy Mind Health didapatkan data jumlah pasien dengan
keluhan menderita hipertensi pada November 2013 sebanyak 20
orang. Hipertensi merupakan penyakit terbanyak ke dua setelah
Diabetus Melitus di klinik Synergy Mind Health surakarta.
Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di
lndonesia. Data penelitian departemen kesehatan Rl tahun 2005,
menunjukkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih
cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat. Seiring dengan
gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat,
mahalnya biaya pengobatan hipertensi, persepsi yang keliru dari
masyarakat disertai kurangnya sarana dan prasarana
penanggulangan hipertensi. Hipertensi sebenarnya merupakan
penyakit yang dapat dicegah bila faktor resiko dapat dikendalikan
dan berperilaku sehat (healthy behavior) yaitu praktik atau
kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan,
mengendalikan dan meningkatkan kesehatan ( Soesanto 2005).
Sejalan dengan waktu dan bertambahnya pengalaman, terapi
pijat kemudian berkembang dalam dua arah yaitu pijat atau
masase yang termasuk dalam disiplin ilmu akupresur yang
termasuk dalam pengobatan alternatif atau komplomenter.
Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang
berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur karena
teknik pijat akupresur adalah turunan dari ilmu akupunktur.
Teknik dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai
pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik- titik yang sama
seperti yang digunakan pada terapi akupunktur. Di wilayah Cina
yang dekat gurun pasir dan bersuhu panas pada awalnya
masyarakat menggunakan jari-jari tangan untuk akupresur dan
batu-batu tajam yang banyak terdapat digurun untuk akupunktur.
Hal tersebut karena di wilayah gurun tanaman sulit tumbuh dan
tidak banyak hewan yang hidup, menyebabkan tidak mungkin
dikembangkan terapi herbal yang menggunakan bagian-bagian
dari tanaman atau hewan. Sebaliknya, di wilayah Cina bagian
barat yang beriklim lebih tropis dengan aneka ragam tanaman dan
hewan yang hidup di daerah tersebut, terapi herbal berkembang
dengan pesat (Hartono 2012).
Perkembangan akupresur di Indonesia mulai terjadi sejak
kedatangan imigran Cina ke Indonesia. Para pengobat dari cina
ini berbaur dengan penduduk lokal dan menerapkan ilmu
pengobatannya bersama cara-cara lokal seperti mengurut,
mengerok, dan minum ramuan jamu lokal. Dengan demikian,
sekalipun akupresur berasal dari Cina, ternyata metode
pengobatan komplementer yang murah dan memberikan rasa
nyaman ini dapat dipadu dengan cara-cara pengobatan lokal
terutama di pulau Jawa (Hartono 2012).
Metode akupresur sudah lama diterapkan di Cina seperti
ditulis pada buku Acupunture Without Needle karya Dr. Cerney.
Akupresur juga aman untuk dilakukan sendiri walaupun belum
pernah melakukan sebelumnya, asalkan mengikuti petunjuk yang
ada. Tidak ada efek samping dari obat karena tidak menggunakan
obat (Artika 2006).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka
dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh terapi akupresur dalam mengatasi
hipertensi?

1.3. Manfaat Penelitian


1. Manfaat bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap
hipertensi serta menjadi referensi dalam penanganan hipertensi.
2. Manfaat bagi institusi pendididkan
Menambah literatur tentang penelitian, sehingga dapat menambah
pengetahuan bagi mahasiswa dalam institusi.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
sebagai dasar pertimbangan terapi alternatif hipertensi bagi
masyarakat.
4. Manfaat bagi Klinik
Penilitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan bukti
bagi klinik bahwa akupresur dapat menurunkan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teori

Terapi Akupresur

Pengertian Akupresur

Akupresur atau yang biasa dikenal dengan


terapi totok/ tusuk jari adalah salah satu bentuk
fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan
stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh.
Terapi akupresur merupakan pengembangan dari
ilmu akupuntur, sehingga pada prinsipnya
metode terapi akupresur sama dengan akupuntur,
yang membedakannya terapi akupresur tidak
menggunakan jarum dalam proses
pengobatannya. Akupresur berguna untuk
mengurangi atau pun mengobati berbagai jenis
penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan
dan kelelahan. Proses pengobatan dengan teknik
akupresur menitik beratkan pada titik-titik saraf
tubuh. Di kedua telapak tangan dan kaki kita
terdapat titik akupresur untuk jantung, paru-
paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pankreas,
sinus, dan otak ( Fengge 2012).
Teori Dasar Akupresur

1. Teori Yin dan Yang

Akupresur sebagai seni dan ilmu


penyembuhan berlandaskan pada teori
keseimbangan yang berasal dari ajaran
Taonisme. Taonisme menyimpulkan, bahwa
semua isi alam ini dan sifat-sifatnya dapat
dikelompokan ke dalam dua kelompok, yang
disebut kelompok Yin dan Yang. Semua
benda-benda Yang bersifatnya mendekati api
dikelompokan ke dalam kelompok Yang,
dan semua benda yang sifatnya mendekati
air dikelompokakan ke dalam kelompok Yin.
Api dan air digunakan sebagai patokan
dalam keadaan wajar, dan dari sifat api dan
air tersebut kemudian dirumuskan sifat-sifat
penyakit dan bagaimana cara
penyembuhannya. Seseorang dikatakan
tidak sehat atau sakit apabila diantara Yin
dan Yang didalam tubuhnya tidak seimbang.
Misalnya pada saat sedang demam ( suhu
badan di dalam tubuh naik), maka untuk
mengembalikan keseimbangan antara Yin
dan Yang kemudian dikompres dengan air
dingin (Fengge 2012).
Pada dasarnya tidak ada
keseimbangan yang bersifat mulak dan
statis, sehingga hubungan antara Yin dan
Yang selalu bersifat relatif dan dinamis. Sifat
hubungan dari Yin dan Yang adalah
berlawanan, saling mengendalikan dan
mempengaruhi, tapi membentuk

satu kesatuan yang dinamis. Hukum


keseimbangan ini menjadi dasar dalam
menganalisa penyebab suatu penyakit dan
cara penyembuhan/ pemberian terapi pada
metode pengobatan tradisional, khususnya
pada terapi akupuntur dan akupresur. Jika
seseorang sakitnya dikelompokan ke dalam
kelompok Yin, maka pengobatannya bersifat
Yang, dan begitu pula sebaliknya (Fengge
2012).
2. Teori Pergerakan Lima Unsur

Selain teori Yin dan Yang, masih ada


teori falsafah alamiah yang berhubungan
dengan konsep kategorisasi alam dan
unsurnya yaitu teori pergerakan lima unsur
(Fengge 2012).
Gambar 1 Teori Pergerakan
Lima Unsur
(Fengge 2012).

Teknik Memijat Pada Terapi Akupresur

Pertama kali yang harus diperhatikan


sebelum melakukan pijat akupresur adalah
kondisi umum si penderita. Pijat akupresur
adalah kondisi umum si penderita. Pijat
akupresur tidak boleh dilakukan terhadap orang
yang sedang dalam keadaan terlalu lapar
ataupun terlalu kenyang, dan pada perempuan
yang sedang dalam keadaan hamil muda. Selain
kondisi pasien ruangan untuk terapi akupresur
pun harus diperhatikan. Suhu ruangan yang
digunakan untuk terapi tidak boleh terlalu panas
atau terlalu dingin,sirkulasi udara ruangan baik
dan tidak diperbolehkan melakukan pemijatan di
ruangan berasap. Pijatan bisa dilakukan setelah
menemukan titik meridian yang tepat, yaitu
timbulnya reaksi pada titik pijat berupa rasa
nyeri, linu atau pegal. Dalam terapi akupresur
pijatan bisa dilakukan dengan menggunakan jari
tangan ( jempol dan jari telunjuk). Lama dan
banyaknya tekanan ( pemijatan) tergantung pada
jenis pijatan. Pijatan untuk menguatkan (Yang),
untuk kasus penyakit dingin, lemah, pucat/ lesu,
dapat dilakukan dengan maksimal 30 kali
tekanan, untuk masing-masing titik dan
pemutaran

pemijatannya searah jarum jam, sedangkan


pemijatannya yang berfungsi melemahkan (Yin)
untuk kasus penyakit panas, kuat, muka merah,
berlebihan/ hiper dapat dilakukan dengan
minimal 50 kali tekanan dan cara pemijatannya
berlawanan jarum jam ( Fengge 2012).
Titik Akupresur

1. Titik akupresur utama untuk hipertensi adalah

a. SP 6 Sanyinjiao (sedate)
Terletak 3 cun di atas malleolus internus.

b. LR 3 Taichong (sedate)

Terletak proximal pertemuan tulang-tulang


metatarsal I dan

metatarsal II.

Gambar 2 SP 6 Sanyinjiao (Hartono 2012).

Gambar 3 LR 3 Taichong (Hartono 2012).


c. PC 6 Neiguan (sedate)

Terletak 2 cun diatas pergelangan tangan.


Gambar 4 PC 6 Neiguan (Hartono 2012).

d. Ll 11 Quchi (sedate)

Terletak pada lipat siku.

Gambar 5 Ll 11 Quchi (Hartono 2012).

e. Lr 2 Xingjian (sedate)
Terletak 0,5 cun batas distal lekukan antara ibu jari
dan jari kedua kaki.

Gambar 6 Lr 2 Xingjian (Hartono 2012).

f. Li 4 Hegu (sedate)

Terletak pada pertengahan sisi radial os metacarpal II


pada dorsum manus.

Gambar 7 Li 4 Hegu (Hartono 2012).


g. Gb 20 Fengchi (sedate)

Terletak satu cun dari batas rambut belakang pada


sebuah lekukan.

Gambar 8 Gb 20 Fengchi (Hartono 2012).

h. St 9 Renying (sedate)

Terletak 1,5 cun dibelakang prominensia Ilaryngeus dan


di depan

arteri carotis.
Gambar 9 St 9 Renying (Hartono 2012).

i. Ki 3 Taixi (tonic)

Terletak di antara malleolus internus dan tendon


achiles setinggi bagian tertinggi malleolus internus.

Gambar 10 Ki 3 Taixi (Hartono 2012).

j. St 40 Fenglong (sedate)

Terletak satu jari lateral dari titik St 38.


Gambar 11 St 40 Fenglong (Hartono 2012).

1. Hipertensi dengan palpitasi (jantung berdebar),


tambahkan titik PC 6 neiguan. Terletak 2 cun dari
pergelangan tangan
2. Hipertensi dengan keluhan tambahan rasa lemah pada
kaki, tambahkan titik Ki 3 Taixi, St 36 Zusanli, SP 6
Sanyinjiao.
a. Ki 3 Taixi (tonic)

Terletak diantara malleolus internus dan tendon


achiles setinggi bagian tertinggi malleolus internus
b. St 36 Zusanli (tonic)
Terletak 3 cun dibawah patela, lateral m. Tibialis
anterior.

c. Sp 6 Sanyinjiao (sedate)

Terletak 3 cun di atas malleolus internus.

3. Hipertensi dengan keluhan tambahan pinggang pegal,


tambahan titik BL 23 Shenshu, BL 18 Ganshu.
a. BL 23 Shenshu (tonic)

Terletak 2 jari kiri dan kanan meridian GV, setinggi


batas bawah lumbal dua.
b. BL 18 Ganshu (sedate)

Terletak 2 jari kiri dan kanan meridian GV, setinggi


batas bawah

thorakal kedepan (Hartono 2012).

Hipertensi

Pengertian Hipertensi

Menurut Djoko Soemantri dari buku Boestan dkk


2010 menjelaskan bahwa Hipertensi adalah tekanan darah
sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau
peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau
sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang menjadi masalah kesehatan penting
di seluruh dunia karena

prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat serta


hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke,
retinopati, dan penyakit ginjal ( Kartikasari 2012).
Klasifikasi Hipertensi

Sesuai dengan JNC-VII 2003 (The Seventh Joint


National Committee) on Prevention,Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure.
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi (Boestan dkk 2010).

JNC VII Classification of Blood Pressure For


Adults Age 18 years and older

Category Systolic (mmHg) Diastolic (mmHg)

Normal <120 <80

Prehypertension 120-139 80-89

Hypertension

Stage I 140-159 90-99

Stage II >160 >100


Etiologi

1. Hipertensi esensial atau primer menjadi penyebab


utama mencapai 95%. Hipertensi essensial merupakan
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Penyebab sekunder dari hipertensi yaitu 5%. Penyakit
yang sering menjadi penyebab hipertensi sekunder
antara lain penyakit ginjal,

penyakit endrokrin, koartasio aorta, faktor kehamilan,


penyakit saraf, obat-obat.
a. Penderita Gagal ginjal biasanya juga membutuhkan
perawatan tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang
tinggi pada penderita ini terutama disebabkan oleh
kegagalan ginjal dalam mengatur jumlah garam dan
air dalam tubuh.
b. Penyakit endokrin dapat menyebabkan hipertensi
terutama hipertiroidisme, syndrome cushing,
feokromositoma.
c. Koartasio aorta merupakan penyempitan lokal aorta
dessendens, dekat lokasi duktus arteriosus dan
biasanya sebelah distal arteri subklavia kiri. Darah
arteri memintas daerah obstruksi dan mencapai
bagian bawah tubuh melalui pembuluh darah
kolateral yang sangat membesar.
3. Hipertensi dalam kehamilan memiliki 5 bentuk
komplikasi hipertensi gestasional, preeklamsia,
eklamsia, preeklamsia superimpose pada hipertensi
menahun, hipertensi menahun.
4. Penyebab lain yang dapat menyebabkan hipertensi
adalah obat- obatan yang dapat meningkatkan enzim
renin namun tidak secaa langsung menaikan tekanan
darah, tetapi yang dilakukannya adalah
menstimulasi prekursor hormon angiontensinogen,
yang menyebabkan tekanan dalam meningkat
dengan menghasilkan hormon angiotensin.

(Gunawan 2007, Boestan dkk 2010, Dalimarta dkk


2008, Morton 2005, David 2008, Ida 2007, Tuti
soenardi dan susirah soetadjo 2005, Murakami
2004)
Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak


menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan
dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,
bisa timbul gejala berikut :
1. Sakit kepala

2. Kelelahan
3. Mual

4. Muntah

5. Sesak nafas

6. Gelisah

7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya


kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Faktor yang Memicu Terjadinya Hipertensi

1. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan


memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi


timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, dan
ras. Umur yang akan menyebabkan terjadinya kenaikan
tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih
tinggi dibandingkan wanita. Juga, statistik di amerika
menunjukan prevalensi hipertensi pada orang kulit
hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang putih.
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang
tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres dan
pengaruh lain seperti konsumsi garam yang tinggi,
kegemukan atau makan berlebih, stresatau ketegangan
jiwa, serta pengaruh lain seperti merokok dan minum
alkohol ( Gunawan 2007).
Patofisiologi

Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan


satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi
dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor
lainya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara
curah jantung dan tahanan perifer. Meningkatnya curah
jantung dan tahanan perifer akan meningkatkan

tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal,


meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya
aktivitas renin angiotensin aldosteron, perubahan membran
sel, hiperinsulinnemia, disfungsi endotel merupakan
beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi (
Boestan dkk 2010).
Komplikasi

1. Tanpa komplikasi

2. Menjadi accelerated malignant


3. Hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung, dan infark
miokard

4. Aneurisma di sekitar pembuluh darah besar

5. Iskemia, trombosis, dan perdarahan otak ( stroke)

6. Nefrosklerosis dan gagal ginjal menahun

7. Pada mata terjadi edema pupil, perdarahan, dan


eksudasi pada hipertensi maligna ( Boestan dkk 2010).

Penatalaksanaan Hipertensi

1. Terapi Nonfarmaologis

a. Menurukan berat badan bila ada obesitas

b. Meningkatkan aktivitas fisik dengan latihan


aerobikyang teratur

c. Mengurangi asupan Na+ kurang dari 100 mmol/hari

(setara dengan 2,4 gram Na+ atau lebih kurang 6


gram NaCl)
d. Berhenti merokok dan mengurangi asupan asam
lemak jenuh dan kolestrol, juga asupan alkohol
e. Makanan cukup K+, Ca2+, dan Mg2+

f. Relaksasi dan mengurangi stres psikososial

g. Diit vegetarian, dan minyak ikan (Boestan dkk 2010).

2. Terapi Farmakologis

Pada umumnya pasien hipertensi memerlukan dua


atau lebih obat anti hipertensi untuk mencapai target
tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat
kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila
pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal
mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
melebihi 20/10 mmHg diatas target, dapat
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua
obat (Irza 2009).

Macam obat hipertensi antara lain :

a. Diuretik

b. Hydrochlorthiazid

c. Furosemide
d. Spinolacton

e. Beta blocker

f. Kalsium antagonis

g. ACE Inhibitor/ARB

h. Alfa blocker

Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi Hipertensi :


Hipertensi essensial/tidak diketahui
penyebabnya
Penyakit endokrin
Koartasio aorta
Faktor kehamilan
Penyakit saraf
Penyakit ginjal
Obat-obatan

hipertensi

Pengobatan Farmakologis : Pengobatan nonFarmakologis :


Diuretik 1. TerapiAkupresur dengan
2. Furosemide Spinolacton
Hydrochlorthiazid memberikan pemijatan dan
Beta Blocker Kalsium
3. stimulasi pada titik-titik tertentu
Antagonis ACE Inhibitor Alfa Blocker
4. pada tubuh.
5.
6.
7.
8.
Gambar 12 Kerangka Teori (boestan dkk
2010, Irza 2009).

Kerangka Konsep

Hipertensi Pre Akupresur Terapi Akupresur Hipertensi Post Akupresur

Gambar 13 Kerangka Konsep.

Hipotesis

Hipotesis adalah menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu


pengujian dan pernyaraan secara ilmiah atau hubungan yang telah
dilaksanankan penelitian sebelumnya ( Nursalam 2008).
H0 : Tidak ada Pengaruh terapi akupresur terhadap hipertensi di
klinik Sinergy Mind Health Surakarta.
H1 : Ada Pengaruh terapi akupresur terhadap hipertensi di klinik
Sinergy Mind Health Surakarta.

BAB III
METODE
PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian

Menurut Dharma (2011) desain penelitian merupakan suatu


model atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan
suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan mengunakan desain pra eksperimen dengan
pre dan post test without control design. Merupakan penelitian
yang menggunakan satu kelompok subyek, pengukuran dilakukan
sebelum dan setelah perlakuan. Perbedaan kedua hasil
pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan (Saryono 2011).
Terapi akupresur dilakukan 3 kali terapi dari Jam 15.00-
18.00 WIB, pengamatan dilakukan sebelum dan sesudah
intervensi akupresur, kelompok diukur tekanan darah (pre test)
dengan maksud untuk mengetahui tekanan darah sebelum
dilakukan intervensi akupresur. Sesudah di lakukan intervensi
akupresur, pengamatan kembali dilakukan pada saat setelah
dilakukan terapi akupresur oleh terapis sebagai data post test.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah subyek (Manusia/klien) yang memenuhi


kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang
menderita hipertensi di Klinik Sinergy Mind Health
Surakarta.
Sampel

Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan


bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung
mengumpulkan data atau melakukan pengamatan pada unit
ini (Dharma 2011).
Teknik pengumpulan sample pada penelitian ini
mengunakan Nonprobability sampling dengan Convinience
sampling.. Convinience sampling adalah suatu teknik
penetapan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal
yang menyenangkan atau mengenakan peneliti . Subjek
dijadikan sample karena kebetulan dijumpai ditempat dan
waktu secara bersamaan pada pengumpulan data (Nursalam
2008).
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien yang mengalami hipertensi

b. Pasien dalam kondisi sadar

c. Pasien yang akan melakukan terapi akupresur

d. Pasien yang melakukan terapi akupresur 3 kali dalam 1


bulan

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :


a. Pasien yang tidak mengalami Hipertensi

b. Hamil

c. Klien tidak mengalami kulit yang terluka, bengkak,


tulang retak, kulit terbakar.
d. Diet rendah garam

e. Mengonsumsi obat hipertensi

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di klinik Synergy Mind


Health Surakarta.

Waktu penellitian

Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap meliputi


penyusunan proposal, pengumpulan data dan
pelaporan hasil penelitian dari 12 Febuari sampai
dengan 12 Maret. 2014.

Variabel, Definisi Operasional, dan Skala


PengukuranTabel Definisi Operasional Variabel
Penelitian
T
a
b
e
l

3
.

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


Penelitian data

Variabel Tekanan darah Sphygmomanom Prehipertensi Interval


Dependen sistolik yang ter
e 120-139/80-89
Hipertensi besar
lebih atau mmHg
dengan
sama 140 Hipertensi stage I
mmHg atau 140-159/90-99
peningkatan mmHg
tekanan darah Hipertensi stage II
diastolik yang >160/>100 mmHg
lebih besar atau
sama dengan
mmHg.
90

Variabel Salah satu Standart Rasio


Independe fisioterapi
bentuk Operasional
Akupresur
n memberikan
dengan Prosedur
pemijatan dan
stimulasi pada
titik-titik
pada tubuh.
tertentu

Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan


data dalah sebagai berikut :
1. Hipertensi Form

Hipertensi Form digunakan untuk


memperoleh data karakteristik responden berupa
usia dan jenis kelamin, tekanan darah .
2. Sphygmomanometer

Digunakan untuk mengetahui tekanan darah


penderita hipertensi pada saat sebelum dan
sesudah dilakukan.
3. Standard operating prosedure (SOP)

Prosedur pengumpulan data

Proses pengumpulan data dilakukan melalui


beberapa tahap yaitu : Pelaksanaan
1. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan
penelitian kepada responden.
2. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan
meminta kesediaan responden untuk terlibat dalam
penelitian.
3. Peneliti memberikan lembar persetujuan bagi responden
yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
4. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan
mengisi data karakteristik responden.
5. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah sebelum
dilakukan terapi akupresur.
6. Peneliti melakukan observasi pada pasien yang akan
dilakukan terapi akupresur.
7. Terapis melakukan pemijatan kepada responden dengan
mengunakan jari tangan pada titik-titik akupresur selama
15-30 menit.
8. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah kembali
setelah dilakukan terapi akupresur.

Teknik pengolahan dan analisa data

Teknik pengolahan data

l. Editing

Kegiatan melakukan pengecekan kelengkapan,


kejelasan, relevansi dan konsistensi isi jawaban
kuesioner atau instrument. Dalam penelitian ini, editing
dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa kuesioner
dan instrumen yang digunakan untuk mengukur
Tekanan darah.
2. Coding

Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data


berbentuk angka. Pada tahap ini diberikan kode atau nilai
pada tiap jenis data untuk menghindari kesalahan dan
memudahkan pengolahan data. Variabel yang dikategorikan
dengan koding adalah jenis kelamin dan usia pada pasien
hipertensi.
3. Tabulating

Data di kelompokan ke dalam kategori yang telah


ditentukan dan dilakukan tabulasi kemudian diberikan kode
untuk kemudahan pengolahan data. Proses tabulasi data
meliputi
a. Mempersiapkan tabel dengan kolom dan baris yang telah
disusun dengan cermat sesuai kebutuhan.
b. Menghitung banyaknya frekuensi untuk tiap kategori
jawaban.

c. Menyusun distribusi dan table frekuensi dengan tujuan


agar data dapat tersusun rapi, mudah dibaca dan
dianalisis.
4. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing

Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing


responden dalam bentuk kode (angka atau huruf)
dimasukkan ke dalam program atau software komputer.
5. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau


responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk
melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidak lengkapan dan
sebagainya,kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).
Analisa Data

1. Analisa Univariat

Pengertian analisa univariat adalah analisa yang


menganalisa tiap variabel dari hasil penelitian. Setelah
dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisis
mengunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam
bentuk tabulasi, minimum, maksimum, dan mean dengan
cara memasukan seluruh data kemudian diolah secara
statistik deskriptif untuk melaporkan hasil dalam bentuk
distribusi dari masing-masing variabel (Notoatmodjo 2003).
Analisa univariat dalam penelitian ini adalah variabel
hipertensi dihitung dengan data stastistik deskriptif yang
telah diklasifikasikan dan dimasukan dalam bentuk tabulasi,
minimum, maksimum, mean, median dan modus.
2. Analisis Bivariat

Pengertian analisis bivariat adalah analisa yang


dilakukan lebih dari dua variable ( Notoadmojo, 2003).
Uji normalitas data menggunkan Kolmogorov Smirnov
yang digunakan untuk menetahui apakah distribusi nilai-
nilai sampel yang teramati sesuai dengan distribusi teoritis
tertentu (normal, uniform, poisson, eksponensial). Jika uji
Kolmogorov smirnov tidak normal maka peneliti
menggunakan uji Wilcoxon.
Analisis bivariat dengan menggunakan Uji sample t
berpasangan atau paired sample t test yaitu uji t dimana
sample saling berhubungan antara satu sample dengan
sample yang lain Sampel berpasangan diartikan sebagai
sebuah sampel dengan subyek yang sama namun mengalami
dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda seperti subyek
A mendapat perlakuan I, kemudian perlakukan II. Tujuan
dari pengujian ini adalah untuk menguji perbedaan rata-rata
antara sample-sampel yang berpasangan.
Untuk Confidence Interval atau tingkat kepercayaan
95% atau tingkat signifikan 100%-95%=5% dengan
ketentuan sebagai berikut
:

1. Jika probabilitas atau p-Value > 0,05 ; maka Ho


diterima berarti pengaruh terapi akupresur terhadap
hipertensi tidak efektif.
2. Jika probabilitas atau p-Value < 0,05 ; maka Ho
ditolak, berarti pengaruh terapi akupresur terhadap
hipertensi efektif.
(Santoso 2003)

Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan


penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat
(2007), meliputi:
Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek
penelitian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
yang akan dilakukan serta manfaat yang dilakukannya
penelitian. Setelah diberikan penjelasan,lembar persetujuan
diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian
bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk
diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan,
namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti


tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data,
cukup dengan inisial dan memberi nomor pada masing-masing
lembar tersebut.
Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek


penelitian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi


akupresur terhadap hipertensi di klinik Synergy Mind Health Surakarta.
Berdasarkan data yang diperoleh selama 28 hari yaitu dari tanggal 21 April
2014 sampai 18 Mei 2014 didapatkan 10 responden yang sesuai dengan
kriteria inklusi sample penelitian .
Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Menurut Umur

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Umur (n=10)

Klasifikasi Umur Responden Frekuens %


40-59 Tahun 7 70
60-79 Tahun 2 20
>80 Tahun 1 10
Total 10 100

Karakteristik responden menurut umur dibagi menjadi 3


klasifikasi yaitu 40-59 tahun sebanyak 7 orang, 60-79 tahun sebanyak
2 orang, lebih dari 80 tahun
1 orang.

Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin


(n=10)
Klasifikasi Jenis Kelamin Frekuens %
Laki-Laki 6 60
Perempuan 4 40
Total 10 100

Jenis kelamin responden pada penelitian ini dibagi menjadi 2


klasifikasi yaitu laki-laki sebanyak 6 orang dan perempuan
sebanyak 4 orang.
Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan (n=10)

Klasifikasi Pekerjaan Responden Frekuens %


Wiraswasta 10 100
Total 10 100

Dari tabel diatas menunjukkan seluruh responden pada penelitian ini


bekerja sebagai wiraswasta.
Hasil Pengukuran Tekanan Darah

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Tekanan Darah (n=10)


Pengukuran Tekanan Darah
Responden Terapi I Terapi II Terapi III
Pre Post Pre Post Pre Post
1 150/10 140/9 150/90 140/8 140/90 130/8
2 145/90 130/8 150/10 140/9 155/90 140/8
3 140/90 130/8 140/90 130/8 150/10 140/9
4 150/10 140/9 155/10 140/9 140/90 130/8
0 0 0 0
5 140/90 130/8 150/90 140/8 140/90 130/8
6 150/90 140/8 140/90 130/8 140/90 130/8
7 155/10 140/9 150/90 140/8 150/90 140/8
8 150/90 140/8 150/90 140/8 140/90 130/8
0 0 0 0
9 145/90 135/8 140/90 130/8 140/90 130/8
10 150/10 135/9 150/90 140/8 150/10 140/9
0 0 0 0 0

Klasifikasi hipertensi pada penelitian hipertensi dibagi menjadi 3


yaitu prehipertensi dengan tekanan darah sistol 120-139 mmHg dan
diastol 80-89 mmHg, hipertensi stage I dengan tekanan darah sistol
140-159 mmHg dan diastol 90-99 mmHg, untuk hipertensi stage II
dengan tekanan darah >160 mmhg dan tekanan diastol >100 mmHg.
Hasil penelitian ini menunjukan keseluruhan responden dengan jumlah
10 orang mengalami hipertensi stage I.
Analisa Hasil

Analisa Univariat

Tabel 4.5 Hasil Dari Analisa Univariat Tekanan Darah Sistole


(N=10) Terapi 1 Terapi 2 Terapi
3
Pre Post Pre Post Pre Post
Mean 147,5 136 147, 137 144, 134
Median 150 137, 150 140 140 130
Mode 150 140 150 140 140 130
Std. 4,85 4,59 5,40 4,83 5,98 5,16
Deviation
Minimum 140 130 140 130 140 130
Maximum 155 140 155 140 155 140

Dari hasil tabel diatas menunjukan nilai rata-rata tekanan


darah sistole pada terapi 1 yaitu sebelum terapi 147,5 mmHg dan
sesudah terapi 136 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sistole
pada terapi 2 yaitu sebelum terapi 147,5 mmHg dan sesudah terapi
137 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sistole pada terapi 3 yaitu
sebelum terapi 144,5 mmHg dan sesudah terapi 134 mmHg.
Penyebaran data hasil pengukuran tekanan darah sistol
mempunyai simpang baku pada terapi 1 pre sebesar 4,85,terapi 1
post 4,59, terapi 2 pre sebesar 5,40, terapi 2 post 4,83, terapi 3 pre
sebesar 5,98 dan terapi 3 post sebesar 5,16. Berdasarkan hasil
simpangan baku tersebut diketahui masing- masing penyebaran
simpang baku pada setiap perlakuan pre maupun post.
Untuk nilai median pada terapi 1 sebelum terapi didapatkan
nilai 150 mmHg dan untuk sesudah terapi 137,5 mmHg. Untuk
median terapi 2 sebelum terapi didapatkan nilai 150 mmHg dan
untuk sesudah terapi 140 mmHg. Untuk median terapi 3 nilai
tekanan darah sebelum terapi 140
mmHg dan untu nilai tekanan darah setelah terapi 130 mmHg.
Nilai modus tekanan darah sistole dari tabel diatas pada terapi 1
sebelum dilakukan terapi 150 mmHg. Dan setelah dilakukan terapi
menurun menjadi 140 mmHg. Untuk terapi 2 nilai modus tekanan
darah diastole sebelum dilakukan terapi
150 mmHg setelah dilakukan terapi menurun menjadi 140
mmHg.

Sedangkan pada terapi 3 nilai modus tekanan darah sistole sebelum


dilakukan terapi 140 mmHg setelah dilakukan terapi menurun
menjadi 130 mmHg.

Tabel 4.6 Hasil Dari Analisa Univariat Tekanan Darah Diastole


(n=10) Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3
pre Post pre post Pre post
Mean 94 84 92 82 92 82
Median 90 80 90 80 90 80
Mode 90 80 90 80 90 80
Std. 5,16 5,16 4,21 4,21 4,21 4,21
Deviation
Minimum 90 80 90 80 90 80
Maximum 100 90 100 90 100 90

Dari hasil tabel diatas nilai rata-rata tekanan darah diastole


pada terapi 1 sebelum dilakukan terapi didapatkan nilai 94 mmHg
dan sesudah terapi didapatkan nilai 84 mmHg. Untuk rata-rata
tekanan darah diastole pada terapi 2 sebelum dilakukan terapi 92
mmHg dan sesudah terapi 82 mmHg sedangkan pada terapi 3
didapatkan nilai rata-rata sebelum terapi 92 mmHg untuk sesudah
terapi 82 mmHg.
Penyebaran data hasil pengukuran tekanan darah diastol
mempunyai simpang baku pada terapi 1 pre sebesar 5,16,terapi 1
post 5,16, terapi 2 pre sebesar 4,21, terapi 2 post 4,21, terapi 3 pre
sebesar 4,21 dan terapi 3 post
sebesar 4,21. Berdasarkan hasil simpangan baku tersebut diketahui
masing- masing penyebaran simpang baku pada setiap perlakuan
pre maupun post.
Nilai median dari tabel diatas pada terapi 1 sebelum
dilakukan terapi 90 mmHg dan sesudah dilakukan terapi 80
mmHg. Pada terapi 2 didapatkan nilai tekanan darah 90 mmHg dan
sesudah terapi 80 mmHg sedangkan pada terapi 3 didapatkan nilai
tekanan darah sebelum dilakukan terapi 90 mmHg dan untuk nilai
tekanan darah setelah dilakukan terapi 80 mmHg.
Nilai modus pada terapi 1 tekanan darah diastole sebelum
dilakukan terapi 90 mmHg dan setelah dilakukan terapi menurun
menjadi 80 mmHg. Nilai modus pada terapi 2 tekanan darah sistole
sebelum dilakukan terapi 90 mmHg setelah dilakukan terapi
menurun menjadi 80 mmHg. Sedangkan nilai modus pada terapi 3
tekanan darah sistole sebelum dilakukan terapi 90 mmHg setelah
dilakukan terapi menurun menajdi 80 mmHg.

Tabel 4.7 Hasil Rata-rata Analisa Univariat Tekanan Darah Sistole dan
Diastole
(n=10)
Sistole Diastole
Pre Post Pre Post
Mean 146,5 135,6 92,6 82,6
Median 150 137,5 90 80
Mode 150 140 90 80
Std. Deviation 5,41 4,86 4,53 4,53
Minimum 140 130 90 80
Maximum 155 140 100 90

Hasil tabel diatas menunjukan nilai tekanan darah rata-rata


dari 3 kali terapi sistole sebelum dilakukan terapi 146,5 mmHg dan
sesudah terapi 135,6 mmHg sedangkan nilai rata-rata tekanan
darah diastole sebelum
dilakukan terapi 92,6 mmHg sedangkan nilai rata-rata setelah
dilakukan terapi 82,6 mmHg.
Penyebaran data hasil pengukuran tekanan darah sistol
mempunyai simpang baku pada tekanan darah sistol dari 3 kali
terapi pre sebesar 5,41, terapi post 4,86, sedangkan simpangan
baku diastol dari 3 kali terapi pre 4,53 dan terapi post 4,53.
Berdasarkan hasil simpangan baku tersebut diketahui masing-
masing penyebaran simpang baku pada setiap perlakuan pre
maupun post.
Nilai median tekanan darah sistole dari 3 kali terapi sebelum
dilakukan terapi 150 mmHg dan untuk nilai median tekanan darah
sistole setelah dilakukan terapi 140 mmHg. Untuk nilai median
tekanan darah diastole sebelum dilakukan terapi 90 mmHg dan
untuk nilai tekanan darah diastole setelah dilakukan terapi 80
mmHg. Sedangkan nilai modus dari 3 kali terapi tekanan darah
sistole sebelum dilakukan terapi 150 mmHg dan nilai modus
setelah dilakukan terapi 140 mmHg. Nilai modus tekanan darah
diastole sebelum dilakukan terapi 90 mmHg untuk sesudah
dilakukan terapi menurun menjadi 80 mmHg.
Analisa Bivariat

Tabel 4.8 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov

(n=10) Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.

Pre ,224 10 ,170

Post ,362 10 ,001


Hasil Uji Test normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
P value (pre) = 0.170 sehingga P value > 0.05 maka data kelompok
pre terditribusi normal sedangkan P value (post) = 0.001 sehingga P
value < 0.05 maka data kelompok post terditribusi tidak normal. Hasil
Normalitas terdapat data yang terdistribusi tidak normal sehingga uji
analisa data menggunakan uji Wilcoxon.
Tabel 4.8 Hasil Uji Wilcoxon (n=10)
post pre

Z -2,673a

Asymp. Sig. ,008


(2- tailed)

Berdasarkan menggunakan uji Wilcoxon p value (Sig.) < 0.05


maka H0 ditolak dan H1 diterima. Seperti yang kita ketahui apabila p
value (Sig.) > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil analisa
uji wilcoxon menunjukkan nilai p value = 0.008 sehingga p value <
0.05 maka H0 bahwa terdapat pengaruh terapi akupresur terhadap
hipertensi di klinik Sinergy Mind Health Surakarta.
BAB V
PEMBAHASA
N

Bab ini menjelaskan tentang pembahasan hasil penelitian dan


membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dan
teori-teori yang mendukung atau berlawanan dengan temuan baru.
Pembahasan pertama dengan interpretasi dan diskusi hasil penelitian tentang
karrakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, hipertensi
dan akupresur. Pada bagian berikutnya akan dibahas tentang hasil analisis
untuk variabel hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan terapi akupresur.
Hasil penelitian yang dapat diterapkan dan diaplikasikan pada praktek
keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada
hipertensi.
5.1 Hasil analisa Univariat

5.1 Karakteristik Responden

Pada karakteristik responden akan dibahas tentang usia, jenis kelamin,


dan hipertensi sebagai berikut :
Usia

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa usia responden yang


mengalami hipertensi yang paling banyak berumur 40-59 tahun
yang berjumlah 7 orang diikuti umur 60-79 tahun yang berjumlah 2
orang dan lebih dari umur 80 tahun 1 orang.
Hasil analisis mendapatkan faktor umur mempunyai risiko
terhadap hipertensi. Menurut Riskesdas (2007) hipertensi dan
berbagai komplikasi beratnya dikenal sebagai penyakit yang hanya
menyerang orang-orang tua
(usia 50 tahun ke atas) tetapi sekarang banyak dijumpai kasus
kematian mendadak, kelumpuhan, atau stroke yang menyerang
orang-orang berusia muda (di bawah 50 tahun). Hipertensi yang
menyerang usia di bawah 50 tahun disebabkan oleh perubahan gaya
hidup dan kebiasaan makan makanan instan dan makanan yang asin.
World Health Organization (WHO) tahun 2012 menyebutkan
bahwa hipertensi mempengaruhi lebih dari satu dari tiga orang
dewasa berusia 25 tahun ke atas, atau sekitar satu miliar orang di
seluruh dunia. Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua
seseorang semakin besar resiko terserang hipertensi. Seperti halnya
menurut Sugiharto (2007) umur lebih dari 40 tahun mempunyai
resiko terkena hipertensi.
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena
dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi lebih
tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan
bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam
tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.
Hipertensi pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden
penyakit arteri koroner dan kematian prematur. Semakin
bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri
kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi
akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan.
Kenaikkan tekanan darah seiring bertambahnya usia
merupakan keadaan biasa. Namun apabila perubahan ini terlalu
mencolok dan disertai faktor-faktor lain maka memicu terjadinya
hipertensi dengan komplikasinya ( Agnesia 2012).
Jenis kelamin

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jenis kelamin


responden yang mengalami hipertensi yang paling banyak pria
sebanyak 6 orang dan peremuan sebanyak 4 orang.
Tingginya risiko pria untuk mengalami hipertensi sebagaimana
yang ditemukan dari hasil analisis ini, sejalan dengan temuan
Zambir Setiawan (2006). Pria lebih banyak mengalami
kemungkinan hipertensi dari pada wanita, seringkali dipicu oleh
perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol), depresi dan
rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap
pekerjaan dan pengangguran.
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit
tidak menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29
mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Pria mempunyai tekanan
darah sistolik dan diastolik yang tinggi dibanding wanita pada
semua suku. Badan survei dari komunitas hipertensi mengskrining
satu juta penduduk Amerika pada tahun 1973-1975 menemukan
rata-rata tekanan diastolik lebih tinggi pada pria dibanding wanita
pada semua usia. Sedangkan survei dari badan kesehatan nasional
dan penelitian nutrisi melaporkan hipertensi lebih mempengaruhi
wanita dibanding pria. Menurut laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan
angka prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita. Di daerah
perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada
wanita, dan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6% pada pria
dan 13,7% pada wanita. Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon
termasuk hormon estrogen yang melindungi wanita dari hipertensi
dan komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh darah
atau aterosklerosis. Wanita usia produktif sekitar 30- 40 tahun, kasus
serangan jantung jarang terjadi, tetapi meningkat pada pria (Angesia
2012).
Pekerjaan

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pekerjaan


responden yang mengalami hipertensi keseluruhannya bekerja
sebagai wiraswasta. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Rahajeng (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi. Sedangkan masalah
pekerjaan diduga berkaitan dengan masalah psikologis yang
berkaitan dengan lingkungan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat
stres yang saat ini masih kontroversi, pengaruhnya diduga melalui
aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah
sebagai reaksi fisik bila sesorang mengalami ancaman.
Berdasarkan penelitian Rahajeng (2012) wiraswasta
merupakan faktor hipertensi terbesar ke 3. Proporsi hipertensi
terendah ditemukan pada responden yang berstatus pegawai dan`
responden yang tidak bekerja mempunyai risiko 1,42 kali terkena
hipertensi dibandingkan responden yang bekerja.
Walaupun demikian hasil yang berbeda ditunjukkan oleh
Purniawaty (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi. Pekerjaan
berpengaruh kepada aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak
bekerja aktifitasnya tidak banyak sehingga dapat meningkatkan
kejadian hipertensi. Dalam penelitian tersebut faktor yang menjadi
pendukung orang yang tidak bekerja akan meningkatkan kejadian
hipertensi dikarenakan beratnya beban pikiran karena tidak
mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari serta merubah peran seseorang dalam keluarga.
Hipertensi

Temuan penelitian ini menunjukan keseluruhan responden


dengan jumlah 10 orang mengalami hipertensi stage I. Di Indonesia
berdasarkan konsensus yang dihasilkan Pertemuan Ilmiah Nasional
Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia tanggal 13-14 Januari
2007, belum dapat membuat klasifikasi hipertensi untuk orang
Indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di
Indonesia berskala nasional sangat jarang, sehingga Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih klasifikasi sesuai WHO/ISH
karena memiliki sebaran yang lebih luas. Sebagian besar penderita
hipertensi termasuk dalam kelompok hipertensi ringan (Kartikasari
2012).
Dari penelitian Suwitra (2009) menunjukan populasi
Hipertensi ditaksir 70% menderita hipertensi ringan , 20% hipertensi
stage 1 dan 10% hipertensi stage 2. Pada setiap jenis Hipertensi ini
dapat timbul krisis hipertensi dimana tekanan darah (TD) diastolik
sangat meningkat sampai
120-130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik dan
memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan
jiwa penderita.
Dari penelitian Retno (2012) didapatkan lebih dari 50%
responden mempunyai tekanan darah sistolik stage 1 sebanyak 14
responden (58,3%), dan lebih dari 50% responden mempunyai
tekanan darah diastolik stage 1 yaitu sebanyak 12 responden
(50,0%).

5.2 Perbedaan nilai hipertensi sebelum dan sesudah terapi akupresur

Rata-rata nilai tekanan darah setelah dilakukan akupresur


(135,6/82,6) lebih rendah dibandingkan sebelum dilakukan akupresur
(146,5/92,6). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa akupresur yang
dilakukan dapat menurunkan tekanan darah (hipertensi). Terapi
akupresur dapat mengharmonisasikan aliran qi dan darah sehingga
akan merelaksasikan spasme dan menurunkan tekanan darah (Kang
et al 2009).
Pijatan-pijatan pada titik tertentu dalam terapi akupresur dapat
merangsang gelombang saraf sehingga mampu membantu
melancarkan aliran darah (Hadibroto dan alam 2006).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rosiana (2013)
menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistole sebelum dan
sesudah terapi sebesar 27,77 mmHg dan rata-rata tekanan darah
diastole sebelum dan sesudah terapi adalah 12,59 mmHg. Pada
penelitian tersebut tidak disebutkan berapa kali terapi untuk
mendapatkan hasil pengaruh terapi akupresur terhadap hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukan
bahwa rata-rata tekanan darah sistole sebelum dan sesudah terapi
sebesar 10,9 mmHg dan rata-rata
tekanan darah diastole sebelum dan sesudah terapi 10 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan
peneliti dan yang dilakukan Rosiana (2013) menunjukan pengaruh
yang sama yaitu pemberian terapi akupresur dapat menurunkan
tekanan darah.
Penelitian yang dilakukan peneliti terdapat beberapa perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan Rosiana (2013) yaitu peneliti
melakukan terapi sebanyak 3 kali dalam waktu 1 bulan sedangkan
penelitian Rosiana tidak disebutkan berapa kali terapi. Hasil
penelitian ini menunjukkan rerata penurunan tekanan darah 10,9
mmHg sedangkan pada penelitian Rosiana 22,7 mmHg. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh eti menunjukan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan hasil penelitian ini namun dalam penelitian Rosiana
tidak menjelaskan tentang berapa kali pemberian terapi sehingga
tolak ukur terapi yang dilakukan tidak jelas. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti menunjukan hipertensi lebih banyak
menyerang laki-laki dibandingkan perempuan tetapi karakteristik
hipertensi berdasarkan jenis kelamin tidak dipaparkan dalam
penelitian Rosiana.
BAB VI
PENUTU
P

SIMPULAN

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

Rata-rata tekanan darah sebelum dilakukan terapi akupresur


146,5/92,6 mmHg
Rata-rata tekanan darah setelah dilakukan terapi akupresur 135,6/82,6
mmHg
Ada pengaruh pemberian terapi akupresur terhadap hipertensi dengan
nilai p value = 0.008

SARAN

Manfaat bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui pengaruh terapi akupresur


terhadap hipertensi serta menjadi referensi dalam penanganan
hipertensi.
Manfaat bagi institusi pendididkan

Menambah literatur tentang penelitian, sehingga dapat


menambah pengetahuan bagi mahasiswa dalam institusi.
Manfaat bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan sebagai dasar pertimbangan terapi alternatif
hipertensi bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Muhamad 2011, Pengaruh Akupresur Terhadap Kekuatan Otot dan


Rentang Gerak Ekstremitas Atas pada Pasien Stroke Pasca Rawat Inap di
RSUD Fatmawati Jakarta. Tesis, fakultas Ilmu Keperawatan Depok.

Am J Hipertens 2000. sebuah uji coba terkontrol secara acak akupunktur dan
akupresur dalam pengobatan hipertensi esensial.
http://ajh.oxfordjournals.org/content/13/S2/185A.1.abstract?sid=59745688-
8f5a-400b-b44a-ee9987b0e9b2

Boestan dkk 2010, Pedoman diagnosa dan terapi. Surabaya. : RSUD Dr

Suetomo. Dalimarta Setiawan dkk 2008, Care your self hipertensi. Jakarta :

Penebar plus.

David 2008, Dasar-dasar pediatri edisi 3. Jakarta : ECG

Dharma K.K 2011, Metodologi penelitian keperawatan : panduan meaksanakan


dan menerapkan hasil peneitian. Jakarta : TIM

Edy Soesanto 2010, Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik


lansia hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya di puskesmas
mrangen demak. Http ://jurnal.unimus.ac.id

Eti, Rosiana 2013. Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi.
http://digilib.stibeth.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=--rosianaeti-13

Fengge, Antoni 2012, Terapi akupresur manfaaf dan teknik pengobatan. Corp
Circle corp.

Gunawan Lany 2007, Hipertensi tekanan darah tinggi. Yogyakarta : Kanisius.

Hadibroto. Dan alam S 2006. Seluk beluk pengobatan alternatif dan komplomenter.
Jakarta : PT Bhuana ilmu populer.

Hartono, Radyanto Iwan Widya 2012. Akupresur Untuk Berbagai Penyakit. Cetakan
1. Rapha Publishing, Yogyakarta
Ida 2007. Kuliah obstetri. Jakarta : ECG

Irza, Sukriyani 2009, Analisis faktor resiko hipertensi pada masyarakat nagari
bungo tanjung Sumatra Barat. Medan : Universitas Sumatra Utara

Kamaluddin, Ridlwan 2010, pertimbangan dan alasan pasien hipertensi menjalani


terapi alternatif komplomenter bekam di kabupaten Banyumas. Fakultas
Kedokteran Universitas Jendral Soedirman.

Kartikasari Agnesia Nuarima 2012, Faktor resiko hipertensi pada masyarakat.


Semarang : Undip.
Kartikasari, Agnesia nuarima 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat di
Desa Kabongsn Kidul, Kabupaten Rembang. Skripsi. Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.

Morton Particia Gonce 2005, Panduan pemeriksaan kesehatan dengan


dokumentasi soapier. Jakarta : ECG.

Murakami 2004, The Divine Massage of The DNA. Mizam

Notoadmodjo S 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta. Nursalam 2002. Pendekatan praktisi metodologi riset keperawatan. Jakarta :

Sagung
Seto.

Purniawaty.2010. Determinan Penyakit Hipertensi Di Provinsi Kalimantan Selatan


Berdasarkan Riskesdas 2007.skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.

Putri, Artika 2006, Pengaruh Akupresur pada titik Perikardium 6 terhadap


Penurunan Frekuensi Muntah pada Primigravida Trimester Pertama
dengan Emesis Gravidarum. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Rahajeng, E. 2009.Prevalensi Hipertensi Dan Determinannya. Majalah


Kedokteran Indonesia.

Retno, Anastasi Widyo & Prawesti, Dian. 20l2.TINDAKAN SLOW STROKE


BACK MASSAGE DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI. Jurnal STIKES Volume 5, No. 2. STIKES RS
Baptis Kediri
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan. Diakses tanggal 4 Juni 2014.
http://www.googl e.com/url? sa = t&rc t = j&q = &esrc = s&source =
web&cd
= 1&ved = 0CCEQFjAA&url = http % 3A % 2F % 2Ffisiopoltekesolo.ac.id
% 2Ffisioterapi % 2Fimages % 2Fstories % 2FlaporanNasional.pdf&e i =
MyCPU6-NJMzYoASt3YKoDQ&usg = AFQjCNG7Z96YwSl_vmj7
PleGyonyfQkNSQ.

Riskesdas 2007, Diakses tanggal 18 Desember 2013.


http://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%2
02007.pdf

Santoso, Sigit 2003, Mengatasi berbagai masalah statistik dengan SPSS versi ll.5.
Jakarta: Elex Media Komputindo

Saryono 2011, Metodologi penelitian kesehatan : penuntun praktis bagi pemula.


Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

Setiawan, Zamhir. Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor resiko hipertensi


studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004 [Tesis]. Jakarta: Program Studi
Epidemiologi Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006.

Soenardi dan Soetarjo 2005, Hidangan sehat untuk penderita hipertensi. Jakarta :

ECG Sugiyono 2001, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

You might also like