You are on page 1of 31

BabVI Atom Hidrogen

A. Pendahuluan

Atom hidrogen merupakan atom paling sederhana yang terdiri dari satu proton sebagai nukleus dan satu elektron
yang mengitarinya. Pada bab ini akan diuraikan penyelesaian persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen dan dan
aplikasinya. Persamaan Schrodinger untuk mendiskripsikan gerak elektron relatif terhadap proton sehingga energi
potensial sistem adalah energi potensial elektron yang terikat pada inti. Karena elektron mengorbit inti pada kulit yang
berbentuk bola maka fungsi gelombang dan tingkat-tingkat energi elektron ditentukan berdasarkan penyelesaian
persamaan Schrodinger dengan koordinat bola. Hasil dari penyelesaian persamaan Schrodinger untuk atom Hidrogen
dapat digunakan untuk menjelaskan teori atom menurut Bohr dan sebagai dasar teori atom secara umum.

B. Persamaan Schrodinger Atom Hidrogen

Persaman Schrodinger untuk atom Hidrogen tidak lain adalah persamaan Schrodinger untuk sebuah partikel
yang berupa elektron yang bergerak dalam medan potensial Coulomb yang dihasilkan oleh gaya tarik-menarik antara
elektron dengan inti, maka massa partikel tersebut sebenarnya merupakan massa sistem proton-elektron yang tereduksi,
me m p
yaitu m . Karena m p =1836 m e , maka dalam prakteknya biasanya menggunakan massa elektron saja
me m p
karena antara m dan me selisihnya sangat kecil. Untuk penyerdahanaan pembahasan, proton diasumsikan diam di pusat
koordinat dan elektron bergerak mengelilinginya di bawah pengaruh medan atau gaya coloumb.
Karena proton dianggap diam, maka kontribusi energi sistem
z hanya diberikan oleh elektron yaitu energi kinetik

me
2
r p2 = 2
Ek (6.1)
2me 2m
mp y
dan energi potensial sebuah elektron yang berjarak r dari inti
x
2
V(r)= e 1 (6.2)
Gambar 1.1 Posisi relatif antara proton dan elektron
40 r

Dengan demikian persamaan schrodinger untuk atom hidrogen dapat dituliskan sebagai
2 2 2
e 1
(r ) E (r ) (6.3)
2 m e 4 0 r

mengingat sistem atom hidrogen memiliki simetri bola, penyelesaian pers. Schrodinger menjadi lebih sederhana bila
oprator 2 disajikan dalam koordinat bola. Di dalam koordinat bola ( r , , ) , persamaan 6.3 menjadi

2 1 2 1 1 2 e 2 1 (6.4)
r sin 2
E
2me r 2 r r sin sin 40 r
2

karena
1 2 1 1 2
2 r 2 sin 2 2
r r r r sin
2
r sin 2
Penentuan fungsi gelombang dan tingkat energi dari PS persamaan (6.4), dapat dilperoleh dengan menyelesaikan pers

(6.4) dengan metode pemisahan variabel (r ) ( r , , ) sebagai berikut

( r , , ) = R( r )Y ( , ) = R( r )( ) ( ) (6.5)

Bila persamaan (6.5) disubstitusikan ke dalam persamaan (6.4) dan kemudian dikalikan 2me r maka pers (6.4)
2

2

menjadi r 2 R 1 sin R 1 R e E R e R 0
2
2m r 2
2
(6.6a)

r r sin sin 2 40
2
2
Dengan mendiferensialkan secara parsiel pers (6.6a) diperoleh

2 R R R 2 2me r 2 e2
r sin E R R 0 (6.6b)
r r sin sin 2 2 2 40

dan bila pers (6.6b) dibagi dengan R( r )( ) ( ) maka diperoleh

1 d 2 dR 1 d d 1 d 2 2me r 2 e2 1
r sin E 0 (6.7)
R dr dr sin d d sin 2 d 2 2 40 r

Atau 1 d r 2 dR 2me r
2
e2 1 1 d d 1 d 2
E { sin } (6.7 a)
R dr dr 2
40 r sin d d sin d 2
2

Dapat dilihat pada persamaan 6.7 bahwa suku pertama dan keempat hanya bergantung jari-jari r, suku kedua dan ketiga
hanya bergantung sudut dan , maka kemudian suku yang hanya merupakan fungsi r saja dipisahkan dari suku yang
merupakan fungsi sudut saja.
Pada pers (6.7a) dapat dilihat bahwa kedua ruas mempunyai variabel yang berbeda tetapi keduanya identik,
maka msing-masing ruas harus sama dengan konstanta, misalnya dan bila kedua ruas dipisahkan maka diperoleh dua
pers diferensial orde dua fungsi radial dan sudut, yaitu

1 d 2 dR 2me r 2 e2
r E
R dr dr 2 r
atau
d 2 dR 2me r 2 e2
r E R R (6.8)
dr dr 2 r
Dengan substitusi variable yang sesuai pada persamaan (6.8) akan diperoleh PD. Fungsi Laguerre
Sedangkan suku yang hanya mengandung sudut dan dapat dinyatakan sebagai

1 d d 1 d 2
sin (6.9a)
sin d d sin 2 d 2

setelah dikalikan dengan sin


2
, persamaan (6.9a) menjadi

sin d d 1 d 2 (6.9b)
sin sin 2 0
d d d 2

sin d d 1 d 2
sin sin m2
2

d d d 2
Pada persamaan (1.9b) dapat dilihat bahwa ada bagian yang hanya bergantung pada sudut azimut dan bagian yang
bergantung pada saja sehingga kedua variabel tersebut dapat dipisahkan seperti pada persamaan (6.7a) dan suku
2
tengah yang merupakan fungsi azimut saja dimisalkan sama dengan konstanta - m , yaitu.

1 d 2
m 2 (6.10a)
d 2

atau d m 2 = 0
2
(6.10b)
d2

dan

sin d d
sin sin m (6.11a)
2 2

d d

atau setelah dikalikan diperoleh


sin 2

1 d d m2
sin 2 0 (6.11b)
sin d d sin

Dengan demikian, persamaan (6.4) dipisahkan menjadi tiga persamaan deferensial orde dua yang
hanya bergantung pada satu variabel saja, dan kemudian kita tentukan solusi masing-masing
persamaan tersebut di bawah ini.

2. Persamaan Azimuth

Penyelesaian persamaan Schrodinger untuk atom H kita mulai dari persamaan yang paling
sederhana yaitu pers. (6.10a) yakni persamaan azimuth yang menggambarkan rotasi elektron
terhadap sumbu z. Rentangan sudut rotasi disekitar sumbu-z ini adalah 0 sampai 2 , dan
kelipatannya. Itulah sebabnya konstanta (6.10a) dipilih negatif (= m 2 ) agar memberi solusi yang
merupakan fungsi sinusoidal yang bersifat periodik. Bila dipilih positif akan memberi solusi fungsi
exponensial sehingga untuk satu posisi yang sama akan diberi nilai yang berbeda, misal
/ 6 e / 6 , dan 2 / 6 e 2 / 6 padahal posisi / 6 sama dengan posisi 2 / 6 .
Dapat dijelaskan bahwa pemilihan konstanta positif ini tidak menggambarkan kondisi fisis yang
sesungguhnya.
Penyelesaian pers (6.10a) adalah

Ae im Be im (6.12a)
Karena bilangan bulat m dapat berharga positif atau negatif, m= 0, 1, 2.. maka persamaan
(6.12a) dapat ditulis menjadi

m Am e im (6.12b)

dengan keunikan untuk setiap harga yaitu


eim( 2 ) eim ...karena...eim2 1
( 2 ) ( ) atau (6.13)
Dan A merupakan faktor normalisasi yang dapat diperoleh dari penersyarat normalisasi
2 1..untuk..m n
m n d mn

(6.14)
0 0..untuk..m n

Karena kompleks konjugate dari m adalah m Am e im maka kondisi normalisasi untuk fungsi
gelombang azimutal adalah
2

Ae
* in
Aein d 1
0
2

d = Am 2
2 2
1= Am
0

1
maka Am
2

bilangan bulat m disebut bilangan kuantum magnetik.


Jadi m 1 im (6.15)
e
2

1.1.2 Persamaan Polar

Bagian persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen yang merupakan fungsi sudut disebut
persamaan polar dan adalah sudut yang dibuat oleh vektor posisi elektron relatif terhadap titik
awal sistem koordinat yang merupakan posisi proton dengan sumbu z, jadi berharga dari 0
sampai . Persamaan polar ditunjukkan oleh pers (6.11b)

1 d d m2 (6.11b)
sin 0
sin d d sin 2

Persamaan diferensial (6.11b) dengan konstanta dan m 2 dikenal sebagai persamaan diferensial
Legendre terasosiasi. Solusi dari persamaan ini dapat diperoleh dengan menggunakan metode
Frobenius yang dinyatakan dalam bentuk deret pangkat tinggi berhingga yang dikenal sebagai
polinom Legendre terasosiasi. Untuk menyederhanakan penyelesaian pers (6.11b), pertama-tama
dimisalkan m = 0, dalam kondisi ini PD Legendre associated berubah menjadi PD Legendre seperti
ditunjukkan pada pers (6.16)
1 d d (6.16)
sin 0
sin d d

Untuk memudahkan penyelesaian, pers (6.16) disederhanakan lebih dahulu dengan menggunakan
substitusi variable, misal
cos = w , maka sin = =
dan (6.17)

Pers (6.17) dimasukkan ke dalam pers (6.16) diperoleh


1 d d
( sin ) sin { sin } 0
sin dw dw
d d
sin 0
2

dw dw
d 2 d
(1 w ) 0
dw dw

d 2 d (6.18)
(1 w 2 ) 2w 0
dw 2 dw

Pers (6.18) merupakan bentuk umum dari persmaan differensial orde dua fungsi Legendre. Bentuk
penyelesaian PD fungsi Legendre dipilih dalam bentuk deret seperti pada penyelesaian dengan
metode Frobenius yang dibahas pada sistem Osilator Harmonik, dimana bentuk umum PD orde
duanya adalah
+ A(q) + B(q)Q = 0 (6.19)

Bila q = q0 menyebabkan nilai A(q) atau B(q0) adalah tertentu, maka q=q0 disebut titik ordinary
dan penyelesaian pers diff. orde dua adalah merupakan polynom (deret pangkat tinggi) yang
dinyatakan

Q(q) = (6.20)

Tetapi bila untuk q = q0, harga A(q0) atau B(q0) adalah tak terhingga, maka q = q0 disebut titik
regular singular dan bentuk penyelesaian umum nya adalah

Q(q) = ( q q0 ) s (6.21)

Bila prinsip di atas diaplikasikan pada PD fungsi legendre pada pers (6.18)

d 2 2w d
0
dw 2
(1 w)(1 w) dw (1 w)(1 w)

untuk w = 0,
= = =0
= =

Maka untuk w = 0 yang merupakan titik ordinary, bentuk umum penyelesaian PD fungsi Legendre
menurut pers (11) adalah
(w ) = = c0 + c1w + c2w2 + c3w3 + (6.22)

Tetapi untuk w = 1, yang memberikan harga A dan B sebagai


= = =
= = =
maka w = 1 merupakan titik regular singular yang bentuk penyelesaian PD fungsi Legendre

adalah (w) ( w 1) s cn ( w 1) n (w 1) s (c0 c1 ( w 1) c2 ( w 1) 2 c3 ( w 1) 3 c4 ( w 1) 4
n 0

c5 ( w 1) c6 ( w 1) ...
5 6
6.23)
Tetapi karena di dalam pembahasan prinsip-prinsip Fisika selalu dipilih bentuk penyelesaian yang
sederhana maka dipilih bentuk penyelesaian pada pers (6.22), maka kemudian pers (6.22)
dimasukkan ke pers (6.18) yang dijabarkan dengan cara sebagai berikut

(w) = (c0 + c1w + c2w2 + c3w3 + c4w4 + c5w5 + + cnwn)

-2w d = -2w( c1 + 2 c2w + 3c3w2 + 4c4w3 + 5c5w4 + + ncnwn-1)


dw

d 2 = ( 2c2 + 3.2c3w + 4.3c4w2 + 5.4c5w3 + + n(n-1)cnwn-2)


dw 2

+
0 = c0 + 2c2 + (c1-2c1+6c3)w + (c2 - 4c2 2c2 + 12c4)w2 +( c3-6c3-6c3+20c5)w3 (6.24)

Pers (6.24) adalah pers polynomial atau identitas maka masing-masing koefisien dari semua
pangkat w harus sama dengan nol, sehingga diperoleh hubungan antara koefisien-koeficien sebagai
berikut:
2
w0 c0 + 2c2 = 0 c2 = c0 w1 c1 - 2c1 + 6c3 = 0 c3 = c1
2 2.3
2.3 4.3
w2 c2 - 6c + 12c4 = 0 c4 = c2 w3 c3-12c3+20c5 = 0 c5 = c3
4.3 5.4
Dari beberapa perhitungan di atas dapat digeneralisasikan sebagai
(n 1)( n 2)
cn cn 2 (6.25)
n(n 1)
Karena koefisien dari variabel w yang saling berhubungan berbeda dua angka, maka penyelesaian
umum terbelah menjadi dua yaitu penyelesaian genap dan ganjil

(w ) ={ c0+ c2w2 + c4w4 + c6w6 + + c2nw2n}+{ c1w + c3w3 + c5w5 + c7w7 + c2n-1w2n-1} (6.26)
Deret pada pers (6.26), baik yang genap ataupun yang ganjil, terputus bila pangkat tertinggi dari
deret ditentukan, misal pangkat tertinggi adalah n, maka cn+2 = 0, karena tidak diperbolehkan
variabelnya mempunyai pangkat yang lebih besar dari n, dari cn+2 = 0
(n 1)( n)
cn2 cn = 0 diperoleh n( n 1) , n= 0,1,2,3,. (6.27)
(n 2)( n 1)
Pada pers (6.27) n disebut bilangan kuantum orbital. Untuk konsistensi penggunaan symbol yang
mendiskripsikan bilangan kuantum orbital baik untuk fungsi gelombang atau tingkat-tingkat energy
elektron pada atom biasanya bilangan kuantum n diganti dengan symbol sehingga harga
menjadi ( 1) (6.27a).
Penentuan penyelesaian fungsi () = (w) dalam bentuk deret dapat diperoleh dari pers (6.25),
(6.26) dan (6.27) dengan cara pangkat tertinggi dari deret sudah diketahui, misalnya pangkat
tertinggi deret adalah 4 atau 5, hal ini berarti bahwa 4 atau 5 . Kemudian setelah pangkat
tertinggi ditentukan, dihitung dan digunakan untuk mencari koefisien c secara berturutan dengan
menggunakan pers (6.27) sedemikian hingga semua koefisien dinyatakan dalam c0 atau c1 dan bila
koefisien-koefisien tersebut dimasukkan ke pers (6.26) diperoleh (). Penentuan harga c0 atau c1
pada pers (6.26) dihitung dengan menggunakan kondisi bahwa untuk harga w=1, masing-masing
harga ( ) = (w) untuk setiap harga harus sama dengan 1.
Contoh
Marilah kita tentukan 4 ( ) dan 5 ( ) . Untuk 4 ( ) , pangkat tertinggi w dari fungsi ini
adalah 4, maka c6 harus sama dengan nol dan 4 (w) = c0 + c2w2 + c4w4
5.4
dan dengan menggunakan pers (6.25) c6 c4 0
6.5
sehingga diperoleh 20 karena pembilang persaman di atas harus sama dengan nol. Dengan
20
menggunakan pers (6.25) diperoleh c2 c0 10c0
2.1
20 3.2 7 35
c4 c2 c2 c0
4.3 6 3
35
dan 4 ( w) c0 10c0 w 2 c0 w 4 untuk w = 1 harga 4 ( w) =1 sehingga diperoleh
3

35 3
4 ( w) c0 10c0 c0 =1 yang memberikan harga c0
3 8
1
Jadi 4 ( w) 8 {3 30w 35w }
2 4

6.5
Sedangkan untuk 5(w) = c1w + c3w3 + c5w5, dari kondisi c7 7.6
c5 0

30 2 14 30 12 9 14 21
diperoleh 30 , c3 c1 c1 , c5 c3 c1 c1
2.3 3 5.4 10 3 5
14 21
sehingga ( w) c1w c1w3 c1w5 Karena untuk w = 1 harga 5 ( w) =1 ,
3 5
14 21 15
( w) c1.1 c1.1 c1.1 1 maka diperoleh harga c1 = sehingga
3 5 8
15 35 63
5 ( w) w w3 w5
8 4 8
Dengan cara di atas penyelesaian persamaan Schrodinger bagian polar dapat diperoleh dalam
bentuk deret yang dinyatakan seperti pada pers (6.26) dimana harga c0 dan c1 diperoleh dari kondisi
untuk harga w=1, masing-masing harga ( ) harus sama dengan 1.

Dengan memasukkan harga ( 1) pada pers (6.18) maka PD fungsi Legendre dapat
dituliskan sebagai
d 2 d (6.28)
(1 w 2 ) 2 2w ( 1) 0
dw dw
Bentuk umum penyelesaian pers (6.28) dapat ditentukan dengan bentuk deret pada pers (6.26) dan
jika pangkat tertinggi fungsi juga sudah ditentukan, kemudian menggunakan pers (6.25) dan (6.27)
untuk menentukan koefisien masing-masing suku dalam deret, namun biasanya masih tersisa satu
parameter yang harus ditentukan yaitu c0 untuk penyelesaian genap dan c1 untuk penyelesaian ganjil
seperti pada contoh yang telah dibahas diatas.
Disamping penyelesaian bentuk deret, PD fungsi Legendre dapat diselesaiakan dengan fungsi
pembangkit PD legendre, yaitu g t , w 1 2 wt t 2

wt n
1 2
(6.29)
0
Yang disebut fungsi pembangkit adalah g t, w 1 2wt t 2
1 2
. Dengan mendiferensialkan ruas
kiri dan kanan pada pers (6.29), masing-masing terhadap t dan terhadap w, kita akan memperoleh
PD fungsi Legendre. Dengan mengekspansikan fungsi pembangkit dengan menggunakan teorema
binomial, kita akan memperoleh Polynom Legendre atau formula Rodrigues yang dinyatakan
sebagai
1 d
( w) ( ) ( w 2 1) (6.30)
2 ! dw
Pembahasan penjabaran PD fungsi Legendre dan Polinom Legendre dari fungsi pembangkit dapat
di lihat pada lampiran I
Cara ke tiga untuk menyelesaikan PD fungsi Legendre juga dapat dilakukan dengan
mentransformasi PD Legendre menjadi PD fungsi Hypergeometric dengan substitusi variable yang
sesuai. Penjabaran penyelesaian PD fungsi Hypergeometric dapat dilihat pada Lampiran 1.
Dengan memasukkan nilai ( 1) dalam pers (6.11b) diperoleh
1 d d m2 (6.31)
sin ( 1) 2 0
sin d d sin
Seperti pada PD fungsi Legendre, variabel diganti dengan w yaitu
d 2 d m2
(1 w 2 ) 2w (( 1) ) 0 (6.31a)
dw 2
dw 1 w2

Salah satu cara untuk menyelesaikan persamaan Legendre associated pada pers (6.31a)
adalah pertama-tama dengan menyelesaiakan PD fungsi Legendre dan kemudian mengubah PD
fungsi legendre menjadi PD fungsi Legendre associated dengan mendiferensialkan PD fungsi
Legendre yang dinyatakan pada pers (6.28) m kali terhadap w, seperti ditunjukkan oleh pers (6.32).

2 d ( w) d ( w)
2
dm
m
{(1 w ) 2
2w ( 1) ( w)} 0 (6.32)
dw dw dw
Pers (6.32) diselesaikan dengan menggunakan formula Leibnitzs yang dinyatakan pada pers (6.33)
n n
d ns n

dn ds n!
dx n
[ A( X ) B ( x )]

s 0
n s A( x) s B( x),
dx

(n s )! s!
, (6.33)
s dx s
Setelah didiferensialkan m kali terhadap w dengan menggunakan formula Leibnitzs, pers (6.32)
menjadi
(1 w2 )u 2w(m 1)u (m2 m)u ( 1)u 0
atau
(1 w2 )u 2w(m 1)u ( m)( m 1)u 0 . (6.34).

dm
dimana u m (w)
dw
Persamaan (6.34) adalah bukan self adjoint, untuk membuatnya menjadi bentuk self-adjoint, kita
melakukan substitusi terhadap fungsi u(w) yang dinyatakan pada pers (6.35)
d m ( w)
v(w)=(1-w2)m/2 u(w) = (1-w2)m/2 (6.35).
dwm
atau u(w) = v(w) (1-w2)-m/2
Dengan memasukkan pers (6.35) ke pers (6.34) diperoleh

m2
(1-w2) v -2w v + ( 1) v 0,
1 w2
(6.36),

Pers (6.36) merupakan persamaan yang sama dengan pers persamaan (6.31a)) yaitu PD Legendre

d 2v d
2 m

associated dimana 2
2
, atau fungsi v( w) m ( w) , yang merupakan fungsi Legendre
dw dw
associated. Penjabaran PD Legendre associated dari PD Legendre secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Jadi penyelesaian umum dari PD fungsi Legendre associated dapat dinyatakan dalam bentuk
polynomial Legendre associated pada pers (6.37)
d m ( w)
m =(1-w2)m/2 u(w) = (1-w2)m/2 (6.37)
dwm
dimana (w) dapat diperoleh dalam bentuk deret seperti pada pers (6.26) atau dalam bentuk

1 d 2
polinom Legendre ( w) n
( ) ( w 1)
2 ! dw
Dalam beberapa buku Kuantum, biasanya fungsi legendre atau Legendre associated dinyatakan
dalam istilah P (w) P (cos ) atau Pm (w) P m (cos ) , maka jika seandainya dalam uraian di
beberapa bagian penulis mencantumkan istilah yang berbeda, para pembaca harap maklum.
Penyelesaian fungsi gelombang bagian sudut adalah
Ym ( , ) m ( )( ) = N orbm ( )eim (6.38)
Dengan menggunakan syarat normalisasi untuk fungsi gelombang bagian sudut
2



0 0
| Ym ( , ) |2 sin dd 1 (6.39)

diperoleh faktor normalisasi fungsi gelombang bagian sudut yaitu

2 1 ( | m |)!
N orb (1)( m | m|) / 2 (6.40)
4 ( | m |)!
2 1 ( | m |)! m
Dan pers (6.38) menjadi Ym ( , ) (1)( m | m|) / 2 ( )eim (6.41)
4 ( | m |)!

Dari pers (6.41) dapat dilihat bahwa harga (1)( m| m|) / 2 selalu 1 untuk m genap baik positif maupun
negatif dan untuk harga m yang negative dan ganjil, dan selalu sama dengan -1 untuk harga m yang
positive dan ganjil.

Contoh penentuan fungsi gelombang bagian sudut


Fungsi gelombang bagian sudut ditentukan dengan menggunakan pers (6.41), yaitu Ym ,
2 1 m ! m cos e im
(1) ( m |m|) / 2
4 m !
l

Mula-mula marilah kita hitung Y00 , Y10 , Y11, Y20 :

2.0 1 0 0 ! 0
0 cos ei 0
1
Y00
4 0 0 ! 4
untuk Y10
21 1 1 0 ! 0
Y10 (1) 0 1 cos e i 0
4 1 0 !
1
Y10
3 1
4 210!

1 cos 2
0/ 2

cos 1
cos 2 1
3
Y10 cos
4
Untuk lebih mudahnya, kita hitung lebih dahulu polinom Legendre associated m (w) = m (cos )
dengan menggunakan persamaan (6.37), baik untuk harga m positive maupun negative, karena
harga m (w) = m (w) , yaitu.
d |m| ( w) 1 d
(1 w )
m

2 | m| / 2
u ( w) = (1 w ) 2 | m| / 2
| m|
dimana ( w) ( ) ( w2 1) ,
dw 2 ! dw

Misal untuk 1 , maka harga m= -1, 0, 1

1 d 1 2 dw
1 ( w) 1
( ) ( w 1)1 w , maka 11 ( w) (1 w2 )1 / 2 (1 w2 )1 / 2 sin
2 1! dw dw
0
d w
10 ( w) (1 w2 )0 0 w cos
dw
Untuk 2 , maka harga m= -2, -1, 0, 1,2
1 d 2 2 1 3 1
2 ( w) 2
( ) ( w 1) 2 (12 w2 4) ( w2 )
2 2! dw 8 2 2
3 1
d 2 ( w2 )
maka 2 2 ( w) (1 w2 ) 2 / 2 2 2 (1 w2 ).3 3sin 2
2
dw
3 1
d 1 ( w2 )
21 ( w) (1 w2 )1 / 2 2 2 (1 w2 )1 / 2 3w 3sin cos
1
dw
3 1
d 0 ( w2 )
dan 02 ( w) (1 w2 )0 2 2 3 cos 2 1
0
dw 2 2
Setelah m (w) = m (cos ) dihitung, kemudian kita hitung Ym dengan menggunakan pers (6.39)

sebagai berikut:

2.1 1 1 1 ! 1
1 cos e i1 sin ei
3
Y11 (1) 2 / 2
4 1 1 ! 8

dan Y11 (1) 0 / 2 2.1 1


1 1 !1 cos ei1 3 sin e i
4 1 1 ! 8
1

Untuk 2 ,

2.2 1 2 2 ! 2 5 1 15
Y22 (1) 4 / 2 2 cos e i 2 .3sin 2 ei 2 .sin 2 e i 2
4 2 2 ! 4 4! 32

2.2 1 2 2 ! 2 15
Y22 (1) 0 / 2 2 cos ei.2 .sin 2 e i 2
4 2 2 ! 32
2.2 1 2 0 ! 1
Y20
4 2 0 ! 2
2 1 i 0
3 cos e
2
5
16
3 cos 2 1
Dengan cara yang sama anda dapat menentukan Y21danY2 1 . Beberapa fungsi bola harmonik
dituliskan pada tabel 6.1. fungsi Ym , disebut fungsi harmonik bola dan memenuhi
ortonormalitas
Yimi , Ym , sin dd i mim (6.42)
Tabel 6.1 Fungsi Harmonik Bola
Y00 ,
1
Y20 ,
5
(3 cos 2 1)
4 16

Y10 , Y21 ,
3 15
cos sin cos e i
4 8

Y11 ,
3
Y22 ,
15
sin e i sin 2 e 2i
8 32
Mengingat bentuk eksplisit m sebagai fungsi saja, maka rapat probabilitas polar hanya
bergantung pada sudut saja, yaitu

P , Y * m , Ym , * m lm P (6.43)
Grafik fungsi Ym , dilukiskan dalam diagram tiga dimensi ditunjukkan pada gambar 6.2

Gambar 6.2 Representasi permukaan Ym ,

Persamaan Schrodinger Bagian Radial

Bagian radial dari persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen telah dijabarkan pada bagian
awal bab ini seperti yang ditunjukkan pada pers (6.8), dengan mengganti ( 1) yang diperoleh
dalam pembahasan persamaan polar fungsi Legendre, persamaan Schrodinger bagian radial
dinyatakan sebagai

1 d 2 dR 2me r 2 e2
r E 1 (6.8)
R dr dr 2 r

untuk sistem CGS, atau

1 d 2 dR 2me e2 1 2
r E R 0 (6.8a)
r 2 dr dr 2 40 r 2
2me r
untuk sistem SI
Karena elektron dalam keadaan terikat dengan inti maka energi elektron negatif maka energi eigen
nilai dapat ditulis menjadi E E .
Dengan memisalkan

1/ 2
1/ 2
8me E
2 maka r 2 2
8m E 2
e2 r =

r dimana
(6.44)

2

me
1/ 2
e 2 me e 2 me
Dan
e2 = (6.45)
2o 8 E
20 2 40 2

dan bila pers (6.44) dan (6.45) dimasukkan ke persamaan (6.8a) maka diperoleh

2 2 R 2 ( 1) 1
R 2 R 0 (6.46)

2
2
4

Kemudian pers (6.46) dibagi dengan 2 akan diperoleh

1 2 R ( 1) 1
R R 0 (6.47)

2
2
4

Untuk menentukan penyelesaian persamaan (6.47) dicari lebih dahulu penyelesaian pendekatan
untuk daerah di mana jari jari kulit bola sangat besar dan sangat kecil( di sekitar pusat koordinat).
Sebelum diselesaikan untuk yang sangat besar dan mendekati nol, pers (6.47) diuraikan terlebih
dahulu dalam bentuk

2 R 2 R ( 1) 1
R R 0 (6.47a)
2
d 2
4
karena
1 2 R 1 R 2R
2 2 2
2 2
2 R 2 R

2

( 1)
Pada persamaan (6.47a) untuk daerah di tak berhingga dimana , mengakibatkan ,
2
2
, dan menuju nol, sehingga pers (6.47a) berubah menjadi

d2R 1
R 0 (6.48)
d 2 4

Pers diferensial orde dua pada pers (6.48) merupakan persamaan diferensial sederhana yang
mempunyai penyelesaian bentuk eksponensial yang dinyatakan sebagai

R e / 2 (6.49)

Sedangkan untuk daerah disekitar titik asal 0 , fungsi gelombang R dimisalkan lebih dahulu
dengan
U( ) (6.50)
R( )

Pers (6.50) kemudian disubstitusikan ke dalam pers (6.47) sehingga untuk suku pertama pers (6.47)
berubah menjadi

1 2 U 1 2 1 U U 1 U 2U U
( )
2 2 2 2 2

= U2
2

Dan pers (6.47) tereduksi menjadi persamaan deferensial dengan fungsi gelombang U

d 2 U ( 1) 1
U U 0 (6.51)
d 2
2
4

Penyelesaian pers (6.51) untuk harga 0

lim d 2 U ( 1) 1 d 2 U ( 1)
U
4 U 0. U0 (6.52)
0 d 2 2 d 2 2

karena harga 1 U diabaikan terhadap ( 2 1) untuk 0


4

Kemudian pers (6.52) diselesaikan dengan metode Frobeneus dalam bentuk deret, karena untuk
harga 0 menyebabkan harga B( ) = ( 2 1) = , maka titik 0 merupakan titik regular
0
singular dan penyelesaian pers (6.52) berbentuk deret yang dinyatakan sebagai

U s ck k (6.53)
k 0
Pers (6.53) dimasukkan ke dalam pers (6.52)
- ( 2 1) U = - ( 2 1) {c0 s + c1 s 1 + c2 s 2 + c3 s 3 + .}

U2
2
= { c0 s + c1 s 1 + c2 s 2 + c3 s 3 + c4 s 4 + c5 s 5 }
2
2
+
0= c0 {( 1) s( s 1)} + {c1( 1) s(s 1)c1} + c2{( 1) ( s 2)( s 1)} +
s 2 s 1 s

(6.54)
Dengan menolkan koefisien dari suku dengan variabel pangkat terendah, s 2 , yaitu
( 1) s( s 1) 0 merupakan index equation sehingga diperoleh
s atau s 1, (6.54a)
dan untuk penyelesaian pers ( 6.52) dipilih harga s 1 , karena kalau dipilih harga s , untuk
0 menyebabkan harga U atau R menuju tak berhingga sehingga fungsi gelombang tak
ternormalisasi. Untuk s 1maka penyelesaian pendekatan disekitar titik 0 adalah
U 1 (6.54b)
Penyelesaian umum untuk U adalah perkalian antara penyelesaian pendekatan di titik
dengan penyelesaian untuk 0 dan suatu fungsi L( ) yang dinyatakan sebagai

U e L( )
1 2 (6.55a)
atau R e / 2 L (6.55b)
Kemudian kita masukkan pers (6.55a) ke dalam persamaan (6.51) sehingga kita akan memperoleh
PD orde dua fungsi Laguerre L dengan langkah-langkah sebagai berikut:

U L
1 e L 1 . e / 2 L 1 .e / 2
/ 2 1
(6.56a)
d 2

A B C

Kemudian masing-masing bagian A, B, dan C didefernsialkan sekali lagi untuk menghitung L


2

2
2U = { 1 e / 2 L }= 1 1e / 2 L + L
( 1) . e / 2 L ( 1) .e / 2
1
(b)
A
2
2

2U = { 1 1 / 2 }= 1 / 2 L
( 1) . e / 2 L + 1 . e / 2 L + 1
1 1
. e L .e (c)
B
2
2 2 4 2

2U = { 1 / 2 L }= / 2 L 1 1 / 2 L 1 / 2 L
2
.e ( 1) .e .e .e (d)
2 C 2 2
+
2U = 1 1e / 2 L +2 L 1 / 2 L
( 1) . e / 2 L +2 ( 1) .e / 2
1
2 1 .e
2
2 2
2 L
+ 1 . e / 2 L 1.e / 2
1
4 2
2U = 1e / 2 [ { ( 1) ( 1) 1 2( 1) L( ) L
2
}L( ) +{ 1} }] 6.56(e)
2
2
4 2

Masukkan pers (6.55a), dan (6.56e) ke dalam pers (6.51) diperoleh

2L L
2 1 1L 0 (6.57)
2

Pada pers (6.57) dapat diselesaikan secara langsung dengan penyelesaian bentuk deret
menggunakan metode Frobeneus. Pada pers (6.57) dapat dilihat bahwa PD orde dua ini mempunyai
titik ordinary untuk 2( 1) dan titik regular singular untuk 0 , karena 0 lebih sederhana
dari pada 2( 1) , maka dipilih penyelesaian untuk pers (6.57) dalam bentuk deret di sekitar titik
0 , yaitu
~
L s a k . k a0 s a1 s 1 a2 s 2 a3 s 3 .... (6.58)
k 0

Bila pers (6.58) dimasukkan ke dalam pers (6.57) akan diperoleh rumus rekursi dengan langkah
penyelesaian sebagai berikut:
1L 1{ a0 s a1 s 1 a2 s 2 a3 s 3 .... }
L
2 1 2 1 { sa 0 ( s 1)a1 ( s 2)a2 ( s 3)a3 .... }
s 1 s s 1 s2


L
2
2 { s( s 1)a0 s2 ( s 1)( s)a1 s1 ( s 2)( s 1)a2 ( s 3)( s 2)a3 .... }
s s 1

0= 2 1sa0 s(s 1)a0 { s1 }+ 1a0 sa0 s(s 1)a1 2( 1)( s 1)a1 }{ }+


s
[

1a1 + 2 1(s 2)a2 {s 1}a1 (s 2)(s 1)a2 ]{


s 1
}+ ... (6.59)

Bila setiap koefisien dari variabel pada pers (6.59) harus disamakan dengan nol, maka diperoleh
hubungan antara koefisien dari pangkat yang berturutan sebagai berikut:
Untuk s-1: 2 1s s(s 1) 0 s2 2 (s 1) 0 yang merupakan index equation dan
diperoleh harga s = 0 atau s (2 1) . Dari dua macam harga s tersebut dipilih harga s=0 supaya
untuk menuju 0 harga fungsi gelombang terdefinisi
s : 1a0 sa0 s( s 1)a1 2( 1)( s 1)a1 = 0
1 s
a1 a0
( s 1)(2 2 s)
1
untuk s = 0 a1 a0
(2 2)

s+1 : 1a1 + 2 1(s 2)a2 {s 1}a1 (s 2)(s 1)a2 ] =0


1 s 1
a2 a1
( s 2)( 2 2 s 1)
untuk s = 0 diperoleh

1 1
a2 a1
(2)( 2 2 1)
Untuk s+2 : 1a2 + 2 1(s 3)a3 {s 2}a2 (s 3)( s 2)a3 ] =0
1 s 2
Diperoleh a3 a1
( s 3)( 2 2 s 2)
1 2
Di mana untuk s = 0 diperoleh a3 a2
(3)( 2 2 2)
Dari penjabaran di atas dapat digeneralisasikan untuk nilai tertentu
s 1
a 1 a (6.60a)
( s 1)( s 2 2)
dan untuk s=0

1
a 1 a (6.60b)
( 1)( 2 2)

Pers (6.60b) merupakan rumus rekursi untuk s = 0 yang menentukan harga koefisien av pada deret
dari fungsi L(). Misalkan nilai koefisien terendah adalah a0 = A dan berharga konstan yang
ditentukan dengan menggunakan kondisi normalisasi fungsi gelombang, dengan menggunakan pers
(6.60b) dapat ditentukan harga a1 , dan dengan diketahui harga a1 akan dapat juga ditentukan harga
a2, dan seterusnya untuk harga koefisien yang lebih tinggi.

Untuk harga v yang besar yang bersesuaian untuk harga yang besar juga, dimana deret
didominasi oleh pangkat tinggi, sehingga pers (6.60b) dapat didekati dengan bentuk persamaan


a 1 a 11 a (6.60b)
( 1)( )
A
Dari rumus rekursi pers (6.60b) diperoleh a dan pers (6.58) dapat dituliskan menjadi
!


L( ) A

Ae
0 !
Dan fungsi gelombang U( ) pada pers (6.55a) dapat dinyatakan

U A e 1 2
(6.55a1)
Dapat dilihat bahwa fungsi gelombang pada pers. (6.55a1) akan berharga tak berhingga, yang mana
sebelumnya penyelesaian fungsi gelombang yang merupakan fungsi eksponensial positif sudah
tidak dipilih karena menyebabkan fungsi gelombang berharga tak berhingga dan tak dapat
dinormalisasi. Hanya ada satu cara untuk menghindari harga fungsi gelombang menuju tak
berhingga, yaitu deret harus terputus dan berhingga untuk harga max yang merupakan bilangan
bulat tertentu sehingga a max 1 0 , dan dari pers (6.60a) diperoleh
max 1 0 (6.61)
Dengan mendefinisikan max 1 n , maka n juga harus merupakan bilangan bulat yang
nantinya akan disebut sebagai bilangan kuantum utama, maka n dan adalah merupakan
bilangan kuantum radial.
1/ 2
me e2
Dengan menggunakan pers (6.61) dan (6.45) yang dinyatakan sebagai maka
2o 8 E

diperoleh energi dari elektron yang mengorbit inti pada kulit n tertentu, yaitu
mee4
| En | En , atau
(4o ) 2 2 22
mee4
En (6.62)
(4o )2 2 2 n 2
Pers (6.62) sama dengan formula energi elektron yang diusulkan oleh Bohr.
2
40 2 me 1
Bila didefinisikan ao 0,529 x1010 m adalah radius bohr, dan n , maka pers
me e 2
40 n na0
2

2 2
(6.62) dapat ditulis menjadi En n (6.62a)
2me
Contoh:

me e 4
untuk n=1, E1 = -13,6 eV
(4o ) 2 2 2
Karena n=1, maka 0 dan berdasarkan pers (6.61) maka 0 sehingga dengan menggunakan
pers (6.55b) diperoleh
R10 a0 e / 2

sedangkan untuk n=2, dimana elektron berada pada excited state yang pertama, energi elektron
adalah
me e 4
E2 = -3,4 eV
(4o ) 2 2 2 4

Untuk n=2 maka harga 0 atau 1 . Untuk 0 dan harga 0 diperoleh a1 a0 sedangkan
untuk 1 maka a2 0 dan diperoleh R20 a0 (1 )e / 2 . Bila 1 , maka 0 sehingga
R21 a0 e / 2 . Masing-masing fungsi gelombang dapat dinormalisasi dengan menggunakan
persamaan

2
|R | d 1
2

3
n
0

Dengan substitusi n persamaan (6.57) menjadi

2L L
2 1 n 1L 0 (6.63)
2

persamaan (6.63) ini tidak lain adalah persamaan differensial Laguerre terasosiasi, yang mempunyai
bentuk umum

2L Lqp
2 p 1 q pLqp 0 (6.64)

Pers (6.64) equivalen dengan pers (6.63), maka 2( 1) p 1 atau 2 1 p dan dari
n ( 1) q p diperoleh n q
Pers (6.64) dapat diperoleh dengan menggunakan fungsi pembangkit Laguerre yang dinyatakan
dalam persamaan (6.65)
s

e 1s L sq
U ( , s) q (6.65)
1 s q!
Bila kedua ruas kiri dan kanan pada pers (6.65) didiferensialkan terhadap diperoleh
s

d d e d L sq
1 s
U ( , s) { } { q }
d d 1 s d q!
atau
s

s e L s
1 s q
Lq s q1 Lq s q Lq s q1
{ } q atau { } (6.66)
1 s 1 s q! q! q! q!
Bila pangkat s untuk semua suku pada ruas kiri dan kanan disamakan menjadi sq ,yaitu
untuk ruas kiri s q1 s q sehingga Lq Lq 1 dan q! (q 1)! (6.67a)
dan untuk suku ke dua ruas kanan s q1 s q dan Lq Lq 1 dan q! (q 1)! (6.67b)
maka bila pernyatan (6.67a) dan (6.67b) dimasukkan ke pers (6.66), pers (6.66) menjadi
Lq qLq 1 qLq1 (6.68)
Kemudian ruas kiri dan kanan pers (6.65) didiferensialkan terhadap s dan diperoleh

s
s(1)

s
e 1 s

2
s
q 1
1s (1) = Lq qs
1 s q
Ls 1 s (1 s )
q!
d d e d e
U ( , s) { } { q }
ds ds 1 s ds q! 1 s (1 s) 2

s
1 s
s Lq qs q1

e
2
1 =
(1 s ) 1 s q!

s 1 Lq qs q1 Lq qs q1
Lq s q
1 2s s
1 s

( s 1)
e
2 = 2

(1 s ) 1 s q! q! q!

Lq s q Lq s q1 Lq s q Lq qs q1 2qLq s q qLq s q1
atau (
q! q! q!

q!
+
q!
) (
q!
) (6.69)

Dengan menggunakan pengubahan pangkat dari s sedemikian semua s pangkatnya sama, sq, seperti
pada argumentasi (6.67a) dan (6.67b) pada pers (6.69) akan diperoleh

Lq s q Lq 1s q Lq s q Lq1 (q 1) s q 2qLq s q (q 1) Lq1s q


( + ) ( ) (6.69a)
q! (q 1)! q! (q 1)! q! (q 1)!
Maka pers (6.69a) dapat dituliskan menjadi pers (6.70)

Lq 1 (2q 1 ) Lq q 2 Lq1 (6.70)

Bila pers (6.70) didiferensialkan terhadap dieroleh pers (6.70a) dan kemudian dikurangi dengan
pers (6.68) yang telah dikalikan dengan q yang menghasilkan pers (6.68a) , yaitu pers (C2a)
dikurangi pers (C1a)
Lq 1 (2q 1 ) Lq Lq q 2 Lq 1 (6.70a)
q 2 Lq1 = qLq q 2 Lq1 (6.68a)

Lq 1 q 2 Lq1 (q 1 ) Lq Lq (6.71)
Bila pada pers (6.68), variable q diubah menjadi q+1, yaitu Lq 1 (q 1) Lq (q 1) Lq dan
kemudian dimasukkan kedalam pers (6.71) diperoleh pers (6.72)

qLq q 2 Lq1 Lq (6.72)


Kemudian pers (6.72) didiferensialkan terhadap diperoleh
qLq q 2 Lq1 Lq Lq (6.72a)
Bila pers (6.72) dimasukkan ke pers (6.68a) maka pers (6.68a) menjadi
qLq Lq = qLq q 2 Lq1 atau q 2 Lq 1 qLq Lq qLq (6.73)

Kemudian pers (6.73) dimasukkan ke pers (6.72a):


qLq qLq Lq qLq Lq Lq atau
Lq (1 ) Lq qLq 0 (6.74)
Persamaan (6.74) disebut pers diferensial orde dua fungsi Laguerre. Untuk menentukan
penyelesaian fungsi gelombang atom H diperlukan persamaan diferensial fungsi Laguerre
terasosiasi yang dapat diperoleh dengan cara mendiferensialkan PD fungsi Laguerre terhadap
variable sebanyak p kali. Persamaan diferensial orde dua Laguerre terasosiasi pada pers (6.64)
identik dengan persamaan diferensial pada pers (6.63). Pendiferensialan px di lakukan dengan
langkah sebagai berikut:
Mula-mula pers (6.74) didiferensialkan 1x terhadap sehingga diperoleh

Lq Lq (1 ) Lq Lq q Lq 0


Bila Lq L1q , Lq L1q Lq dan Lq L1q Lq , maka pers diatas ditulis dalam bentuk


Lq L1q (1 ) L1q Lq qL1q 0 atau L1q (1 1 ) L1q (q 1) L1q 0 (6.75)
Bila pers (6.75) didiferensialkan 1x lagi terhadap diperoleh

L1q L2q (1 1 ) L2q L1q (q 1) L2q 0

Atau L2q (2 1 ) L2q (q 2) L2q 0
Dari hasil pendiferensialan pers (6.74) terhadap sebanyak 2x dapat ditarik generalisasi untuk
pendeferensialan sebanyak px yaitu


Lqp ( p 1 ) Lqp (q p) Lqp 0 (6.76)
p
karena Lqp 1 Lqp , Lqp1 Lqp , dan p Lq Lqp .

Bila pada pers (6.76), harga p 2 1 dan q n , maka pers (6.76) sama dengan
pers (6.64) yang merupakan persamaan Diferensial orde dua fungsi Laguerre terasosiasi.
Penyelesaian pers (6.76) dinyatakan dalam bentuk polinom Laguerre terasosiasi Lqp yang
dinyatakan dalam rumus Rodrigues


q
Lq
q! d
p
e e q p (6.77)
q p ! d q

dimana koefisien p dan q merupakan fungsi dari bilangan kuantum orbital dan bilangan bulat n
yang nantinya disebut bilangan kuantum utama seperti ditunjukkan pada pers (6.78)

p = 2 +1
q = n + (6.78)

maka penyelesaian pers (6.64) adalah

(n )! d n
L Lqp L2n1 e
n ( 1)! d n ( 1)

e n ( 1) (6.79)

Dengan demikian penyelesaian fungsi gelombang bagian radial diberikan oleh

R Rn N n e / 2 L2n1 (6.80)

dengan N n adalah konstanta normalisasi yang ditentukan dengan prinsip


R n , Rnii R* n Rnii r 2 dr nni i (6.81)
0
dimana

n !
3
1 2
N n (6.82)
(2 1)!
nao 2n n 1!

dengan a 40
2
adalah radius bohr dan n me2 1 .

o
m e
e
2
40 n na0
2

Dengan demikian, solusi lengkap persamaan (6.47) adalah


1/ 2
n ! r r / nao 2 1 r
3
2
Rn r
1
2 e Ln 2
(2 1)! nao 2nn 1! nao
(6.83)
nao

atau

1 n !
1/ 2

Rn r 2 n 2 n r e n Ln 2 n r
r 2 1
3
(6.83a)
(2 1)! 2nn 1!

Berdasarkan hubungan p,q, n dan serta penyebut pada pers (6.77) didapat bahwa q-p harus lebih besar atau sama
dengan nol, atau

p q (6.84a)

maka (2 +1) n+ , atau lebih tepatnya n-1 (6.84b)


jadi untuk n tertentu maka

= 0,1,2,3,...,n-1 (6.84c)
Contoh : Tentukan R 10 ,R 20 , R 21
Rumus umum fungsi gelombang bagian radial adalah:


1/ 2
n ! r r / nao 2 1 r
3
2
Rn r
1
2 e Ln 2
(2 1)! nao 2nn 1! nao nao

Untuk R10, n=1 dan =0 maka
0
1/ 2
r
1!
3
2 2.0 1 r
R10 r 2 e r /1.ao L10 2
o
1.a 2.11 0 1! 1.ao 1a o

3/ 2
1 1
R10 r 2 1.e r / ao L1 2
r

ao ao

Dan dari persamaan Lq


p q!
e
q p ! d q
e diperoleh
d q q p

2r
2r
d1 2 r 2r 0
L
1! 1a0 e 1a0
1a
1
e
1
0
1a 1 1! 2r
1
0
d
1a0
2r
L11 1
a0

sehingga R10 r 2 a0 .e 3 / 2 r / ao

Dengan jalan yang sama untuk R20 diperoleh


0
1/ 2
2 0! r r /1.ao 2.01 r
3
2
R20 r 2 e L20 2
2ao 2.22 0 1! 2ao 2 ao

1 3 / 2 1
r / ao 1 r
3
R20 r 1.e L2 2{ 2 } 2 e nr

a0 2 ao

r
r
r r
1
r

r
r

L
1

2! a
e 0
d2 e a0 2e a0 ( r e a0 2e a0 )
a
2 1!
2 2
a0 r 0 a0
d
a0
r
12 .e
3/ 2
r
2( 2) , maka R20 r 1
r
L12 r / ao 2( 2)
a a0
a0 a0
0
1

1/ 2
2 1! 2 r e r / 2ao L2.11 2 r
3
1 2
R21 r
3! 2ao 2.22 1 1! 2ao
2 1
2ao

1 3 / 2 1 1 r
r / 2 ao 3 r
R21 r e L3
a 0 2 6
ao ao

r
r
d3 r r 0
L
3 3!
e a0 e a0
a
a0 3 3! r
3 3
0
d
a0
r
r r

L 3.e a0 e a0
3
3
a0
r
L33 3
a0
r r / 2 ao
sehingga R21 r a0 3 / 2
3
e
2 6 0
a
Cara III ; Penyelesaian PD Laguerre dengan menggunakan PD Confluent
Hypergeometrik
Berbagai persamaan diferensial orde dua dapat diubah menjadi PD Hypergeometrik atau
Confluent Hypergeometric, misalnya PD fungsi Hermite dan Laguerre dapat diubah menjadi PD
fungsi Confluent Hypergeometrik dengan substitusi variabel yang tepat, PD fungsi Legendre dapat
diubah menjadi PD fungsi Hypergeometrik. Persamaan diferensial fungsi Hypergeomtrik yang
diusulkan oleh C.F.Gau dinyatakan dalam bentuk

2
z(1 - z) 2 (c (a b 1)z) - ab 0 (6.85)
z z
Pers (6.85) dapat diselesaikan dengan bentuk deret di sekitar titik z = 0 yang merupakan titik
reguler singuler sehingga bentuk penyelesaiannya dinyatakan sebagai

z s an z n (6.86)

Kemudian pers (6.86) dimasukkan ke dalam pers (6.85) sedemikian hingga diperoleh suatu
persamaan identitas atau polinom pangkat tinggi di mana semua koefisien dari variabel polinom
menjadi nol dan diperoleh hubungan antara an yang berturutan dari pers (6.86) dan diperoleh
penyelesaian PD Hypergeometric yang dinyatakan pada pers (6.68) dalam bentuk
(a) n (b) n n
F1 (a, b; c; z ) 1 ( z )
(a) (b)
2 z n n zn (6.87)
n 0 (1) n (c ) n n 0 n!(c ) n

dimana (a)n a(a 1)( a 2)( a 3)......(a n 1) (6.88)


(a)0 1
Penyelesaian di atas mempunyai harga bila semua denominatornya dari deret tersebut tidak nol,
maka c -n, dimana n = 0, 1, 2, 3, 4, ......Bila a = -n atau b = -n, maka bentuk penyelesaian yang
berupa deret menjadi terputus sehingga diperoleh penyelesaian yang berhingga yaitu polynomial
pangkat n. Contoh aplikasi dari penyelesaian PD Hypergeomtrik adalah penyelesaian Persamaan
d 2 P( x) dP
diferensial fungsi Legendre (1 x 2 ) 2x n(n 1) P 0 (6.89)
dx 2 dx
Bila x pada pers (6.89) diubah menjadi (1-2x) maka P(x) menjadi P(1-2x), dx menjadi d(1-2x)=-2dx
dan persamaan diatas dapat ditulis menjadi
d 2P dP
4 x(1 x) 2(1 2 x) n(n 1) P 0
4dx 2
2dx
atau
2
d P( x) dP
x(1 x) 2
(1 2 x) n(n 1) P 0 ( 6.90)
dx dx
Dengan membandingkan antara bentuk pers (6.85) dengan pers (6.90) maka didapat penyelesaian
PD fungsi Legendre sama dengan penyelesaian PD hypergeometric yang ditunjukkan oleh pers
(6.91)
Pn (1 2 x) 2 F1 (n, n 1;1; x) (6.91)

Untuk s =1-c, maka penyelesaian ke 2 dari PD Hypergeometric pada pers (6.85) adalah
2 ( z) z1c 2 F1 (a 1 c, b 1 c;2 c; z) (6.92)
Penyelesaian PD Hypergeometric jenis kedua ini tidak nol bila c 2,3, .....
Dari penyelesaian bentuk pertama dan kedua PD Hypergeomeric , maka penyelesaian umum PD
Hypergeometric dapat dinyatakan sebagai

( z ) A2 F1 (a, b; c; z ) Bz 1c 2 F1 (a 1 c, b 1 c;2 c; z ) (6.93)

Persaman Diferensial Confluent Hypergeometric

Bila disubstitusikan x=bz pada PD Hypergeometric pers (6.85), diperoleh


x x 2 x
(1 - ) (c (a b 1) ) - ab 0 (6.85a)
b b 1 x 2 b 1 x
b2 b
pers (6.68a) dapat disederhanakan menjadi

x 2 x
x(1 - ) 2 (c (a 1) x) - a 0 (6.94)
b x b x
Bila pada pers (6.94) harga b maka pers (6.94) menjadi persamaan diferensial Kummer yang
dinyatakan sebagai

2
x (c x) - a 0 (6.95)
x 2
x

c-x a
Untuk x=0, ..atau ,maka titik x=0 disebut titik regular singuler dan titik x=
x x
disebut sebagai titik ordinary . Penyelesaian PD Kummer pada pers (6.95) disekitar titik x=0
dapat dinyatakan sebagai

( x ) x s an x n (6.96)

Bila pers (6.96) dimasukkan kedalam pers (6.95) diperoleh hubungan antara harga an yang
berturutan pada pers (6.96), yaitu
s (n 1) a
an an1 (6.97)
( s n)( s (n 1) c)
Karena ada dua macam harga s pada pers (6.96) yang diperoleh setelah memasukkan pers (6.96), ke
dalam pers (6.95), maka juga diperoleh dua macam bentuk penyelesaian PD Kummer, penyelesaian
bentuk pertama untuk s = 0 yang merupakan fungsi Confluen Hypergeometrik dan dinyatakan
sebagai
n
(a) n x n a(a 1) x 2 a(a 1)(a 2) x3
1 ( x)1 F1 (a; c; x)
a
= 1 x + . (6.98)
n0 (c) n n! c c(c 1) 2! c(c 1)(c 1) 3!

Dan penyelesaian bentuk ke 2 untuk s=1-c adalah

n
(a c 1) n x n
2 ( x)1 F1 (a c 1;2 c; x) (6.99)
n 0 (2 c) n n!
Dan penyelesaian umum dari PD Kummer adalah jumlah dari penyelesaian bentuk pertama dan
kedua dan dinytatakan sebagai

( x) A1 F1 (a; c; x) B1F1 (a c 1;2 c; x) (6.100)


Untuk |x| , fungsi F1 (a; c; x) dapat didekati dengan bentuk

(c) ia a (c) x ac
F1 (a; c; x) e x e x (6.101)
(c a ) ( a )
Dengan menyatakan persamaan diferensial atom H bagian radial dalam bentuk persamaan
differensial Confluent Hypergeometrik, maka fungsi gelombang bagian radial dari atom H dapat
diperoleh dengan sedikit lebih mudah. Dengan membandingkan parameter persamaan diferensial
Confluen Hypergeometrik standard dengan persamaan diferensial bagian radial atom H sebagai
berikut:
2L
L
2 2 1 1L 0 (6.63)



Bentuk umum PD Confluent Hypergeometric yang dinyatakan pada persamaan (6.95)
2
x (c x ) a 0 .. (6.95)
Z 2
x
Agar penyelesaian PD berupa polynomial yang berhingga syaratnya: a= -nr
Dan dengan membandingkan pers. (6.63) dan (6.95) diperoleh hubungan
c 2 2,...a 1 k nr ,..atau...n k nr 1
dimana:
n r = bilangan kuantum radial
= bilangan kuantum orbital
k = n == bilangan kuantum utama
Dengan menggunakan syarat batas untuk penyelesaian PD confluent Hypergeometric a= -nr, maka
diperoleh tingkat-tingkat energi elektron yang sama dengan penyelesaian secara langsung fungsi
gelombang bagian radial menggunakan deret, yaitu dengan menggunakan pers (6.45) diperoleh
mee4 2 2
En n
(4o ) 2 2n 2 2 2me

me2 1
dimana n
40 n na0 ,
2

Dari pembandingan parameter di atas diperoleh penyelesaian PD Laguerre yang dinyatakan dalam
bentuk Fungsi Confluent Hypergeometrik
L2n1 ( )1 F1 ( 1 n;2 2; ) 1F1 ( 1 n;2 2;2 n r ) (6.102)

Dari pers (6.63) dan (6.95) diperoleh penyelesaian fungsi gelombang bagian radial untuk atom H
dari penyelesaian cara ke 3 yaitu
R Rn N n e / 2 L2n1 N n e / 2 1 F1 ( 1 n;2 2;2 n r ) (6.103)
Dengan mengaplikasikan kondisi normalisasi diperoleh fungsi gelombang atom H bagian radial
secara lengkap, yaitu


1 n !
1/ 2

Rn r 2 n 2 n r e Ln 2 n r
r 2 1
3

(2 1)! 2nn 1!


1 n !
1/ 2

Rn r 2 n 2 n r e 1 F1 ( 1 n;2 2;2 n r )
r
3
(6.104)
(2 1)! 2nn 1!
Contoh penentuan bilangan kuantum radial nr n ( 1) dan penentuan fungsi Confluent
Hypergeometrik untuk kulit N dengan nomor kulit

Untuk n = 1, L1 ( ) 1 F1 (0;2;2 n r ) 1
1

Untuk n = 4:
n=k nr
k=4 0 3
1 2
2 1
3 0

untuk harga =0, nr = 3


(a) 0 (2r ) 0 (a)1 (2r )1 (a) 2 (2r ) 2 (a) 3 (2r ) 3
L (2r )1 F1 (3;2;2r ) =
1
4 ...
(c) 0 0! (c)11! (c) 2 2! (c) 3 3!

(3)( 2r ) (3)( 2)( 2r ) 2 (3)( 2)( 1)( 2r ) 3 (3)( 2)( 1)(0)( 2r ) 4


= 1 . 0..
(2) 1! (2)(3)2! (2)(3)( 4)3! (2)(3)( 4)(5)4!

L14 (2r ) = 1 3 (2r ) 1 (2r ) 2 (2r )


3

2 2 24
Untuk =1, nr = 2,maka diperoleh harga
L35 (2r )1 F1 (2;4;2r ) = 1 (2)( 2r ) (2)( 1)( 2r ) (2)( 1)(0)( 2r ) 0..
2 3

(4) 1! (4)(5)2! (4)(5)(6)3!

L35 (2r ) (2r ) (2r ) 2


= 1
2 20
Untuk =2, nr = 1, harga 1 F1 (1;6;2r ) adalah

L56 1 F1 (1;6;2r ) = 1 (1)(2r ) (1)(0)(2r ) ..


2

(6)1! (6)(7)2!
L56 (2r ) = 1 ( 2r )
6
Dari contoh perhitungan di atas dapat dilihat bahwa untuk setiap nilai deret akan terputus dengan
sendirinya karena harga suku tertentu yang menjadi nol.
Untuk n=2; = 0,1, maka harga bilangan kuantum radial nr = 1, 0 sehingga menghasilkan fungsi
Confluent Hypergeometrik sbb:

L12 (2r )1 F1 (1;2;2r ) = 1 (2r ) 1 r


2

Dan L3 (2r )1 F1 (0;4;2r ) 1


3

1 n !
1/ 2

Rn r 2 n 2 n r e Ln 2 n r
r 2 1
3

(2 1)! 2nn 1!

0
1 0!
1/ 2 3
R10 r 2 1 2 1r e L1 2 1r 2( 1 ) 2 e
1 3 r 1 r
(2.0 1)! 2.11 0 1!

3 1 3 1 3
1
R20 r {( 2 2 ) 2 ( ) }2 2 r e r L2 2 2 r {( 2 2 ) 2 ( ) 2 }e r (1 r ) 2( 2 ) 2 er (1 r )
1 2! 2 0 1

1! 4(1)! 2
3 1
R21 r {( 2 2 ) 2 ( ) }2 2 r e r L3 2 2 r
1 3! 2 1 3

3! 4(0)!
3
R21r ( 2 ) 2 2 2 r er
1
3

Untuk n=3, harga =0,1,2, maka harga n2 = n - ( +1) =2, 1, 0


0
3 0!
1/ 2

Untuk n=3, =0, nr = 2, maka R30 r 2 n 2 n r e L3 2 n r


1 3 r 1

(2.0 1)! 2.33 0 1!

(2) 2 3r (2)(1) (2 3r ) 2 (2)( 1)(0) (2 3r )3


L13 ( )1 F1 (2;2;2 3r ) 1 0
(2) 1! (2)(3) 2! (2)(3)(4) 3!
2
L13 ( )1 F1 (2;2;2 3r ) 1 2 3r ( 3r ) 2
3
0
3!
1/ 2

Dan R30 r 2 n 2 n r e (1 2 3r ( 3 r ) )
3 r 2 2

2.32! 3

3
R30 r 2( 3 ) e r (1 2 3r ( 3r ) 2 )
2
2
3
Untuk n=3, =1, nr =1
1 3 1!
1/ 2

R31 r 2 3 2 3r e r L4 2 3r
3 3

(3)! 2.33 1 1!

(1) 2 3r (1)(0) (2 3r ) 2
L ( )1 F1 (1;4;2 3r ) 1
3
4 0
(4) 1! (4)(5) 2!
3r
L34 ( )1 F1 (1;4;2 3 r ) 1
2
2 2 52 3r
R31 r 3 re (2 3 )
3
Untuk n=3, =2, nr=0
2
3 2!
1/ 2

R32 r 2 3 2 3 r e L3 2 2 3 r
1 3 r 2.21

(2.2 1)! 2.33 2 1!


karena

L55 ( )1 F1 (0;6;2 3r ) 1
3 7
Maka R32 r 32 2 3r 2 e r
1 4
32 r 2 e 3r
3 10 3 10

Perhitungan beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa penyelesaian fungsi gelombang


bagian radial dapat dilakukan dengan lebih mudah menggunakan penyelesaian PD fungsi
Confluent Hypergeometric yang dinyatakan pada pers (6.102 )
Fungsi gelombang bagian radial Rn r secara jelas tergantung pada dua bilangan kuantum, n
dan , (atau nr dan ). Ketergantungan Rn r pada sebagai hasil dari penyelesaian persamaan
Schrodinger atom H dengan pemisahan variable seperti yang ditunjukkan pada pers (6.8 ), dengan
( 1)
dimunculkannya kontribusi dari sumbangan gaya fiktif sentrifugal, yaitu , sedangkan bilangan
r2
kuantum utama, n, muncul dari persamaan eigenvalue, yaitu persyaratan bahwa supaya fungsi gelombang
berhingga.

Beberapa fungsi Rn dituliskan pada tabel 6.2. Dari tabel 6.1 dan 6.2 dapat disimpulkan fungsi
gelombang lengkap nm (r , , ) Rn (r )Ym ( , ) dari elektron atom H yang bergerak mengorbit
inti ditunjukkan pada tabel 6.3.

Tabel 6.2 Fungsi Radial yang dinyatakan sebagai fungsi a0


n Rn
1 0 3 / 2 r / ao
2ao e
2 0 1 3 / 2
ao (2 r / ao )e r / 2 ao
2 2
2 1 1 3 / 2
ao (r / ao )e r / 2 ao
2 6
3 0 1 3 / 2
ao (6 4r / ao 4r 2 / 9a0 )e r / 3ao
2

9 3
3 1 1 3 / 2
ao (2r / 3ao )( 4 2r / 3ao )e r / 3ao
9 6
3 2 1 3 / 2
ao (2r / 3ao ) 2 e r / 3ao
9 30

Grafik rapat probabilitas bagian radial Rn r ditunjukkan oleh gambar 6.3.

Gambar 6.3 Rapat Probabilitas sebagai fungsi jarak

Tabel 6.3 Fungsi nm yang dinyatakan sebagai fungsi a0

n m nm
1 0 0 1 3 / 2 r / ao
ao e

2 0 0 1 3 / 2
ao (2 r / ao )e r / 2 ao
2 8
2 1 -1 1 3 / 2
ao (r / ao )e r / 2 ao 3 sin e i
2 6 8
2 1 0 1 3 / 2
ao (r / ao )e r / 2 ao 3 cos
2 6 4
2 1 1 1 3 / 2
ao (r / ao )e r / 2 ao 3 sin e i
2 6 8
1 3 / 2
ao (6 4r / ao 4r 2 / 9a0 )e r / 3ao
2
3 0 0 9 12

3 1 0 1 3 / 2
ao (2r / 3ao )( 4 2r / 3ao )e r / 3ao 3
cos
9 6 4
3 2 0 1 3 / 2 5
ao (2r / 3ao ) 2 e r / 3ao (3 cos 2 1)
9 30 16
Soal

6.1 Persamaan gelombang atom H bagian radial dinyatakan sebagai


1 d 2 dR 2me e2 1 2
r
2 E R 0 (1)
r dr dr
2
r 2mer 2

Bila Rn (r ) U n (r )
r
d 2U 2me e2 1 2
2 E U 0 (2)
2me r 2
a). Tunjukkan persamaan (1) menjadi
dr 2 r
2 2
b) Bila r dimana a B 2 dan En e maka pers (2) berubah menjadi
aB me 2a B n 2
d 2U n 2 1 1
2 U n 0 (3)
dr 2 n 2
c) Bila pers (3) dikalikan dengan k 1 dU n 1 (k 1) kU n dan kemudian diintegralkan secara
d 2
bagian, tunjukkan hasilnya adalah (k 1) k
n 2
k

(2k 1) k 1 (2 1) 2 k 2 k 2 0 ! (4)
4
1
d) tunjukkan bahwa persamaan (4) : d1) menjadi 1 2 untuk harga k = 0
n
1
d2) menjadi (3n 2 ( 1)) untuk harga k = 1 dan menjadi 2 1 (5n 2 1 3( 1))n 2
2 2
untuk harga k = 2

6.2 a). Bila pers (1) pada soal 6.1 dibagi dengan U n kemudian didiferensialkan ke , tunjukkan
d U n d 2 1 1 2 2 1
{ } 2
2 n3
bahwa (5)
d U n d n 2
b). Bila pers (5) dikalikan dengan U 2 n dan kemudian diintegralkan terhadap dari 0 sampai
tunjukkan bahwa hasilnya adalah 2 n 3 ( 1 ) 1 (6)
2
c) Dengan mengkombinasikan pers (4) dan (6) tunjukkan bahwa 3 {n 3 ( 1 )( 1)}1
2
6.3. Dengan menggunakan penyelesaian dengan PD confluen Hypergeometrik, tentukan
R40 , R41 , R42 , dan R43 !

You might also like