You are on page 1of 25

REFERAT

MOLA HIDATIDOSA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi

Di RSUD AMBARAWA

Diajukan Kepada Yth :

dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG

Diajukan Oleh :

Erwin Kukuh Widhianto

H2A013010P

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


RSUD AMBARAWA

2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

MOLA HIDATIDOSA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Di RSUD AMBARAWA

Diajukan Oleh :

Erwin Kukuh Widhianto

H2A013010P

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Kepala Departemen Ilmu Obsgyn Pembimbing

RSUD Ambarawa

Dr. Hary Purwoko, Sp.OG, K-FER Dr. Adi Rachmanadi,Sp.OG

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini selesai pada waktunya. Makalah ini diajukkan
untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.
Penyusunan referat ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut
membantu. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Adi Rachmadi, Sp.OG selaku pembimbing serta kepada teman-
teman di kepaniteraan klinik Obsteri dan Ginekologi atas kerjasamanya selama penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun
bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Ambarawa, 5 Juli 2017

Penulis

BAB I

3
PENDAHULUAN

Yang disebut penyakit trofoblas adalah penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas. Di
dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan,
sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas
dalam kehamilan disebut Gestational Trophoblastic Disease dan yang berasal dari teratoma
disebut Non Gestational Trophoblastic Disease. 1
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tapi
dalam kenyataannya tidak selalu demikian, seringkali perkembangan kehamilan dapat
mendapat gangguan. Tergantung dari tahap di mana gangguan itu terjadi, maka hasil
kehamilan dapat berupa keguguran, kehamilan ektopik, prematuritas, kematian janin dalam
rahim atau kelainan kongenital. Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi. 1
Demikian pula dengan penyakit trofoblas, pada hakekatnya merupakan kegagalan
reproduksi. Pada penyakit yang dikenal dengan nama kehamilan anggur atau mola hidatidosa
ini, kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang
menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu minggu pertama kehamilan. Sel telur
yang harusnya berkembang menjadi janin justru terhenti perkembanganya, yang terus
berkembang justru sel sel trofoblas yaitu berupa degenerasi hidropik dari jonjot korion
sehingga menyerupai gelembung gelembung berisi cairan, mirip anggur. Ukuran gelembung
ini pun bervariasi. Ada yang berdiameter 1 milimeter sampai 1-2 sentimeter. Jika dilihat
melalui mikroskop, ditemukan edema stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi, dan
proliferasi sel-sel trofoblas (jumlah selnya bertambah). 1,2
Pada umumnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada
kalanya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma. Jadi yang
termasuk penyakit trofoblas adalah mola hidatidosa yang jinak dan koriokarsinoma yang
ganas. 1

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Adalah suatu neoplasma jinak dari sel trofoblas, yang disertai kegagalan pembentukan
plasenta atau fetus, dengan terjadinya vili yang menggelembung sehingga menyerupai
bentukan seperti buah anggur. Janin biasanya meninggal meninggal tapi villus villus yang
membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus.3 Merupakan salah satu dari penyakit
karena kelainan plasenta yang meliputi mola hidatidosa komplet dan parsial, tumor
placenta situs trofoblas, koriokarsinoma dan mola invasif. 4
Kehamilan mola secara histologis ditandai oleh kelainan vili korionik yang terdiri dari
proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus dan mengeluarkan
hormon, yakni Human chorionic gonadrotropin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar
daripada kehamilan biasa.1 Mola biasanya terletak di rongga uterus; namun kadang-kadang
terletak di tuba fallopii dan bahkan ovarium. Ada tidaknya janin atau unsur embrionik
pernah digunakan untuk mengklasifikasikan mola menjadi mola sempurna ( complete )
dan parsial.5

Gambar 1. Gambaran mola hidatidosa sempurna


Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad keenam tapi sampai sekarang
belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Berbagai teori telah dianjurkan misalnya teori
infeksi, defisiensi makanan terutama protein tinggi dan teori kebangsaan. Ada pula teori
consanguinity. Teori yang paling cocok dengan keadaan adalah teori dari Acosta Sison,
yaitu defisiensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada wanita dari golongan sosial ekonomi rendah. Akhir-akhir ini dianggap
bahwa kelainan tersebut terjadi karena pembuahan sebuah sel telur di mana intinya telah
hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma yang mengandung 23 X (Haploid)

5
kromosom, kemudian membelah menjadi 46 XX sehingga mola hidatidosa bersifat
homozygote, wanita dan androgenesis. Kadang kadang terjadi pembuahan dari 2 sperma
1
sehingga terjadi 46 XX atau 47 XY. Sekarang mulai dikembangkan teori mola akibat
kekurangan lemak hewani dan karoten sebagai faktor resiko. 4

B. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena tidak sempurnanya
peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu : hasil pembuahan
dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 5 minggu dan karena pembuluh darah
villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi.1
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola memberikan
beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan mola hidatidosa adalah
mola lengkap dan mempunyai 46 kariotipe XX. Penelitian khusus menunjukkan bahwa
kedua kromosom X itu diturunkan dari ayah. Secara genetik, sebagian besar mola
hidatidosa komplit berasal dari pembuahan pada suatu telur kosong (yakni, telur tanpa
kromosom) oleh satu sperma haploid (23 X), yang kemudian berduplikasi untuk
memulihkan komplemen kromosom diploid (46 XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46
XY.6,7,8
Pada mola yang tidak lengkap atau sebagian, kariotipe biasanya suatu triploid,
sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau 69 XYY.
Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola lengkap, sering
disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu biasanya triploid dan cacat. 6,8

Gambar 1.1. Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa. A. Sumber kromosom dari mola
lengkap. B. Sumber kromosom dari mola sebagian yang triploid.

6
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas
1. Teori missed abortion.
Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu
(missed abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga
terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung. Kematian mudigah itu disebabkan karena
kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21.
Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan angiogenesis.
2. Teori neoplasma
Pada penyakit trofoblas, yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana
fungsinya juga menjadi abnormal. Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan
yang berlebihan kedalam villi sehingga menimbulkan gelembung. Sehingga
menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga menyerupai buah
anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Ukuran
gelembung-gelembung ini bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1-2 cm. Secara
mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari
stroma villi dan kesembaban; (3) Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel
Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsitial
giantik (syncytial giant cells). Pada kasus mola banyak dijumpai ovarium dengan kista
lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-
angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh 1,5.

C. EPIDEMOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi ( 1 dari 120 kehamilan)
daripada wanita di negara-negara Barat ( 1 dari 2000 kehamilan). Di Asia, insiden mola
hidatidosa komplit tertinggi adalah Indonesia yaitu 1 dari 77 kehamilan dan 1 dari 57
persalinan. Di Amerika, dari study yang dilakukan terhadap terminasi kehamilan, mola
hidatidosa ditemukan pada 1 dari 1200 kehamilan. Laksmi Sintari dan kawan kawan
melakukan penelitian berdasar populasi di Malang dan menemukan angka untuk mola
hidatidosa 1 : 405. 1 Angka ini jauh lebih tinggi pada negara negara Barat dipengaruhi oleh
faktor sosial ekonomi dan nutrisi. Didapatkan laporan bahwa rendahnya konsumsi karoten
(prekusor vitamin A) berpengaruh terhadap tingginya insiden mola (Level of Evidence C).

7
Pada beberapa negara tampaknya ada kecenderungan untuk meningkat seperti di
Indonesia, Boston dan Seoul. 1,7
Wanita yang memiliki faktor resiko tinggi adalah :
1. Wanita keturunan Asia atau Hispanic, defisiensi folat dan vitamin A dapat
meningkatkan resiko. 7
2. Wanita dengan riwayat Gestational Trophoblastic Disease (GTD) sebelumnya memiliki
7
tingkat resiko berulang 2%. Dalam suatu kajian terhadap penelitian yang total
mencangkup hampir 5000 pelahiran, frekuensi mola rekuren adalah 1,3 persen. Angka
kekambuhan 4,3 persen pada 115 wanita yang ditindak lanjuti di seoul, korea. Dalam
suatu ulasan tentang mola hidatidosa berulang tapi dari pasangan berbeda,
menyimpulkan bahwa mungkin terdapat masalah oosit primer. 5
3. Resiko meningkat pada usia maternal yang ekstrim ( > 45 tahun atau < 20 tahun). Pada
wanita usia > 40 tahun resikonya meningkat empat kali lipat dibanding wanita muda.
Ovum dari wanita yang lebih tua lebih rentan terhadap fertilisasi yang abnormal. 7
4. Wanita dengan riwayat abortus atau infertil. 7

D. KLASIFIKASI
Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai janin maka
disebut mola hidatidosa sempurna atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau
bagian dari janin disebut mola parsialis atau Parsials mole . 1,2,8
1. Mola hidatidosa sempurna
Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih, ukuran
vesikel bervariasi dari sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter dan
sering berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil.5 Pada mola
1
hidatidosa sempurna tidak ditemukan gambaran janin. Degenerasi hidropik atau
degenersi mola, yang mungkin sulit dibedakan dari mola sejati, tidak digolongkan
sebagai penyakit trofoblastik. Pada pemeriksaan sitogenetik terhadap kehamilan mola
sempurna menemukan komposisi kromosam yang umumnya ( 85% atau lebih) adalah
46 XX, dengan kromosom seluruhnya berasal dari ayah. Fenomena ini disebut
sebagai androgenesis. Biasanya ovum dibuahi oleh sperma haploid, yang kemudian
memperbanyak kromosomnya sendiri setelah meiosis sehingga kromosomnya bersifat
homozigot. Kromosom ovum tidak ada atau tidak aktif. Kadang-kadang pola
kromosom suatu mola sempurna mungkin 46 XY yaitu heterozigot karena pembuahan
dua sperma.5

8
Gambaran histopatologis yang khas dari mola hidatidosa sempurna adalah
edema stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel sel
trofoblas. 1

Gambar 2. Histopatologis Mola Hidatidosa


2. Mola hidatidosa parsial
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang yang berkembang
dan mungkin tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak kantung
amnion, keadaan ini diklasifikasikan sebagai mola hidatidosa parsial terjadi
pembengkakan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian vili yang
biasanya avaskular, sementara vili-vili berpembuluh darah lainnya dengan sirkulasi
janin-plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Hiperplasia trofoblastik lebih
bersifat fokal daripada generalisata.5 Bila ada mola yang disertai dengan janin,
kejadiannya ada dua kemungkinan. Pertama, kehamilan kembar, di mana satu janin
tumbuh normal dan hasil konsepsi yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Kedua,
hamil tunggal berupa mola parsialis. 1
Karyotipenya biasanya triploid 69 XXX, 69 XXY, atau 69, XYY dengan satu
komplemen ibu dan biasanya dua komplemen haploid ayah. Janin pada mola
parsial biasanya memiliki tanda-tanda triploid yang mencangkup malformasi
kongenital multiple dan hambatan pertumbuhan serta tidak viabel. Dalam suatu
kajian diterangkan bahwa janin dengan triploid memperlihatkan hambatan
pertumbuhan yang simetris.5
Pada pemeriksaan histopatologis akan ditemukan villi yang edema, dengan
sel trofoblas yang tidak begitu bervariasi, sedangkan di tempat lain masih tampak
villi yang normal. 1 Mola hidatidosa mungkin diikuti oleh tumor trofoblastik non
metastatik pada 4 sampai 8 persen kasus. Resiko koriokarsinoma yang berasal dari
mola parsial sangat rendah.5

9
Gambar 3. Kehamilan kembar dengan mola3

Tabel perbedaan antara mola hidatidosa sempurna dan parsial 5


Mola hidatidosa sempurna Mola hidatidosa parsial
Kariotype 46 XX atau 46 XY 69 XXX, 69 XXY, 69XYY
Embrio fetus Tidak ada Kadang kadang
Amnion Tidak ada Kadang kadang
Edema villi Difus Lokal
Proliferasi trofoblas Bisa sampai tinggi Lokal sampai sedang
Diagnosis Kehamilan mola Missed abortion
Ukuran uterus > usia kehamilan < dari usia kehamilan
Kista lutein 25-30% Jarang
Komplikasi Bervariasi Jarang
Resiko keganasan 15-20% 1-5%

Kadang ditemukan juga kehamilan kembar, antara janin dengan mola sempurna.
dilaporkan bahwa 5% terjadi kehamilan kembar janin dengan mola sempurna.
Kemampuan janin untuk bertahan hidup tergantung dari pembuatan diagnosis dan penyulit
dari mola, mosalnya pre eklampsia atau pendarahan. Dari pengamatan terhadap 113 kasus
kehamilan gemeli mola, 45% berkembang mencapai usia 28 minggu dan 70% di antaranya
bertahan hidup. Dibandingkan dengan mola parsial, wanita dengan kehamilan gemeli mola
memiliki resiko yang lebih besar menjadi keganasan, tapi tidak sebesar pada kehamilan
mola sempurna. 5

E. GEJALA KLINIS

10
Pada permulaannya, gejala mola tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa,
yaitu enek, muntah, pusing dan lain lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat.
Selanjutnya, perkembangannya lebih cepat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih
besar daripada umur kehamilan. Ada pula kasus kasus yang uterusnya lebih kecil atau
sama besar walau jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan
trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya jenis dying
mole. 1 Gambaran klinis sebagian besar kehamilan mola telah banyak berubah dalam 20
tahun terakhir karena penggunaan ultrasonografi vagina dan HCG serum kuantitatif
menyebabkan diagnosis ditegakkan lebih dini. Gejala-gejala lebih mencolok pada mola
hidatidosa sempurna. 5 Beberapa gejala klinis yang sering dijumpai :
1. Pendarahan
Pendarahan adalah gejala utama mola. Biasanya keluhan pendarahan inilah
yang membawa pasien datang ke rumah sakit. Pendarahan dapat terjadi antara bulan
pertama sampai ketujuh dengan rata rata 12-14 minggu. Sifat pendarahannya bisa
intermitten, sedikit sedikit atau langsung banyak. Efek dilusi akibat hipervolemia
yang cukup berat dibuktikan terjadi pada sebagian wanita yang molanya lebih besar.
Kadang-kadang terjadi perdarahan berat yang tertutup didalam uterus sehingga
menyebabkan uterus mengalami distensi karena terisi banyak darah dan kadang
tampak cairan berwarna gelap yang keluar dari vagina, gejala ini dapat muncul pada
50% kasus. Kadang juga ditemukan adanya gelembung yang keluar bersama cairan.
Ini adalah diagnosis yang paling tepat, namun biasanya sudah terlambat ditangani jika
menunggu gejala ini keluar karena umumnya pengeluaran gelembung disertai
pendarahan yang hebat dan kondisi umum pasien sudah menurun.1,4,5
Anemia defisiensi besi sering dijumpai dan kadang-kadang terdapat
eritropoiesis megaloblastik, mungkin akibat kurangnya asupan gizi karena mual dan
muntah disertai meningkatnya kebutuhan folat trofoblas yang cepat berproliferasi.
Akibat pendarahan ini, selain anemia juga dapat terjadi syok atau kematian. 1,5
2. Pembesaran ukuran uterus
Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan adalah gejala
klasik dari mola hidatidosa sempurna. Pembesaran ini disebabkan karena
perkembangan sel trofoblas yang berlangsung dengan sangat cepat. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan palpasi Leopold pada uterus dan didapatkan tinggi fundus
uteri (untuk menentukan usia kehamilan) melebihi usia perkiraan janin pada sekitar
separuh kasus. 3,4,5

11
Biasanya digunakan perbandingan dari cara menghitung umur kehamilan
berdasarkan tanggal hari pertama haid terakhir dan tinggi fundus uteri
A. Perkiraan umur kehamilan dari HPHT
Pertama tama ditentukan dari anamnesa kapan hari pertama dari haid terakhir
pasien, kemudian digunakan rumus Naegele untuk menentukan HPL (Hari
Perkiraan Lahir) yaitu :
HPL = Hari +7, Bulan -3, Tahun +1
Dari sana ditentukan umur kehamilan sekarang berapa minggu.
B. Perkiraan umur kehamilan dari TFU
TFU (cm) Umur kehamilan (bulan)
12 cm 3
16 cm 4
20 cm 5
24 cm 6
28 cm 7
32 cm 8
36 cm 9
40 cm 10

Uterus mungkin sulit diidentifikasi secara pasti dengan palpasi, terutama


pada wanita nulipara karena konsistensinya yang lunak dibawah dinding
abdomen yang kencang. Kadang-kadang ovarium sangat membesar akibat kista-
kista lutein sehingga sulit dibedakan dengan uterus yang membesar. Perlu
dipertimbangkan adanya kemungkinan kesalahan data haid atau adanya uterus
hamil yang diperbesar oleh mioma, hidramnion, atau khususnya kehamilan
multipel. Meskipun demikian, pernah dilaporkan adanya ukuran uterus yang sama
atau bahkan lebih kecil daripada perkiraan umur janin, tapi hanya pada sebagian
kecil frekuensi. 3,5

3. Hiperemesis
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada trimester
pertama kehamilan. Mual biasanya terjadi pagi hari, tapi dapat juga malam hari.
Gejala gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang dari 10 minggu. Apabila gejala gejala tersebut membuat
keadaan umum seseorang memburuk dan mengganggu pekerjaan sehari hari, maka
disebut hiperemesis gravidarum. 1

12
Etiologinya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor
predisposisi telah ditemukan, antara lain primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan
ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda ini
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan penting, karena pada
kedua keadaan itu kadar hormone HCG dibentuk secara berlebihan. Pada kehamilan
mola ini HCG dihasilkan oleh sel sinsitiotrofoblas yang terutama. 1,7
Hiperemesis gravidarum dapat menimbulkan keadaan yang gawat karena akan
terjadi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit apabila tidak tertangani dengan
baik. Dapat terjadi ketosis yang berbahaya karena cadangan karbohidrat dan lemak
terpakai semua sehingga proses pemecahan badan keton meningkat. 1
4. Hipertensi
Yang sangat penting adalah kemungkinan terjadinya preeklamsia pada
kehamilan mola, yang menetap sampai trimester kedua. Karena hipertensi akibat
kehamilan jarang dijumpai sebelum usia gestasi 24 minggu, pre eklamsia yang terjadi
sebelum waktu ini sedikitnya harus mengisyaratkan mola hidatidosa atau adanya mola
yang luas. Tentang komplikasi pre eklampsia dan eklampsia dalam kehamilan mola ini
akan dibahas pada bagian komplikasi. 5
5. Kista lutein
Pada Mola Hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral
maupun bilateral. Kista lutein ini terbentuk karena respon terhadap kadar hormone
HCG yang meningkat dan biasanya disertai dengan hydrops fetalis dan hipertrofi
placenta. Pasien biasanya mengeluh adanya nyeri pada daerah pelvis karena
pembesaran dari ovarium. Karena ada pembesaran ovarium, otomatis ada resiko
terjadinya torsi kista lutein, infark dan pendarahan yang dapat mengakibatkan gejala
akut abdomen. Dengan pemeriksaan klinis insidensi kista lutein lebih kurang 10,2 %
(biasanya tidak teraba dengan palpasi bimanual), tetapi bila menggunakan USG
angka-nya meningkat sampai 50%. Umumnya kista ini menghilang setelah jaringan
mola dikeluarkan, kista akan mengalami regresi karena penurunan kadar hormone
HCG. Membutuhkan waktu sekitar 12 minggu untuk mengalami regresi secara
sempurna. Oleh karena itu oophorectomy tidak perlu dilakukan kecuali kista
mengalami infark yang luas. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai risiko 4 kali
lebih besar untuk mendapat degenerasi keganasan di kemudian hari daripada kasus-
kasus tanpa kista. 4,5
6. Tanda tanda janin

13
Karena pada mola hidatidosa sempurna tidak ditemukan adanya janin, maka tidak
akan ditemukan tanda tanda keberadaan janin. Meskipun ukuran uterus membesar tapi
tidak ditemukan denyut jantung janin, tidak ada tanda ballottement dan tidak ada
pergerakan janin. Sedangkan pada kasus mola hidatidosa parsial, walaupun sangat
jarang tapi kadang dapat disertai dengan janin yang berkembang normal. 3,5

Menurut beberapa literature, gejala pada mola hidatidosa parsialis agak berbeda dengan
mola hidatidosa sempurna, antara lain : 4
1) Pasien dengan mola parsial tidak memiliki gejala klinis seperti mola sempurna. Pasien
tersebut biasanya datang dengan gejala dan tanda seperti abortus inkomplet atau
missed abortus, yaitu pendarahan per vaginam dengan tidak ditemukan nya aktivitas
jantung janin.
2) Pembesaran uterus dan pre eklampsia hanya terjadi pada 5% pasien
3) Kista lutein, hiperemesis dan kompliaksi hipertiroid sangat amat jarang ditemukan

F. DIAGNOSIS
1. Secara klinis
Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan, perdarahan
pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang bergelembung seperti
busa.
a. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan.
Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan
gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
b. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini
merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon -HCG.

Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : ditemukan adanya mola face (muka dan badan tampak kekuningan),
ditemukan adanya darah yang keluar dari vagina yang mungkin disertai dengan
gelembung mola

14
Palpasi : ukuran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan, uterus terasa
lembek, tidak teraba bagian bagian janin, tidak ada ballottement dan gerakan
janin
Auskultasi : tidak ditemukan denyut jantung janin
Pengukuran tekanan darah untuk mengetahui apakah ada hipertensi yang
mengarah ke pre eklampsia mola hidatidosa
Penggunaan Wayne Index jika ada gejala tirotoksikosis
Pemeriksaan dalam :
Memastikan besarnya uterus
Konsistensi uterus
Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Dasar pemeriksaan ini karena adanya kelainan pada sel sel trofoblas yang
mengakibatkan kadar dari hormone HCG yang disekresikan oleh sel
7
sinsitiotrofoblas dan intermediate trofoblas. Pengukuran kadar HCG ini dapat
dilakukan dengan :
a. Tes Gali Mainini : Pemeriksaan urine secara titrasi sampai pengenceran 1/400
didapatkan hasil GM test yang positif. 3
b. Kadar HCG serum. Dikatakan abnormal bila hasilnya di atas 100.000mIU/mL5
Pemeriksaan laboratorium yang lain misalnya : 4
a. Pemeriksaan DL (termasuk trombosit) : pada mola hidatidosa ditemukan
gejala pendarahan yang dapat profus dan menyebabkan anemia serta gangguan
koagulasi.
b. Tes pembekuan darah atau faal hemostasis : mencari koagulophaty
c. Pemeriksaan fungsi liver
d. Pemeriksaan BUN dan Serum Kreatinin
e. Pemeriksaan kadar thyroxine : meskipun wanita dengan kehamilan mola
secara klinis biasanya eutiroid, tapi kadar thyroxine plasma biasanya di atas
normal. Kadang dapat ditemukan gejala hipertiroidisme.
2. Radiologis 3
a. USG : ditemukan gambaran badai salju (snow storm appearance atau snow
flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb).

15
b. Foto polos abdomen pelvis : tidak ditemukan gambaran tulang janin
3. Pemeriksaan Sonde (Acosta-sison) 3
Tidak selalu rutin dikerjakan, biasanya dilakukan sebagai tindakan awal pada
kuret. Bila pada sonde rahim tidak ditemukan tahanan atau tidak teraba bagian
bagian janin, maka akan membantu diagnosis mola hidatidosa.
4. Histopatologi
Gelembung gelembung yang keluar atau dari hasil evakuasi bahan dikirim ke
Laboratorium Patologi Anatomi. 3
a. Mola sempurna
Ditemukan villi yang edema, hyperplasia sel trofoblas, dan penurunan atau
bahkan tidak adanya aliran darah janin. Kromosom menunjukan 46 XX pada
sebagian besar kasus dan 46 XY pada 10-15% kasus. Selain itu, mola
sempurna juga menunjukan adanya peningkatan dari growth factor seperti c-
myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2 dibanding plasenta yang normal.4
b. Mola parsial
Kadang kadang ditemukan adanya janin, dan juga plasenta serta pembuluh
darah janin dengan eritrosit janin di dalamnya. Dapat ditemukan juga edema
villi dan profilerasi trofoblas seperti pada mola sempurna. 4

G. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1. Pendarahan
Pendarahan pada mola bisa sedikit tapi berulang ulang sehingga dapat menyebabkan
anemia, atau kadang bersifat profus yang dapat menyebabkan syok hipovolemik yang
dapat berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu persiapan
rehidrasi dan transfusi darah harus selalu siap. Untuk menghentikan pendarahan dapat
diberikan obat obatan uterotonika seperti Oxytosin dan Methergin. 4

2. Perforasi
Perforasi dapat terjadi secara spontan atau karena tindakan. Spontan terjadi karena
uterus terisi darah dalam jumlah yang besar lalu mengalami distensi berlebihan,
sedangkan jika karena tindakan biasanya terjadi saat dikuret. Jika terjadi perforasi,
maka penanganan harus dilakukan dengan tuntunan laparaskopi. 3,4
3. Emboli sel trofoblas

16
Sebenarnya dalam setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran
darah kemudian ke paru paru tanpa memberikan gejala apapun. Tetapi pada mola,
kadang kadang jumlah sel trofoblas ini terlalu banyak sehingga dapat menimbulkan
emboli paru akut yang bisa menyebabkan kematian. 1 Semakin besar ukuran uterus,
resiko terjadinya komplikasi ini semakin besar terutama saat usia kehamilan 16
minggu. 4
4. Pre eklampsia / Eklampsia Mola
Seperti pada kehamilan normal, pada mola juga dapat terjadi pre eklampsia. Bedanya
pre eklampsia mola terjadi pada usia kehamilan yang lebih muda, jika pada kehamilan
normal pre eklampsia dan eklampsia terjadi pada usia kehamilan 20 minggu. Jadi jika
ditemukan pre eklampsia pada usia gestational yang lebih muda harus dicurigai
adanya mola hidatidosa. 1,5
5. Keganasan
Terjadi pada sekitar 20% kehamilan mola, dengan resiko pada mola sempurna lebih
5
besar dibanding daripada mola parsial. Berdasar dari jenis histopatologinya,
keganasan akibat mola hidatidosa dibedakan menjadi :
a. Koriokarsinoma villosum (Invasive Molla)
Penyakit ini termasuk ganas tapi derajat keganasannya masih lebih rendah.
Sifatnya mirip dengan mola, tapi daya penetrasinya lebih besar. Sel sel trofoblas
dengan villi korealis akan menembus ke dalam miometrium kemudian tidak jarang
mengadakan perforasi pada dinding uterus dan menyebabkan pendarahan intra
abdominal. Dapat juga masuk ke dalam vena seperti vena uterine dan terus ke vena
iliaka interna. Walaupun secara local mempunyai daya invasi yang berlebihan tapi
penyakit ini jarang disertai metastase. Nama lainnya adalah mola destruens. 1

17
Gambar 6. Koriokarsinoma
Diagnosis harus ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Pengobatan
dengan sitostatika seperti methotrexate dapat menyebabkan kesembuhan yang
total, tapi bila disertai tanda pendarahan abdomen maka uterus harus diangkat
dengan kedua adneksa ditinggalkan. Kalau mungkin hanya dilakukan reseksi
parsial saja dan selanjutnya diberikan sitostatika. 1
b. Koriokarsinoma non villosum
Penyakit ini adalah jenis terganas dari penyakit trofoblas. Sebagian besar
didahului dengan mola hidatidosa (83,3%), tapi dapat pula didahului abortus atau
persalinan biasa, masing masing 7,6%. Tumbuhnya sangat cepat dan sering
menyebabkan metastase ke organ organ lain seperti paru, vulva, vagina, hepar dan
otak. Metastase terbanyak adalah pada paru paru (31,1%) dan tempat metastase
yang tidak lazim adalah pada musculus gluteus maksimus. 1
Bila dibanding dengan keganasan ginekologik lainnya, koriokarsinoma ini
memiliki sifat yang berbeda yaitu, mempunyai periode laten yang dapat diukur,
yaitu waktu antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan, menyerang wanita
muda, dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi organ reproduksi
dengan sitostatika dan dapat sembuh tanpa obat obatan melalui proses regresi
spontan. 1
Jika setelah akhir suatu kehamilan terjadi pendarahan pendarahan yang tidak
teratur disertai tanda subinvolusi uterus, kita harus curiga adanya koriokarsinoma.
Acosta Sison mengajukan istilah HBEs sebagai tanda kemungkinan adanya
keganasan yaitu H : Having expelled a product of conception, B : Bleeding, Es :
Enlargment and softness of the uterus. Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan
patologi anatomi, bisa diambil jaringan dari hasil kuret, tapi kerugiannya adalah
kadang kadang untuk mendapat jaringan tersebut kita harus melakukan operasi

18
seperti histerektomi, yang bukan saja bersifat invasive tapi juga menghilangkan
fungsi reproduksi. 1

H. DIAGNOSIS BANDING
1. Kehamilan kembar
Karena ditemukan adanya peningkatan HCG dan ukuran uterus lebih besar
dibandingkan perkiraan usia kehamilan, kedua gejala ini dapat ditemukan pada
kehamilan gemeli. 3,4
2. Abortus
Terutama pada mola hidatidosa parsial yang sering didiagnosis banding dengan
abortus incomplete dan missed abortion. Yang membedakan adalah pada abortus
ditemukan adanya nyeri yang khas (cramping pain) yaitu nyeri yang ritmis pada supra
simfisis dan punggung seperti orang haid. Dan jika ditemukan adanya gelembung
pada darah yang keluar maka dipastikan itu adalah mola hidatidosa. 1,3,5
3. Koriokarsinoma
20% kehamilan mola bisa berujung menjadi keganasan, terutama jenis mola
sempurna. Untuk menegakan diagnosis dilakukan pemeriksaan patologi anatomi. 1
4. Hiperemesis gravidarum
Pada kasus mola hidatidosa juga didapatkan keluhan subyektif berupa hiperemesis,
namun pada mola disertai dengan gejala gejala lain antara lain adanya pendarahan
pervaginam, pembesaran uterus melebihi ukuran sebenarnya dan lain lain. 1,3
I. TERAPI
Pada dasarnya prinsip terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu : 1
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
4. Pemeriksaan tindak lanjut
Perbaikan keadaan umum
Prinsipnya adalah menangani komplikasi yang disebabkan karena mola hidatidosa.
Pada pasien dengan syok atau anemia dapat diberikan rehidrasi cairan dan transfusi darah,
penanganan pre eklampsia dan eklampsia sama dengan kehamilan biasa, sedangkan untuk
tirotoksikosis diobati sesuai dengan protocol dari penyakit dalam. 1
Pengeluaran jaringan mola
Pengeluaran jaringan mola dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

19
A. Kuretase
Kuretase dilakukan setelah perbaikan keadaan umum, paling tidak sampai anemia
teratasi dengan Hb lebih dari 10g/dL. Bila canalis servicalis belum terbuka, dapat
dipasang laminaria dan 24 jam kemudian baru dilakukan kuretase (dilatasi dan
kuretase). Dapat ditambahkan uterotonika untuk meningkatkan kontraksi uterus yang
dapat membantu menghentikan pendarahan. Ada pendapat yang mengatakan kuretase
dilakukan dua kali dengan interval 1 minggu, kuret kedua dilakukan untuk melihat
apakah ada tanda tanda infeksi dan lain lain. Lalu hasil kerokan dikirim ke
laboratorium patologi anatomi. Tapi ada yang mengatakan bahwa kuret cukup
dilakukan satu kali saja asal bersih dan kuret kedua dilakukan hanya jika ada indikasi.
Yang harus diwaspadai pada tindakan kuret adalah adanya :
Adanya pendarahan yang profus. Oleh karena harus selalu disediakan darah
pengganti. Jika dibiarkan dapat berujung menjadi anemia gagal jantung.
Adanya depresi pernafasan yang disebabkan karena emboli sel trofoblas ke
pembuluh darah, keadaan ini dapat diatasi dengan mesin ventilator. 1,3,4
Setelah dilakukan kuretase harus diperiksa ulang dengan pemeriksaan USG untuk
mengetahui apakah masih ada sisa sisa jaringan. 5
B. Histerektomi
Histerektomi ini sangat jarang dilakukan pada kasus mola. Tindakan ini dilakukan
pada wanita yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk
melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun
dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan
pemeriksaan histopatologis sudah tampak ada tanda tanda keganasan berupa mola
invasif. Ada beberapa ahli yang menganjurkan agar pengeluaran jaringan dilakukan
1,3
secara histerektomi, tapi cara ini tidak begitu popular dan sudah ditinggalkan.
Histerektomi adalah terapi penting pada jenis keganasan yang tidak sensitif dengan
kemoterapi. 5
Terapi profilaksis dengan sitotstatika
Jenis terapi ini masih menjadi perdebatan. Terapi ini dapat diberikan pada kasus mola
dengan resiko tinggi akan terjadinya keganasan misalnya umur muda dan paritas tinggi
yang menolak untuk dilakukan histerektomi atau kasus mola dengan hasil pemeriksaan
histopatologi yang mencurigakan. Bisa diberikan dari golongan metrothrexate atau

20
actinomycin D.1 Tapi beberapa ahli mengatakan bahwa terapi profilaksis ini tidak
dianjurkan secara rutin pada kasus mola karena hanya 20% wanita dengan mola hidatidosa
yang mengalami sequel menjadi keganasan. 4 Beberapa penelitian menjelaskan pemberian
terapi MTX profilaksis tidak meningkatkan prognosis kesembuhan pada pasien dengan
mola hidatidosa. 5
Menurut kebijakan dari SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr.
Soetomo, untuk penderita di luar kota Surabaya, berhubung pengawasan lanjut sering
tidak teratur maka ditentukan kebijakan untuk memberikan methotrexat (MTX)
profilaksis. Nama generik yang dipakai adalah Ametopterin dengan dosis 0,2-0,3
mg/kgBB/hari diberikan selama 5 hari secara per oral atau injeksi. Efek samping yang
dapat ditimbulkan :
1. Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, diare, stomatis, pendarahan mukosa
saluran cerna sampai kadang kadang pendarahan dari saluran pencernaan
2. Gangguan kulit : kadang kadang timbul skin rash hiperpigmentasi
3. Gangguan hematologi : penurunan hemoglobin dan pansitopenia
4. Gangguan lain : rambut rontok
Karena toksisitasnya (termasuk kematian) yang signifikan maka oleh American College of
Obstreticians and Gynecologist, penggunaannya dilarang secara rutin.
Pemeriksaan tindak lanjut
Sesudah evakuasi, dilakukan pengawasan baik secara klinis, laboratorium dan radiologi.
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola
hidatidosa. Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun. Tujuannya adalah
memastikan pada mola hidatidosa telah sembuh sempurna dan pemberian kemoterapi jika
diperlukan. 1,3,5
1. Klinis
Dicari mengenai keluhan utama dan juga H,B,E,S yaitu :
H : history, penderita pernah mengalami mola hidatidosa
B : bleeding, ada riwayat pendarahan
E : enlargment, pembesaran rahim
S : soft, rahim tetap lunak 3
2. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan kadar lanjutan dari HCG serum maupun pemeriksaan Gali
Mainini. Pemeriksaan serum HCG dilakukan segera setelah dilakukan evakuasi mola,

21
biasanya sekitar 48 jam pasca evakuasi. Kadar HCG serum seharusnya mengalami
penurunan membentuk gambaran sebuah kurva dan tidak akan meningkat lagi.
Beberapa sumber mengatakan kadar HCG serum akan mencapai normal 7 minggu
pasca evakuasi untuk mola parsial dan 9 minggu pasca evakuasi untuk mola sempurna
(seperti pada gambar kurva). Beberapa sumber mengatakan kadar normal HCG serum
3,4,5
akan tercapai setelah 8-12 minggu pasca evakuasi. Pemeriksaan ini untuk
membedakan dengan penyakit trofoblas yang persisten. Apabila kadar HCG serum
mengalami peningkatan atau membentuk kurva naik ke atas setelah mengalami
penurunan (plateu curve), pasien dicurigai mengalami degenerasi keganasan, dengan
4,5
catatan metastase karena keganasan organ lain harus dapat disingkirkan dahulu.
Sedangkan pemeriksaan lanjutan dari Gali Mainini titrasi setiap minggu sampai tiga
minggu berturut turut hasilnya negative. 3

Gambar 7. Kurva penurunan HCG pasca evakuasi mola hidatidosa


Karena kadar HCG serum juga meningkat pada kehamilan, agar tidak mengacaukan
pemeriksaan selama periode ini, pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan
menggunakan kondom, diafragma atau pil anti hamil. Mengenai pemberian pil anti
hamil ini ada dua pendapat yang saling bertentangan. Satu pihak mengatakan bahwa
pil kombinasi di samping mencegah kehamilan juga dapat menahan LH dari hipofisis
sehingga tidak terjadi reaksi silang dengan HCG. Pihak lain menentangnya, justru
karena estrogen dapat mengaktifkan sel sel trofoblas. Bagshawe beranggapan bila pil

22
anti hamil diberikan sebelum kadar HCG jadi normal dan kemudian wanita itu
1
mendapat koriokarsinoma, maka biasanya resisten terhadap sitostatika. Beberapa
sumber juga memperbolehkan pemakaian IUD (Intra Uterine Device), tapi untuk
mencegah supaya tidak terjadi perforasi dan pendarahan, pemasangan dilakukan saat
sudah terjadi involusi uterus dan normalisasi kadar HCG serum. 4
Pemberian kemoterapi tidak di indikasi selama terjadi penurunan kadar HCG serum
secara bertahap. Apabila ada peningkatan HCG serum membentuk pleateau curve
atau terjadi kelainan trofoblas yang persisten, kemoterapi dapat diberikan.
Peningkatan signifikan proliferasi trofoblas yang ditandai dengan peningkatan kadar
HCG biasanya karena keganasan, kecuali apabila wanita tersebut hamil. Jika kadar
HCG serum telah mencapai normal selama 3-4 minggu, pemeriksaan ulangan
dilakukan 6 bulan kemudian dan wanita tersebut diijinkan hamil kembali jika hasilnya
tetap normal. 4,5 Sayangnya di negara berkembang pemeriksaan tindak lanjut ini sukar
dilakukan karena jarang yang mau datang untuk kontrol. Di samping itu pemeriksaan
HCG dengan RIA (Radio Imunno Assay) mahal. Dengan demikian diagnosis dini
keganasan sukar ditentukan. 1
3. Radiologi
Kontrol X foto 6 bulan sekali sampai gambaran radiologis normal kembali, tidak
ditemukan gambaran snow storm pattern. Menurut prosedur di RSUD Dr. Soetomo,
kontrol ke Poliklinik Onkologi dilakukan :
3 bulan pertama setiap 2 minggu
6 bulan kemudian setiap 1 bulan
Sampai 2 tahun setiap 3 bulan 3

Sampai sekarang belum ada kesepakatan sampai kapan penderita mola dianggap sehat
kembali. Curry mengatakan sehat bila HCG dua kali berturut turut normal. Ada pula yang
mengatakan bila sudah melahirkan anak yang normal. 1
Selain hal hal di atas, perlu juga dilakukan KIE kepada pasien mola, mengenai :
Meskipun jarang, tapi penyakit ini mempunyai resiko menjadi keganasan, oleh karena
itu yang terpenting adalah kontrol rutin sampai pasien benar benar dinyatakan
sembuh.

23
Tujuan pasien disarankan menunda kehamilan adalah supaya tidak mengacaukan
diagnosis keganasan akibat peningkatan HCG serum karena peningkatan HCG serum
karena kehamilan dengan penyakit lain tidak bisa dibedakan.
Pasien diperbolehkan hamil setelah hasil HCG serum normal selama minimal 6 bulan
Untuk kehamilan berikutnya harus terus dimonitoring dengan USG karena adanya
resiko berulang sebesar 1-2% dan setelah 2 atau lebih terjadi kehamilan mola, resiko
terulangnya meningkat menjadi 1 dari 6,5 17,5 kehamilan. 4
J. PROGNOSIS
Di negara maju, karena kemajuan diagnosis dini dan terapi yang tepat, tingkat
kematian akibat mola hidatidosa hampir mencapai angka 0, tapi pada negara berkembang
tingkat kematian masih tinggi, yaitu berkisar antara 2,2-5,7 %. Kematian pada mola
hidatidosa disebabkan karena pendarahan, infeksi, eklampsia, payah jantung atau
tirotoksikosis. Sebagian besar dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah
jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok wanita yang kemudian menderita
degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Resiko menjadi keganasan menurut
literature adalah 20% dari kasus mola hidatidosa, sedangkan menurut laporan berbagai
klinik sangat berbeda beda, berkisar antara 5,56%. 1,4
Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca
mola, tetapi yang paling banyak dalam 6 bulan pertama. Tapi yang jelas semua keganasan
mola ini bersifat dapat sembuh sempurna (curable). Ada wanita yang pernah menderita
mola hidatidosa, kemudian pada kehamilan berikutnya mendapat mola lagi. Kejadian
berulangnya mola ini sangat jarang, sekitar 1-2%. Ada yang mengatakan bahwa mola yang
berulang memiliki resiko yang lebih besar untuk menjadi koriokarsinoma, tetapi penelitian
di Bandung tidak menunjukkan hal demikian. 1,4
Untuk menentukan kapan kembalinya fungsi reproduksi setelah mola hidatidosa,
sebetulnya agak sukar karena umunya mereka diharuskan memakai kontrasepsi. Walaupun
demikian banyak yang tidak mematuhi, karena pengamatan di RS Hasan Sadikin 41,5%
telah hamil lagi dalam jangka waktu satu tahun. Bila tidak diharuskan memakai
kontrasepsi tentu akan lebih banyak lagi. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa kemampuan reproduksi pasca mola tidak banyak berbeda dengan kehamilan
lainnya. Anak anak yang dilahirkan setelah mola hidatidosa ternyata umunya normal. 1

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Winknjosastro, SP.OG, Prof. Dr. Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YAYASAN
BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO; Hal: 339-351.

2. Tim Revisi PDT. 2008. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kebidanan
Dan Penyakit Kandungan. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga;
Hal : 49-53

3. Cunningham, F. Gary. 2006. Obstetri William. Jakarta: Penerbit buku kedokteran


EGC; Hal 930-938, 931-933.

4. Rasjidi, SpOG (K) Onk, dr. Imam. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi
Berdasarkan Evidence Base. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC; Hal 65-82.

5. Winknjosastro, SP.OG, Prof. Dr. Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YAYASAN
BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO; Hal: 262-266.

6. Winknjosastro, SP.OG, Prof. Dr. Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YAYASAN
BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO; Hal: 275-280.

7. Tjokroprawiro, dr., Sp.PD, K-EMD, Prof. Dr. Askandar. 2007. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; Hal: 86-92

8. Kusuma, Sp OG, Dr. Indra Perdana. 2005. Kumpulan Materi Kuliah Obsetrik
Ginekologi. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

25

You might also like