Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Pendamping :
dr. Galuh Ajeng Hendrasti
NIP. 19821014 201001 2 017
PUSKESMAS SALATIGA
PERIODE APRIL2016 JULI 2016
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP KOTA SALATIGA
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus
sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di
Puskesmas Kota Salatiga
Mengetahui,
Dokter Pendamping
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di
Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga berperilaku hidup
bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang berhubungan dengan
peningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya.
Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang
dicanangkan pemerintah sudah berjalan sekitar 15 tahun, tetapi keberhasilannya
masih jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007
menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baru mencapai 38,7%. Padahal Rencana
Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 mencantumkan
target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat) pada tahun 2014.
Di Jawa Tengah pada tahun 2006, cakupan rumah tangga sehat yang dalam
hal ini diwakili oleh rumah tangga strata utama dan paripurna mengalami
penurunan yaitu 48,62% (2006), 53,67% (2005), 68,76% (2004). Dibandingkan
target tahun 2010, cakupan rumah tangga ber-PHBS masih di bawah target 70 %.
Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang sangat berhubungan dengan
peningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungannya. Sehingga dengan berperilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari
akan menghindarkan kita dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi seperti
diare dan ISPA. Selain itu, dari pola hidup yang sehat juga akan menghindarkan
kita dari DBD dimana penyebab munculnya adalah virus yang di perantai oleh
nyamuk.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan yang
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita serta sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Angka kesakitan diare di Indonesia
tahun 2010 mencapai 411/1000 penduduk. KLB (Kejadian Luar Biasa) diare
tahun 2010 terjadi di 26 lokasi yang tersebar di 33 kabupaten/kota di 11 propinsi
di indonesia. Dari 4.204 penderita yang dilaporkansaat terjadi KLB diare, 73
diantaranya menyebabkan kematian dengan CFR (Case Fatality Rate) mencapai
1,74 %. Menurut data SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) tahun 2010, diare
menempati urutan pertama penyakit terbanyak di rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah penderita mencapai 71.889 penderita, dan 1.289 diantaranya
menyebabkan meninggal sehingga CFR (Case Fatality Rate) diperkirakan
sebesar 1,79 %.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan
jumlah kasus DBD hingga tahun 2011 mencapai 3.671 kasus. Sementara tahun
2010 jumlah kasus DBD mencapai 19.362 (IR 5,89 per 10.000 orang) dengan
CFR 1,29 Kasus DBD tertinggi di Jawa Tengah tahun 2011 Kota Semarang
1.186 kasus (IR 76,22).
Dari uraian serta data PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) wilayah
kerja Puskesmas Cebongan di atas, maka peneliti merasa perlu untuk mengetahui
bagaimanakah hubungan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) terhadap
kejadian diare, ISPA dan DBD di wilayah kerja Puskesmas Cebongan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat masalah atau pertanyaanya itu
adakah hubungan antara PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dengan
kejadian diare, ISPA, dan DBD serta gambaran reproduksi remaja.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
dusun Jagalan RT.03 RW. 05 Kelurahan Cebongan terhadap kejadian ISPA,
Diare, dan DBD
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku terhadap kesehatan
reproduksi di kalangan remaja dusun Jagalan RT.03 Rw.05 Kelurahan
Cebongan
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Untuk menurunkan resiko terjadinya ISPA, Diare dan DBD akibat PHBS di
RT. 03 Rw.05 Cebongan
2. Untuk menerapakan PHBS agar terhindar dari penyakit yang berhubungan
dengan rendahnya PHBS
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
C. DIARE
1. Pengertian
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24
jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan
elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam
disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan
orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan
konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.
2. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,
etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
a. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
b. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
c. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium
coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides
stercoralis
d. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan
motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Simadibrata, 2006).
3. Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita
atau tidak langsung melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid,
finger).
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
a. Faktor perilaku
Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman
Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak
Penyimpanan makanan yang tidak higienis
b. Faktor lingkungan
Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan
Mandi Cuci Kakus (MCK)
Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor
risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat
meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang
gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit
imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI,
2011)
4. Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
a. Berdasarkan lamanya diare:
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut. (Suraatmaja, 2007).
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
Diare sekresi (secretory diarrhea)
Diare osmotic (osmotic diarrhea) (Suraatmaja, 2007)
5. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme
dibawah ini:
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit
dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara
klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe
ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum
(Simadibrata, 2006).
b. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang
hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan
defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase,
malabsorpsi glukosa/galaktosa (Simadibrata, 2006).
c. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi
micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata,
2006).
d. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
NA+ K+ ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal
(Simadibrata, 2006).
e. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid
(Simadibrata, 2006).
E. RUMAH SEHAT
1. Pengertian Rumah Sehat
a. Sanitasi Rumah
Pengertian Sanitasi
Menurut Azrul Azwar yang dimaksud dengan sanitasi adalah : Usaha
kesehatan masyarakat yang menitik beratkan kepada pengawasan
terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat.
Pengertian Rumah
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Pengertian Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat
untuk beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna,
baik fisik, rohani maupun sosial.
b. Rumah Sehat
Rumah dapat disebut sehat apabila telah memenuhi syarat syarat
sebagai berikut:
Kesehatan
Suatu rumah disebut memenuhi syarat sehat apabila cukup hawa dan
aliran udara segar, berarti mempunyai ventilasi yang cukup.
Kekuatan bangunan
- Rumah dengan struktur dan kontruksi bangunan yang cukup kuat
sesuai dengan keadaan setempat.
- Rumah yang menggunakan bahan yang cukup kuat, tidak mudah
rapuh dan tidak khawatir dapat ambruk sewaktu waktu.
Keterjangkauan
Secara sosial ekonomis, terjangkau oleh pemilik atau penghuni, baik
ongkos / biaya sewa, membeli atau membangun.
2. Kriteria Rumah Sehat
Rumusan yang dikeluarkan oleh APHA (American Public Health
Association) bahwa persyaratan rumah sehat :
a. Harus memenuhi kebutuhan kebutuhan physiologis
b. Harus memenuhi kebutuhan kebutuhan psycologis
c. Harus terhindar dari penyakit menular
d. Harus terhindar dari kecelakaan kecelakaan
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah
rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan
yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.
3. Syarat Rumah Sehat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 829 / Menkes/SK/VII/2006 :
a. Lokasi
Tidak terletak pada daerah yang rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, dan sebagainya.
Tidak terletak pada daerah yang kotor dan terkontaminasi seperti
bekas tempat pembuangan akhir sampah dan bekas lokasi
pertambangan.
Tidak terletak pada daerah yang rawan kecelakaan dan daerah yang
mudah terjadi kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
b. Sarana dan Prasarana Lingkungan
Memiliki sarana taman bermain untuk anak anak, sarana rekreasi
keluarga dengan konstruksi yang nyaman dan aman dari kecelakaan.
Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vektor penyakit dan memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan sebagai
berikut :
- Konstruksi jalan yang tidak membahayakan bagi kesehatan.
- Konstruksi trotoar jalan tidak membahayakan pejalan kaki
dan penyandang cacat.
- Bila ada jembatan harus diberi pagar pengaman.
- Lampu penerangan jalan tidak menyilaukan pandangan
pengguna jalan.
Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air secara cukup
sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan
kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pengelolaan serta pembuangan kotoran manusia dan berbagai limbah
yang berasal dari rumah tangga harus memenuhi persyaratan
kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Memiliki akses terhadap berbagai sarana pelayanan umum dan sosial
seperti keamanan, kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat
hiburan, tempat pendidikan, tempat kesenian, dan lain sebagainya.
Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan serta
keselamatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak
terjadinya kontaminasi yang dapat menimbulkan penyakit atau
keracunan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Menurut Winslow dan APHA, pemukiman sehat dirumuskan
sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai
tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai
tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan
fisiologis, psikologis, dan bebas dari berbagai penularan penyakit.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara
lain :
1) Pencahayaan.
a). Pencahayaan alam.
Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar
matahari kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan
bagian-bagian bangunan yang terbuka.
Cahaya matahari sangat berguna selain untuk
penerangan juga dapat mengurangi kelembaban ruang,
mengusir nyamuk, membunuh kuman-penyakit tertentu seperti
TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.
Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang
memenuhi syarat kesehatan untuk berbagai keperluan menurut
WHO dimana salah satunya adalah untuk kamar keluarga dan
tidur dalam rumah adalah 60 120 Lux.
Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi
hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap
ketimur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas
10 20 % dari luas lantai.
b). Pencahayaan buatan.
Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar
dapat dipengaruhi oleh :
Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit-
langit.
Konstruksi sumber cahaya di dalam ornamen yang
dipergunakan.
Luas dan bentuk ruangan.
Penyebaran sinar dari sumber cahaya.
2) Ventilasi (penghawaan)
Ventilasi digunakan untuk pergantian udara di dalam
ruangan, udara perlu diganti agar mendapat kesegaran badan selain
itu agar kuman-kuman penyebab penyakit dalam udara, antara lain
bakteri dan virus, dapat keluar dari ruangan sehingga tidak
menjadikan sarana penyebaran penyakit.
Orang-orang yang batuk dan bersin bersin mengeluarkan
udara yang penuh dengan kuman-kuman penyakit (TBC,
pneumonia,dll) yang dapat meninfecteer udara di sekelilingnya.
Penyakit-penyakit menular yang penularannya dengan perantara
udara, antara lain : TBC, bronchitis, pneumonia, dll.
Hawa yang segar sangat diperlukan dalam rumah untuk
mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar
diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam
ruangan. Umumnya temperatur kamar 220C - 300C sudah cukup
segar. Untuk memperoleh kenyamanan udara seperti dimaksud
diatas diperlukan adanya ventilasi yang baik.
Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak,
jangan sampai orang-orang yang ada di dalam rumah menjadi
kedinginan dan sakit. Pembuatan lubang-lubang ventilasi dan
jendela harus serasi dengan luas kamar dan sesuai dengan iklim
ditempat itu.
Di daerah yang berhawa dingin dan banyak angin, jangan
membuat lubang-lubang ventilasi yang lebar. Cukup yang kecil-
kecil saja. Tetapi di daerah yang berhawa panas dan tidak banyak
angin, lubang ventilasi dapat dibuat agak lebih besar.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat
lainnya, diantaranya :
a). Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5 % dari luas
lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil
(dapat dibuka dan ditutup) minimum 5 %. Jumlah keduanya
menjadi 10 % kali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur
sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras
dan tidak terlalu sedikit.
b). Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari
oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan,
debu dan lain-lain.
c). Aliran udara diusahakan CROSS VENTILATION
dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2
dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh
barang-barang besar misalnya almari, dinding sekat dan lain-
lain.
Udara di alam bebas pada umumnya mempunyai komposisi
yang terdiri dari unsur-unsur yang bermanfaat bagi kesehatan dan
unsur-unsur yang kurang bermanfaat bagi kesehatan. Unsur udara
bebas pada umumnya terdiri :
a) Nitrogen (zat lemas) 78,8 %.
b) Oksigen (zat asam) 20,7 %.
c) Karbondioksida (Gas asam arang) 0,04 %.
d) Uap air 0,46 %.
e) Ozon (0.3%), Amoniak (NH3), Gas cair (H2) dan lain-lain.
Unsur yang bermanfaat bagi kesehatan manusia yaitu
Oksigen (O2). Kandungan CO2 adalah unsur yang kurang
bermanfaat bagi kesehatan. CO2 banyak terdapat di udara terutama
di dalam ruangan yang dipadati oleh sekelompok manusia. Produksi
CO2 terjadi akibat proses pernafasan.
Adapun berbagai sumber penghawaan yaitu penghawaan
dari alam dan penghawaan buatan :
a) Penghawaan alam
Penghawaan alam ini mengandalkan pergerakan udara
bebas (angin dari alam), temperatur udara luar dan
kelembabannya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang hawa,
maka penghawaan alam pun dapat diperoleh dari pergerakan
udara sebagai hasil sifat poreus dinding ruangan, atap dan lantai.
Lubang ventilasi sebaiknya diatur agar tidak terlalu
rendah, maksimal 80 Cm dari langit langit. Tinggi jendela yang
dapat dibuka (ditutup) dari lantai minimal 80 Cm. jarak dari
langt-langit terhadap jendela minimal 30 Cm. Untuk mencegah
gangguan binatang sebaiknya dipasang kasa nyamuk.
b) Penghawaan buatan, antara lain :
Fan (kipas angin)
Perputaran baling baling pada kipas dapat menghasilkan
pergerakan udara yang mengarah ke depan. Udara yang
digerakkan oleh kipas angin adalah udara yang ada di dalam
ruangan itu sendiri, sehingga tidak ada pertukaran udara.
Exhauster
Baling baling penyedot udara dari dalam ataupun dari luar
ruangan untuk mengganti udara yang telah terpakai. Pada
pemakaian Exhauster harus diimbangi dengan penempatan
lubang ventilasi yang berseberangan dengan alat tersebut.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara
lain :
1). Cukup aman, nyaman bagi masing-masing penghuni (Kepadatan
hunian)
Kepadatan hunia di dalam rumah dapat menimbulkan efek
negatif terhadap fisik, mental maupun moril bagi penghuninya.
kepadatan memudahkan terjadinya penularan penyakit terutama
melalui saluran pernafasan. Ada 2 cara untuk menilai kepadatan
hunian didalam rumah yaitu :
a). Jumlah orang dibanding dengan jumlah kamar tidur.
Tabel 2.1. Jumlah orang dibanding jumlah kamar tidur :
No Jumlah Kamar Jumlah penghuni
1 Satu 2 orang
2 Dua 3 orang
3 Tiga 5 orang
4 Empat 7 orang
5 Lima atau lebih 10 orang
Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 1985.
Dengan ketentuan bahwa untuk setiap penambahan satu
kamar tidur diatas lima tersebut diperkenankan menambah
penghuni sebanyak 2 orang.
b). Jumlah orang dibanding dengan luas lantai kamar.
Tabel 2.2. Jumlah orang dibanding jumlah kamar tidur :
No Luas lantai kamar Jumlah penghuni maksimal
2
1 4,64 m 0
2
2 4,64 6,5 m 0,5
3 6,5 8 m2 1
2
4 8 10 m 1,5
5 Lebih dari 10 m2 2
Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 1985.
Dengan ketentuan anak di bawah umur 1 tahun tidak
diperhatikan, umur 1 10 tahun dihitung setengah.
Menurut Tupasi, kepadatan hunian di tentukan dengan jumlah
kamar tidur di bagi jumlah penghuni, dinyatakan :
i ). Baik : Bila kepadatan lebih atau sama
dengan 0,7
ii ). Cukup : Bila kepadatan antara 0,5 0, 7
iii ). Kurang : Bila kepadatan kurang dari 0,5
2). WC dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah.
Suatu rumah harus mempunyai WC dan kamar mandi
sendiri dan terpelihara kebersihannya. Bila tidak mempunyai WC
sendiri, maka buang air besar dilakukan di sembarang tempat
(sungai, kebun, empang, dan lain lain) yang sebenarnya tidak
dibenarkan karena dapat menyebabkan dan memudahkan penyakit-
penyakit tertentu dapat ditularkan melalui pembuangan kotoran
yang tidak sehat.
c. Mencegah penularan penyakit.
Kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal bagi keluarga harus
memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi penularan
penyakit bagi penghuninya, antara lain :
1) Bebas dari serangga dan tikus.
Menghindari adanya kehidupan serangga (lalat, tikus dan
kecoa), dengan cara atau usaha kebersihan dan kesehatan lingkungan
di dalam dan di luar rumah.
2) Pembuangan sampah.
Sampah dibedakan menjadi : sampah basah, sampah kering dan
sampah sukar busuk (kaleng, kaca, paku dan lain-lain). Sampah
jangan dibuang di tempat terbuka lebih dari 24 jam karena akan
menyebabkan lalat dan tikus untuk bersarang.
3) Pembuangan tinja.
Usahakan setiap rumah mempunyai jamban sendiri, selalu
bersih dan tidak berbau (konstruksi leher angsa). Jarak cukup jauh
dari sumber air dan letaknya di bagian hilir air tanah. WC harus
selalu bersih, mudah dibersihkan, cukup cahaya dan cukup ventilasi.
BAB III
METODOLOGI
A. KERANGKA ACUAN
INPUT
1. Man
1) Narasumber
Penduduk RW 05, RT 03, Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo,
Kota Salatiga
Koordinator Kesling Puskesmas Cebongan
Kepala Puskesmas Cebongan
2) Sasaran :
Seluruh warga RW 05, RT 03, Kelurahan Cebongan, Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga
3) Pelaksana :
Dokter Internsip Salatiga Periode April-Juli
2. Money : Swadana Dokter Internsip
3. Material
Surat tugas Kepala Puskesmas Cebongan untuk mengadakan kegiatan
Survey PHBS dan Kesehatan Reproduksi Remaja
Kuesioner PHBS terkait dengan DBD, ISPA, dan Diare
Kuesioner Kesehatan Reproduksi Remaja
Indikator Rumah sehat
Referensi tentang PHBS rumah tangga dan kesehatan reproduksi remaja
(Pedoman penyelenggaraan PHBS rumah tangga dan kesehatan reproduksi
remaja)
Data jumlah penduduk dan Kepala keluarga di RW 05, RT 03, Kelurahan
Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga
Powerpoint materi Penyuluhan PHBS
Lembar kesepakatan komitmen melaksanakan PHBS di wilayah RW 05, RT
03, Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga
4. Method
Pelaksaan survey dan pengisian kuesioner, Analisis hasil survey dan
kuesioner, penyampaian hasil survey PHBS pada masyarakat disertai
penyuluhan PHBS, pembentukan komitmen pelaksanaan PHBS
5. Machine : Alat tulis (pulpen, kertas)
Alat presentasi (laptop, LCD)
Alat dokumentasi (kamera digital/kamera handphone)
Kursi/tikar, meja
Alat tranportasi
Sound system dan microphone
PROSES
1. P1 (Perencanaan)
1) Membuat rencana pelaksanaan kegiatan
2) Menemui pembina (koordinator program kesehatan Llingkungan) untuk
mendiskusikan metode pelaksanaan kegiatan survey PHBS dan Kesehatan
Reproduksi Remaja
3) Mengumpulkan data penduduk di RW 05, RT 03, Kelurahan Cebongan,
Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga
4) Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan survey PHBS
5) Mencari referensi tentang PHBS dan Kesehatan Reproduksi Remaja
6) Mempersiapkan materi dan peralatan untuk pelaksanaan survey PHBS dan
Kesehatan Reproduksi Remaja
2. P2
Penggerakan
1) Mengajukan izin kepada Kepala Puskesmas Cebongan Salatiga sehubungan
dengan kegiatan survey PHBS dan Kesehatan Reproduksi Remaja
OUTPUT
7) Menemui bapak RW 05 Dukuh Jagalan dan Bapak RT 03 Dukuh Jagalan,
1. Data tentang keadaan rumah penduduk dan perilaku sesuai PHBS
serta Kader kesehatan Kelurahan Cebongan, Salatiga
2. Terbentuknya Komitmen bersama bagi masyarakat RW 05, RT 03,
2) Berkoordinasi dengan petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo untuk bersama-sama
Cebongan mengenai data dan tinjauan tempat survey
3) melaksanakan
Berkoordinasi PHBS
dengan Kader kesehatan Kelurahan Cebongan, Salatiga
3. Data jumlah peserta yang menghadiri kegiatan survwy PHBS
mengenai jadwal pelaksanaan
Pelaksanaan
1) Menyiapkan perlengkapan pelaksanaan kegiatan.
Lembar kuesioner PHBS dan Kesehatan Reproduksi Remaja, serta
indikator rumah sehat
Alat tulis (pulpen, kertas)
Alat dokumentasi (kamera digital/kamera handphone)
Senter
2) Melakukan survey ke rumah penduduk RW 05, RT 03 Kelurahan
Cebongan,
3) Melakukan wawancara terhadap kuesioner PHBS dan Kesehatan
Reproduksi Remaja serta observasi keadaan rumah responden
4) Mencatat hasil wawancara dan mengisi indicator rumah sehat untuk
masing-masing rumah
5) Memberikan materi tentang PHBS kepada masyarakat Cebongan
menggunakan media slide presentasi pada saat pertemuan RW
6) Diskusi tentang materi yang telah disampaikan
7) Membuat komitmen bersama untuk melaksanakan PHBS di lingkungan
Kelurahan cebongan, khususnya bagi warga RW 05/RT03
8) Mendokumentasikan acara pelaksanaan
3. P3
Pengawasan
Mengawasi pelaksanaan kegiatan survey PHBS sesuai dengan rencana yang
telah disusun, baik sasaran, waktu, maupun hasil yang dicapai
B. METODE PENGAMATAN TERLIBAT
Metode pengamatan terlibat yang dilakukan dalam pengumpulan data
adalah dengan wawancara (interview) dan pengamatan langsung (direct interview)
pada Penduduk RW 05, RT 03, Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo
sesuai kuesioner PHBS, Kespro dan Indikator rumah sehat, pengukuran
menggunakan instrumen yang sesuai, dan pencatatan hasil.
BAB IV
2. Puskesmas Cebongan
a. Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas Cebongan merupakan Puskesmas yang terletak
paling selatan dari Kota Salatiga.Lokasi bertempat di Kelurahan
Cebongan, Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.
Puskesmas Cebongan pada Tahun 1994 bergabung dengan Kota
Salatiga setelah sebelumnya merupakan bagian dari Puskesmas di
Kabupaten Semarang. Puskesmas Cebongan Terdiri dari 4 wilayah,
yaitu kelurahan Tingkir Tengah, Kelurahan Tingkir Lor, Kelurahan
Cebongan & Kelurahan Noborejo.
Pada Tahun 2005 dilakukan pelayanan tambahan di Puskesmas
Cebongan yaitu IGD 24 Jam .Pada tahun 2007 ditambah layanan
rawat inap dan dilakukan rewilayah kerja Puskesmas menjadi 3
wilayah, yaitu Kelurahan Cebongan, Kelurahan Noborejo & Kelurahan
Ledok.
Wilayah kerja Puskesmas Cebongan terletak daerah
bergelombang ( kelurahan Ledok ), daerah miring 25 % (Kelurahan
Cebongan) dan Daerah datar 10 % (kelurahan Noborejo ).Dengan
ketinggian 450 825 diatas permukaan laut dan beriklim tropis
berhawa sejuk dan udara segar .
Di dalam gedung Puskesmas Cebongan ini sendiri terdapat
beberapa program yaitu: Poli Rawat Jalan (KIA, Gigi, Obat, Loket),
Ruang MTBS, Ruang DDTK, UGD 24 jam, Rawat Inap 24 jam, Ruang
Bersalin 24 jam, Klinik (Sanitasi, Gizi).
B. DATA GEOGRAFIS
1. Data Wilayah
C. DATA DEMOGRAFI
1. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk wilayah kerja Puskesmas Cebongan 22.607 jiwa terdiri dari:
Kelurahan Cebongan : 5.140 Jiwa
Kelurahan Noborejo : 2.034 Jiwa
Kelurahan Ledok : 11.065 Jiwa
Jumlah KK wilayah Puskesmas Cebongan 6.916 KK, terdiri dari :
Kelurahan Cebongan : 1.460 KK
Kelurahan Noborejo : 2.034 KK
Kelurahan Ledok : 3.422 KK
B E N D AH AR A R UT I N B E N D AH AR A SE T O R AN
Sarmo Slamet
J AR I N GAN P E L AYAN AN
P U SK E SM AS & J E J AR I N G U K P , K E F AR M ASI AN &
F ASI L I T AS P E L AYAN AN K E SE H AT AN L AB O R AT O R I UM
B E N D AH AR A J K N B E N D AH AR A B O P dr. R atih K usuma D wiyanti
dr. E irene M egawati Saap
D ewi Anggraheni SK , SST E ko E ndang P alupi
B E N D AH AR A B O K B E N D AH AR A B AR AN G P ON E D
J AR I N GAN P E L AY AN AN J E J AR I N G F ASI L I T AS N urul H usna Ardiani P E M E R I K SAAN UM U M
Sr i R ahayu, Skep, N s dr. E ir ene M egawati Saap
P USK E SM AS P E L AYAN AN K E SE H AT AN dr. W ahyu D wi S
Sinta D wi H andayani
Agus Shocheh drg. L istia D harmawidiati
K E SE H AT AN G I G I & M UL UT R AW AT I N AP
dr g. L ista D har mawidiati dr. W ahyu D wi Saptono
P U ST U L E D O K
L astanto
U K M E SE N SI AL & K E P E R AW AT AN K E SE H AT AN I B U D AN K B
K E SE H AT AN M ASYAR AK AT K E F AR M ASI AN
L ayly K ur niasari
P UST U N O B O R E J O dr.G aluh Ajeng H endrasti E stiningsih Sri W,S.F ar m, Apt
W idodo
K E SE H AT AN AN AK & I M UN I SASI L AB O R AT O R I UM
N urul Aini Sapto W ahyudi
P U ST U R I N G I N AW E
Suwar P r iyono UK M E SE N SI AL UK M P E N G E M B AN G AN
dr. G aluh Ajeng H endrasti dr. G aluh Ajeng H endrasti
GAW AT D AR UR AT SAN I T ASI
T B P AR U dr. W ahyu D wi Saptono Chabib M aeda
P USK E SM AS K E L I L I N G
P R O M K E S D AN UK S Sri R ahayu, S.K ep,N ers
N i K adek Y udiwianti
drg. D esi R achmayanti K E SE H AT AN K E R J A
dr. G aluh Ajeng H endrasti GI ZI R AD I O L O G I
D I AR E
P 3K Sr i H ar yati N urul H usna Ardiani
Susilo W ardoyo
E rsan K E SE H AT AN L I N G K U N GAN
M ujiatun
H I V/AI D S, I M S, VCT
P E N CE G AH AN & P E N G E N D AL I AN dr. R atih Vitha
P E N Y AK I T M ASYAR AK AT
N ovi Adr iani
K U ST A
N ovi Adriani
K I A-K B
W iwik Setyowati
DBD
M ujiatun
K E P E R AW AT AN K E SE H AT AN
M ASY AR AK AT
Agus Shocheh I SP A/P N E U M O N I A
U mdatun Anisak
G I Z I M ASY AR AK AT
Sri H aryati
E. PROGRAM PUSKESMAS
1. Visi
Masyarakat Puskesmas Cebongan yang sehat, Mandiri dan Berkeadilan
2. Misi
a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita, keluarga dan
lingkungan secara optimal
b. Mendorong pembangunan yang berwawasan kesehatan
c. Meningkatkan status gizi masyarakat
d. Pemberdayaan masyarakat, swasta/LSM dan dunia usaha dalam bidang
kesehatan
e. Melindungi kesehatan masyarakat yang paripurna, merata, bermutu dan
berkeadilan
Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas Cebongan melaksanakan
Program Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Pengembangan. Upaya
Kesehatan wajib meliputi :
a. Promosi Kesehatan
b. Upaya Penyehatan Lingkungan
c. Upaya Perbaikan Gizi
d. Kesehatan Ibu dan Anak
e. Pelayanan KB
f. Pengobatan
Dan melaksanakan upaya pengembangan, meliputi :
a. UKS/UKGS
b. Usaha Kesehatan Jiwa
c. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
d. PHN
e. Upaya Kesehatan Usia lanjut
f. Upaya Kesehatan Olahraga
F. DATA KESEHATAN MASYARAKAT
Pada warga RW 05 RT 03 Kelurahan Cebongan, didapatkan terdapat 2 KK
yang pernah terjangkit DBD, sedangkan 38 KK tidak. Untuk kejadian Diare,
terdapat 29 KK yang tidak mengalami diare, sedangkan 8 KK terdapat 1-2
anggota yang terkena diare, dan 3 KK memiliki >2 anggota keluarga yang
menderita diare. Kejadian ISPA di lingkungan ini didapatkan terdapat 7 KK yang
tidak pernah terkena ISPA, sedangkan 15 KK pernah mengalami ISPA pda 1-2
anggota keluarganya, dan 18 KK mengalami ISPA pada >2 anggota keluarganya.
Tabel 3.2. Jumlah Kejadian DBD, Diare dan ISPA pada Warga RW
05 RT 03 Kelurahan Cebongan dalam 1 Tahun Terakhir
Pernah
Tidak 1-2 Anggota > 2 Anggota
DBD 2 KK 38 KK
Diare 29 KK 8 KK 3 KK
ISPA 7 KK 15 KK 18 KK
Sumber Air
Sumur PAM
Keadaan Air
Bersih 35 KK 3 KK
Kurang Bersih 2 KK -
Frekuensi Merokok
Merokok Tidak Merokok
di dalam Rumah
Tidak Pernah 8 KK
Jarang 10 KK 11 KK
Sering 11K
G. HASIL KUESIONER PENILAIAN RUMAH SEHAT
Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk
beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun sosial budaya. Beberapa indicator rumah sehat yang dinilai pada
penelitian mini project kali ini adalah: ventilasi dan pencahayaan yang cukup,
tidak padat menghuni, tersedianya kamar mandi dan jamban serta air bersih, dan
pengelolaan sampah yang baik. Dari indikator-indikator tersebut didapatkan:
a. Ventilasi dan pencahayaan
Tabel 3.10. Ventilasi dan pencahayaan pada rumah warga di Lingkungan
RW 05 RT 03 Kelurahan Cebongan disesuaikan dengan kriteria rumah sehat
Sesuai Tidak Sesuai
Luas Jendela : Luas
23 KK 17 KK
Lantai
Luas Lubang
Ventilasi Tetap : Luas 9 KK 31 KK
Lantai Ruangan
Aliran Udara Cross
8 KK 32 KK
Ventilation
Jarak Lubang
Ventilasi dengan 33 KK 7 KK
Langit-Langit
Jarak Tinggi Jendela
16 KK 24 KK
dari Lantai
Jarak Jendela dari
27 KK 13 KK
Langit-Langit
b. Kepadatan penghuni
Tabel 3.11-3.12. Kepadatan Penghuni pada rumah warga di Lingkungan RW
05 RT 03 Kelurahan Cebongan disesuaikan dengan kriteria rumah sehat
Sesuai Tidak Sesuai
Jumlah Kamar :
11 KK 29 KK
Jumlah Penghuni
Luas Lantai Kamar : 11 KK 29 KK
Jumlah Penghuni
Kurang 19 KK
Cukup 14 KK
Baik 7 KK
d. Pengelolaan sampah
Tabel 3.14-3.15. Pengelolaan Sampah dan Kebersihan Lingkungan di
Rumah Warga RW 05 RT 03 Kelurahan Cebongan disesuaikan dengan kriteria
rumah sehat
Dibedakan 16 KK 6 KK
Tidak Dibedakan 18 KK
Ya Tidak
Membiarkan sampah
> 24 jam di tempat 25 KK 15 KK
terbuka
Menemukan Tikus
Kecoa dan atau Lalat 24 KK 16 KK
pada sat survey
Laki-Laki 12 60
Perempuan 8 40
Total 20 100
BAIK 5 25 8 40
CUKUP 13 65 10 50
BURUK 2 10 2 10
BAB V
DISKUSI
BAB VI
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian di RT 03 RW 05 dusun Jagalan Kelurahan Cebongan dapat
ditarik kesimpulan berupa :
1. Dengan latar belakang di atas, maka dapat dilihat gambaran PHBS di RT 03
RW 05 dusun Jagalan Kelurahan Cebongan, Salatiga mempunyai perilaku
dan pengetahuan yang cukup terhadap PHBS, hal ini harus ditingkatkan
terus dan harus berkesinambungan sehingga tingkat kesadaran terhadap
kesehatan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar dapat terus
ditingkatkan untuk mencapai lingkungan yang nyaman di wilayah dusun
Jagalan RT 03 RW 05 dusun Jagalan Kelurahan Cebongan
2. Gambaran mengenai kesehatan reproduksi remaja di dusun Jagalan RT.03
Rw.05 Kelurahan Cebongan, Salatiga mempunyai perilaku dan pengetahuan
yang cukup. Hal ini sebaiknya ditingkatkan karena apabila remaja dibekali
pegetahuan kesehatan reproduksi yang komprehensif, maka remaja dapat
lebih bertanggung jawab dalam berbuat dan mengambil keputusan
sehubungan dengan kesehatan reproduksinya. Peran keluarga, sekolah
maupun lingkungan terkait sangat penting agar tercipta generasi remaja
yang berkualitas.
B. SARAN
1. Menggalakkan penyuluhan mengenai PHBS oleh Nakes terutama oleh
dokter dalam bentuk ceramah dan tanya jawab 1 bulan sekali
2. Melakukan pelatihan terhadap para kader, juru imunisasi, bidan, mantri,
tokoh masyarakat yang terjun langsung ke lapangan untuk memantau PHBS
3. Menggalakkan pengeolaan dan pemilahan sampah di Lingkungan RW 05,
RT 03, Kelurahan Cebongan, Salatiga
4. Mengadakan lomba rumah PHBS serta desa PHBS setahun sekali untuk
memacu masyarakat secara umum dan rumah tangga miskin secara khusus
untuk menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
5. Pembentukan kader dari anggota karang taruna RT 03 RW 05 Dusun Jagalan
untuk meningkatkan pengetahuan menganai kesehatan reproduksi remaja
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2002-2003
Boyle, J.T., 2000. Diare Kronis. In : Behrman, Kliegman & Alvin, Nelson, ed. Ilmu
Kesehatan Anak Vol.2 Edisi 15. Jakarta : EGC, 1354-1361
Depkes. RI, Ditjen P3M 1981, "Demam Berdarah Diagnosa dan Pengelolaan
Penderita
Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator
Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta
Depkes RI, 2003, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta.
Depkes, 2004 Kebijaksanaan Program P2DBD dan Situasi Terkini DBD di Indonesia
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelatihan Pembinaan PHBS di Rumah Tangga. Pusat
Promosi Kesehatan Depkes RI. Jakarta
Depkes RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.
DinKes, 2009. Perbaikan Gizi Masyarakat. Pemda Kabupaten Luwu Utara. Available
from: http://www.luwuutara.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&i d=784&Itemid=229
Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta :
Balai Penerbit IDAI.
Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413
Suraatmaja, S., 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto.
Undang Undang Republik Indonesia No. : 4 Tahun 1992, Tentang Perumahan dan
Pemukiman