You are on page 1of 4

LAPORAN PENDAHULUAN

CEFALGIA HISTAMINIK

A. Konsep dasar

1. pengertian
cefalgia histaminic adalah nyeri kepala yang hebat secara periodic pada daerah proksimal dan
unilateral. Biasanya terlokalisir di orbita dan berlangsung singkat ( 15 menit 2 jam ) tanpa
gejala prodemal.

2. etiologi

3. patofisiologi
vasodilatasi arteri karotis eksterna

disfungsi hipotalamus

kelainan kronobiologis dan fungsi otonom

defisiensi auto regulasi dan gangguan respon kemoreseptor

mempengaruhi
nervus V ( abdusent )
nervus VII ( facialis )
nervus IX ( glosofarieus )
nervus X ( vagus )

nyeri kepala hebat


4. tanda dan gejala
a. nyeri tajam
b. mual
c. muntah
d. wajah memerah
e. sindrom horner
f. hidung tersumbat
g. mata berair ( ipsilateral )
5. komplikasi
a. cidera cerebrovaskuler ( stroke )
b. trauma kranioserebral
c. inferksi intracranial

6. pemeriksan penunjang
a. CT Scan kepala
b. Elektroensefalogram
c. Foto sinar paranasal

7. penatalaksanaan
a. ergotamine 2x1 mg atau 2 mg sebelum tidur
b. melisergid 4-8 mg sehari dalam dosis terbagi
c. siproheptadin 8-16 mg sehari dalam dosis terbagi
d. propanolol 40-160 mg sehari dalam dosis terbagi
e. prednisone 20-40 mg sehari
f. lithium karbonat 4x300 mg sehari, tetapi dapat menimbulkan efek toksik
g. inhalasi oksigen (O2) 2 liter /menit selama 10 menit
h. dihidroergotamin intravena
i. indometasin 3x50 mg sehari
j. kodein 3x50 mg sehari
k. lidokain topical 4 %
l. desensitisasi histamine 5-6 kali
m. tindakan bedah hanya diindikasikan pada kasus yang refrakter terhadap semua
pengobatan di atas

B. Asuhan keperawatan

1. pengkajian
pengkajian yang dilakukan pada pasien cefalgia adalah :
a. aktivitas
lelah, malaise, ketegangan mata, insomnia, nyeri kepala hebat saat perubahan postur
b. sirkulasi
hipertensi, denyutan vaskuler, pucat, wajah kemerahan
c. makanan dan cairan
mual, muntah, anoreksia ( selama nyeri ), penurunan berat badan
d. neurosensori
pening, disorientasi, parestesik, perubahan visual, epitaksis, sensitive terhadap cahaya
e. nyeri atau kenyamanan
paraksimal, hidung tersumbat, rinorea, wajah kemerahan

2. diagnosa keperawatan
a. nyeri akut berhubungan dengan tekanan saraf
b. koping individual tidak efektif berhubungan dengan nyeri hebat
c. kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui informasi, keterbatasan
kognitif

3. intervensi
Dx.1
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol
Intervensi :
1.1 teliti keluhan nyeri, catat intensitas, karakteristik, lokasi, lama dan factor yang
memperburuk atau meredakan.
1.2 Catat kemungkinan patologis yang khas ( infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi ).
1.3 Evaluasi perilaku nyeri.
1.4 Anjurkan beristirahat dalam ruangan yang tenang.
1.5 Berikan kompres hangat pada kepala.
1.6 Masase daerah kepala, leher, lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
1.7 Observasi adanya mual dan muntah. Berikan es, minuman yang mengandung
karbonat sesuai indiaksi.

Dx.2
Tujuan : mengungkapkan kesadran tentang kemampuan koping yang dimiliki dan menunjukkan
perubahan gaya hidup.
Intervensi :
2.1 kaji kapasitas fisiologi yang bersifat umum.
2.2 diskusikan mengenai metode koping, seperti strategi relaksasi mental dan fisik.
2.3 rujuk untukmelakukan konseling atau terapi keluarga dan pelatihan sikap sesuai indikasi.
2.4 dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian.
Dx.3
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan
Intervensi :
3.1 diskusikan etiologi individual dari sakit kepala.
3.2 Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya.
3.3 Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal.
3.4 Anjurkan pasien untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi.
3.5 Sarankan pemakaian musik-musik yang benuansa menyenangkan.
3.6 Identifikasi resiko timbulnya bahaya yang tidak nyata atau terapi yang bukan terapi
medis.

4. implementasi
pada tahap ini implementasi dapat dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah
disusun. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan, intervensi yang telah dilakukan didokumentasikan.

5. evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melihat respon pasien terhadap implementasi atau tindakan
keperawatan yang telah diberikan dengan memperhatikan tujuan dan criteria hasil yang
diharapkan. Evaluasi bias bersifat formatif yaitu dilakukan terus-menerus untuk menilai setiap
hasil yang telah di capai. Dan bersifat sumatif yaitu dilakukan sekaligus pada akhir dari semua
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, marillyn (1999). Rencana Asuhan keperawatan edisi ketiga. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.

Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi kedelapan volume 3.
penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif, Dkk (1999). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. penerbit media
aesculapius, FKUI. Jakarta.

You might also like