Professional Documents
Culture Documents
HEMOROID
1. KONSEP MEDIS
B. PENGERTIAN
mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri kecil. Hemoroid interna hanya melibatkan
Hemoroid dibedakan antara yang intern dan yang ekstern. Hemoroid intern adalah
pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid
intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah
bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer yaitu kanan-depan, kanan-belakang,
dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke
vena porta
C. ETIOLOGI
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan
kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.
Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat) atau perubahan
hemodinamik (misalnya selama hamil) menyebabkan dilatasi kronis dari pleksus submukosa.
Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau diare, sering mengejan,
kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum.
D. KLASIFIKASI
Derajat satu
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan protoskopi, lesi biasanya
terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang
Derajat dua
Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi hemoroid ini dapat mengecil secara
Derajat tiga
Mengalami prolapsus secara permanen (kadang dimana varises yang keluar tidak dapat masuk
kembali) dengan sendirinya tapi harus didorong. Dalam hal ini mungkin saja varieses keluar dan
Derajat empat
Akan timbul keadaan akut, dimana varieses yang keluar pada saat defekasi tidak dapat didorong
masuk kembali hal ini akan menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus yang diikuti
Hemoroid atau wasir merupakan vena varikosa pada anus. Secara kasar hemoroid
biasanya dibagi dalam dua jenis, hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan
varises vena hemoroidalis superior dan media. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid
eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam
sfingter.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk
yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal mengakibatkan hemoroid,
karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu sistem
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada
hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami
trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh feses
yang keras. Darah yag keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Dapat
hanya berupa gejala pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi
merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan
zat asam. Perdarahan luas dan intensif dipleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan
prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh
reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemoroid intern ini
perlu didorong masuk lagi. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami
prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.
G. PEMERIKSAAN DIAKNOSTIK
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid interna tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
2. Anoskop
3. Proktosikmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid
adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal,
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan tindakan
lokal yang sederhana disertai nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan
berserat tinggi . Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga
Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan
kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal untuk mengurangi
pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada
dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan kesubmukosa di dalam jaringan areolar yang
longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotik . Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum
yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka
tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk ke dalam
terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II. Gejala hemoroid dan ketidak
nyamanan yang dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari
mengejan yang berlebihan selama defekasi. Diet tinggi tinggi serat mungkin satu-satunya
tindakan yang diperlukan; bila tindakan ini gagal, lajsatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian post operasi terdiri atas observasi dari pembalut akan adanya perdarahan yang
berlebihan, menentukan adekuat BAB, pengkajian nyeri dan tanda infeksi dan pengawasan
pengeluaran tinja. Menentukan perasaan pasien dan kaitannya dengan masalah dan perawat dan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien yang menerima perawatan pada gangguan daerah
rectal meliputi :
a. Konstipasi berhubungan dengan penahan dari keinginan untuk BAB untuk menghindari nyeri
b. Nyeri berhubungan dengan hemoroid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan.
c. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi
(internal).
C. Perencanaan
a. Konstipasi berhubungan dengan penahanan dari keinginan untuk BAB untuk menghindari
Tujuan :
Rasional :
Pengontrolan nyeri akan membantu mengurangi resiko konstipasi yang munkin akibat pasien
Rasional :
Hal ini menghilangkan rasa tidak nyaman dan menunjang penyembuhan dengan meningkatkan
Berikan Pelunak tinja selama beberapa hari, jika tidak berhasil selanjutkan berikan minyak
enema. Anjurkan pasien untuk meningkatkan inteke cairan (6 gelas air perhari).
Rasional :
Mencegah pengerasan tinja akan meningkatkan rasa tidak nyaman dengan BAB.
b. Nyeri berhubungan dengan hemoroid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan.
Tujuan :
Pasien akan mengalami rasa tidak menyenangkan yang minimal intervensi dan rasional :
1). Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam. Jika pasien rawat jalan, ajarkan
Rasional :
Rasional :
Hal ini mencegah penekanan pada daerah perineal atau jaringan rectal yang luka. Penekanan
Rasional :
Rasional :
Pengetahuan tentang hasil yang diharapkan akan mengurangi ketakutan dan memberikan
c. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi
Tujuan :
sayur).
Rasional :
Tinja yang keras atau peregangan pada saat BAB akan mengiritasi hemoroid dan mukosa rectum
Rasional :
Perdarahan pelan, tidak ditangani mungkin akan menyebabkan anemia, khususnya pada pasien
yang tua.
Rasional :
Informasikan pasien tentang periode berbahaya 5 hari setelah pembedahan, ketika jaringan
mengelupas.
Rasional :
Ini memungkinkan seseorang dapat mendeteksi perdarahan dengan cepat, jika terjadi.
R. Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC, Jakarta, 2004
Sylvia A Price, Lorraine M Wilsox, Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4. EGC,
Jakarta., 1995.
Jones n H. Virting, Petunjuk penting penyakit kolorektal, Edisi 1. EGC, Jakarta, 1996.
Joyce LeSeeR Kee. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diaknostik, Edisi 6. EGC. Jakarta, 2008.
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID
1. Pengertian
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis (Mansjoer,
2000). Hemoroid atau wasir (ambeien) merupakan vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid
timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat
tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali dihubungkan
dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan diare, sering mengejan,
pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri
hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan
untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita hemoroid derajat III dan
IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).
2. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari colon sigmoid
sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk lekukan huruf S. Lekukan
bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rectum. Satu inci dari
rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang
rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan suplai
darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan bagian kanan yaitu
sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon tranversum, dan arteria mesentrika
inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon desendens,
sigmoid dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui
arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria
iliaka interna dan aorta abdominalis.
gambar 1.2 : arteri - arteri pada rectum
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior dan inferior dan
vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari
sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior,
sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena
ini.
b. Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk.
Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini
sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
8. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat I dapat dicoba
dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat konstipasi dengan menghindari
mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur,
buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta
kurangi makan makanan yang merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal
dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang terus-menerus
dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi, dapat diberikan cairan parafin atau
larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di atas tidak ada perbaikan, diberikan
terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan
varices, dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini
adalah hemoroid eksterna, radang dan adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap. Apabila terapi
sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
a. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan bagian
proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil diselipkan
diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet menjadi
nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa pasien, namun
pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan menyebabkan hemoroid
sekunder dan infeksi perianal.
b. Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan jaringan hemoroid
selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil sekali
menimbulkan nyeri. Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya rabas yang
berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
c. Laser Nd: YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid eksternal.
Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada
periode pasca operatif.
d. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa
yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melaui
sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung
anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa
untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan rendaman
PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB, lalu dipasang
lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan
rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit
sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga
operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b. Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah ada fibrosis
2) Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap. Anoscopi
dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lubang.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
b) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
c) Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
d) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
3) Intervensi Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
(5) Berikan bantal/alas pantat.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(6) Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
(7) Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
b) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan: tanda-tanda vital dalam batas
normal, tidak timbul perdarahan pada feces dalam waktu 1-2 hari.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam.
Rasional: Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat ditandai dengan tidak adanya
peningkatan TD dan Nadi.
(2) Monitor tanda-tanda hipovolemia.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3) Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah BAB.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4) Beri air minum 2-3 liter/hari.
Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces lembek.
(5) Berikan banyak makan sayur dan buah.
Rasional: Meningkatkan masa feces sehingga lebih mudah dikeluarkan.
(6) Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan BAB.
Rasional: Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi konstipasi.
(7) Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.
Rasional: Pelunak feces dan mengurangi nyeri saat BAB.
c) Cemas b.d. rencana pembedahan
Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien berpartisipasi aktif dalam
perawatan.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tingkat kecemasan.
Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.
(3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: Mengurangi kecemasan.
(4) Dampingi dan dengarkan pasien.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga mengurangi cemas.
(5) Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit yang sama untuk memberikan
dukungan.
Rasional: Sebagai support sistem dan mengurangi rasa malu.
(6) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
Rasional: Untuk mengurangi cemas.
(7) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.
Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi akan mengurangi cemas.
(8) Kolaborasi untuk terapi anti cemas (bila perlu).
Rasional: Mengurangi cemas.
d) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Kriteria Hasil: pasien mengatakan ketidaktahuan mengenai tindakan operasi berkurang.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tingkat pengetahuan
Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit
(2) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
Rasional: Meningkatkan pengetahuan
(3) Diskusikan program latihan yang sesuai ketentuan
Rasional: menentukan program latihan yang sesuai
(4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu
Rasional: Perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak
menentu dan berdaya.
b. Post Operasi
1) Pengkajian
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian mengenai keadaan
lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai pengetahuan tentang perawatan pre
operasi. Selain itu juga penting dilakukan pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b) Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan klien dalam
menjalani diit setelah operasi.
c) Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya perdarahan. Pengkajian
mengenai pola BAB dan buang air kecil. Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi, juga
kebersihan setelah BAB dan buang air kecil.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas klien yang
dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.
e) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami klien
akibat nyeri.
f) Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien bila timbul
nyeri.
g) Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami klien setelah
operasi.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya luka operasi
b) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
c) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
d) Defisit perawatan diri b.d. kelemahan, nyeri.
e) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
f) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
3) Intervensi Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya luka operasi.
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dengan skala nyeri 0-1,
wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi supine.
Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.
(5) Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.
(6) Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan ketidaknyamanan.
(7) Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari sedikitnya 2-3 liter
cairan, makanan berserat.
Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi nyeri.
b) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.
Rencana tindakan:
(1) Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang dibutuhkan.
(2) Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan.
Rasional: perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali menciptakan perasaan marah,
frustasi dan depresi yang dapat dimanifestasikan sebagai keengganan untuk ikut serta dalam
aktivitas.
(3) Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan ADL sesuai dengan
kebutuhan.
Rasional: motivasi dapat meningkatkan perasaan klien untuk berusaha memenuhi kebutuhan
ADL.
(4) Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.
Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih dan memberi motivasi klien.
c) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan setelah perawatan 48 jam, balutan luka operasi tidak
basah, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Indikator dini perubahan volume darah.
(2) Monitor tanda-tanda hipovolemik.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3) Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4) Berikan kompres dingin.
Rasional: Vasokonstriksi pembuluh darah.
(5) Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.
Rasional: Indikator lain perubahan volume darah.
(6) Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.
Rasional: Untuk menciutkan pembuluh darah.
d) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, nyeri.
Kriteria hasil: aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
Rencana tindakan :
(1) Kaji tingkat kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kegiatan sehari hari.
Rasional: Membantu dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
(2) Beri bantuan dalam pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan.
Rasional :Untuk memandirikan pasien.
(3) Libatkan keluarga dalam perawatan diri pasien.
Rasional: Supaya klien merasa diperhatikan oleh keluarganya.
e) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
Kriteria Hasil: luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini proses infeksi.
(2) Berikan rendaman duduk setiap kali setelah BAB selama 1-2 minggu.
Rasional: Mematikan kuman penyebab infeksi.
(3) Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.
Rasional: Merupakan tanda-tanda infeksi.
(4) Ganti tampon setiap kali setelah BAB.
Rasional: Mencegah infeksi.
(5) Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
Rasional: Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
f) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
Kriteria hasil: pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan, TTV dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran, tinjau ulang catatan intra operasi.
Rasional: dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran
cairan/keutuhan pengantian dan pilihan-pilihan mempengaruhi intervensi.
(2) Kaji pengeluaran urinarius terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.
Rasional: mungkin akan terjadi penurunan (penghilangan setelah prosedur pada sistem
genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan.
(3) Pantau tanda-tanda vital pasien.
Rasional: hipertensi, takikardi, penurunan pernafasan mengidentifikasi kekurangan cairan.
(4) Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
Rasional: perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipovolemia/hemoragi.
Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan formasi hematoma/perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.
Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan tingkat nyeri
pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website
http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.
Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta: Arima
Medika.
NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://be11nursingae.blogspot.com.
NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://medicastore.com.
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOROID
A.DEFENISI HEMOROID
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti
kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu
aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan
varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,
sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah
anorektal.
B.ANATOMI FISIOLOGI
Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang kira kira satu setengah
meter. Dimulai pada katup ileosekal. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada
otot iliopsoas, kemudian kolon naik sebelah kanan lumbal yang disebut ; kolon asendens, lalu
dibawah hati berbeluk pada tempat yang disebut fleksura hepatika.
Selanjutnya kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon
transversal kemudian membelok sebagai fleksura lienalis dan berjalan melalui daerah kiri lumbal
sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid
dan dibentuk kolon sigmoideus dan kemudian masuk ke dalam pervis besar dan menjadi rektum.
Rektum kira kira sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar. Dimulai dari kolon sigmoid dan
berakhir pada saluran anal yang kira kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir pada anus
yang diapit oleh otot internus dan otot eksternus.
Usus besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada usus
halus yaitu :
1) Lapisan serosa.
Merupakan lapisan paling luar, dibentuk oleh peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan
peritoneum yang lebar, sehingga memungkinkan usus bergerak lebih leluasa. Mesenterium
menyokong pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai usus. Fungsi dari peritoneum
adalah mencegah pergesekan antara organ organ yang berdekatan, dengan mengekskresikan
cairan serosa, yang berfungsi sebagai pelumas.
2) Lapisan otot longitudinal
Meliputi usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita, yang disebut taenia koli,
taenia bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai selubung otot yang lengkap.
3) Lapisan otot sirkuler
Diantara kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang
mensuplai usus.
4) Lapisan mukosa
Lapisan paling dalam tidak mempunyai vili atau rugae dan merupakan salah satu perbedaan
dengan usus halus.
Usus besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan dan kiri, menurut suplai darahnya.
Arteri mesenterika superior memperdarahi separuh bagian kanan, yaitu sekum, kolon asendens
dan dua pertiga proksimal kolon transversal. Arteri mesenterika inferior mensuplai separuh
bagian kiri yaitu sepertiga distal kolon mendatar (transversum).
Suplai darah lain pada rektum diselenggarakan oleh arterial haemoroidalis yang berasal dari
aorta abdominalis dan arteri iliaka interna.
Venous rektum dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior,
dan vena haemorhoidalis superior yang menjadi bagian dari sistem porta yang mengalirkan darah
ke hati. Vena haemorhoidalis medial dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.
Suplai saraf usus besar, dilakukan oleh sistem saraf dengan mengecualikan sfingter eksterna
yang diatur oleh sistem volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui nervus vagus, kebagian
tengah kolon transversum dan nervus pervikus, yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian
distal
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan
sfingter rektum sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek efek berlawanan.
Fisiologi kolon dan rektum
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi kolon yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit yang sebagian besar
dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai reservoir untuk
dehidrasi massa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, sekitar 600 ml/hari dibandingkan dengan 8.000 ml air yang diabsorbsi
oleh usus halus. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2.000 ml/hari. bila jumlah ini
dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum mengakibatkan diare.2)
Berat akhir faeces yang dikeluarkan perhari sekitar 2.000 gram, 75 % diantaranya berupa air dan
sisanya terdiri dari residua makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas
dan mineral yang tidak diabsorpsi.
Sangat sedikit pencernaan berlangsung dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung banyak
mukus, menunjukkan sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai
pelumas dan pelindung mukosa pada peradangan usus.
C.ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik yang menyebabkan gangguan
adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus
hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.
D.MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama berupa :
Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
E.PATOFISOLOGIS
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul
bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena
kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi
pada daerah tersebut dan nekrosis.
Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri
dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.Pada dasarnya hemoroid merupakan
jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air
besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin
kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan
hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan
sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan
dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan
ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan
dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid
tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar
sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara
otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut
terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi
anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di
rumah sakit semakin singkat.
F.prognosis
dengan terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat dihilangkan. Pendekatan
konservatif harus dilakukan pada hampir setiap kasus. Hasil dari hemoroidektomi cukup
memuaskan. Untuk terapi lanjutan, mengedan harus dikurangi untuk mencegah kekambuhan.
G.WOC
Mk:intoleransi
aktivitas
H.ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
B.pengkajian
identitas pasien
Nama :
Jenis kelamin:
Pekerjaan:
Umur:
Pendidikan:
Agama:
Suku/bangsa:
Alamat:
Tanggal masuk:
Diagnose masuk:
Ruangan:
Penanggung jawab
Nama:
Umur:
Pendidikan:
Pekerjaan:
Hubungan dengan pasien :
Agama:
Alamat:
Keluhan utama:
Ditulis singkat dan jelas , yang merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan
pelayanan kesehatan.
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa kerumah
sakit.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan hemoroid adalah sebagai berikut:
a. Kaji tingkat kesadaran (kacau mental, letargi, tidak merespon).
b. Ukur tanda-tanda vital (TD meningkat/ menurun, takikardi).
c. Auskultasi bunyi nafas.
d. Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).
e. Kaji terhadap nyeri atau mual.
f. Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.
g. Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada anus, nyeri
pada anus, perdarahan.
(Engram, 1999 ; 789),yang di kutip oleh abu nur
B.diagnosa keperawatan