You are on page 1of 39

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID

1. KONSEP MEDIS

B. PENGERTIAN

Hemoroid (wasir) adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang

mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri kecil. Hemoroid interna hanya melibatkan

jaringan lubang anus bagian atas (Grace. Pierce A).

Hemoroid dibedakan antara yang intern dan yang ekstern. Hemoroid intern adalah

pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid

intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah

bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer yaitu kanan-depan, kanan-belakang,

dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar dan

merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus.

Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke

vena porta

C. ETIOLOGI

Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan

kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.

Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat) atau perubahan

hemodinamik (misalnya selama hamil) menyebabkan dilatasi kronis dari pleksus submukosa.
Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau diare, sering mengejan,

kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum.

D. KLASIFIKASI

Hemoroid interna dikelompokan dalam 4 derajat :

Derajat satu

Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan protoskopi, lesi biasanya

terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang

vena hemoroidalis superior dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan.

Derajat dua

Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi hemoroid ini dapat mengecil secara

spontan atau dapat direduksi (dikembalikan ke dalam) secara manual.

Derajat tiga

Mengalami prolapsus secara permanen (kadang dimana varises yang keluar tidak dapat masuk

kembali) dengan sendirinya tapi harus didorong. Dalam hal ini mungkin saja varieses keluar dan

harus didorong kembali tanpa perdarahan.

Derajat empat

Akan timbul keadaan akut, dimana varieses yang keluar pada saat defekasi tidak dapat didorong

masuk kembali hal ini akan menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus yang diikuti

infeksi dan kadang-kadang timbul peningkatan rektum.


E. PATOFISIOLOGI

Hemoroid atau wasir merupakan vena varikosa pada anus. Secara kasar hemoroid

biasanya dibagi dalam dua jenis, hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan

varises vena hemoroidalis superior dan media. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid

eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam

sfingter.

Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk

yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat

menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena

hemoroidalis. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal mengakibatkan hemoroid,

karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu sistem

portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.

F. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada

hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada

hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami

trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh feses

yang keras. Darah yag keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Dapat

hanya berupa gejala pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi

merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan

zat asam. Perdarahan luas dan intensif dipleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap

merupakan darah arteri.

Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.

Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan

prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh

reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemoroid intern ini

perlu didorong masuk lagi. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami

prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai

pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.

Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.

G. PEMERIKSAAN DIAKNOSTIK

1. Pemeriksaan colok dubur

Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid interna tidak

dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.

2. Anoskop

Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.

3. Proktosikmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan

di tingkat yang lebih tinggi.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid

adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal,

tetapi untuk menghilangkan keluhan.

Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan tindakan

lokal yang sederhana disertai nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan

berserat tinggi . Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga

mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.

Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan

kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal untuk mengurangi

pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada

penyakit radang usus besar yang mendasarinya.

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol

dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan kesubmukosa di dalam jaringan areolar yang

longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian

menjadi fibrotik . Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum

yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka

tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk ke dalam

prostat, dan reaksi hipersensivitas terhadap obat yang disuntikkan.


Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan

terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II. Gejala hemoroid dan ketidak

nyamanan yang dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari

mengejan yang berlebihan selama defekasi. Diet tinggi tinggi serat mungkin satu-satunya

tindakan yang diperlukan; bila tindakan ini gagal, lajsatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat

melewati usus dapat membantu.

2. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian post operasi terdiri atas observasi dari pembalut akan adanya perdarahan yang

berlebihan, menentukan adekuat BAB, pengkajian nyeri dan tanda infeksi dan pengawasan

pengeluaran tinja. Menentukan perasaan pasien dan kaitannya dengan masalah dan perawat dan

juga tingkat pengetahuan dasar dari klien.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien yang menerima perawatan pada gangguan daerah

rectal meliputi :

a. Konstipasi berhubungan dengan penahan dari keinginan untuk BAB untuk menghindari nyeri

karena hemoroid atau setelah pembedahan hemoroid.

b. Nyeri berhubungan dengan hemoroid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan.

c. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi

(internal).
C. Perencanaan

a. Konstipasi berhubungan dengan penahanan dari keinginan untuk BAB untuk menghindari

nyeri karena hemoroid atau setelah pembedahan hemoroid.

Tujuan :

Eliminasi BAB pasien normal dengan nyeri normal minimal.

Intervensi dan rasional

1. Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam.

Rasional :

Pengontrolan nyeri akan membantu mengurangi resiko konstipasi yang munkin akibat pasien

menahan keinginan untuk BAB karena nyeri rektal.

2. Anjurkan duduk rendam sekali atau dua kali sehari.

Rasional :

Hal ini menghilangkan rasa tidak nyaman dan menunjang penyembuhan dengan meningkatkan

sirkulasi ke daerah perianal dan mempertahankan hygiene yang baik.

3. Berikan cincin busa atau donat pada pasien untuk duduk.

Berikan Pelunak tinja selama beberapa hari, jika tidak berhasil selanjutkan berikan minyak

enema. Anjurkan pasien untuk meningkatkan inteke cairan (6 gelas air perhari).

Rasional :

Mencegah pengerasan tinja akan meningkatkan rasa tidak nyaman dengan BAB.

b. Nyeri berhubungan dengan hemoroid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan.

Tujuan :

Pasien akan mengalami rasa tidak menyenangkan yang minimal intervensi dan rasional :
1). Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam. Jika pasien rawat jalan, ajarkan

pasien menggunakan obat nyeri secara teratur sesuai kebutuhan.

Rasional :

Hal ini mengurangi stimulasi nyeri.

2). Ajarkan pasien untuk menghindari peregangan pada saat BAB

Rasional :

Hal ini mencegah penekanan pada daerah perineal atau jaringan rectal yang luka. Penekanan

akan menyebabkan nyeri dan mungkin memperlambat penyembuhan.

3). Ajarkan pasien menggunakan salep , suposotoria, atau bentuk lain.

Rasional :

Membantu menyusutkan atau menganastesi membran mukosa yang membengkak.

4). Ajarkan pasien mengenai prognosis :

a. Penyembuhan yang sempurna mungkin memakan waktu beberapa minggu.

b. Nyeri akan hilang setelah waktunya.

Rasional :

Pengetahuan tentang hasil yang diharapkan akan mengurangi ketakutan dan memberikan

referensi bagi kemajuan terhadap penyembuhan yang sempurna.

c. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi

(internal) atau ruptur hemoroid (eksternal).

Tujuan :

Pasien tidak mengalami perdarahan melalui rectal

Intervensi dan rasional :

Ajarkan pasien dalam program BAB


1. Ajarkan pasien untuk meningkatkan diet intake cairan (1-2 quarts) dan serat (buah-buahan dan

sayur).

2. Ajarkan pasien menggunakan pelunak tinja sesuai kebutuhan.

3. Ajarkan pasien menghindari peregangan.

4. Ajarkan pasien untuk menghindari mengangkat.

Rasional :

Tinja yang keras atau peregangan pada saat BAB akan mengiritasi hemoroid dan mukosa rectum

dan mungkin mengakibatkan perdarahan.

Ajarkan pasien untuk mengobservasi perdarahan rectal

Rasional :

Perdarahan pelan, tidak ditangani mungkin akan menyebabkan anemia, khususnya pada pasien

yang tua.

Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan rektal secara teratur.

Rasional :

Hemoroid internal, tidak bergejala mungkin timbul atau muncul kembali.

Observasi pembalut seringkali setelah pembedahan (setiap 24 jam).

Informasikan pasien tentang periode berbahaya 5 hari setelah pembedahan, ketika jaringan

mengelupas.

Rasional :

Ini memungkinkan seseorang dapat mendeteksi perdarahan dengan cepat, jika terjadi.

Penanganan dini perdarahan mencegah kehilangan darah yang lebih banyak.


DAFTAR PUSTAKA

R. Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC, Jakarta, 2004

Sylvia A Price, Lorraine M Wilsox, Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4. EGC,
Jakarta., 1995.

Grace, Pierce A. Ilmu Bedah. Edisi 3. EMS, Jakarta, 2004.

Jones n H. Virting, Petunjuk penting penyakit kolorektal, Edisi 1. EGC, Jakarta, 1996.

Joyce LeSeeR Kee. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diaknostik, Edisi 6. EGC. Jakarta, 2008.
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

1. Pengertian
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis (Mansjoer,
2000). Hemoroid atau wasir (ambeien) merupakan vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid
timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat
tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali dihubungkan
dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan diare, sering mengejan,
pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri
hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan
untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita hemoroid derajat III dan
IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).

2. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari colon sigmoid
sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk lekukan huruf S. Lekukan
bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rectum. Satu inci dari
rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang
rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.

gambar 1.1 : usus besar-rectum

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan suplai
darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan bagian kanan yaitu
sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon tranversum, dan arteria mesentrika
inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon desendens,
sigmoid dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui
arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria
iliaka interna dan aorta abdominalis.
gambar 1.2 : arteri - arteri pada rectum
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior dan inferior dan
vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari
sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior,
sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena
ini.

gambar 1.3 : vena-vena pada rectum


Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari
segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik massa,
merupakan kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan
massa feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali
sehari dan dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah makan pertama masuk pada hari itu.
Propulasi feces ke rectum mengakibatkan distensi dinding rectum dan merangsang reflek
defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna
dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol volunter.
Reflek defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis.
Serabut-serabut parasimpatis mencapai rectum melalui saraf splangnikus panggul dan
bertanggung jawab atas kontraksi rectum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rectum yang
mengalami distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan
anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus
tertarik atas melebihi tinggi massa feces. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan
tekanan intra-abdomen yang terjadi akibat kontraksi volunter. Otot-otot dada dengan glotis
ditutup, dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen (manuver atau peregangan
valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingter eksterna dan levator
ani. Dinding rectum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri
sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat diakibatkan
dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-
kantong vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis,
ulserasi, dan perdarahan, sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak sewaktu
defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum terjadi pada
usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang melebar,
mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
b. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk terlalu lama dan
konstipasi).
4. Klasifikasi
a. Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
1) Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi. Tidak
terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2) Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat masuk kembali
secara spontan.
3) Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah defekasi.
4) Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk kembali.

b. Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk.
Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini
sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

gambar 1.4 : formation of hemorroidh

5. Tanda dan Gejala


a. Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang keras. Darah
yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Walaupun berasal dari
vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul
pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi spontan. Pada
tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai pada suatu
keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang
mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan mucus.
6. Pathofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir dengan lancar
sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui vena
hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan
intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu
maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal
di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu
pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces
berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena sistemik
dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal menyalurkan darah
dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan berulangnya
peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari arteriola,
pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya ini
menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam
sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering
menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu
yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.

7. pathways hemoroid ( Pre dan Post Operasi)


download disini..https://dl.dropbox.com/u/81100795/PATHWAYS%20HEMOROID.pdf

8. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat I dapat dicoba
dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat konstipasi dengan menghindari
mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur,
buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta
kurangi makan makanan yang merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal
dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang terus-menerus
dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi, dapat diberikan cairan parafin atau
larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di atas tidak ada perbaikan, diberikan
terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan
varices, dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini
adalah hemoroid eksterna, radang dan adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap. Apabila terapi
sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
a. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan bagian
proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil diselipkan
diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet menjadi
nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa pasien, namun
pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan menyebabkan hemoroid
sekunder dan infeksi perianal.
b. Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan jaringan hemoroid
selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil sekali
menimbulkan nyeri. Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya rabas yang
berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
c. Laser Nd: YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid eksternal.
Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada
periode pasca operatif.
d. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa
yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melaui
sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung
anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa
untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan rendaman
PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB, lalu dipasang
lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan
rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit
sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga
operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b. Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah ada fibrosis
2) Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap. Anoscopi
dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lubang.

10. Fokus Intervensi


a. Pre Operasi
1) Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah
kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai
kebiasaan klien tentang minum kurang dari 2.000 cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah
mengenai riwayat kesehatan klien tentang penyakit sirorcis hepatis.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat badan klien
apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah klien mengalami
anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga
penting untuk dikaji. Kebiasaan minum air putih kurang dari 2.000 cc/hari.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah sering
mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi, duduk, dan saat
berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah
dan warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada
darah/nanah. Prolap varices pada anus gatal atau tidak.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas dan
kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau berdiri, selain itu
juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri atau gatal pada
anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola tidur
karena nyeri atau tidak.
g) Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat persalinan dan
kehamilan.
h) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang digunakan dan alternatif
pemecahan masalah.

2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
b) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
c) Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
d) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
3) Intervensi Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
(5) Berikan bantal/alas pantat.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(6) Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
(7) Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
b) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan: tanda-tanda vital dalam batas
normal, tidak timbul perdarahan pada feces dalam waktu 1-2 hari.

Rencana tindakan:
(1) Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam.
Rasional: Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat ditandai dengan tidak adanya
peningkatan TD dan Nadi.
(2) Monitor tanda-tanda hipovolemia.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3) Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah BAB.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4) Beri air minum 2-3 liter/hari.
Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces lembek.
(5) Berikan banyak makan sayur dan buah.
Rasional: Meningkatkan masa feces sehingga lebih mudah dikeluarkan.
(6) Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan BAB.
Rasional: Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi konstipasi.
(7) Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.
Rasional: Pelunak feces dan mengurangi nyeri saat BAB.
c) Cemas b.d. rencana pembedahan
Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien berpartisipasi aktif dalam
perawatan.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tingkat kecemasan.
Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.
(3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: Mengurangi kecemasan.
(4) Dampingi dan dengarkan pasien.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga mengurangi cemas.
(5) Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit yang sama untuk memberikan
dukungan.
Rasional: Sebagai support sistem dan mengurangi rasa malu.
(6) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
Rasional: Untuk mengurangi cemas.
(7) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.
Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi akan mengurangi cemas.
(8) Kolaborasi untuk terapi anti cemas (bila perlu).
Rasional: Mengurangi cemas.
d) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Kriteria Hasil: pasien mengatakan ketidaktahuan mengenai tindakan operasi berkurang.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tingkat pengetahuan
Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit
(2) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
Rasional: Meningkatkan pengetahuan
(3) Diskusikan program latihan yang sesuai ketentuan
Rasional: menentukan program latihan yang sesuai
(4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu
Rasional: Perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak
menentu dan berdaya.
b. Post Operasi
1) Pengkajian
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian mengenai keadaan
lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai pengetahuan tentang perawatan pre
operasi. Selain itu juga penting dilakukan pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b) Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan klien dalam
menjalani diit setelah operasi.
c) Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya perdarahan. Pengkajian
mengenai pola BAB dan buang air kecil. Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi, juga
kebersihan setelah BAB dan buang air kecil.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas klien yang
dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.
e) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami klien
akibat nyeri.
f) Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien bila timbul
nyeri.
g) Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami klien setelah
operasi.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya luka operasi
b) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
c) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
d) Defisit perawatan diri b.d. kelemahan, nyeri.
e) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
f) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.

3) Intervensi Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya luka operasi.
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dengan skala nyeri 0-1,
wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi supine.
Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.
(5) Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.
(6) Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan ketidaknyamanan.
(7) Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari sedikitnya 2-3 liter
cairan, makanan berserat.
Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi nyeri.
b) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.
Rencana tindakan:
(1) Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang dibutuhkan.
(2) Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan.
Rasional: perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali menciptakan perasaan marah,
frustasi dan depresi yang dapat dimanifestasikan sebagai keengganan untuk ikut serta dalam
aktivitas.
(3) Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan ADL sesuai dengan
kebutuhan.
Rasional: motivasi dapat meningkatkan perasaan klien untuk berusaha memenuhi kebutuhan
ADL.
(4) Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.
Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih dan memberi motivasi klien.
c) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan setelah perawatan 48 jam, balutan luka operasi tidak
basah, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Indikator dini perubahan volume darah.
(2) Monitor tanda-tanda hipovolemik.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3) Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4) Berikan kompres dingin.
Rasional: Vasokonstriksi pembuluh darah.
(5) Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.
Rasional: Indikator lain perubahan volume darah.
(6) Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.
Rasional: Untuk menciutkan pembuluh darah.
d) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, nyeri.
Kriteria hasil: aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
Rencana tindakan :
(1) Kaji tingkat kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kegiatan sehari hari.
Rasional: Membantu dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
(2) Beri bantuan dalam pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan.
Rasional :Untuk memandirikan pasien.
(3) Libatkan keluarga dalam perawatan diri pasien.
Rasional: Supaya klien merasa diperhatikan oleh keluarganya.
e) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
Kriteria Hasil: luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini proses infeksi.
(2) Berikan rendaman duduk setiap kali setelah BAB selama 1-2 minggu.
Rasional: Mematikan kuman penyebab infeksi.
(3) Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.
Rasional: Merupakan tanda-tanda infeksi.
(4) Ganti tampon setiap kali setelah BAB.
Rasional: Mencegah infeksi.
(5) Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
Rasional: Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
f) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
Kriteria hasil: pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan, TTV dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran, tinjau ulang catatan intra operasi.
Rasional: dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran
cairan/keutuhan pengantian dan pilihan-pilihan mempengaruhi intervensi.
(2) Kaji pengeluaran urinarius terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.
Rasional: mungkin akan terjadi penurunan (penghilangan setelah prosedur pada sistem
genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan.
(3) Pantau tanda-tanda vital pasien.
Rasional: hipertensi, takikardi, penurunan pernafasan mengidentifikasi kekurangan cairan.
(4) Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
Rasional: perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipovolemia/hemoragi.
Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan formasi hematoma/perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.

Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.

Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan tingkat nyeri
pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website
http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.

Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R. Syamsuhidajat, W. D.
Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media Aeskulapius.

Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta: Arima
Medika.

NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://be11nursingae.blogspot.com.

NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://medicastore.com.
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOROID

A.DEFENISI HEMOROID

Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti
kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu
aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan
varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,
sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah
anorektal.
B.ANATOMI FISIOLOGI
Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang kira kira satu setengah
meter. Dimulai pada katup ileosekal. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada
otot iliopsoas, kemudian kolon naik sebelah kanan lumbal yang disebut ; kolon asendens, lalu
dibawah hati berbeluk pada tempat yang disebut fleksura hepatika.
Selanjutnya kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon
transversal kemudian membelok sebagai fleksura lienalis dan berjalan melalui daerah kiri lumbal
sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid
dan dibentuk kolon sigmoideus dan kemudian masuk ke dalam pervis besar dan menjadi rektum.
Rektum kira kira sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar. Dimulai dari kolon sigmoid dan
berakhir pada saluran anal yang kira kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir pada anus
yang diapit oleh otot internus dan otot eksternus.
Usus besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada usus
halus yaitu :
1) Lapisan serosa.
Merupakan lapisan paling luar, dibentuk oleh peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan
peritoneum yang lebar, sehingga memungkinkan usus bergerak lebih leluasa. Mesenterium
menyokong pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai usus. Fungsi dari peritoneum
adalah mencegah pergesekan antara organ organ yang berdekatan, dengan mengekskresikan
cairan serosa, yang berfungsi sebagai pelumas.
2) Lapisan otot longitudinal
Meliputi usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita, yang disebut taenia koli,
taenia bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai selubung otot yang lengkap.
3) Lapisan otot sirkuler
Diantara kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang
mensuplai usus.
4) Lapisan mukosa
Lapisan paling dalam tidak mempunyai vili atau rugae dan merupakan salah satu perbedaan
dengan usus halus.
Usus besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan dan kiri, menurut suplai darahnya.
Arteri mesenterika superior memperdarahi separuh bagian kanan, yaitu sekum, kolon asendens
dan dua pertiga proksimal kolon transversal. Arteri mesenterika inferior mensuplai separuh
bagian kiri yaitu sepertiga distal kolon mendatar (transversum).
Suplai darah lain pada rektum diselenggarakan oleh arterial haemoroidalis yang berasal dari
aorta abdominalis dan arteri iliaka interna.
Venous rektum dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior,
dan vena haemorhoidalis superior yang menjadi bagian dari sistem porta yang mengalirkan darah
ke hati. Vena haemorhoidalis medial dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.
Suplai saraf usus besar, dilakukan oleh sistem saraf dengan mengecualikan sfingter eksterna
yang diatur oleh sistem volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui nervus vagus, kebagian
tengah kolon transversum dan nervus pervikus, yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian
distal
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan
sfingter rektum sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek efek berlawanan.
Fisiologi kolon dan rektum
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi kolon yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit yang sebagian besar
dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai reservoir untuk
dehidrasi massa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, sekitar 600 ml/hari dibandingkan dengan 8.000 ml air yang diabsorbsi
oleh usus halus. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2.000 ml/hari. bila jumlah ini
dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum mengakibatkan diare.2)
Berat akhir faeces yang dikeluarkan perhari sekitar 2.000 gram, 75 % diantaranya berupa air dan
sisanya terdiri dari residua makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas
dan mineral yang tidak diabsorpsi.
Sangat sedikit pencernaan berlangsung dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung banyak
mukus, menunjukkan sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai
pelumas dan pelindung mukosa pada peradangan usus.

C.ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik yang menyebabkan gangguan
adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus
hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

D.MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama berupa :

Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.

Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.

Gejala lain yang mengikuti :

Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.

Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.

Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

E.PATOFISOLOGIS
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul
bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena
kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi
pada daerah tersebut dan nekrosis.

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :


1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya
serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi
setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus
di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak
dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan
kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena
seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena
muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat
membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan
timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi
hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah
hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau Skin Tag terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus
yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
E.PENATALAKSANAAN MEDIS
1 ) Operasi Herniadectomy
2 ) Non operatif
Untuk derajat I dan II
Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
Obat obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
Anti biotik bila terjadi infeksi.
Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis dan
hemoroid lalu mengecil ).
Rubber Band Ligation yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira kira I minggu,
diharapkan terjadi nekrosis.
Untuk derajat III dan IV
Dapat dilakuakan
Pembedahan
Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
Dapat dilakukan rendam duduk.
Dengan jalan suntikanSklerotika ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar) hemoroid
interna yang kecil sampai sedang.
Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di
usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK 1/10.000
selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik sehingga edema keluar
dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi derajat III.
Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu di
adakan oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila ada
perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di adakan tindakan defenitif.
3) Terapi Bedah
Bedah Konvensional
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid
tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian
dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk
mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat
dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan
eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara
keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah
kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura
rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas
seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi
sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan
jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering
digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang
dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.
Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada
bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat
banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada
saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan
selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi,
dibutuhkan daya laser 12 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam
cairan antiseptik. Dalam waktu 4 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan
hanya dengan rawat jalan.

Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri
dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.Pada dasarnya hemoroid merupakan
jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air
besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin
kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan
hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan
sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan
dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan
ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan
dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid
tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar
sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara
otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut
terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi
anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di
rumah sakit semakin singkat.

F.prognosis
dengan terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat dihilangkan. Pendekatan
konservatif harus dilakukan pada hampir setiap kasus. Hasil dari hemoroidektomi cukup
memuaskan. Untuk terapi lanjutan, mengedan harus dikurangi untuk mencegah kekambuhan.

G.WOC
Mk:intoleransi
aktivitas
H.ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
B.pengkajian
identitas pasien
Nama :
Jenis kelamin:
Pekerjaan:
Umur:
Pendidikan:
Agama:
Suku/bangsa:
Alamat:
Tanggal masuk:
Diagnose masuk:
Ruangan:
Penanggung jawab
Nama:
Umur:
Pendidikan:
Pekerjaan:
Hubungan dengan pasien :
Agama:
Alamat:
Keluhan utama:
Ditulis singkat dan jelas , yang merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan
pelayanan kesehatan.
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa kerumah
sakit.

Riwayat kesehatan dahulu


Merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau
penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat
ini.
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga dihubungkan dengan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan,
kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung maupun tak
langsung antar anggota keluarga.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan hemoroid adalah sebagai berikut:
a. Kaji tingkat kesadaran (kacau mental, letargi, tidak merespon).
b. Ukur tanda-tanda vital (TD meningkat/ menurun, takikardi).
c. Auskultasi bunyi nafas.
d. Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).
e. Kaji terhadap nyeri atau mual.
f. Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.
g. Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada anus, nyeri
pada anus, perdarahan.
(Engram, 1999 ; 789),yang di kutip oleh abu nur
B.diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada jaringan kulit

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suply O2 dengan kebutuhan

3. Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan kehilangan berlebihan


melalui hemoragik

4. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.

No diagnosa Tujuan dan criteria hasil intervensi


1 Nyeri b.d gangguan pd NOC : NIC :
jaringan kulit Pain Level, Pain Management
Pain control, Lakukan pengkajian nyeri
Definisi : Comfort level secara komprehensif
Sensori yang tidak Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
menyenangkan dan Mampu mengontrol nyeri (tahu karakteristik, durasi,
pengalaman emosional yang penyebab nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan
muncul secara aktual atau menggunakan tehnik faktor presipitasi
potensial kerusakan jaringan nonfarmakologi
untuk Observasi reaksi nonverbal
atau menggambarkan adanya mengurangi nyeri, mencari dari ketidaknyamanan
kerusakan (Asosiasi Studi bantuan) Gunakan teknik komunikasi
Nyeri Internasional): Melaporkan bahwa nyeri terapeutik untuk mengetahui
serangan mendadak atau berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
pelan intensitasnya dari menggunakan manajemen Kaji kultur yang
ringan sampai berat yang nyeri mempengaruhi respon nyeri
dapat diantisipasi dengan Mampu mengenali nyeri Evaluasi pengalaman nyeri
akhir yang dapat diprediksi (skala, intensitas, frekuensi masa lampau
dan dengan durasi kurang dan tanda nyeri) Evaluasi bersama pasien dan
dari 6 bulan.
Menyatakan rasa nyaman tim kesehatan lain tentang
setelah nyeri berkurang ketidakefektifan kontrol
Batasan karakteristik : nyeri masa lampau
Tanda vital dalam rentang
Laporan secara verbal atau
normal Bantu pasien dan keluarga
non verbal
untuk mencari dan
Fakta dari observasi
menemukan dukungan
Posisi antalgic untuk
Kontrol lingkungan yang
menghindari nyeri
dapat mempengaruhi nyeri
Gerakan melindungi
seperti suhu ruangan,
Tingkah laku berhati-hati
pencahayaan dan kebisingan
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, Kurangi faktor presipitasi
tampak capek, sulit atau nyeri
gerakan kacau, menyeringai) Pilih dan lakukan
Terfokus pada diri sendiri penanganan nyeri
Fokus menyempit (farmakologi, non
(penurunan persepsi waktu, farmakologi dan inter
kerusakan proses berpikir, personal)
penurunan interaksi dengan Kaji tipe dan sumber nyeri
orang dan lingkungan) untuk menentukan
Tingkah laku distraksi, intervensi
contoh : jalan-jalan, Ajarkan tentang teknik non
menemui orang lain dan/atau farmakologi
aktivitas, aktivitas berulang- Berikan analgetik untuk
ulang) mengurangi nyeri
Respon autonom (seperti Evaluasi keefektifan kontrol
diaphoresis, perubahan nyeri
tekanan darah, perubahan Tingkatkan istirahat
nafas, nadi dan dilatasi Kolaborasikan dengan dokter
pupil) jika ada keluhan dan
Perubahan autonomic dalam tindakan nyeri tidak berhasil
tonus otot (mungkin dalam
Monitor penerimaan pasien
rentang dari lemah ke kaku)
tentang manajemen nyeri
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
Analgesic Administration
menangis, waspada, iritabel,
Tentukan lokasi,
nafas panjang/berkeluh
karakteristik, kualitas, dan
kesah)
derajat nyeri sebelum
Perubahan dalam nafsu
pemberian obat
makan dan minum
Cek instruksi dokter tentang
Faktor yang berhubungan : jenis obat, dosis, dan
Agen injuri (biologi, kimia, frekuensi
fisik, psikologis) Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

2 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


kekurangan suply O2 dengan Energy conservation Energy Management
kebutuhan Self Care : ADLs Observasi adanya
Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
Berpartisipasi dalam aktivitas melakukan aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan fisik tanpa disertai Dorong anal untuk
energu secara fisiologis peningkatan tekanan darah, mengungkapkan perasaan
maupun psikologis untuk nadi dan RR terhadap keterbatasan
meneruskan atau Mampu melakukan aktivitas Kaji adanya factor yang
menyelesaikan aktifitas yang sehari hari (ADLs) secara menyebabkan kelelahan
diminta atau aktifitas sehari mandiri Monitor nutrisi dan sumber
hari. energi tangadekuat
Monitor pasien akan adanya
Batasan karakteristik : kelelahan fisik dan emosi
a. melaporkan secara verbal secara berlebihan
adanya kelelahan atau Monitor respon
kelemahan. kardivaskuler terhadap
b. Respon abnormal dari aktivitas
tekanan darah atau nadi Monitor pola tidur dan
terhadap aktifitas lamanya tidur/istirahat
c. Perubahan EKG yang pasien
menunjukkan aritmia atau
iskemia Activity Therapy
d. Adanya dyspneu atau Kolaborasikan dengan
ketidaknyamanan saat Tenaga Rehabilitasi Medik
beraktivitas. dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
Faktor factor yang Bantu klien untuk
berhubungan : mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Tirah Baring atau Bantu untuk memilih
imobilisasi aktivitas konsisten
Kelemahan menyeluruh yangsesuai dengan
Ketidakseimbangan antara kemampuan fisik, psikologi
suplei oksigen dengan dan social
kebutuhan Bantu untuk mengidentifikasi
Gaya hidup yang dan mendapatkan sumber
dipertahankan. yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

3 Defisit Volume Cairan b.d NOC: NIC :


kehilangan berlebihan Fluid balance Fluid management
melalui hemoragik Hydration Timbang popok/pembalut
Definisi : Penurunan cairan Nutritional Status : Food and jika diperlukan
intravaskuler, interstisial, Fluid Intake Pertahankan catatan intake
dan/atau intrasellular. Ini Kriteria Hasil : dan output yang akurat
mengarah ke dehidrasi, Mempertahankan urine output Monitor status hidrasi
kehilangan cairan dengan sesuai dengan usia dan BB, ( kelembaban membran
pengeluaran sodium BJ urine normal, HT normal mukosa, nadi adekuat,
Tekanan darah, nadi, suhu tekanan darah ortostatik ),
Batasan Karakteristik : tubuh dalam batas normal jika diperlukan
- Kelemahan Tidak ada tanda tanda Monitor hasil lAb yang
- Haus dehidrasi, Elastisitas turgor sesuai dengan retensi cairan
- Penurunan turgor kulit/lidah kulit baik, membran mukosa (BUN , Hmt , osmolalitas
- Membran mukosa/kulit lembab, tidak ada rasa haus urin )
kering yang berlebihan Monitor vital sign
- Peningkatan denyut nadi, Monitor masukan
penurunan tekanan darah, makanan / cairan dan hitung
penurunan volume/tekanan intake kalori harian
nadi
Kolaborasi pemberian
- Pengisian vena menurun
cairan IV
- Perubahan status mental
Monitor status nutrisi
- Konsentrasi urine meningkat
- Temperatur tubuh meningkat Berikan cairan
- Hematokrit meninggi Berikan diuretik sesuai
- Kehilangan berat badan interuksi
seketika (kecuali pada third Berikan cairan IV pada
spacing) suhu ruangan
Faktor-faktor yang Dorong masukan oral
berhubungan: Berikan penggantian
- Kehilangan volume cairan nesogatrik sesuai output
secara aktif Dorong keluarga untuk
- Kegagalan mekanisme membantu pasien makan
pengaturan Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi

Diposkan oleh blog askep di 08.56


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

You might also like