You are on page 1of 4

A.

Pengaruh Budaya India


Letak wilayah Indonesia yang strategis dan merupakan daerah penghasil
rempah-rempah membuat indonesia sering di kunjungi oleh bangsa-bangsa lain untuk
melakukan perdagangan, salah satunya India. Bangsa India yang tadinya ke Indonesia
hanya bermaksud untuk berdagang ternyata membawa misi untuk menyebarkan
agama.
Sambil menunggu angin musim yang baik, para pedagang India tersebut
melakukan interaksi dengan penduduk setempat, selain menjalin hubungan dagang,
para pedagang India membawa ajaran agama beserta kebudayaannya sehingga semakin
lama ajaran dan kebudayaan mereka berpengaruh terhadap penduduk setempat. Sejak
itulah sedikit demi sedikit pengaruh luar mulai masuk ke wilayah Indonesia dan terus
berkembang sampai sekarang ini.
1.1. Masuknya Kebudayaan Hindu ke Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu di Indonesia disebut
penghinduan atau Hinduisasi. Berikut merupakan teori-terori masuknya
kebudayaan Hindu ke Indonesia :

1. Teori Brahmana
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh
para kaum brahmana. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa di Nusantara
untuk mengajarkan agama kepada raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan.
Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah J.C. Van Leur. Ia perpendapat
bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia di bawa oleh kaum brahmana, karena hanya
kaum brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda.
Pendapatnya ini juga berdasarkan pada pengamatannya terhadap sisa-sisa peninggalan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasasti-
prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa,dimana bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa itu hanya dimengerti oleh para brahmana.
2. Teori Ksatria
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh
para kaum Ksatria atau para prajurit. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut
adalah F.D.K. Bosch. Menurut Teori ksatria, jaman dulu di India sering terjadi perang.
Kemudian para prajurit yang kalah banyak yang pergi meninggalkan India. Banyak
diantara mereka pergi ke wilayah nusantara. Mereka inilah yang kemudian
menyebarkan agama dan kebudayaan hindu di wilayah nusantara. .
3. Teori Waisya
Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke Indonesia di bawa oleh
para pedagang India yang berdagang di Indonesia dan kemudian mengajarkan ajaran
agama Hindu kependuduk setempat. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut
adalah N.J. Krom. Menurut NJ. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan
Indonesia karena adanya hubungan perdagangan, sehingga orang-orang India yang
datang ke Indonesia sebagian besar adalah para pedagang. Perdagangan yang terjadi
pada saat itu menggunakan jalur laut dan teknologi perkapalan yang masih banyak
tergantung pada angin musim.
Hal ini mengakibatkan dalam proses tersebut, para pedagang India harus
menetap dalam kurun waktu tertentu sampai datangnya angin musim yang
memungkinkan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Selama mereka menetap,
memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Mulai
dari sini pengaruh kebudayaan Hindu menyebar dan menyerap dalam kehidupan
masyarakat Indonesia.
4. Teori Sudra
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh
para kaum sudra,dalam hal ini adalah kaum-kaum terbawah. Tokoh yang
mengemukakan pendapat tersebut adalah Von Van Faber. Von Van Faber ini
menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang
India yang berkasta sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai orang-orang
buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan
tujuan untuk mengubah kehidupannya.
5. Teori Arus Balik
Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke Indonesia dibawa oleh
para pelajar (orang Indonesia) yang belajar atau mendalami agama Hindu di India
kemudian setelah mereka menempuh pendidikan. Lalu mereka pulang dan
mengajarkan (menyebarluaskan) ajaran Hindu kepada penduduk setempat.
Teori ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia mengemukakan peranan bangsa
Indonesia sendiri dalam penyebaran dan pengembangan agama hindu. Penyebaran
budaya India di Indonesia dilakukan oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan
para pedagang India, di Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal
dengan sangha. Mereka giat mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan
budaya tulis. Mereka kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India.
Sekembalinya ke Indonesia mereka mengembangkan agama dan kebudayaan tersebut.
Hal ini bisa diliat dari peninggalan dan budaya yang memiliki corak keindonesiaan.
1.2 Masuknya Kebudayaan Budha ke Indonesia
Informasi paling tua tentang keberadaan Buddhisme di Indonesia yang pada
waktu itu belum begitu meluas juga didapat dari pengelana China bernama Fa Hsien
(+/-337 422 M), yang sekembalinya dari Ceylon (Sri Lanka) ke China pada tahun 414
Masehi terpaksa mendarat di negeri yang bernama Ye-Po-Ti karena kapalnya rusak.
Sekarang tidak terlalu jelas apakah Ye-Po-Ti itu Jawa atau Sumatera. Ia
menemukan banyak orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme.
Namun demikian, sepertinya kondisi mulai berubah sesudah abad kelima kerena
penyebaran agama Budha yang dilakukan Fa Hsien.

B. Kerajaan - Kerajaa n pada Masa Hindu-Buddha


1. KERAJAAN KUTAI

Sejarah
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti
sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara
Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.

Yupa
Yupa atau prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh
buah yupa di Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk
menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui
bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya
dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada
kaum brahmana.

Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan
Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskertabila dilihat dari cara
penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang
datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.

Aswawarman
Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti
Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga.
Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa
pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah
kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup
sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya
komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas
dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji
Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan
Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute).
Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra
Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang
disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

2. KERAJAAN TARUMANEGARA

Sumber Sejarah
Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang
6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan
dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang
ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-
prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai
tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati
(wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.

Prasasti yang ditemukan


- Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan
kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor.
- Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan
Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti
tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan
penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada
tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan
untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa
pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
- Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang
yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten,
berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
- Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter
dari pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981diangkat dan
diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman,
beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta.
- Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
- Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti
batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir
Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka.
- Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
- Prasasti Telapak Gajah
- Prasasti Jambu di daerah Bogor,

You might also like