You are on page 1of 5

A.

Minyak cengkeh (Oleum Caryophylli)


adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan air atau penyulingan uap
kuncup yang telah dikeringkan dari:
Tanaman asal: Eugenia caryophyllus
Familia: Myrtaceae
Pemerian: Minyak cair, baru didestilasi tidak berwarna atau kuning pucat, jika
disimpan atau kena udara makin tua dan makin kental.
Tempat Tumbuh: Indonesia (terutama Maluku)
Isi : - eugenol 85-90%
- asetil eugenol
- kariofilen
- vanilin, furfurol
- metil-amil keton
Pemakaian : obat sakit gigi, obat mulas dan kadang bisa digunakan sebagai obat batuk

B. Minyak kayu putih (Oleum cajuputi)


Adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi air dan destilasi uap daun dan
ranting segar dari:
Tanaman asal : Melaleuca leucadendra L
Familia : Myrtaceae
Tempat tumbuh : Indonesia
Pemerian : cairan tidak berwarna, warna kuning hijau, khas aromatik, rasa pahit
Isi : - Cineol ( kayuputol)
- Terpineol bbs
- Ester terpineol dengan as.asetat
- As.valerat
Pemakaian : Obat gosok pada sakit encok, obat batuk

C. Minyak Permen, Peppermint Oil (Oleum Menthae Piperitae)


adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan (destilasi) air pucuk berbunga
dari:
Tanaman Asal : Mentha piperita L
Famili : Labiatae
Pemerian : cairan tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau aromatic,
rasa pedas kemudian dingin
Tempat Tumbuh : Eropa dan Indonesia
Pemalsuan: diencerkan dengan alkohol, minyak terpentin, minyak kopaiba, minyak
eukaliptus dan dengan minyak atsiri lain.
Isi : - menthol 51 %
- Ester mentil asetat
- mentil iso valerianat , alfa pinen
- limonen
- kadinen
- sineol, menton
- asetaldehid, isovaleraldehid
- asam Cuka, asam Valerianat & amil alcohol
Pemakaian : karminativa, stimulansia, obat mulas dan obat batuk

D. Minyak Anisi (Oleum Anisi)


adalah buah masak dari :
Tanaman Asal : Pimpinella anisum L
Familia : Umbelliferae
Pemerian : bau khas aromatik, rasa manis
Tempat Tumbuh: Spanyol, Rusia Selatan, Bulgaria, Asia Kecil, Mesir Yunani,
Indonesia
Isi : - minyak atsiri 6% mengandung: * anetol 80-90%
* metil kavikol
* anis keton
* asetaldehid
- minyak lemak 10%
- protein
Pemakaian : karminativa dan obat mulas
1. Oleum Menthae piperitae 2. Oleum Caryophylli

Noda 1 Noda 1
Jarak bercak: 2,4 cm Jarak bercak: 3 cm
Jarak pelarut: 5 cm Jarak pelarut: 5 cm
Rf = Jarak bercak / jarak pearut Rf = Jarak bercak / jarak pelarut
Rf = 2,4 cm / 5 cm = 0,48 Rf = 3 cm / 5 cm = 0,6
Noda 2 Noda 2
Jarak bercak: 1,2 cm Jarak bercak: 1,4 cm
Jarak pelarut: 5 cm Jarak pelarut: 5 cm
Rf = Jarak bercak / jarak pelarut Rf = Jarak bercak / jarak pelarut
Rf = 1.2 cm / 5 cm = 0,24 Rf = 1.4 cm / 5 cm = 0,28

3. Oleum Anisi 4. Oleum Cajuputi

Jarak bercak: 1,5 cm Jarak bercak: 2,6 cm


Jarak pelarut: 5 cm Jarak pelarut: 5 cm
Rf = Jarak bercak / jarak pelarut Rf = Jarak bercak / jarak pelarut
Rf = 1.5 cm / 5 cm = 0,3 Rf = 2,6 cm / 5 cm = 0,52

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa


menjadi senyawa murninya dan dapat mengetahui kuantitasnya. Kromatografi
juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun
cuplikannya.

Pada praktikum kali ini kelompok 4 melakukan pemeriksaan minyak atsiri secara
kromatografi lapis tipis. Sampel yang digunakan yaitu oleum caryophyli, oleum cajuputi,
oleum anisi, dan oleum menthae piperitae. Pelat kromatografi yang digunakan berupa silica
gel GF254 sebagai fase diam dan heksana : etil asetat (96:4) sebagai fase gerak. Pelarut yang
digunakan adalah hexan-etilasetat karena kepolarannya sama dengan senyawa yang di uji.
Hexan-etilasetat bersifat non polar.

Minyak atsiri bersifat non polar, oleh karena itu minyak atsiri dapat mengangkut
senyawa non polar (pelarut) sehingga naik pada fase diam silica gel. Hal ini sesuai dengan
prinsip like dissolve like pada pelarut, di mana reaktan yang nonpolar akan larut dalam
pelarut nonpolar sedangkan reaktan yang polar akan larut pada pelarut polar

Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal.
hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 100.

Pada praktikum ini didapat hasil Rf dari masing-masing minyak atsiri adalah yaitu
yang pertama Oleum Menthae Piperitae, kandungan utamanya adalah menthol. Pada
praktikum didapatkan 2 noda pada fasa diam silica gel. Pada noda 1 jarak bercak 2.4 cm dan
jarak pelarut 5 cm sehingga didapat nilai Rf 0,48. Pada noda 2 jarak bercak 1,2 cm dan jarak
pelarut 5 sehingga didapat nilai Rf 0,24. Sedangkan pada literature didapatkan nilai Rf dari
menthol yaitu 0,35-0,40. Maka nilai rf yang didapatkan dari hasil praktikum tidak sesuai
dengan yang ada pada literature, akan tetapi perbedaanya tidak terlalu jauh. Sehingga tetap
dapat dipastikan sample oleum menthae piperitae positif mengandung menthol.

Yang kedua Oleum Caryophylli, kandungan utamanya adalah eugenol. Pada noda 1
jarak bercak 3 cm dan jarak pelarut 5 cm sehingga didapat nilai Rf 0,6. Pada noda 2 jarak
bercak 1,4 cm dan jarak pelarut 5 sehingga didapat nilai Rf 0,28. Sedangkan pada literature
didapatkan nilai Rf dari menthol yaitu 0,50. Maka nilai rf yang didapatkan dari hasil
praktikum tidak sesuai dengan yang ada pada literature.

Selanjutnya Oleum Anisi, kandungannya utamanya adalah anetol. Pada praktikum


didapatkan jarak bercak 1,3 cm dan jarak pelarut 5 cm sehingga didapat nilai Rf 0,3 Nilai ini
tidak terlalu berbeda jauh dengan yang terdapat pada literature yaitu nilai Rf anetol 0,35. Hal
ini menunjukan bahwa pada oleum anisi mengandung anetol .

Yang terakhir Oleum Cajuputi, kandungan utamanya adalah sineol atau kayuputol.
Pada praktikum didapatkan jarak bercak 2,6 cm dan jarak pelarut 5 cm sehingga didapat nilai
Rf 0,52. Sedangkan pada literature didapatkan nilai Rf dari menthol yaitu 0,45. Maka nilai rf
yang didapatkan dari hasil praktikum tidak sesuai dengan yang ada pada literature. .
Berdasarkan hasil praktikum di atas bisa dilihat pada sample pertama dan ketiga
hasilnya sesuai dengan literatur dan positif kandungannya. Sedangkan pada sample kedua dan
keempat hasilnya melenceng dari literature meskipun tidak terlalu berbeda jauh. Hal ini dapat
disebabkan setelah pentotolan sample yang kurang tepat, pembilasan pipa kapiler dengan
methanol kurang bersih sehingga pipa kapiler masih mengandung sample yang sebelumnya
dan tercemar, fase gerak (kemurnian pelarut), bejana pengembang (ukuran bejana, kuantitas
pelarut, kejenuhan), dan kuantitas sampel.

DAFTAR PUSTAKA
Pelter, L. S. W., A. Amico, dkk, 2008, Analysis of peppermint leaf and spearmint leaf
extracts by thin layer chromatography, Journal of Chemical Education, 85, pp. 133-
134
Anonim. ___ http://eprints.undip.ac.id/44266/3/BAB_II.pdf (diakses 3 Desember 2016)

You might also like