Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Tanaman daun kemangi Tanaman selanjutnya yang
(Ocimum sanctum L.) ini merupakan dapat dijadikan antibakteri adalah
salah satu familia Lamiaceae. Daun Kayu Manis (Cinnamomum
Kemangi dapat berkhasiat sebagai zeylanicum) ini merupakan salah satu
antibakterial, Kemangi mengandung familia Lauraceae. Kayu Manis
tanin, flavonoid, steroid/triterpenoid, banyak dimanfaatkan untuk penyedap
minyak atsiri, asam heksauronat, pada makanan, pengobatan medis,
pentosa, xilosa, asam metil serta tak jarang digunakan sebagai
homoanisat, molludistin serta asam dupa dalam upacara keagamaan. Kulit
ursolat (Hendrawati, 2009). Daun kayu manis mempunyai rasa pedas
kemangi mengandung saponin, dan manis, berbau wangi, serta
flavonoid, polifenol dan tannin bersifat hangat. Beberapa bahan
(Pujianta, 2010). Daun Kemangi kimia yang terkandung dalam kayu
mengandung betakaroten (provitamin manis diantaranya minyak atsiri,
A), vitamin c dan daun kemangi juga eugenol, cinnamic aldehida, safrol,
mengandung komponen non gizi, tannin. kalsium oksalat, dammar, dan
antara lain senyawa flavonoid dan zat penyamak (Hariana,2007).
eugenol, arginin, anetol, boron, dan Minyak atsiri yang berasal dari kulit
minyak atsiri. Senyawa ini juga komponen terbesarnya ialah
bersifat antimikroba yang mampu cinnaldehida 6070% ditambah
mencegah masuknya bakteri, virus, dengan eugenol, beberapa jenis
atau jamur yang membahayakan aldehida, benzyl- benzoat,
tubuh (Putra, 2012). Daun kemangi phelandrene dan lainlainnya. Kadar
berkhasiat untuk mengatasi sariawan, eugenol ratarata 8066%. Dalam
panu, mual, masalah-masalah untuk kulit masih banyak komponen-
pria dan bau mulut (Putra, 2012). komponen kimiawi misalnya: damar,
Minyak atsiri daun kemangi 1 % pelekat, tanin, zat penyamak, gula,
memiliki nilai % Penghambatan kalsium, oksalat, dua jenis insektisida
bakteri sebesar 87,50 3,33 cinnzelanin dan cinnzelanol, cumarin
(Yosephine, 2013). dan sebagainya (Rismunandar,1995).
135
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
Minyak Atsiri Kayu Manis memiliki bakteri gram positif dan gram
nilai KHM sebesar 1,67 % . Minyak negatif, jamur, dan kapang. Minyak
atsiri dari kayu manis mempunyai atsiri daun kemangi dapat juga
daya bunuh terhadap mikroorganisme dikembangkan dalam bentuk sediaan
(antiseptis), membangkitkan selera mouthwash untuk menjaga
atau menguatkan lambung (stomakik) kebersihan dan kesehatan pada daerah
juga memiliki efek untuk rongga mulut. Bakteri mulut
mengeluarkan angin (karminatif). merupakan masalah yang harus
Minyak atsiri Kayu Manis merupakan dihadapi semua orang karena
preparat antimikroba alami yang menyebabkan plak dan bau mulut.
dapat bekerja terhadap bakteri, virus, Mouthwash Daun Kemangi dan Kayu
dan jamur (Yuliani dan Satuhu, Manis dikombinasikan ini
2012). Efek farmakologis yang membedakan dari pada yang lain,
dimiliki kayu manis diantara sebagai mouthwash Daun kemangi tersendiri
peluruh kentut (carminative), peluruh sudah biasa dilakukan oleh
keringat (diaphoretic), antirematik, masyarakat dan pada penelitian
penambah nafsu makan (stomachica) sebelumnya sediaan mouthwash yang
dan penghilang rasa sakit (analgesic) sudah dibuat hanya menggunakan
(Hariana, 2007). salah satu dari bahan alam tersebut.
Minyak atsiri merupakan salah Tanaman ini dikombinasikan karena
satu metabolit sekunder tanaman kedua bahan alam tersebut
yang banyak dilaporkan memiliki mengandung zat antibakteri.
aktivitas antibakteri. Minyak atsiri Mouthwash bisa digunakan
merupakan preparat antimikroba sebagai agen terapetik dan juga
alami yang dapat bekerja terhadap kosmetik. Mouthwash sebagai agen
bakteri, virus, dan jamur (Yuliani dan terapetik dapat digunakan untuk
Satuhu, 2012). Suppakul dkk (2003) mengatasi plak, gingivitis, karies gigi,
juga menyebutkan dalam dan stomatitis. Mouthwash sebagai
penelitiannya bahwa minyak atsiri kosmetik ditujukan untuk
daun kemangi menunjukkan aktivitas mengurangi bau mulut dengan cara
antimikroba terhadap sebagian besar menambahkan bahan antimikrobial
136
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
137
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
138
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
139
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
140
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
1,046 1,0449
1,044 1,0422
1,042 1,0412
Massa Jenis (gr/mL) 1,0394
1,04
1,038
1,036 SEBELUM
1,034 1,033 1,0328 SESUDAH
1,032
1,03
1,028
1,026
FORMULA I FORMULA II FORMULA III
Gambar 1. Diagram Hasil uji massa jenis pada saat sebelum dan sesudah kondisi
dipercepat
Adanya perbedaan ini dilihat pada gambar 1 Nilai massa
disebabkan oleh perbedaan jumlah jenis semakin menaik seiring dengan
tween 80 yang ditambahkan pada bertambahnya konsentrasi Tween 80
masing-masing Formula. Dari pada kondisi sebelum dan sesudah
pengujian massa jenis, semakin besar dipercepat. Dari gambar 1 telah
konsentrasi Tween 80 maka akan diketahui perbedaan massa jenis
semakin berat massa jenisnya. sediaan mouthwash sebelum dan
Gliserin juga mempengaruhi massa sesudah dipercepat, pada kondisi
jenis mouthwash, karena gliserin sebelum dipercepat massa jenis lebih
sebagai wetting agent menurunkan tinggi dibanding kondisi sesudah
tegangan permukaan bahan dengan dipercepat. Berdasarkan evaluasi nilai
air (sudut kontak) dan meningkatkan massa jenis formula yang baik adalah
dipersi bahan tidak larut. Literatur Formula I dengan konsentrasi 3,75%.
menunjukkan bahwa nilai massa jenis Hal ini dikarenakan pada Formula I
tween 80 lebih besar dari pada air tidak jauh selisih massa jenis ketika
yaitu sebesar 1,06-1,09 g/mL kondisi sebelum dan sesudah
(Budavari,1996). Oleh karena itu dipercepat.
dapat dikatakan bahwa penambahan Pengujian Viskositas
tween 80 dapat meningkatkan nilai Pengujian Viskositas
massa jenis mouthwash. Hal ini bisa merupakan salah satu parameter yang
141
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
0,014
0,012 0,0099 0,0098 0,0107
0,01 0,0092 SEBELUM
0,008 SESUDAH
0,006
0,004
0,002
0
FORMULA I FORMULA II FORMULA III
142
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
6
pH 5,77 SEBELUM
5,8
SESUDAH
5,6
5,4
5,2
FORMULA I FORMULA II FORMULA III
143
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
berpengaruh yaitu tween 80, suhu paling baik adalah Formula II karena
juga berpengaruh terhadap pH dari hasil viskositas dan pH nya .
mouthwash. Pengaruh tween 80 dapat
menurunkan tegangan antarmuka, KESIMPULAN
salah satu sifat penting dari surfaktan Formula mouthwash II dengan
adalah kemampuan untuk konsentrasi emulgator tween 80 7.5%
meningkatkan kelarutan bahan yang menghasilkan sediaan yang lebih baik
tidak larut atau sedikit larut dalam dibandingkan dengan formula I dan
medium dispersi. Surfaktan pada III setelah diuji kestabilan fisik
konsentrasi rendah, menurunkan dipercepat yang meliputi uji
tegangan permukaan dan menaikkan organoleptis, massa jenis, viskositas
laju kelarutan (Martinet al., 1993). dan pH.
Dari ketiga formula tersebut DAFTAR PUSTAKA
ketiganya masih memiliki nilai Apriyantono, A, Fardiaz, D,
Puspitasari, N,L, Sedarnawati,
standar pH yg bagus untuk mulut dan Y, dan Budianto, S, 1989,
dilihat pada diagram pH sediaan Petunjuk laboraturium Analisis
Pangan, PAU Pangan dan Gizi,
mouthwash yang paling mendekati IPB, Bogor.
pada rentang pH 7 yaitu Formula III. Backer, A.K. 1990,Hanbook of
Nonpresciption Drugs 9th
Penelitian ini menggunakan suatu
Edition, American
emulgator dari golongan nonionik Pharmaceutical, Washington.
yaitu Tween 80 dengan konsentrasi Banker, GS and Rodes, CT. 1979,
yang berbeda. Konsentrasi Modern Pharmaceutis,
Second edition, New York:
yang berbeda tersebut ditujukan Marsel Dokker Inc.
untuk mengetahui adanya pengaruh Depkes RI, 1979, Farmakope
konsentrasi Tween 80 yang terlarut Indonesia, Edisi Ketiga,
Departemen Kesehatan
terhadap sediaan, dan dilihat pada
Republik Indonesia, Jakarta.
Pengujian Organoleptis, massa jenis, Gunawan, Mulyani, 2004,Ilmu obat
viskositas dan pH. Dari hasil alam (farmakognosi), Penebar
Swadaya, Jakarta.
penelitian menunjukkan bahwa
Giertsen, E, Emberland, H,
mouthwash minyak atsiri kemangi danScheie, A, A, A, 1999,
dan minyak atsiri kayu manis yang Effect of Mouth Rinses with
Xylitol and Flouride on Dental
144
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
145
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 134-146 Adhisty Kharisma Justicia
146