Professional Documents
Culture Documents
Ruang konsultasi bisa jadi selalu penuh dengan emosi, khususnya dari
pasien. Ketika pasien tidak bisa mengontrol emosi, dokter dan perawat
terkadang perlu mengatasinya dengan komunikasi terapeutik. Berikut
beberapa tips bagaimana Anda bisa menangani pasien atau anggota keluarga
pasien yang marah:
2. Tunjukkan empati
Tidak ada pasien marah yang suka dihiraukan oleh dokter atau
perawat. Tenaga kesehatan justru perlu memberi perhatian khusus ke
pasien ini. Cara Anda menunjukkan respek akan menunjukkan
kepedulian Anda terhadap situasi yang sedang mereka hadapi. Ini juga
bisa dianggap sebagai perlindungan diri, untuk mencegah keluhan atau
komentar negatif di media sosial.
5. Hiburlah mereka
D. Penyebab Marah
Ada beberapa penyebab dari kemarahan yaitu :
1. Faktor Fisik
a) Kelelahan yang berlebihan
b) Adanya zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah, seperti kurangnya zat
asamdi otak.
c) Hormon kelamin, seperti pada waktu menstruasi pada wanita
2. Faktor psikis
a) Rendah hati, menilai dirinya selalu merasa dirinya rendah dari yang sebenarnya.
b) Sombong, menilai dirinya melebihi dari yang sebenarnya
c) Egoistis, akan selalu mementingkan diri sendiri
Menurut Nuh, Hamzah, Hawwa ( 1993) berpendapat bahwa ada beberapa faktor
yang menyebabkan kemarahan yaitu :
1) Lingkungan,
2) Pertengkaran dan perdebatan
3) Senda gurau dengan cara yang batil
4) Memusuhi orang lain dengan segala cara
5) Congkak dan sombong di muka bumi yanpa hak
6) Lupa mengendalikan diri
7) Orang lain tidak melaksanakan kewajibannya kepada sipemarah
8) Penjelasan orang lain terhadap aibnya
9) Mengingat permusuhan dan dendam lama
10) Lalai terhadap akibat ditimbulkan oleh marah.
F. Terapi Marah
Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang respon marah.
Spielberger (Yulianti, 2007 : 29) menyatakan bahwa secara instinktif, cara alami
untuk mengekspresikan kemarahan adalah merespon secara agresif. Spielberger
mengemukakan tiga pendekatan utama yang dilakukan orang untuk menangani
perasaan marahnya baik secara sadar ataupun tidak sadar yaitu :
a. Kemarahan diekspresikan, secara asertif bukan agresif, cara yang paling sehat
dalam mengekspresikan kemarahan.
b. Kemarahan dapat ditekan, kemudian diganti atau dialihkan. Hal ini terjadi
ketika kemarahan ditahan, berhenti memikirkannya, dan fokus pada sesuatu yang
positif. Tujuannya adalah untuk menghalangi atau menekan kemarahan dan diganti
dengan perilaku yang lebih konstruktif. Bahaya dari jenis ekspresi kemarahan ini
adalah jika kemarahan tidak diekspresikan keluar, maka kemarahan akan berbalik
ke dalam diri sendiri. Kemarahan yang berbalik pada diri sendiri akan
mengakibatkan hipertensi, tekanan darah tinggi atau depresi. Kemarahan yang tidak
dikeluarkan dapat menciptakan masalah lain yaitu mengarah pada ekspresi marah
yang patologi, seperti perilaku pasif-agresif (melawan orang secara tidak langsung
dibandingkan secara langsung, tanpa memberitahu alasannya) atau suatu
kepribadian yang nampak terus menerus bermusuhan atau sinis.
c. Kemarahan dapat diredakan di dalam, artinya tidak hanya mengontrol perilaku
luar tetapi juga mengontrol respon internal, mengambil langkah untuk
memperlambat detak jantung, menenangkan diri, dan membiarkan perasaan itu
surut.
Banyak terapi yang disuguhkan oleh para ahli psikologi yang berkenaan untuk
menanggulangi kemarahan yang diantaranya dikemukakan oleh ahli
psikosibernetika Maxwell maltz ( 1980 ) menyarankan tiga langkah untuk menceah
kemarahan
1) Pandanglah cermin lihat wajah sendiri yang sedang marah dan eksperikan bagai
mana kelihatanya.
2) Hilangkan energi yang meledak itu dalam suatu aktifitas
3) Menulisnya surat yang keji denga kata-kata kasar sebagaimana layaknya kita
marah.
Wayne Dyer ( 1977 ) mengemukakan sejumlah strategi untuk mengatasi kemarahan
pada berbagai situasi yang mencakup 18 cara, yaitu;
1. Selalu mengingatkan diri bahwa tidak perlu marah.
2. Berusaha menunda kemarahan selama 15 detik 30 detik dan seterusnya
3. Apabila sedang mengajari anak diperlukan kemarahan yang berpura-pura
4. Tidak perlu marah terhadap yang tidak disukai
5. Kita harus sadar bahwa orang lain berhak apa yang disukainya, dan kita tak perlu
memarahinya
6. Selalu meminta orang lain untuk selalu menasihati kita.
7. Mempunyai buku catatan kemarahan.
8. Mau mengumumkan bahwa anda telah marah.
9. Untuk menetrralisir dekatkanlah diri anda dengan yang dicintai
10. Apabila setelah tenang bicarakan dengan orang yang anda marahi
11. Gemboskan kemarahan anda pada detik pertama kemarahaan anda.
12. Anda perlu ingat bahwa 50% orang tidak akan suka terhadap keputusan anda, jadi
anda tidak perlu marah
13. Mau menceritakan kemarahanya kepada orang lain
14. Singkirkan pengharapan-pengaharapan kepada orang lain yang anda miliki
15. Ingatkanlah diri anda bahwa anak-anak akan selalu aktif dan berisik jadi tidak
perlu marah karena itu.
16. Cintilah diri anda sendiri
17. Dalam kemacetan lalulintas anda selalu mengecek seberapa lama anda tiidak
marah.
18. Daripada anda menjadi budak emosional lebih baik anda berpikir untuk
membuatnya sebagai suatu tantangan untuk merubahnya.
Terafi relaksasi
Burn dalam Utami :2002 mengatakan beberapa hasil dari reelaksasi diantaranya:
1. Dengan relaksasi anda akan terhindar dari reaksi yang berlebihan karena adanya
stress.
2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan stress seperti, hipertensi, sakit kepala,
imsomnia, dapat dikurangi dengan cara rileksasi.
3. Dapat mengurangi tingkat kecemasan.
4. Mengurangi gangguan yang bergubungan dengan stress
5. Penelitian menunjukan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering selama periode
stress.
Macam-macam relaksasi
a) Relaksasi otot
Relaxation via tension- relakation
Relaxation via letting go
Differential relaxation
b) Relaksasi kesadaran indra
c) Relaksasi melalui hipnose, yoga dan meditasi
Mengendorkan urat leher
Mengendorkan urat lengan
Memejamkan mata
Menyibukan diri
Memeriksa kepalan tangan
Melatih pernafasan
Berbicaa dengan tenang
Berusaha terbuka dengan teman yang amanah
G. Tindakan Keperawatan
Tabel 2-17 Rencana pendidikan kesehatan untuk mengekspresikan marah secara
tepat
Tabel 2-18 Tindakan keperawatan pada klien yang mengalami kesulitan untuk
mengekpresikan rasa marah
Tindakan
Prinsip Umum Rasional
Keperawatan
Mengekspresikan Bina hubungan saling Perilaku pasif akan
marah secara asertif percaya memperkuat harga diri
rendah
Bantu klien mengenali
perasaan dna batasan
marahnya
Mengekspresikan Komunikasikan bahwa Kemarahan yang
perasaan secara asertif marah itu normal ditetapkan dapat
Meningkatkan perhatian Identifikasi mekanisme menyebabkan depresi.
pada perilaku yang koping yang biasanya Perilaku agresif juga
positif dilakukan menyebabkan rasa
Lindungi dari usaha Berikan dukungan pada tidak aman dan harga
melukai diri sendiri mekanisme koping yang diri rendah.
maupun orang lain. kontruksif. Perilaku asertif akan
Eksplorasikan alternatif menghasilkan harga
perilaku diri tinggi dan dapat
Bantu klien untuk menghindarkan diri
berlatih melakukan tindakan
mengekspresikan kekerasan kepada
perasaanya secara orang lain.
asertif. Memberikan batasan
Berikan umpan balik. perilaku yang dapat
Informasikan batasan diterima dan tidak
perilaku yang dapat dapat diterima akan
diterima berikut meningkatkan
alasannya. sosialisasinya.
Klasifikasikan kembali Ekspresikan perasaan
tanggungjawab klien adalah suatu proses
terhadap prilakunya. yang membantu klien
Berikan batasan untuk saling
konsekuensi untuk menghargai orang lain
pelanggaran peraturan dengan perilaku positif.
yang telah disepakati. Menetapkan batasan
marah.
Tingkatan kesepakatan Marah dapat dipelajari
staf terhadap batas- klien dan lebih efektif
batasan yang sesuai. daripada mekanisme
Konsistensi terhadap koping.
batasan-batasan yang Perilaku kekerasann
telah ditetapkan mempunyai resiko
bersama. tinggi untuk
Berikan umpan balik mencederai diri sendiri
positif apabila berhasil. dan orang lain.
Hindari pertentangan Perasaan bersalah akan
dengan klien yang dapat menimbulkan tekanan
merendahkan dirinya. npsikologis apabila
Pertahankan sikap tidak dapat
maupun lingkungan mengontrolnya,
dengan tenang. individu dapat melukai
Kontrol emosi dan orang lain.
tanda-tanda ketegangan. Ciptakan rasa aman.
c) Mengingatkan kontrak
Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai
janji).
Jika klien ingat janjinya berikan pujian.
Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati.
Masalah klien (cara berkenalan dengan orang lain, mengungkapkan marah,
kebersihan diri, dll)
3. Fase Kerja
Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi,
pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi
kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku
maladaftif menjadi adaftif merupakan fokus fase ini.
Contoh :
Apa yang menyebabkan ibu marah?
Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut?
Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.
4. Fase Terminasi
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik.
Rasa percaya dan hubungan akrab sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal.
Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat
terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi
realitas perpisahan yang dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama
meninjau kembali proses perawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan.
Perasaan marah, sedih dan penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan.
Proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam membantu
klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi
terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari manfaat hubungan.
Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan tidak
menghadiri pertemuan atau bicara dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan
klien sebagai penolakan. Atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya,
dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih
memerlukan bantuan.
a. Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga
perawat masih akan bertemu lagi dengan klien.
Isi percakapan :
1) Evaluasi
Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.
2) Tindak lanjut
Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?
3) Kontrak yang akan datang
Kapan kita bertemu lagi?
Apa yang akan kita bicarakan?
b. Terminasi akhir
Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai praktek
dirumah sakit.
Isi percakapan :
1) Evaluasi
Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?
2) Tindak lanjut
Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah?
3) Kontrak yang akan dating
Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit?
4) Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga.
KOMUNIKASI PADA SITUASI KHUSUS Sangat sering terjadi tenaga
kesehatan harus menghadapi pasien yang marah atau menjengkelkan, sebagian
merendahkan diri atau sarkastik, sedangkan lainnya bersikap menuntut, agresif,
dan terang-terangan memperlihatkan sikap bermusuhan. Terkadang pasien
mengucapkan teguran yang tidak pantas yang bersifat merendahkan pemula atau
bahkan dokter yang sudah berpengalaman. Tenaga kesehatan mungkin merasa
sebal, marah, kewibawaannya terganggu, tidak sabar, atau frustasi. Tenaga
kesehatan harus menyadari bahwa reaksi ini adalah respons pasien terhadap
penyakitnya, dan belum tentu menunjukkan respons terhadap pewawancara. Tiap
pewawancara harus menyadari bahwa emosi yang sama seperti marah, iri, atau
takut ada pada kedua belah pihak, pasien dan tenaga kesehatan yang
menanganinya. Seorang pasien dapat mengungkapkan perasaannya kepada tenaga
kesehatan, yang harus bertindak secara professional dan obyektif, dan tidak
merasa diserang atau menjadi defensif.
1.
Pasien marah karena berbagai alasan, tapi terutama karena kebutuhan, gagasan,
dan pengharapan mereka tidak terpenuhi. Karena itu kunci utama meredam
kemarahan pasien adalah dengan berusaha memenuhi kebutuhan, gagasan dan
pengharapan mereka.
1.1 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Marah
Pasien yang marah ingin: 1.
Didengarkan 2.
Dimengerti. 3.
Dihormati 4.
Diberi penjelasan 6.
Ada tindakan perbaikan dalam waktu yang tepat Berikut ini sikap dan cara
meredam kemarahan pasien. 1.
Dengarkan.
Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada pasien (telepon,
tamu lain, dll).
Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda kita benar-benar
mendengarkan mereka. 2.
Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai salah satu taktik
meredakan marahnya pasien, kita mencari point-point dalam pernyataan pasien
yang
bisa kita setujui. Misalnya, Ya Pak, saya sependapat bahwa tidak seharusnya
pasien
menunggu lama untuk bisa mendapatkan kamar. Tapi saat ini kamar perawatan
kami memang sedang penuh, kami berjanji akan mencari jalan keluarnya dan
melaporkannya pada Bapak sesegera mungk
in.
3.
Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang sedang cemas,
gelisah dan khawatir akan kondisi diri atau keluarganya, sehingga sangat bisa
dimengerti bahwa dalam kondisi seperti itu seseorang cenderung bertindak
emosional.
Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan menenangkan.
Jangan terbawa oleh nada suara pasien yang cenderung tinggi dan cepat.
Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas masukannya, dan
sebut pasien dengan namanya.
Depresi