Professional Documents
Culture Documents
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, basil gram negative, bergerak
dengan rambut getar, tyidak berspora. Mempunyai sekurangnya 4 macam antigen,
yaitu antigen O (somatik), H (flagela), Vi, dan protein membrane hialin.
Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi
yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang
yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi
dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
3. Patofisiologi
1
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang
sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam
lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan
mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
4. Manifestasi Klinik
Masa tunas typhoid 10 14 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal berupa rasa tidak enak badan.
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam
hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan
mual, batuk, epistaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran (apatis, somnolen).
5. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1. Perdarahan usus
2
2. Perporasi usus
3. Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
uremia hemolitik.
3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
6. Penatalaksanaan
a. Perawatan.
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet.
1. Diet yang sesuai ,tinggi kalori dan tinggi protein serta tidak mengandung
banyak serat.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi TIM.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari.
c. Obat-obatan.
1. Klorampenikol
2. Tiampenikol
3. Kotrimoxazol
4. Amoxilin dan ampicillin
7. Pencegahan
a. Cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
mempersiapkan makanan
b. Hindari minum susu mentah (yang belum disterilisasi)
c. Hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
d. Hindari makanan pedas
8. Pemeriksaan penunjang
3
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam
typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
4
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
Faktor faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan anak :
1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya
pada minggu ke-5 atau ke-6.
3. Penyakit penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut
dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi
sistem retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
5
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu
spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi
hasil uji widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada
penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen
dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain
9. Prognosis
Umumnya baik bila pasien cepat berobat. Prognosis kurang baik bila terdapat
gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia atau febris kontinu, penurunan
kesadaran, komplikasi berat seperti dehidrasi, asidosis, perforasi usus dan gizi
buruk.
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya
pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6 % dan pada orang dewasa 7,4 %
rata-rata 5,7 % (Juwono Rachmat, 1996).
6
2. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat
model dan bermain alat musik
c. Kognitif :
1. Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternative dalam
pemecahan masalah
3. Dapat memberikan cara kerja dan melacak urutan
kejadian kembali sejak awal
4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan
dating
d. Bahasa :
1. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternative dalam
pemecahan masalah
3. Dapat memberikan cara kerja dan melacak urutan
kejadian kembali sejak awal
4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan
datang
7
a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,
pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak
b. Ftrustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta
tidak familiernya peraturan rumah sakit
8
ALUR PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM DEMAM THYPOID
Intoleransi
aktifitas
9
B. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Faktor presipitasi dari demam typoid adalah disebabkan oleh makanan yang
tercemar oleh salmonella typhosa dan salmonella paratyphoid A, B, dan C yang
ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses serta muntah diperberat
bila klien makan tidak teratur.
Faktor predisposisinya adalah minuman mentah, makan makanan yang tidak
bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dari WC dan
menyiapkan makanan.
Riwayat keperawatan dan kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu
tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan,
epistaksis, dan penurunan kesadaran.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b/d
hipertermi dan muntah.
Tujuan :
Ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
Membran mukosa normal, bibir lembab, TTV dalam batas normal, tanda-
tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi Rasional
1. Monitor TTV 1. Merupakan indicator secara dini
tentang hipovolemia
2. Monitor intake dan output dan
2. Menurunkan output dan konsentrasi
konsentrasi urine
urine akan meningkatkan
kepekaan/endapan sebagai salah satu
kesan adanya dehidrasi dan
3. Beri cairan sedikit demi sedikit
membutuhkan peningkatan cairan
tapi sering
3. Untuk meminimalkan hilangnya
cairan
10
1. Kaji status nutrisi anak 1. Memberikan gambaran tentang status
nutrisi dari anak
2. Kaji makanan yang disukai dan
2. Dapat membantu untuk memenuhi
tidak disukai oleh anak
kebutuhan nutrisi dari anak
3. Anjurkan kepada orang tua untuk
3. Dengan makan sedikit demi sedikit
memberikan makanan sedikit
tapi sering dapat memenuhi nutrisi
demi sedikit tapi sering.
dari anak secara bertahap
4. Berikan makanan sesuai dengan
4. Diet yang sesuai dapat membantu
diet yang diberikan / tidak
proses penyembuhan dan pemenuhan
merangsang muntah
nutrisi
5. Timbang BB tiap hari
5. Memberikan informasi tentang
6. Pertahankan kebersihan mulut kebutuhan diet/keefektifan terapi
6. Mulut yang bersih dapat
anak.
7. Jelaskan pentingnya intake meningkatkan nafsu makan anak
7. untuk mempercepat proses
nutrisi yang adekuat
8. Kolaborasi dengan ahli gizi penyembuhan penyakit.
8. Memungkinkan saluran usus untuk
dalam pemberian diit imsalnya
memastikan kembali proses
cairan jernih berubah menjadi
pencernaan. Protein perlu untuk
makanan yang dihancurkan,
penyembuhan integritas jaringan.
rendah sisa, protein tinggi, tinggi
Rendah serat menurunkan respon
kalori dan rendah serat
9. Kolaborasi dengan dokter dalam peristaltic terhadap makanan.
9. Antimietik untuk membantu
pemberian obat antimietik
mengurangi atau menghilangkan
gejala mual dan muntah
c. Hipertermi b/d proses infeksi salmonella typhi
Tujuan :
Hipertermi teratasi
Kriteria hasil :
Suhu, nadi, pernapasan dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Observasi suhu tubuh anak 1. Memantau status kondisi dari anak
dan perkembangan dari penyakit
2. Anjurkan keluarga untuk
2. Dengan melakukan pembatasan
membatasi aktifitas anak
aktifitas dapat mengurangi resiko
3. Beri kompres air hangat terjadinya komplikasi lebih lanjut
4. Anjurkan keluarga untuk 3. Membantu menurunkan suhu tubuh
4. Membantu agar anak merasa nyaman
memakaikan pakaian yang dapat
menyerap keringat(pakaian tipis)
11
5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. antipiretik yang membantu untuk
pemberian obat antipiretik menurunkan panas
A. Pengkajian
1. Tgl/jam masuk RS : 02-08-2010/15.00 Wit
2. Tgl/jam pengkajian : 03-08-2010/14.00 Wit
3. Ruangan : Chandra
4. No. Register :-
5. Dx. Medis : Demam Thypoid
I. Data biografi
a. Identitas anak
Nama : a/ L
Nama panggilan : a/ L
Tgl lahir / umur : 09-07-2010/ 4 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / bangsa : Maluku/Indonesia
Pendidikan :-
Bahasa yang digunakan :-
b. Identitas orang tua
12
Ibu Ayah
Nama : Ny. J Tn. R
Usia : 27 Tahun 30 Tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Buruh Bangunan Buruh Bangunan
Agama : Islam Islam
Suku / bangsa :Maluku/Indonesia Maluku/Indonesia
Alamat rumah : Kebun Cengkeh Kebun Cengkeh
Sumber biaya : Orang tua (ibu dan ayah)
13
Setelah itu pasien dibawa ke Ruangan Chandra untuk mendapatkan
perawatan lanjutan
14
Perkembangan motorik : anak sudah dapat berinteraksi
secara mandiri dengan lingkungan sekitar.
Perkembangan sensorik : anak telah mampu mengerti
tentang apa yang ditanyakan.
c. Penyakit yang pernah diderita : batuk, pilek, panas
d. Riwayat operasi/pembedahan : tidak ada riwayat pembedahan
e. Riwayat alergi : tidak ada riwayat alergi
f. Kecelakaan : tidak ada
g. Riwayat imunisasi
Reaksi
Pemberian ke
No Jenis Usia Pemberian setelah
berapa
imunisasi
1 BCG 2 minggu Pertama Panas
2 DPT 2 bulan & 9 bulan Pertama & kedua Panas
3 Hepatitis 2 bulan Pertama panas
4 Polio 2 bulan & 9 bulan Pertama & kedua -
5 Campak 9 bulan pertama Panas
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
X : Meninggal
15
b. Riwayat penyakit
Saudara Anggota
Riwayat penyakit Orang tua
kandung keluarga lain
Penyakit yang pernah diderita Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Penyakit yang sedang diderita Tidak ada Tidak ada Tidak ada
c. Koping keluarga
ibu pasien nampak cemas dengan kondisi anaknya
ibu pasien yakin bahwa anaknya akan segera sembuh
d. Sistem nilai kepercayaan
agama yang dianut adalah agama islam dan ibunya percaya
sepenuhnya kepada Tuhan
B. Pemeriksaan fisik
1. Penampilan umum
Keadaan umum : lemah
Tingkat kesadaran : compos mentis
BB : 10 kg
TB : 95 cm
a. Kepala
Bentuk : simetris kiri-kanan
Besar / kecil : tidak ada tanda-tanda hidrosefalus
Tulang tengkorak : tidak ada kelainan
b. Rambut
Distribusi : merata
Warna : hitam
Tekstur : halus
kuantitas : banyak
c. Muka
Bentuk : simetris kiri-kanan
Paralisis : tidak ada paralisis
Oedema : tidak ada oedema
Ekspresi wajah : menangis
Wajah tampak kemerahan
16
d. Mata
Bola mata : simetris kiri-kanan
Gerakan bola mata : normal
Kelopak mata
Oedema kelopak mata bawah : tidak ada oedema kelopak mata bawah
Tanda radang : tidak ada tanda radang
Pendarahan : tidak ada pendarahan
Konjungtiva
Warna : pucat
Peradangan : tidak ada peradangan
Secret : tidak ada secret
Keluar air mata : tidak keluar air mata
Sclera : tidak ikterus
e. Mulut
1. Bibir
Warna : merah muda
Kelembaban : lembab
Lessi : tidak ada lessi
Ulkus : tidak ada ulkus
Massa : tidak ada massa
Kelainan : tidak ada kelainan
2. Membran mukosa
Warna : pucat
Kelembaban : lembab
Luka : tidak ada luka
Lessi : tidak ada lessi
Massa : tidak ada massa
3. Gigi
Warna : putih
Jumlah : 20 buah
Jarak : merata
Karang gigi : tidak ada karang gigi
Bengkak : tidak ada bengkak
Pendarahan : tidak ada pendarahan
4. Lidah : kotor (ada bintik-bintik putih)
f. Hidung
Bentuk : simetris kiri-kanan
Gerakan cuping hidung : tidak ada gerakan cuping hidung
Septum : tidak ada septum
Pembauan : normal
Pendarahan : tidak ada pendarahan
g. Telinga
1. Daun telinga
Kelainan congenital : tidak ada kelainan kongenital
Oedema : tidak ada oedema
2. Tes pendengaran : baik dengan cara memanggil namanya
h. Leher
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
Kelenjar limfe : tidak ada kelainan
17
Kelenjar tiroid : tidak ada kelainan
Arteri carotis : teraba jelas
Vena jugularis : teraba jelas
i. Dada
Bentuk : simetris kiri-kanan
Pertumbuhan buah dada : belum ada
Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
Bunyi napas : normal ( vesikuler )
Batuk : tidak ada Batuk
Sputum : tidak ada sputum
Sesak napas : tidak sesak napas
Respirasi : 28 x/mnt dengan inspeksi gerakan
kembang-kempisnya dada
j. Abdomen
Bentuk : simetris
Nyeri tekan dan nyeri lepas : tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
Pembesaran limfe : tidak pembesaran limfe
Pembesaran ginjal : tidak ada pembesaran ginjal
k. Ekstremitas atas dan bawah
Bentuk : simetris/tidak ada kelainan
Kekuatan menggenggam : baik
Aktifitas di bantu : ya, di bantu oleh orang tua
Terpasang IVFD RL 36 tetes/mnt mikro pada ekstremitas kanan atas
l. Genitalia : tidak dikaji
m. Anus : tidak dikaji
n. Kulit
Kelainan : tidak ada kelainan pada kulit
Tekstur : halus
Turgor : baik
Suhu : panas
Luka : tidak ada luka
Lessi : tidak ada lessi
o. Kuku
Warna : merah muda
Bentuk : simetris
18
Makanan yang disenangi bubur Nasi dan bubur
Alergi makanan Tidak ada Tidak ada
Kebiasaan makan Disuapi/kadang makan sendiri Disuapi
Waktu makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Porsi yang dihabiskan 1 porsi 6 sendok makan
Penggunaan alat makan Piring, sendok, dan gelas Piring, sendok, dan
dan minum gelas
Tidak ada
Keluhan Kurang nafsu makan, di
6-8 gelas/hari bantu
Air putih 6-8 gelas/hari
Frekuensi minum
1500-2000ml Air putih
Jenis minuman
Tidak ada 1500-2000ml
Jumlah minum / hari
Tidak ada
Keluhan
1 jam
Pola tidur
8-9 jam 30 menit
Waktu tidur siang
Tidak ada 4-5 jam
Waktu tidur malam
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
Tidak ada
Kebiasaan menjelang tidur
Pola kebersihan diri
2x sehari
Mandi
Memakai sabun 1x (di lap)
Frekuensi
Dibantu ibunya Tidak memakai sabun
Sabun
Dibantu ibunya
Bantuan
2x sehari
Oral hygiene
Pagi dan sore Belum
Frekuensi
-
Waktu
Pola eliminasi
1x sehari
BAB
Kuning kecoklatan Belum
Frekuensi
Khas -
Warna
Lunak -
Bau
Tidak ada -
Konsistensi
-
Keluhan
4-6x sehari
BAK
Kuning 2x sehari
Frekuensi
Pesing Kuning
Warna
Tidak ada Pesing
Bau
Tidak Tidak ada
Keluhan
Tidak
Kebiasaan ngompol
Tidak ada
Kebiasaan lain
Tidak ada Tidak ada
Mengisap jari
Tidak ada Tidak ada
Mengigit kuku
Tidak ada
Mempermainkan genital
19
1. Mandi 0 1
2. Berpakaian & Berdandan 1 1
3. Mobilisasi di tempat tidur 0 0
4. Makan 0 1
5. Minum 0 1
6. Naik tangga 0 -
7. Belanja - -
8. Masak - -
9. Merapikan rumah - -
10. Berjalan 0 1
11. Duduk 0 0
12. Olahraga - -
4. TTV
Suhu badan (aksila) : 39 0C
Nadi : 102 x/mnt
Respirasi : 28 x/mnt
5. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (Tgl 02-08-2010)
Hb : 10,6 gr%
LED : 20-40 mm/jam
leucosit : 4200 mm3
widal : Sal. P. T. BH CH positif 1/320
Sal. P. T. BH AH positif 1/160
20
C. Klasifikasi Data
Data subjektif : orang tua mengatakan
badan anaknya panas
anaknya muntah 2x
Kurang nafsu makan
Makanan yang dihabiskan 6 sendok makan
badan anaknya lemas
Rewel
Data objektif :
KU lemah
suhu badan (aksila) : 39 0C
BB turun 2 kg dari 12 kg menjadi 10 kg
Widal :
Sal. P. T. BH CH positif 1/320
Sal. P. T. BH AH positif 1/160
Mandi Dibantu ibunya
Kebiasaan makan Disuapi
Membran mukosa pucat
Lidah kotor (ada bintik-bintik putih)
Aktifitas di bantu oleh orang tua
Ekspresi wajah menangis
Wajah tampak kemerahan
Konjungtiva pucat
Suhu kulit panas
Terpasang IVFD RL 36 tetes/mnt mikro pada ekstremitas kanan atas
Skor aktifitas : 1
D. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. Data subjektif orang tua mengatakan : Proses infeksi Hipertermi
badan anaknya panas salmonella thypi
Rewel
21
Data objektif :
suhu badan (aksila): 39 0C
Suhu kulit panas
Ekspresi wajah menangis
Perubahan
Wajah tampak kemerahan
nutrisi kurang
Intake makanan
dari kebutuhan
yang tidak
2. Data subjektif orang tua mengatakan :
tubuh
adekuat; muntah
anaknya muntah 2x
dan anoreksia
Kurang nafsu makan
Makanan yang dihabiskan 6 sendok
makan
Data objektif :
KU lemah
BB turun 2 kg dari 12 kg menjadi 10 kg
Widal :
Sal. P. T. BH CH positif 1/320 Intoleransi
Sal. P. T. BH AH positif 1/160 aktifitas
Kelemahan fisik
22
1. Hipertermi b/d Proses infeksi salmonella thypi yang ditandai dengan :
Data subjektif orang tua mengatakan :
badan anaknya panas
Rewel
Data objektif :
suhu badan (aksila): 39 0C
Suhu kulit panas
Ekspresi wajah menangis
Wajah tampak kemerahan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake makanan yang tidak
adekuat; muntah dan anoreksia yang ditandai dengan :
Data subjektif orang tua mengatakan :
anaknya muntah 2x
Kurang nafsu makan
Makanan yang dihabiskan 6 sendok makan
Data objektif :
KU lemah
BB turun 2 kg dari 12 kg menjadi 10 kg
Widal :
Sal. P. T. BH CH positif 1/320
Sal. P. T. BH AH positif 1/160
Membran mukosa pucat
Lidah kotor (ada bintik-bintik putih)
Konjungtiva pucat
23
Badan anaknya lemas
Data objektif :
KU lemah
Kebiasaan makan Disuapi
Kebiasaan makan Disuapi
Aktifitas di bantu oleh orang tua
Terpasang IVFD RL 36 tetes/mnt mikro pada ekstremitas kanan atas
Skor aktifitas : 1
F. Prioritas masalah
1. Hipertermi b/d Proses infeksi salmonella thypi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake makanan yang tidak
adekuat; muntah dan anoreksia
3. Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan fisik
24
4. Nursing care planning
Nama : a/ L Ruangan : Chandra
Umur : 4 Tahun Kamar No. : kamar 1
Jenis kelamin : Perempuan Dx medis : Demam Thypoid
Perencanaan
No Diagnosa keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Hipertermi b/d Proses infeksi Setelah dilakuka 1. Observasi suhu tubuh 1. Memantau status kondisi dari
salmonella thypi yang ditandai dengan : tindakan pasien anak dan perkembangan dari
Data subjektif orang tua mengatakan : keperawatan selama penyakit
2. Anjurkan keluarga untuk
2. Dengan melakukan
badan anaknya panas 1x 5 jam
membatasi aktifitas anak
pembatasan aktifitas dapat
Rewel diharapkan
3. Beri kompres dengan air mengurangi resiko
Data objektif : Hipertermi teratasi
hangat terjadinya komplikasi lebih
suhu badan(aksila) : 39 0C dengan kriteria :
lanjut
Suhu kulit panas Suhu badan 4. Anjurkan keluarga untuk
3. dengan kompres air hangat
Ekspresi wajah menangis anak kembali memakaikan pakaian yang
maka akan berpengaruh pada
Wajah tampak kemerahan normal dapat menyerap
hipotalamus sebagai pengatur
keringat(pakaian tipis)
suhu tubuh sehingga dapat
membantu menurunkan suhu
2. 5. Kolaborasi dengan dokter
tubuh
dalam pemberian obat 4. Membantu agar anak merasa
antipiretik nyaman
1. Kaji status nutrisi anak 5. antipiretik yang membantu
untuk menurunkan panas
1. Memberikan gambaran
2. Kaji makanan yang
tentang status nutrisi dari
disukai dan tidak disukai
Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakuka
25
kebutuhan tubuh b/d Intake makanan tindakan oleh anak anak
3. Anjurkan kepada orang 2. Dapat membantu untuk
yang tidak adekuat; muntah dan keperawatan selama
tua untuk memberikan memenuhi kebutuhan nutrisi
anoreksia yang ditandai dengan : 1x 3 jam
makanan sedikit demi dari anak
Data subjektif orang tua mengatakan : diharapkan
3. Dengan makan sedikit demi
sedikit tapi sering dalam
anaknya muntah 2x Kebutuhan nutrisi
sedikit tapi sering dapat
keadaan hangat.
Kurang nafsu makan terpenuhi dengan
4. Kolaborasi dengan ahli memenuhi nutrisi dari anak
Makanan yang dihabiskan 6 kriteria :
gizi dalam penentuan diet secara bertahap
sendok makan Nafsu makan
4. Diet yang sesuai dapat
3. Data objektif : membaik
5. Kolaborasi dengan dokter
membantu proses
KU lemah BB meningkat
dalam pemberian obat
penyembuhan dan
BB turun 2 kg dari 12 kg menjadi Makanan yang
antimietik
pemenuhan nutrisi
10 kg dihabiskan 1
5. Antimietik untuk membantu
Widal : porsi
mengurangi atau
Sal. P. T. BH CH positif KU membaik
menghilangkan gejala mual
1. Kaji tingkat aktifitas anak
1/320 dan muntah
Sal. P. T. BH AH positif 2. Berikan lingkungan yang
1/160 tenang dan batasi
Membran mukosa pucat pengunjung 1. Memberikan gambaran
Lidah kotor (ada bintik-bintik tentang keadaan umum anak
3. Bantu penuhi kebutuhan
putih) 2. Lingkungan yang tenang dan
sehari-hari anak
Konjungtiva pucat nyaman dapat membantu
anak untuk lebih tenang dan
Setelah dilakuka
rileks
tindakan
26
Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan keperawatan selama 3. Dapat memenuhi kebutuhan
fisik yang ditandai dengan : 1x 2 jam anak
Data subjektif orang tua mengatakan : diharapkan
Badan anaknya lemas Aktifitas kembali
Data objektif : normal dengan
KU lemah kriteria :
Kebiasaan makan Disuapi Skala aktifitas 0
Kebiasaan makan Disuapi / mandiri
Aktifitas di bantu oleh orang tua
Terpasang IVFD RL 36 tetes/mnt
mikro pada ekstremitas kanan atas
Skor aktifitas : 1
27
5. Implementasi dan Evaluasi
Nama : a/ L Ruangan : Chandra
Umur : 4 Tahun Kamar No. : kamar 1
Jenis kelamin : Perempuan Dx medis : Demam Thypoid
D Hari,Tan Implementasi Evaluasi
x ggal/Jam
1. Selasa,3 1. Mengukur suhu tubuh, nadi dan Selasa,3 agustus 2010
Jam 19.20 wit
agustus pernapasan pasien
Hasilnya
2010/jam S : Orang tua mengatakan :
S : 39 0C
Badan anak masih hangat
14.15 wit N: 102 x/mnt
R : 28 x/mnt
O:
2. Menganjurkan orang tua untuk
Suhu tubuh sedikit menurun
jam
membatasi aktifitas anak dengan tidak S : 38,3 0C
14.20 wit
melarang anaknya untuk banyak
A : Peningkatan suhu tubuh teratasi
bergerak
sebagian
Hasilnya
orang tua mengerti dan melarang
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
jam
anaknya untuk banyak bergerak 1. Observasi suhu tubuh pasien
14.30 wit 3. Memberikan kompres air hangat pada 2. Anjurkan keluarga untuk
anak selama 3 menit membatasi aktifitas anak
Hasilnya 3. Beri kompres dengan air hangat
jam
Suhu badan anak masih hangat 4. Anjurkan keluarga untuk
14.45 wit 4. Memakaikan anak baju yang tipis
memakaikan pakaian yang dapat
Hasilnya
Anak memakai baju yang tipis dan suhu menyerap keringat(pakaian tipis)
jam 5. Kolaborasi dengan dokter dalam
badannya masih hangat
15.00 wit 5. Memberikan obat Norages ampul drip pemberian obat antipiretik
Memberikan Sanmol Syrup 1 sendok teh
pada anak
Hasilnya
jam
Anak sudah minum obat dengan baik
15.10 wit Memberikan obat Goforan 2 ml secara
bolus
Hasilnya
2.
Anak sudah minum obat dengan baik
Selasa,3
1. Menanyakan pola nutrisi anak dari orang
agustus
tua anak Selasa,3 agustus 2010
2010/ Hasilnya Jam 19.35 wit
Jam Orang tua mengatakan : S : Orang tua mengatakan :
Sehari pasien makan 3x sehari Anaknya tidak muntah
28
17.45 Pasien tidak suka mengkonsumsi Anaknya masih kurang nafsu
Wit sayuran makan
Pasien lebih suka mengkonsumsi O:
Makanan yang dihabiskan
makanan yang manis-manis
2. Menanyakan makanan yang disukai dan porsi makan sekitar 10 sendok
Jam
yang tidak disukai makan
17.50
Hasilnya KU masih lemah
Wit Orang tua mengatakan : S : 38,3 0C
Anaknya paling suka mengkonsumsi
A : Kebutuhan nutrisi teratasi sebagian
makanan ringan (snack), susu ultra
dan bubur P : Intervensi 1-4 dilanjutkan
Anaknya tidak suka mengkonsumsi 1. Kaji status nutrisi anak
2. Kaji makanan yang disukai dan
sayuran dan telur
Jam
3. Memberikan makanan sesuai dengan diet tidak disukai oleh anak
18.00 Hasilnya 3. Anjurkan kepada orang tua
Makanan yang disajikan adalah bubur,
Wit untuk memberikan makanan
sayur, ikan
sedikit demi sedikit tapi sering
Jam 4. Memberitahu orang tua untuk
dalam keadaan hangat.
18.10 memberikan makan kepada anaknya
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
3.
Wit dengan teknik sedikit demi sedikit
dalam penentuan diet
Hasilnya
Orang tua mengerti dan segera
melaksanakannya
Selasa,3
agustus 1. Mengkaji tingkat aktifitas anak dengan Selasa,3 agustus 2010
Jam 19.45 wit
2010/ cara memantau aktifitas yang dilakukan
S : Orang tua mengatakan :
Jam
anak Badan anaknya masih tampak
18.15 Hasilnya
lemas
Aktifitas di bantu oleh orang tua
Wit O:
Skor aktifitas 1
KU masih lemah
Jam Aktifitas dibantu oleh orang tua
2. Menciptakan suasana yang nyaman
Skor aktifitas 1
18.10
dengan cara mengajak anak bercanda A : Intoleransi aktifitas belum teratasi
Wit Hasilnya
Anak kurang merespon terhadap apa P : Intervensi 1-3 dilanjutkan
1. Kaji tingkat aktifitas anak
yang dilakukan oleh perawat
2. Berikan lingkungan yang tenang
Jam
3. Menganjurkan kepada orang tua untuk dan batasi pengunjung
29
18.15 membantu memenuhi aktifitas dan 3. Bantu penuhi kebutuhan sehari-
Wit kebutuhan anaknya seperti membantu hari anak
menyuapi makan, membantu ke kamar
mandi, berpakaian dan lain-lain
Hasilnya
Orang tua mengerti apa yang
disampaikan
CATATAN PERKEMBANGAN
30
Rabu, 4 Peningkatan suhu Rabu , 4 agustus 2010
Agustus tubuh b/d proses Jam 07.00 wit
2010, inflamasi salmonella S : orang tua mengatakan
Jam thypi Anaknya tidak panas lagi
07.00 wit
O:
Suhu badan (aksila) 360C
P : Intervensi dihentikan
I:-
E:
Suhu tubuh anak normal (360C)
Pasien rencana pulang
R:-
31
P : intervensi 1-4 dilanjutkan
1. Kaji status nutrisi anak
2. Berikan makanan dalam keadaan hangat
I:
1. Menanyakan kembali pola nutrisi, keadaan umum
dan kebiasaan anak pada orang tua
Jam Hasilnya
Nafsu makan mulai meningkat
07.30 wit
Frekuensi makan juga meningkat
KU mulai membaik
2. Memberikan makanan kepada anak dalam keadaan
hangat dan memberitahu kembali orang tua untuk
memberikan makanan kepada anaknya dengan
sedikit demi sedikit
Jam
Hasilnya
07.30 wit Makanan diberikan dalam keadaan hangat
E:
Nafsu makan mulai meningkat
Frekuensi makan juga meningkat
KU mulai membaik
R:-
32
08.00 wit 1. Kaji tingkat aktifitas anak
2. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi
pengunjung
I:
1. Mengkaji tingkat aktivitas anak dengan memantau
aktivitas yang dilakukan anak
Hasilnya
Aktivitas masih di bantu orang tua
Skor aktivitas 1
Jam
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan cara
08.10 wit
mengajak untuk bercanda
Hasilnya
Anak memulai merespons ajakan perawat
E:
Jam
KU mulai membaik
08.20 wit
Skor aktivitas
Pasien berencana pulang
R:-
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arief, dkk. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2. FKUI.
Jakarta : media Aesculapius.
33
Suriadi, SKp, MSN & Rita Yulianni, SKp, M.Psi. (2006). Asuhan keperawatan pada
anak. Edisi 2. Jakarta.ISBN 979-95115-4-2.
Suriadi, dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, CV. Sagung, Jakarta.
34