Professional Documents
Culture Documents
Fakoemulsifikasi berasal dari 2 kata phako yang artinya lensa dan emulsification yang
artinya menghancurkan menjadi bentuk yang lebih lunak. Cara kerja sistem fakoemulsifikasi untuk
menghancurkan lensa adalah melalui ultrasonic probe yang mempunyai tip jarum (needle) yang
mampu bergetar dengan frekuensi yang sangat tinggi (28-60 kHz), setara dengan frekuensi
gelombang ultrasound. Tujuan utama fakoemulsifikasi pada bedah katarak adalah untuk
menghancurkan nukleus lensa agar dapat dikeluarkan dari mata melalui sayatan yang sangat kecil,
yaitu dengan cara menyedot massa lensa yang sudah hancur tersebut ke dalam mesin dengan
memanfaatkan aliran cairan. Operasi katarak dengan fakoemulsifikasi hanya memerlukan luka
insisi dengan lebar 2,5 3,0 mm, sehingga diupayakan agar IOL dapat dimasukkan pada luka
tersebut. Luka sayatan tidak perlu dijahit karena diharapkan tetap kedap dan sembuh dengan
sendirinya.
- Penurunan visus harus sesuai dengan kataraknya. Prognosis prbaikan visus harus
dijelaskan pada pasien terutama jika terdapat penyakit lain seperti glaucoma
- Tekanan Intra Okuler (TIO) harus normal. Jika terdapat glaucoma TIO harus
b. Prosedur Operasi
Terdapat beberapa langkah prosedur operasi fakoemulsifikasi. Masing-masing
langkah harus dikuasai agar memperoleh hasil yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut
antara lain :
- Anastesi, yang dipakai dapat tetes mata topical maupun melalui injeksi peribulber
dan retrobulber. Anastesi umum jarang dipakai kecuali pada pasien anak maupun
dewasa yang memiliki masalah medis tertentu maupun masalah psikiatri. Anastesi
topical berupa tetes lidokain merupakan pilihan anastesi paling aman dan ekonomis
tetapi tidak bisa dilakukan oleh dokter bedah pemula karena efek anastesinya lebih
singkat.
- Buat jalan masuk melalui insisi minimal. Insisi yang baik adalah insisi yang
memenuhi syarat untuk fakodinamik system tertutup. Luka insisi yang terlalu lebar
akan menimbulkan kebocoran sehingga akan terjadi turbulensi cairan dalam bilik
beberapa insisi pada fakoemulsifikasi diantaranya insisi kornea, insisi sklra yang
memudahkan prosedur ini kadang digunakan trypan blue untuk mewarnai kapsul
robekan radial ke posterior. Posisi IOL pun akan lebih sentral pada CCC
- Hidrodiseksi, merupakan cara untuk memisahkan kapsul dari korteks lensa dengan
robekan kearah posterior. Hal ini dapat dicegah bila kita melakukan CCC.
dengan memanfaatkan dorongan tenaga dari air yang disemprotkan melalui kanula
hidrodelineasi. Tindakan ini berhasil dilakukan bila terdapat golden ring yang
menunjukkan seluruh nucleus terpisah dari epinukleus. Tindakan ini tidak mutlak
probe yang mampu bergetar dengan frekuensi yang sangat tinggi yang setara
yang lebih kecil maka implantasi IOL yang dipilih adalah foldable IOL yang bisa
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun tetap
dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan
sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature,
mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat
Keuntungan SICS:
Komplikasi seperti nucleus tenggelam ke vitreous dan keratopati bulosa lebih sedikit
Jika dilakukan seorang yang ahli, operasi hanya membutuhkan waktu 6 8 menit dan
Kerugian SICS:
- Pupil dilebarkan dengan midriatyl dan efisel, kemudian disinfeksi povidene iodine
Operasi
- Buka bola mata dengan menggunakan blefarostat dan lakukan kendali M. Rectus
superior
dengan benang
- Operasi Selesai
Sumber :
Royal College of Ophthalmologists. Cataract Surgery Guidelines. London, UK: Royal College of
Ophthalmologists, 2001
Grinbaum, A., M. Blumenthal, and E. Assia. "Comparison of Intraocular Pressure Profiles During
Cataract Surgery by Phacoemulsification and Extracapsular Cataract Extraction." Ophthalmic
Surgery, Lasers and Imaging 34 (Mei-Juni 2003): 182-186
Minassian, D. C., et al. "Extracapsular Cataract Extraction Compared with Small Incision Surgery
by Phacoemulsification: A Randomised Trial." British Journal of Ophthalmology 85 (Juli 2001):
822-829.