Professional Documents
Culture Documents
Tabel 5. Derajat Kelainan Faal Paru pada 110 Penderita TB-Paru yang KESIMPULAN
Diperiksa Faal Parunya di Lakesla Ditkesal Surabaya Telah dilakukan penelitian faal paru path 111 orang pen-
derita TB-Paru yang berobat jalan di Poll Paru URJ RS AL Dr.
Ringan Sedang Berat Jumlah
Kelainan Ramelan Surabaya dengan hasil 99,1% penderita mengalami
n % n % n % n %
kelainan faal paru, yang secara umum terdiri atas 96,4% restriktif
Restriksi 21 18,9 23 20,7 63 56,8 107 96,4
Obstruksi 30 27,0 12 10,8 10 9,0 52 46,8 dan 46,8% obstruktif. Ditinjau dari macam kelainan faal paru-
nya, 52,3% restriktif, 44,1% tipe campuran dan 2,7% obstruktif.
Tabel 5 menggambarkan distribusi kelainan faal paru 110 Kemudian dari derajatnya diketemukan kelainan restriksi berat
penderita TB-Paru yang diperiksa; apabila seorang penderita sebesar 56,8% sedang obstruksi ringan 27%.
mengalami gangguan faal paru campuran antara restriktif dan Tuberkulosis pant akan mengakibatkan terjadinya keru-
obstruktif, maka dicatat secara terpisah dalam kolom restriksi sakan parenkhim paru yang sangat bervariasi dan tidak spesifik;
ataupun obstruksi; itulah sebabnya mengapa dalam tabel 4 hanya pada tahap awal penyakit TB-Paru memberikan kelainan faal
diketemukan kelainan faal paru obstruktif murni sebesar 2,7% paru restriktif, selanjutnya pada keadaan yang lanjut berakhir
kasus saja, sedang dalam tabe15 terdapat lebih banyak tercatat dengan obstruktif.
kelainan faal paru obstruktifnya; hal tersebut berasal dari kasus
yang mempunyai kelainan faal paru campuran yang jumlahnya
cukup banyak, yakni sebesar 44,1% kasus.
DISKUSI
Umur penderita TB-Paru yang berhasil diperiksa faal parunya KEPUSTAKAAN
berkisar antara 13 74 tahun dengan golongan usia terbanyak
adalah sekitar usia 50 59 tahun. Perbandingan antara penderita 1. Caensler EA, Lindgren I. Chronic bronchitis as an etiological factor in
obstructive emphysema. Am Rev Respir Dis 1989; 80: 185.
priadan wanita yakni 61,3% penderita pria dan 37,8% penderita 2. Hood Alsegaff dkk. Penelitian faal pare pada penderita TB-Paru di RSUD
wanita. Dr Soetomo Surabaya. Laporan Pendahuluan. Part 1983; 3: 1638.
Dari 111 orang penderita TB-Paru yang berhasil diperiksa 3. Leulallen EC, Fowler WS. Maximal mid expiratory flow rate. Am Rev
faal parunya ternyata 99,1% mengalami kelainan faal paru dan Tuberc 1955; 72: 78399.
4. Malik SK, Martin Cl. Tuberculosis corticosteroid therapy and pulmonary
0,9% normal (1 orang penderita). Pada tabel 4 tampak jenis function. Am Rev Respir Dis 1969; 100: 138.
kelainan faal paru yang didapat, yakni kelainan restriktif sebesar 5. Martin CJ, Hawlett WY. The diffuse obstructive pulmonary syndrome in a
52,3% kemudian disusul kelainan campuran antara restriktif dan tuberculosis sanatorium. II. Incidence and Symptoms. Ann Intern Med
obstruktif sebesar 44,1% dan selanjutnya kelainan obstruktif 1961; 54: 115664.
6. Pasiyan R, Prihadi M. Uj faal part penderita TB-Pam di RS Karyadi
sebesar 2,7%. Semarang. Medika 1986; 9: 8248.
Angka-angka tersebut tampaknya sesuai dengan hasil pene- 7. Snider GL, Doctor L, Demas TA, Shaw AR Obstructive airway disease in
litian terdahulu yang melaporkan bahwa proses radang TB-Paru patient treated for puhnonary tuberculosis. Am Rev Respir Dis 1971; 103:
akan banyak memberikan kelainan faal paru restriktif pada tahap 62540.
8. Tanuwiharja BY. Pemeriksaan spirometrik pads penderita TB-Para lanjut di
awal perjalanan penyakitnya, selanjutnya berakhir dengan ke- RS Persahabatan Jakarta. Skripsi bagian Pulmonologi FKUI Jakarta. 1979.
lainan yang obstruktif pada akhir perjalanan penyakitnya(4). 9. Tjandra YA, Husaeri F. Uji faal pans penderita TB-Pam di Laboratorium
Snider dick pada penelitiannya yang meliputi sejumlah 1403 Spirometri Unit Paru RS Persahabatan Jakarta. Medika 1984; 3: 83941.