Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi
APCD (acquired prothrombin complex deficiency) adalah keadaan dimana
terjadinya kekurangan kompleks protrombin (yaitu faktor II, VII, IX dan X) pada
bayi, yang semula kelainan ini dikenal dengan penyakit defisiensi kompleks
protrombin yang didapat.
APCD (acquired prothrombin complex deficiency) adalah VKDB lambat atau
Kecenderungan terjadinya perdarahan akibat gangguan proses koagulasi yang
disebabkan oleh kekurangan vitamin K atau dikenal dengan Vitamin K Deficiency
Bleeding yang terjadi lambat.
2. Etiologi
Faktor resiko yang dapat menimbulkan timbulnya APCD antara lain:
a. Obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K yang dikonsumsi ibu
selama kehamilan, mis:antikonfulsan, antibiotika dll.
b. Kurangnya sintesis vitamin K oleh bakteri usus karena pemakaian antibiotika
secara berlebihan.
c. Gangguan fungsi hati
d. Kurangnya asupan vitamin K pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
e. Mal absorbsi vitamin K karena kelainan usus
f. Tidak diberikannya vitamin K saat kelahiran
3. Manifestasi Klinis
Kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir akan bermanifestasi pada 24 jam
pertama setelah kelahiran bahkan sampai 7 hari. Kelainan ini bisa pula terjadi ketika
bayi usianya di atas 7 hari hingga 3 bulan atau yang dikenal dengan Late onset of
hemorrhagic diseasesof newborn. Beberapa tahun terakhir ini kasusnya sering
ditemukan di RSCM bahkan di daerah pinggiran Jakarta. Perdarahan yang terjadi
pada kasus tersebut pada umumnya adalah perdarahan subdural dan subarakhnoid.
4. Patofisiologi
Vitamin K diperlukan untuk sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX dan X
(kompleks protrombin) serta protein C dan S yang berperan sebagai antikoagulan
(menghambat proses pembekuan). Selain itu Vitamin K diperlukan untuk konversi
faktor pembekuan tidak aktif menjadi aktif.
Pada kondisi defisiensi vitamin K rantai polipeptida dari faktor koagulasi vitamin K
tetap terbentuk normal, namun fase karboksilasi (proses gamma karboksilasi dari
aminoterminal glitamic acid) tidak terjadi sehingga terbentuk akarboksi dari faktor II,
VII, IX dan X tidak mampu berikatan dengan ion kalsium dan tidak dapat berubah
menjadi bentuk aktif yang diperlukan pada proses koagulasi
5. Epidemiologi
Angka kejadian APCD berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang
tidak mendapat vitamin K profilaksis. Di Indonesia, data mengenai APCD secara
nasional belum tersedia
6. Penatalaksanaan
a. Pencegahan VKDB
Vitamin K1 pada bayi baru lahir 1 mg im (dosis tunggal) atau per oral 3 kali @ 2
mg pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari dan umur 1-2 tahun
b. Pengobatan VKDB
Vitamin K1 dosis 1-2 mg/hari selama 1-3 hari
Fresh frozen plasma (FFP) dosis 10-15 ml/kg
c. Pemeriksaan penunjang
Waktu pembekuan memanjang
PPT (Plasma Prothrombin Time) memanjang
d. Diagnosis banding
APCD dibedakan dengan gangguan hemostasis lain misalnya gangguan fungsi hati.
ASUHAN KEPERAWATAN
(TEORITIS)
1. Anamnesa
a. Aktivitas
Tanda: kelemahan otot
Gejala: kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas
b. Sirkulasi
Tanda: kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda perdarahan
serebral
Gejala: palpitasi
c. Nutrisi
Gejala: anoreksia,penurunan berat badan
d. Nyeri
Tanda: rewel
Gejala: nyeri tekan sentral, kram otot
e. Keamanan
Tanda: hematom
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan b.d perdarahan aktif
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan akibat perdarahan
3. Resiko tinggi injuri b.d kelemahan pertahanan akibat defisiensi vitamin K
3. Intervensi keperawatan
Dx 1 Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan perdarahan aktif
Tujuan: perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil: CRT< 2 dt, warna kuku normal, TTV dbn
1. Kaji penyebab perdarahan
2. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membran mukosa, warna
kuku
3. Perhatikan upaya pernafasan
4. Kolaborasi: berikan tranfusi darah sesuai indikasi
DEPARTEMEN PEDIETRIC