You are on page 1of 25

MENEJEMEN PERBANKKAN SYARIAH

EVALUASI KINERJA DAN PERHITUNGAN KESEHATAN BANK ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Menejemen Bank Syariah

Dosen Pengampu:

Sulistyowati,MEI

Disusun oleh:

Adimas Dreta P (931321714)

Arin Kana Inayati (931324114)

Muhammad Nasikin ( 931321714)

JURUSAN SYARIAH

PRODI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) KEDIRI

2017
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam berbagai kondisi bidang

kehidupan, ,perbankkan juga harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima melayani

para nasabahnya.bank yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirinya sendiri,akan

tetapi pihak lain.penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena banyak mengelola

dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank.masyarakat sebagi pemilik dana dapat saja

menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana

yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya.

Untuk menilai sesuatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi.yang mana

penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang

sehat,cukup sehat,kurang sehat atau tidak sehat.bagi bank yang sehat agar tetap

mempertahankan kesehatannya,sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati

penyakitnya.bank indonesia sebagai pengawas Pembina bank-bank dapat memberikan arahan

atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan kalu perlu dihentikan

kegiatan operasinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kesehatan bank Islam?
2. Bagaimana cara penilaian kesehatan Bank islam?
3. Apa saja idikator penilaian kesehatan Bank Islam?
4. Apa pengurangan penilaian kesehatan Bank Islam?

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Bank Islam


Kesehatan merupakan hal penting dalam setiap kehidupan. Hal ini pun juga berlaku
bagi lembaga keuangan. Kesehatan suatu lembaga keuangan merupakan kepentingan semua
pihak yang terkait, baik itu pemilik modal dan pengelolah Bank, masyarakat yang
menggunakan jasa Bank, maupun OJK selaku pemilik otoritas dalam mengawasi Bank.1

Budi santoso dan Triandaru mengartikan kesehatan Bank sebagai kemampuan


suatu Bank untuk melakukan kegiatan operasional perBankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku.2

Secara sederhana Bank dikatakan sehat jika Bank mampu menjalankan fungsinya
dengan baik, dimana Bank mempunyai modal yang cukup dan dapat menjaga kualitas asset
dengan baik, mengelola dengan baik dan mengoperasikannya berdasarkan prinsip kehati-
hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan operasional usahanya,
serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain
hal tersebut, Bank harus memenuhi ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada
dasarnya berupa ketentuan yang mengacu pada prinsip kehati-hatian di dalam operasional
perBankan.3

B. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah


Berdasarkan POJK No.8/POJK.03/2014 tanggal 11-06-2014 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah:4

Penilaian Tingkat Kesehatan BUS dan UUS

1. Bank wajib melakukan penilaian TKS dengan menggunakan pendekatan risiko


(RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi. Penilaian TKS Bank

1 Iswi Haryani, Restrukturisasi dan Penghapusan Pembiayaan Macet (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2010), 46.
2 Totok Budisantoso dan Sigit Triandani, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi ketiga (Jakarta : Salemba
Empat, 2014), 22-23.
3 Ibid,. 129
4 OJK, Booklet Perbankan Indonesia 2015, Jakarta : 2015, hlm 77
dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko merupakan penilaian yang
komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja
yang meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas dan permodalan;

2. BUS wajib melakukan penilaian TKS Bank baiksecara individual maupun


konsolidasi, sementara UUS hanya wajib melakukan penilaian TKS Bank secara
individual. Penilaian TKS Bank secara konsolidasi dilakukan bagi Bank yang
melakukan pengendalian terhadap Perusahaan Anak;

3. Periode penilaian dilakukan paling kurang setiap semester (untuk posisi akhir
bulan Juni dan Desember) serta dilakukan pengkinian sewaktuwaktu apabila
diperlukan;

4. Faktor yang menjadi penilaian TKS Bank untuk BUS adalah Profil Risiko (risk
profile), Good Corporate Governance, Rentabilitas (earnings) dan Permodalan
(capital). Sedangkan, UUS faktor yang menjadi penilaian TKS Bank hanya
faktor Profil Risiko (risk profile);

5. Peringkat Komposit ditetapkan berdasarkan analisis secara komprehensif dan


terstruktur terhadap peringkat setiap faktor dengan memperhatikan materialitas
dan signifikansi masing-masing faktor. Kategori Peringkat Komposit adalah
Peringkat Komposit 1 sampai dengan Peringkat Komposit 5 Urutan Peringkat
Komposit yang lebih kecil mencerminkan kondisi Bank yang lebih sehat.

6. Dalam hal terdapat perbedaan hasil penilaian TKS Bank yang dilakukan oleh
OJK dengan hasil self assessment penilaian TKS Bank, OJK wajib melakukan
prudential meeting dengan bank.

7. Apabila setelah melakukan prudential meeting masih terdapat perbedaan hasil


penilaian TKS Bank maka yang berlaku adalah hasil penilaian TKS Bank yang
dilakukan oleh OJK5

8. Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Pemegang Saham Pengendali (PSP) wajib


menyampaikan rencana tindak (action plan) kepada OJK dalam hal berdasarkan
hasil penilaian TKS Bank yang dilakukan oleh OJK dan/atau self assesment
oleh Bank terdapat:

5 Ibid hlm 78

3
4

a. Peringkat faktor TKS Bank yang ditetapkan dengan peringkat 4 atau


peringkat 5;

b. Peringkat Komposit TKS Bank yang ditetapkan dengan peringkat 4 atau


peringkat 5; dan/atau

c. Peringkat Komposit TKS Bank yang ditetapkan dengan peringkat 3, namun


terdapat permasalahan signifikan yang perlu diatasi agar tidak mengganggu
kelangsungan usaha Bank.

9. Waktu penyampaian self assesment TKS Bank:

a. Untuk penilaian TKS Bank secara individual, paling lambat pada tanggal 31
Juli untuk penilaian TKS Bank posisi akhir bulan Juni dan tanggal 31 Januari
untuk penilaian Tingkat Kesehatan Bank posisi akhir bulan Desember; dan

b. untuk penilaian TKS Bank secara konsolidasi, paling lambat pada tanggal 15
Agustus untuk penilaian TKS Bank posisi akhir bulan Juni dan tanggal 15
Februari untuk penilaian Tingkat Kesehatan Bank posisi akhir bulan
Desember.6

Salah satu media yang dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan
Bank adalah laporan keuangan, yaitu hasil akhir proses akuntansi.7 Laporan
keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan
Bank pada suatu periode tertentu dan melibatkan neraca serta laporan laba rugi.8
Laporan keuangan menurut PSAK No1 (2004) merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan yang lengkap dari laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas,
laporan perubahan posisi keuangan catatan dan laporan serta materi penjelasan yang
merupakan bagian internal dalam laporan keuangan.9

Manajemen juga memiliki pengaruh pada tingkat kesehatan Bank Syariah.


Manajemen merupakan sebuah ilmu, seni, profesi, proses dan sistem yang
mengubah berbagai sumber daya (manusia, material, mesin, metode, uang, waktu,

6 Ibid hlm 79
7 AgnesSawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2005), 02.
8 Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Yogyakarta : Ekonisia, 2003), 62.
9 Abdullah Amrin, Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah ((Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada,2009), 171.
dan informasi, pasar dan moral) dalam suatu usaha yang berguna untuk mencapai
tujuan melalui kerjasama dengan orang lain secara profesional, rasional, efektif dan
efisien.10

Dalam penilaian kesehatan Bank Syariah memiliki sistem penilaian khusus,


yaitu penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan dan
proyeksi rasio-rasio keuangan Bank Syariah , sedangkan penilaian kualitatif adalah
penilaian terhadap faktor- faktor manajemen dan faktor- faktor hasil penilaian
kuantitatif. Untuk menilai kesehatan Bank dapat dilihat dari berbagai aspek.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah Bank tersebut dalam kondisi sehat,
cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat.11

C. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Penilaian tingkat kesehatan Bank Syariah menggunakan 5 (lima) aspek,


yaitu : Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity atau yang sering disingkat
dengan CAMEL12. Dan masing masing komponen memiliki bobot tersendiri dalam
menghitung tingkat kesehatan BankS, adalah :13

Tabel 1.1
Komponen Penilaian Metode CAMEL

Faktor yang dinilai Komponen Bobot

Permodalan Rasio modal terhadap 30 %


(Capital) aktiva tertimbang menurut
risiko (ATMR)
Kualitas Aktiva A. Rasio aktiva 25%
Produktif (Asset produktif yang
Quality) diklasifikasikan

10 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi keedam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002),
46
11 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi keedam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002),
46
12 CAMEL atau Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity , dimana selanjutnya hanya akan ditulis
dengan CAMEL.
13 Ali Suyanto Herli, Buku Pintar Pengelolahan Bank dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro ...., 133-134.

5
6

terhadap jumlah
aktiva produktif.
B. Rasio penyisihan
penghapusan aktiva
produktif yang 5%
dibentuk terhadap
penyisihan
penghapuan aktiva
produktif yang wajib
dibentuk.
Manajemen Manajemen Risiko +
(Manajement) Manajemen Umum +
20%
Manajemen Kepatuhan
Syariah
A. Rasio laba terhadap
rata-rata volume
5%
usaha.
Rentabilitas
B. Rasio biaya
(Earning)
operassional terhadap
5%
pendapatan
operasional
A. Rasio alat likuid
terhadap hutang 5%
Likuiditas lancar
(Liquidity) B. Rasio pembiayaan
terhadap dana 5%
yang diterima

Langkah - langkah dalam perhitungan tingkat kesehatan Bank adalah


sebagai berikut :14

a. Menghitung rasio berdasarkan rumus yang telah ditetapkan.

14 Veithzal Rifai dan, dkk., Commercial Bank Management. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm
456.
b. Menghitung besarnya nilai kredit untuk masing masing komponen
CAMEL

c. Mengalihkan nilai kredit tersebut dengan bobot masing masing


komponen.

d. Menjumlahkan seluruh nilai komponen CAMEL

e. Memperhitungkan nilai keseluruhan berkaitan dengan pemberian batas


kredit.

f. Menetapkan kategori kesehatan Bank.

Hasil akhir dari nilai tingkat kesehatan dengan menggunakan metode


CAMEL ini dapat digunakaan sebagai acuan BankS untuk mengambil keputusan
dalam menjalankan operasional BankS tersebut.

Menurut Veithzal Rivai tingkat kesehatan Bank dibagi menjadi empat


kategori dari hasil akhir perhitungan diatas, yaitu sebagai berikut :15

Tabel 1.2
Kriteria Tingkat Kesehatan Bank Syariah

Nilai Kredit Predikat


81 100 Sehat
66 80 Cukup Sehat
51 65 Kurang Sehat
0 - 50 Tidak Sehat

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan Bank telah di tentukan oleh


pemerintah melalui Bank Indonesia yang kini beralih tanggungjawab kepada OJK.16
Dalam peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 09/17/PBI/2007 disebutkan penilaian
tingkat kesehatan BankS mencakup penilaian 5 faktor yakni CAMEL (Capital,
Asset, Management, Earning, Liquidity). CAMEL tidak sekedar mengukur tingkat

15 Veithzal Rifai dan, dkk., Commercial Bank Management...., 466.


16 Frianto Pandia. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. (Jakarta :Rineka Cipta, 2012), 65.

7
8

kesehatan suatu Bank namun digunakan juga sebagai indikator dalam menyusun
peringkat dan memprediksi kebangkrutan suatu Bank.17

Adapun penjelasan mengenai komponen CAMEL adalah sebagai berikut :

a. Permodalan (Capital)

Komponen yang pertama adalah C atau Capital atau


permodalan, yang biasa diproyeksikan dengan rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio) atau disebut dengan rasio KPPM (Kebutuhan
Penyediaan Modal Minimum) yakni rasio kinerja Bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki Bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko.18 CAR dipengaruhi oleh 2 faktor
yaitu besar modal yang dimiliki dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) yang dikelola oleh Bank tersebut. Rasio ini dirumuskan
dengan : 19

CAR = Modal/Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) x 100%

Pemberian nilai kredit adalah setiap kenaikan 0,1% mulai dari


8% nilai kredit (81) ditambah dengan 1 dengan nilai maksimum 100.
Untuk setiap penurunan 0,1 dari 7,9% nilai kredit 65 dikurangi 1 dengan
minimum 0.20

Modal adalah sejumlah dana yang harus disediakan oleh


pemilik Bank, diluar biaya pendirian dan harta tetap inventaris
perusahaan. Modal disini adalah modal Bank Syariah yang terdiri dari
modal inti dan modal pelengkap. CAR berfungsi untuk mengetahui
keadaan modal sendiri dibandingkan dengan dana luar didalam
pembiayaan kegiatan usaha Bank. Standar yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum atau Capital
Adequacy Ratio (CAR) yaitu sebesar 8%. Apabila semakin tinggi hasil
rasio CAR, maka menunjukkan bahwa BankS tersebut semakin baik

17 Welthi Sugiarti, Tingkata kesehatan Bank dengan Metode CAMEL, Jurnal Akuntansi (Fakultas Ekonomi -
Universitas Gunadarma, 2012), 78.
18 Frianto Pandia. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. (Jakarta :Rineka Cipta, 2012), 65
19 Ali Suyanto Herli, Buku Pintar Pengelolahan Bank dan Lembaga Keuangan Pembiayaan
Mikro ...., 135.
20 Ibid.
kemampuannya dalam membayar utang jangka pendek. Sehingga
kepercayaan masyarakat akan semakin bertambah. Bobot untuk faktor
permodalan itu sendiri dari metode CAMEL adalah sebesar 30%.

Hasil penilaian dari total kredit kemudian dikelompokkan


menjadi:21

Tabel 1.3

Hasil Penilaian Nilai Kredit Capital

Kategori Nilai Kredit


Sehat >= 8,1%
Cukup Sehat 6,6% sampai dengan 8%
Kurang Sehat 5,1% sampai dengan 6,5%
Tidak Sehat Kurang dari 5%

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang rasio


Capital bisa dikatakan sehat adalah jika hasil dari rasio Capital lebih dari
sama dengan 8,1%.

b. Assets atau Kualitas Aktiva

Aktiva produktif adalah penyediaan dana oleh pihak Bank


Syariah untuk memperoleh penghasilan yang optimal dari penempatan
dana dalam bentuk simpanan dana atau pembiayaan yang diberikan,
surat berharga, penempatan dana pada Bank lain.22 Aktiva Produktif
Yang Diklasifikasikan ( APYD ) adalah aktiva produktif, baik yang
sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan
atau menimbulkan kerugian Penilaian didasarkan pada kualitas aktiva
yang dan miliki Bank, rasioa diukur pada 2 macam yaitu :

21 Ibid., 136
22 Ibid

9
10

1) Rasio Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif


(rasio APYD terhadap AP)

APYD merupakan penjumlahan aktiva produktif yang


tergolong non lancar setelah dikalikan bobotnya. Rasio ini
digunakan untuk mengukur besar kemungkinan diterimanya kembali
dana yang ditanamkan.

KAP = (APYD / Total Aktiva Produktif) x 100%

KAP = Kualitas

Aktiva Produktif Aktiva produktif yang diklasifikasikan


(APYD) adalah:23

a) 50% x aktiva produktif (baki debet) kurang lancar.

b) 75% x aktiva produktif (baki debet) diragukan.

c) 100% x aktiva produktif (baki debet) macet.

Pemberian nilai kredit ditentukan dengan ketentuan untuk


rasio sama atau lebih besar dari pada 15,5% maka nilai kredit = 0
(nol), dan untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,5% maka
nilai kredit ditambah 1 (satu) dengan nilai maksimum 100.

Hasil penilaian dari total kredit kemudian dikelompokkan


menjadi :24

Tabel 1.4

Hasil Penilaian Nilai Kredit Rasio KAP

Kategori Nilai Kredit


Sehat 0,0% sampai dengan <= 10,35%
Cukup Sehat >10,35 sampai dengan <= 12,60%
Kurang Sehat >12,60% sampai dengan <=14,85%

23 Ibid
24 Ibid
Tidak Sehat >14,85%

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang


kualitas aktiva produktif bisa dikatakan sehat adalah jika hasil dari
rasio KAP tidak lebih dari sama dengan 10,35%.

2) Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk


terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib
dibentuk.

PPAP = (PPAP yang dibentuk / PPAP yang wajib dibentuk) x 100%

PPAP adalah cadangan yang dibentuk dengan cara


membebani laba rugi tahun berjalan, untuk menampung kerugian
yang mungkin timbul sebagai akibat dan tidak diterimanya kembali
sebagian atau seluruh aktiva.

PPAP wajib dibentuk adalah penjumlahan dari :25

a) 0,5% x Aktiva profuktif

b) 10% x (aktiva produktif kurang lancar nilai agunan)

c) 0% x (aktiva produktif diragukan nilai agunan)

d) 100% x (aktiva produktif macet nilai agunan )

Pemberian nilai kredit untuk rasio 0% (tidak memiliki


penyisihan penghapusan aktiva produktif), diberi nilai 0 (nol) dan
untuk setiap kenaikan 1% (satu per seratus) nulai dari 0% (nol per
seratus), nilai kredit ditambah 1,5 (lima belas per sepuluh) dengan
nilai maksimum 100.26 Hasil penilaian dari total kredit kemudian
dikelompokkan menjadi:27

25 Ibid., 137
26 Ibid
27 Ibid

11
12

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang


kualitas aktiva produktif bisa dikatakan sehat adalah jika hasil dari
rasio PPAP minimal sebesar 81,00%.

Tabel 1.5

Hasil Penilaian Nilai Kredit Rasio PPAP

Kategori Nilai Kredit


Sehat >= 81,00%
Cukup Sehat >=66,00% sampai dengan <81,00%
Kurang Sehat >=51,00% sampai dengan <66,00%
Tidak Sehat <51,00%

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang


kualitas aktiva produktif bisa dikatakan sehat adalah jika hasil dari
rasio PPAP minimal sebesar 81,00%.

c. Manajemen

Manajemen menurut James A.F Stoner merupakan proses


dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan
usaha usaha para pengurus organisasi dan pengguna sumber daya
yang telah ditetapakan.28

Penilaian manajemen dimaksudkan untuk mengevaluasi


kemampuan manajerial pengurus Bank Syariah dalam menjalankan
usahanya, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan Bank
Syariah dalam pelaksanaan prinsip syariah dan pelaksanaan fungsi
sosial, berupa peran Bank dalam pengelolahan dana zakat, infaq,
shadaqah (ZIS), wakaf uang dan lain lain yang relevan serta
kepatuhan Bank Syariah terhadap ketentuan yang berlaku.29
Penilaian tersebut diambil dari sekitar empat puluh enam kuesioner
yang dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu kelompok

28 T. Hani handoko, Manajemen, Edisi II, (Yogyakarta : BPFE Yogyakarta dan Anggota IKAPI, 1993), Hal 08.
29 Ramlan Ginting dan, dkk. Kodifikasi Penilaian Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank (Jakarta : PRES Bank Indonesia, 2012), 45.
manajemen umum, manajemen risiko serta manajemen kepatuhan
syariah. Kuesioner kelompok manajemen umum, dibagi ke dalam
beberapa aspek diantaranya strategi, struktur, sistem, kepemimpinan
dan lain - lain. Sementara itu, untuk kuesioner manajemen risiko
dibagi dalam sub kelompok yaitu diantaranya risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi dan
risiko kepatuhan. Untuk manajemen kepatuhan syariah sendiri
terdapat 3 aspek.

Komponen manajemen memiliki 16 aspek pada manajemen


umum, 6 aspek pada manajemen risiko serta 3 aspek pada
manajemen kepatuhan syariah. Setiap jawaban diberi nilai 0,1, 2, 3
dan 4. Nilai 0 bearti kondisi lemah, jilai 1, 2 dan 3 artinya kondisi
menengah dan nilai 4 artinya kondisi baik. Penjumlahan nilai yang
diperoleh dari penilaian tersebut akan didapatkan nilai kredit
manajemen.30

Apabila semakin tinggi hasil rasio kuisioner manajemen,


maka menunjukkan bahwa BankS tersebut semakin baik dalam
mengoperasionalkan kegiatan Bank Syariah. Sehingga keputusan
yang dilakukan memiliki dasar dari data sebelumnya. Bobot untuk
faktor manajemen dari metode CAMEL adalah sebesar 20% dari
total keseluruhan nilai kredit manajemen. Hasil penilaian dari total
kredit kemudian dikelompokkan menjadi:31

Tabel 1.6

Hasil Penilaian Nilai Kredit Manajemen

Kategori Nilai Kredit


Sehat 81 sampai dengan 100
Cukup Sehat 66 sampai dengan 80
Kurang Sehat 51 sampai dengan 65
Tidak Sehat <51

30 Ali Suyanto Herli, Buku Pintar Pengelolahan Bank dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro ...., 138.
31 Ibid

13
14

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang faktor


manajemen bisa dikatakan sehat adalah jika hasil dari rasio
manajemen minimal sebesar 81 poin hingga 100 poin.

d. Earning atau Rentabilitas

Penilaian yang keempat yaitu dari komponen E yakni


earning atau pendapatan atau biasa disebut pula dengan rentabilitas.
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan Bank
Syariah adalah bagaimana Bank Syariah mampu memperoleh
keuntungan. Penilaian yang didasarkan pada earning atau
rentabilitas suatu Bank Syariah, yaitu dengan memlihat kemampuan
suatu Bank Syariah dalam mencipatakan laba atau pendapatan.32
Pendapatan merupakan bagaimana Bank Syariah mampu untuk
menghasilkan laba yang akan menunjang operasional Bank Syariah
tersebut. Laba bank yang besar akan menjamin adanya sumber
modal yang stabil dan dengan demikian akan memudahkan dalam
menarik sumber dana dari luar.

Faktor earning didasarkan pada dua rasio yaitu :

1) Rasio Laba Sebelum Pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap


rata-rata Volume Usaha dalam periode yang sama.

Rumus Rasio :

ROA = (Laba sebelum pajak / Rata rata total asset) x 100%

ROA = Return On Asset

Pemberian nilai kredit yaitu untuk rasio kurang dari


0% maka nilai kredit adalah 0, dan untuk setiap kenaikan
0,015% nilai kredit ditambah 1(satu) mulai dari 0% (nol per

32 Ibid
seratus) dengan nilai maksimal 100.33 Hasil penilaian dari
total kredit kemudian dikelompokkan menjadi:34

Tabel 1.7

Hasil Penilaian Nilai Kredit Rasio ROA

Kategori Nilai Kredit


Sehat >=1,215%
Cukup Sehat >= 0,999% sampai dengan <1,215%
Kurang Sehat >= 0,765% sampai dengan <0,999%
Tidak Sehat < 0,765%
Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang
Return On Asset bisa dikatakan sehat adalah jika hasil dari
rasio ROA meghasilkan nilai minimal 1,124%.

2) Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional


dalam periode yang sama (BOPO)

BOPO merupakan kemampuan Bank Syariah dalam


mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional.

Rumus Rasio :

BOPO = (Biaya Operasional / Pendapatan Operasional) x


100%

Pemberian nilai kredit untuk rasio sama atau lebih


besar dari 100 (seratus), maka nilai kredit adalah 0 (nol) dan
untuk setiap penurunan 0,08% mulai dari 100% nilai kredit
ditambah 1 (satu) dengan nilai maksimum 100.35

Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat distribusi


biaya bank dalam melakukan kegiatan operasional serta
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

33 Ibid., 139
34 Ibid
35 Ibid

15
16

melakukan kegiatan operasionalnya.36 Semakin tinggi rasio


ini maka semakin rendah tingkat pendapatan yang diperoleh
oleh bank tersebut.37

Hasil penilaian dari total kredit kemudian


dikelompokkan menjadi:38

Tabel 2.8

Hasil Penilaian Nilai Kredit Rasio BOPO

Kategori Nilai Kredit


Sehat <=93,52%
Cukup Sehat >=93,52% sampai dengan <94,72%
Kurang Sehat >=94,72%sampai dengan < 95,92%
Tidak Sehat >95,92%

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang


BOPO bisa dikatakan sehat adalah jika hasil dari rasio
BOPO meghasilkan nilai maksimal 93,52%.

e. Likuiditas

Likuiditas yang tepat menjamin bank dalam memenuhi


kewajibannya pada waktunya tanpa harus melakukan pinjaman
emergensi yang mungkin berbunga tinggi atau menjual asset Bank
Syariah. Faktor Likuiditas didasarkan pada dua rasio yaitu :

1) Rasio Alat Likuid terhadap Utang Lancar

Rumus Rasio :

Cash Rasio = (Alat likuid / Utang lancar) x 100%

Pemberian nilai kredit untuk rasio 0% (nol


perseratus) diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan

36 Kasmir, Manajemen Perbankan, Catatan kesebelas, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal 11.
37 Ali Suyanto Herli, Buku Pintar Pengelolahan Bank dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro ...., 138.
38 Ibid,. 139.
0,05% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan nilai
maksimum 100.

Alat Likuid meliputi : Kas, Giro, Tabungan pada


bank lain setelah dikurangi tabungan bank lain pada bank.
Utang Lancar meliputi : Kewajiban segera, Tabungan,
Deposito.

Hasil penilaian dari total kredit kemudian


dikelompokkan menjadi:39

Tabel 2.9

Hasil Penilaian Nilai Kredit Cash Ratio Kategori Nilai Kredit

Kategori Nilai Kredit


Sehat >= 4,05%
Cukup Sehat >=3,30% sampai dengan < 4,05%
Kurang Sehat >=2,55% sampai dengan < 3,30%
Tidak Sehat >2,55%

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang


Cash Ratio bisa dikatakan sehat adalah jika hasil dari rasio
Cash Ratio meghasilkan nilai minimal 4,05%.

2) Rasio Pembiayaan terhadap Dana Yang Diterima

Rumus Rasio :

Rasio LDR = (Pembiayaan / Dana yang diterima) x 100%

LDR = Loan to Deposit Ratio

Pemberian nilai kresit untuk rasio 115% atau lebih


nilai kredit 0 (nol), untuk setiap penurunan 1% (satu per

39 Ibid 160

17
18

seratus) nulai dari 115% maka nilai kredit ditambah 4


(empat), dengan nilai maksimal 100 (seratus).40

Hasil penilaian dari total kredit kemudian


dikelompokkan menjadi:41

Tabel 1.10

Hasil Penilaian Nilai Kredit Rasio LDR

Kategori Nilai Kredit


Sehat <= 94,75%
Cukup Sehat >94,75% sampai dengan <=98,50%
Kurang Sehat >98,50% sampai dengan <=102,25%
Tidak Sehat >102,25%

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang


LDR bisa dikatakan sehat adalah jika hasil dari rasio LDR
meghasilkan nilai maksimal 94,75%.

C. Faktor Pengurang Penilaian Kesehatan Bank

a. pelanggaran ketentuan BMPD-batas maksimum penyaluran dana

1. Pelanggaran dihitung berdasarkan jumlah komulatif pelanggaran BMPD kepada


debitur individual,debitur,kelompok,dan pihak terkait dengan bank

2. Adapun sanksi pengurangan nilai kredit :

a. untuk setiap pelanggaran BMPD, nilai kredit dikurangi 5

b. untuk setiap 1% pelanggaran BMPD nilai kredit dikurangi lagi 0,05 dengan
maksimal 10

b. pelnggaran ketentuan PDN-posisi devisa netto

40 Ibid
41 Ibid
1. pelanggaran terhadap ketentuan PDN dihitung atas dasar jumlah kumulatif
pelanggaran yang terjadi dalam satu bulan yang dihitung atas dasar laporan
mingguan yang memuat rata-rata hari dalam seminggu, baik secara total
maupun secara administratif.

2. sanksi pengurangan nilai kredit untuk setiap 1% pelanggaran PDN nilai kredit
dikurangi 0,05%dengan maksimal 542

D. Hasil Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Berdasarkan hasil penilaian terhadap factor dan komponen permodalan,kualitas


aktiva produktif,menejemen,rentabilitas serta likuiditas,maka akan diperoleh nilai
kreditnya.gabungan setelah nilai kredit gabungan dikurangi dengan nilai kredit pengurang
akibat pelanggaran ketentuan bank,maka tingkat kesehatan bank dapat didalam 4 golongan
sebagai berikut

a. Nilai kredit : 81 sampai dengan 100 dengan predikat sehat.


b. Nilai kredit : 66 kurang dari 81 dengan predikat cukup sehat .
c. Nilai kredit : 51 s/d kurang dari 66 dengan predikat kurang sehat.
d. Nilai kredit : 0 s/d kurang dari 51 dengan predikat tidak sehat43.

Tabel 1.11

Peringkat Komposit BUS-UUS44

PK Keterangan
PK - 1 Mencerminkan bahwa bank dan UUS tergolong sangat baik dan
mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri
keuangan.
PK - 2 Mencerminkan bahwa bank dan UUS tergolong baik dan mampu
mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri

42 Muhammad,menejemen dana bank syariah,Jakarta:PT RajaGrafindo persada,2014,hlm.282.


43muhammad,Menejemen dana syariah,Jakarta:PT rajagrafindo persada,2014,hlm.283.
44 OJK, Booklet Perbankan Indonesia 2015, Jakarta : 2015, hlm 187

19
20

keuangan namun bank dan UUS masih memiliki kelemahan-


kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.
PK - 3 Mencerminkan bahwa bank dan UUS tergolong cukup baik namun
terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat
komposit memburuk apabila bank dan UUS tidak segera melakukan
tindakan korektif.
PK - 4 Mencerminkan bahwa bank dan UUS tergolong kurang baik dan
sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri
keuangan atau bank dan UUS memiliki kelemahan keuangan yang
serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak
memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan yang efektif
berpotensi mengalami kesulitan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha.
PK - 5 Mencerminkan bahwa bank dan UUS sangat sensitif terhadap
pengaruh negatif kondisi perekonomian, industri keuangan, dan
mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha.
Penilaian TKS BPRS mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas dan manajemen. Penilaian atas komponen
dari faktor-faktor tersebut dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif, sedangkan penilaian
faktor manajemen dilakukan secara kualitatif. Penilaian secara kualitatif dilakukan dengan
mempertimbangkan indikator pendukung dan/atau pembanding yang relevan. Berdasarkan
hasil penilaian peringkat faktor keuangan dan penilaian faktor peringkat faktor manajemen,
ditetapkan PK yang merupakan peringkat akhir hasil penilaian TKS bank. PK ditetapkan
sebagai berikut:45

Tabel 1.11

Peringkat Komposit BPRS46

PK Keterangan
PK - 1 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi TKS yang sangat baik
sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang sangat baik.
PK - 2 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi TKS yang baik sebagai

45 Ibit., 188
46 Ibit., 189
hasil dari pengelolaan usaha yang baik..
PK - 3 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi TKS yang cukup baik
sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang cukup baik.
PK - 4 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi TKS yang kurang baik
sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang kurang baik.
PK - 5 Mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi TKS yang tidak baik
sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang tidak baik.

21
22

BAB III

KESIMPULAN

Secara sederhana Bank dikatakan sehat jika Bank mampu menjalankan fungsinya
dengan baik, dimana Bank mempunyai modal yang cukup dan dapat menjaga kualitas asset
dengan baik, mengelola dengan baik dan mengoperasikannya berdasarkan prinsip kehati-
hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan operasional usahanya,
serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain
hal tersebut, Bank harus memenuhi ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada
dasarnya berupa ketentuan yang mengacu pada prinsip kehati-hatian di dalam operasional
perBankan

Salah satu media yang dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan Bank
adalah laporan keuangan, yaitu hasil akhir proses akuntansi. Laporan keuangan (financial
statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan Bank pada suatu periode tertentu
dan melibatkan neraca serta laporan laba rugi. Laporan keuangan menurut PSAK No1 (2004)
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap dari laporan laba rugi,
neraca, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan catatan dan laporan serta materi
penjelasan yang merupakan bagian internal dalam laporan keuangan.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap factor dan komponen permodalan,kualitas


aktiva produktif,menejemen,rentabilitas serta likuiditas,maka akan diperoleh nilai
kreditnya.gabungan setelah nilai kredit gabungan dikurangi dengan nilai kredit pengurang
akibat pelanggaran ketentuan bank,maka tingkat kesehatan bank dapat didalam 4 golongan
sebagai berikut

a. Nilai kredit : 81 sampai dengan 100 dengan predikat sehat.


b. Nilai kredit : 66 kurang dari 81 dengan predikat cukup sehat .
c. Nilai kredit : 51 s/d kurang dari 66 dengan predikat kurang sehat.

d. Nilai kredit : 0 s/d kurang dari 51 dengan predikat tidak sehat


DAFTAR PUSTAKA

Amrin Abdullah, 2009, Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada,
Budisantoso Totok dan Sigit Triandani, 2014, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi
ketiga Jakarta : Salemba Empat,
Ginting Ramlan dan, dkk. 2012, Kodifikasi Penilaian Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Jakarta : PRES Bank Indonesia,
Handoko Hani, 1993 Manajemen, Edisi II, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta dan Anggota
IKAPI,
Haryani Iswi, 2010, Restrukturisasi dan Penghapusan Pembiayaan Macet Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo,
Kasmir, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi keedam, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada,
Martono, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Yogyakarta : Ekonisia,
Muhammad, 2014, menejemen dana bank syariah,Jakarta:PT RajaGrafindo persada,
OJK, 2015, Booklet Perbankan Indonesia 2015, Jakarta :
Pandia Frianto. 2012, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta :Rineka Cipta,
Rifai Veithzal dan, dkk. 2013, Commercial Bank Management. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada,
Sawir Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan
(akarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
Suyanto Ali, Buku Pintar Pengelolahan Bank dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro
Welthi Sugiarti, 2012, Tingkata. kesehatan Bank dengan Metode CAMEL, Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma,

23

You might also like