Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari pembangunan
nasional. Pembanguna kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Pada saat ini kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 373 per 100.000 kelahiran
hidup. Bila dibandingkan dengan Negara di Asia lainnya seperti Filipina yaitu 210 per
100.000 kelahiran hidup dan Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka
kematian ibu tertinggi di india dan Bangladesh 440 per 100.000 kelahiran hidup.
Tinggi angka kematian hidup di Indonesia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu,
perdarahan, infeksi, dan toxemia gravidarum. Salah satu dan ketiga factor tersebut adalah
perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Dalam
mencegah terjadi kematian pada wanita ( khususnya yang mengalami perdarahan yang
disebabkan karena mola hidatidosa).
Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofloblas gestasional sebagai akibat dari suatu
kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Kehamilan mola hidatidosa terjadi pada ibu
multipara dengan kondisi kesehatan status gizi yang kurang dan lebih banyak di jumpai pada
golongan sosio ekonomi rendah.
Di Indonesia menurut laporan beberapa penulis dari berbagai daerah menunjukan angka
kejadian mola hidatidosa di Indonesia sekitar 1 : 51 sampai 1 : 141 kehamilan. Sedangkan di
Negara barat angka kejadian ini lebih rendah di dari pada Negara-negara Asia dan amerika
latin. Misalnya, Amerika Serikat 1 : 1.450 kehamilan (hertig dan Sheldon, 1978) dan di
Inggris 1 : 1500 kehamilan ( Womack dan elston, 1985 )
Mengingat semakin meningkatnya angka kejadian mola hidatidosa, maka perlu
perawatan intensif dan tindakan pelayanan yang komprehensif melalui proses keperawatan
serta melibatkan banyak sector. Pemerintah melakukan upaya diantaranya deteksi dini pada
wanita serta pelayanan rujukan yang terjangkau.
Diharapkan dengan upaya tersebut , angka kematian ibu dapat ditekan menjadi 225 per
100.000 kelahiran hidup. Dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
perlu ditingkatkan mutunya.
BAB II
Pengertian
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh bergandang berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah
anggur, atau mata ikan karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini
merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).
ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
1.Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum
memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
2.Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi
menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel
trofoblast.
3.Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi
meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi gizi yang
diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan janinnya.
4.Paritas tinggi, Ibu multipara cenderung beresiko terjado kehamilan mola hidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat di identifikasikan
dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris ( pergonal ).
5. Kekurangan protein, Protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh sehubungan
dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluaan akan zat protein pada waktu
hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan
lahir lebih kecil dari normal.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat mengenai semua
orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu
akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk
virulensinya serta daya tahan tubuh.
(Mochtar, Rustam ,1998 : 238)
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut
kadang keluar gelembung mola.
3. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah
membesar setinggi pusat atau lebih.
5. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
D. Komplikasi
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi sebagai berikut:
1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau Eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder.
6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
PATOFISIOLOGI
Faktor ovum, imunoselektif dari tropoblas, sosial-ekonomi yang
rendah, paritas tinggi, keurangan protein, infeksi virus, faktor kromosom yang
belum jelas menyebabkan chorionic vili berganda.
Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung -gelembung berisi
cairan jernih. Biasanya tidak ada janin. Secara histopatologik kadang-kadang
ditemukan j a r i n g a n mola pada plasenta dengan bayi normal.
Suatu agonesis y a n g lengkap/degenerasi dini dari sistem vaskularisasi buah
kehamilan pada kehamilan minggu ke III V
Sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus menyebabkan sel trofoblas
memproduksi hormon. Cairan ini dapat berupa gelembung yang dapat
sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat
mengisikavum uteri.
Stroma vili dan kelembaban, terlambat atau hilangnya pembuluh darah danstroma,
adanya proliferasi dari trofoblast. Pada pemeriksaan kromosom poliploididan hampir pada
semua kasus mola susunan sex kromatin adalah wanita.Pada mola hidatidosa ovarium
dapat mengandung kista lutein kadang-kadanghanya ada satu ovarium, kadang-kadang
pada keduanya. Kista ini berdinding tipisdan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat
mencapai ukuran tinju/kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium
oleh kadar gonadotropinc h o r i o n ya n g t i n g g i . K i s t a a k a n m e n g h i l a n g
d e n g a n s e n d i r i n ya s e t e l a h m o l a dilahirkan.
(Mansjoer, 1999 : 266 dan Mochtar, 1998 : 239)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau
urin
2. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila
tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
3. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3 4 bulan
4. Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat
janin
5. Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara
6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)
G. PENATALAKSANAAN
1. Perbaiki keadaan umum
2. Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretase dilanjuttkan dengan kuret tajam. Lakukan
kuretase kedua bila tinggi vundus uterus lebih dari 20 minggu sesudah hari ke tujuh.
3. Untuk memperbaiki kontraksi, sebelumnya berikan uteronik (20-40 unit oksitosin dalam 250
cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500 ml NaCL 0,9%). Bila tidak dilakukan vakum
kuretase, dapat diambil tindakan histerotomi.
4. Terapi profilaksis dengan sitostatik metotreksat atau aktinomisin D pada kasus dengan resiko
keganassan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi
5. Pemeriksaan ginekologi, radiologi, dan kadar beta hCG lanjutan untuk deteksi dini
keganasan. Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca
mola, yang paling banyak dalam 6 bulan pertama. Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu
sampai kadar menjadi negatif selama tinga mminggu lalu tiap bulan selama 6 bulan.
Pemeriksaan foto toraks tiap bulan sampai kadar beta hCG negatif.
6. Kontrasepsi, sebaiknya diberikan preparat progesteron selama 2 bulan.
(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Contoh Kasus:
Ny.N datang ke RS Bersalin Kasih Ibu pada tanggal 11februari 2007 ,pukul 08.00 dengan
keluhan keluar darah sedikit-sedikit pada vaginanya,klien merasa pusing,penglihatan
berkunang-kunang,sering muntah-muntah yang berlebihan sering gelisah.
I. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
1. Nama : Ny. N
2. Umur : 25 tahun
3. Nama suami : Tn. A
4. Umur : 26 tahun
5. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
6. Status Perkawinan : Menikah, sah menurut Agama (istri pertama, lama pernikahan3
Tahun)
7. Agama : Islam
8. Pendidikan : SMA
9. Alamat : : Nabang Baru No 13. Metro Timur
10. Diagnosa : Mola Hidatidosa
2. RIWAYAT KEPERAWATAN/KESEHATAN
a) Keluhan Utama :
Klien merasakan keluar darah sedikit-sedikit, klien merasa pusing
penglihatannya kunang-kunang, sering muntah-muntah yang berlebihan dan sering
gelisah.
1. Riwayat haid :
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : teratur 28-30 hari
Keluhan selama haid : Tidak ada keluhan selama haid
Hari pertama haid terakhir (HPHT) : HPHT 29 Oktober 2006
Tafsiran persalinan : 5 Agustus 2007
2. Riwayat perkawinan:sah menurut agama dan negara
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Pola seksual-reproduksi
Sebelum hamil : hubungan seksual dilakukan 3 x 1 minggu
1. Tanda-tanda vital:
1. Tekanan darah:110/80 mmhg
2. Nadi: 80x/menit
3. Suhu tubuh: 37,5 C
4. Pernapasan: 22x/menit
5. Tinggi badan:164 cm
6. Berat badan:54 kg
7. Pemeriksaan fisik (head to toe):
1. Kepala:
1. Leher
1. Dada
3) Payudara: bentuk simetris, membesar, bentuk puting susu menonjol, tidak ada
hiperpigmentasi, tidak ada massa, tidak ada pengeluaran, bersih
1. Abdomen
1. Genetalia: bersih, tidak ada penyakit kelamin, ada pengeluaran darah pervaginam dan
terlihat gelembung-gelembung mola seperti anggur
2. Ekstrimitas:tidak ada edema, tidak ada varises, reflek patella (+) kanan kiri
3. Pemeriksaan panggul luar:tidak dilakukan
4. Tafsiran berat janin: -
5. Pemeriksaan penunjang:
1) Laboratorium
HB : 9 gr%
Protein urine : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan kadar Beta HCG darah : -
3) Foto toraks : tidak ada gambaran emboli udara
4) USG : tidak terlihat rangka janin, terlihat gelembung-gelembung mola seperti buah
anggur gambaran seperti sarang tawon, seperti badai salju.
Analisa Data
DO :
- Perdarahan
pervaginal bergumpal.
- Hb. 9 mg%
- TD:110/80,
nadi:80x/menit, suhu: 37C,
rr: 20x/menit.
- Klien menyatakan
bingung apa yang harus
dilakukan.
akibat perdarahan.
80x/menit, suhu:37C,
rr:22x/menit.
3.2 Diagnosa Keperawatan :
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka tidak terjadi devisit volume cairan, antara
intake dan output jumlah maupun kualitasnya baik.
Kriteria hasil: TTV stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginam
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak merasa cemas, pengetahuan
klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penilaian objektif klien
tentang penyakit
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
1. Terangkan hal-hal seputar Molahidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien
dan keluarga.
Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.
Tujuan :Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
kriteria hasil: TTV dalam batas normal, Ekspresi tenang, Hasil laboraturium dalam batas
normal.
Intervensi :
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya
warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
e .Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
1. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.
5.4 Implementasi
08.30
S O A P
Klien menyatakan banyak -Vol darah + 100cc keluar, warna Masalah teratasi Lanjutkan
minum merah segar sebagian intervensi 2,
3, 4,5
bergumpal
-TTV: TD:110/80
Nadi:80x/menit
Suhu: 37C
Rr:20x/menit
- Mukosa:agak lembab
- Turgor kulit:membaik
S O A P
- Klien megerti - Klien tampak tenang Masalah teratasi Intervensi
bahwa dirinya hamil dihentikan
gelembung-gelembung - Klien menerima kondisinya
anggur dan harus dikuret
- Klien menyatakan
bahwa ia banyak istirahat
Dx 3: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.
S O A P
- Klien menyatakan - TTV: Td:110/80, nadi: Masalah teratasi Intervensi
jumlah perdarahannya 80x/menit, suhu: 37C, rr: dihentikan
berkurang dan rajin 20x/menit
melakukan perawatan
vulva hygiene sendiri - Ekspresi wajah: pasien
tampak tenang
BV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada wanita yang mengalami Mola hidatidosa sering mengalami mual muntah akibat
produksi Hcg yang tinggi. Produksi ini meningkat disebabkan pembesaran uterus yang
abnormal lebih besar daripada pembesaran uterus biasanya. Sehingga menyebabkan distensi
rahim yang bisa menyebabkan mual muntah pada penderita Mola hidatidosa. Selain itu
perdarahan yang abnormal saat usia kehamilan masih muda, dapat menyebabkan resiko tinggi
infeksi. Resiko infeksi harus segera diatasi untuk menghindari gejala infeksi yaang dapat
membahayakan bagi keselamatan wanita tersebut. Perlu pengetahuan ibu tentang beberapa
gejala penyakit yang dapat menyerang ibu hamil saat berada pada usia kehamilannya yang
masih baru tau berada pada Trimester 1.
B. Saran
Penulis memberikan saran untuk ibu yang sedang hamil agar intensif dalam melakukan
pemeriksaan kandungannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya gejala
patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu
harus cepat melaporkan kepada pelaku medis agar tidak terjadi komplikasi lain pada
kandungannya. Pelaku medis khususnya perawat harus memiliki sikap profesionalisme
dalam bekerja dan mampu melakukan asuhan keperawatan secara tepat kepada ibu yang
terdeteksi adanya kelainan seperti penderita Mola hidatidosa.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesbulapius Fakultas
UI.
Wiknjosartro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yaysan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2. Jakarta : EGC.
Underwood, J.CE. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2 Volu