You are on page 1of 15

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BY NY R BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG


DI PUSKESMAS PANGGUL

KELOMPOK 12 :

1ADELIA OKTAVIA N. (08610557)


2.ANGGA YULI Z. (08610558)
3.NURTILA SARI (08610585)

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (DIV)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2009
TINJAUAN PUSTAKA

1 .Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998 : 319).
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. (Sarwono, 2002: 709).

2. Etiologi
Faktor Ibu
Pre-eklamasi dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa & soksio plasenta)
Partus lama dan partus macet
Demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC & HIV)
Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu kehamilan)
Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolaps tali pusat
Faktor Bayi
Bayi prematur (< 37 minggu)
Persalinan dengan tindakan (rangsang, bayi kembar, distonsia bayi, ekstrasi
vakum, forsep)
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(Depkes, 2007: 108)

3.Diagnosa
1.DJJ
Meningkat 160 X/menit _ tingkat permulaan
Jumlah sama dengan normal tetapi tidak teratur
Jumlah penurunan dibawah 100 X/menit dan disertai tidak teratur
2 .Mekonium Dalam Air Ketuban
Pengeluaran mekonium dalam letak kepala menunjukan gawat janin. Karena
terjadi perangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan
spinter ani terbuka.

4.Klasifikasi
Asfiksia berat (nilai apgar 0 3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, pembarian O 2 terkendali.
Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan Natrikus
Biokarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan dan cairan glukosa
40% 1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
Asfiksia ringan sedang (nilai apgar 4 - 6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai dapat bernapas
normal kembali.
Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7 - 9)
Bayi normal dengan nilai apgar 10
(Mochtar, Rustam, 1998: 428).

5. Patogenesis
1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar Co2 bertambah, timbullah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila
kekurangan O2 ini terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari N. simpatikus. DJJ menjadi
lebih cepat akhirnya irreguler dan menghilang.
2. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai
tanda janin dalam asfiksia.
3. Janin akan mengadakan pernapasan intra uteri, dan bila kita periksa
kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru bronkus
tersumbat dan terjadi atelektaksis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.
(Sarwono, 2002: 320)
6. Penanganan
1.Penanganan Umum
a. Jangan biarkan bayi kedinginan, bersihkan mulut dan jalan napas.
b. Lakukan resusitusi BBL.
c. Gejala pendarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post
partum, jadi kepala dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat
pernafasan dapat keluar.
d. Kalau diduga pendarahan otak berikan vit. K 1 2 hari.
e. Berikan tranfusi darah via tali pusat atau glukosa.
(Mochtar, Rustam, 1999: 428)
2 .Penanganan Awal
a. Jaga Bayi Tetap Hangat
Letakan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat
perineum.
Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
Pindahkan bayi keatas kain ketempat resusitasi.
b. Atur Posisi Bayi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
c. Isap Lendir
Gunakan alat pengisap lendir De lee atau bola karet
Pertama, isap lendir didalam mulut, kemudian baru isap lendir
di hidung
Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat
memasukkan).
Bila menggunakan pengisap lendir De lee, jangan memasukkan
ujung pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm kedalam mulut atau
lebih dari 3 cm kedalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut
jantung bayi melambat atau bayi berhenti bernapas.
d. Keringkan dan Rangsang Bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya
dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan
bayi atau bernapas lebih baik.
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara dibawah ini:
Menepuk atau menyentil telapak kaki.
Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan
telapak tangan.
e. Atur Kembali Posisi dan Selimuti Bayi
Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang
baru (disiapkan)
Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan
dada agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (ekstensi)
f. Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau
tidak bernapas.
(Depkes, 2007: 113)
3.Penanganan Lanjut Yaitu Vertilasi
Pasang sungkup, perhatikan lekatan
Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati besaran dada bayi.
Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan
20 cm air dalam 30 detik
Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur?
(Depkes, 2007: 117)

7 .Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi
setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan
paa keadaan:
1 Resusiasi berhasil.
Bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah
ventilasi.Perlu pemantauan dan dukungan.
2 Resusitasi tidak /kurang berhasil.
Bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapasatau
bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan
ternyata kondisi semakin memburuk.
3 Resusitasi gagal.
Setelah 20 menit diventilasi, bayi gagal bernapas.
(Depkes, 2007: 118)

8 .Prognosis
Asfiksia livida lebih baik dari palida. Prognosis tergantung pada
kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam
keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan kemungkinanya
menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.
(Mochtar, Rustam, 1998: 429)

9. Gejala dan Tanda Asfiksia


a. Tidak bernapas atau bernapas megap-megap.
b. Warna kulit kebiruan.
c. Kejang.
d. Penurunan kesadaran.
(Depkes, 2007: 109)

10 .Komplikasi
a. Cacat mental
b. Pneumonia dan mugkin kematian.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkajian (tanggal 07 18 2009, jam 17.00 Wib)


Data Subyektif
Biodata
Bayi
Nama Bayi : Bayi. Ny R
Umur : 0 hari
Tgl/jam lahir : 07 08 2009 / jam 17.45 Wib
Jenis Kelamin : Laki-laki

Orang Tua
Nama Ibu : Ny R Nama Ayah : Tn S
Umur : 30 tahun Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 600.000,-
Alamat : RT 02/RW04 Ngrambingan Alamat : RT02/RW04 Ngrambingan

2.Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lemas dan sedikit kejang.

3.Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular (sifilis)

4.Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Ibu mengatakan usia kehamilan 9 bulan, dan sering memeriksakan
kehamilan di Bidan. Keluhan selama hamil tidak ada, terapi didapat: Tablet Fe,
Kalk, Vit. C. Imunisasi Tt : 5 kali
Persalinan ditolong Bidan, lahir spontan, lama persalinan 9 jam (mulai
10.30 18.30), keadaan air ketuban warna hijau bercampur mekonium, plasenta
mengalami pengapuran, bayi lahir tidak menangis, BB : 3200 gr, PB : 49 cm, Jk :
Laki-laki.

Data Obyektif
1.Pemeriksaan Umum
KU : Lemah
AS : 6 7
Suhu : 36,3 0c
HR : 128X/menit
Pernapasan : 64X/menit

2. Pemeriksaan Khusus
a) Penilaian apgar score
No Kriteria Menit ke - 1 Menit ke - 5
1 Denyut Jantung 2 2
2 Usaha Bernapas 1 1
3 Tonus Otot 1 1
4 Reflek 1 1
5 Warna Kulit 1 2
Jumlah 6 7
b) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : bentuk normal, rambut kotor, penuh lemak dan
darah, ada caput suksedanium.
Muka : bentuk normal, cyanosis.
Mata : simetris, sclera putih, konjunctiva merah muda.
Mulut : bibir lembab, cyanosis, tidak ada palatum durum
dan palatum mole.
Hidung : bentuk normal, ada gerakan cuping hidung.
Telinga : simetris, daun telinga lunak dan mudah terbalik.
Leher : normal
Dada : simetris, normal chest.
Perut : normal, tali pusat tidak ada perdarahan
Punggung : normal tidak ada kelainan
Ekstremitas :
Ekstremitas Atas
Bentuk : Simetris ka/ki
Gerakan : Kurang aktif
Kelainan : Tidak ada kelainan
Jumlah Jari : 10
Warna : Kebiruan
Ekstrimitas Bawah
Bentuk : Simetris ka/ki
Gerakan : Kurang aktif
Kelainan : Tidak ada kelainan
Jumlah Jari : 10
Warna : Kebiruan
Genital
1. Skrotum : Ada
2. Testis : Belum turun
3. Penis : Ada
4. Anus : Berlubang
Kulit
1. Warna : Biru
2. Lanuga : Tebal
3. Turgor : Baik, kembali dlm waktu < 2
4. Verniks Kaseosa: Ada
5. Dedena : Tidak ada
6. Kelainan : Tidak ada
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
Perut : tidak kembung
d. Auskultasi :
Dada : tidak ada ronkhi, bunyi jantung normal
Antropometri
1.BB : 3200 gram
2.PB : 49 cm
3.LLA : 8 cm
4.LD : 30 cm
5.LIKA : 36 cm
Reflek
1.Moro Reflek : ada
2.Tonik Neck Reflek : ada
3.Palmos Gepe Reflek : Belum ada
4.Rooting Reflek : Belum ada
5.Sucking Reflek : Belum ada
c).Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lab: + sipilis

2. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Dx : BBL dengan suspect sifilis
Ds : Ibu mengatakan bayinya lemas dan sedikit kejang
Do : Ku : Lemah
As : 6-7
Suhu : 36,3 0c
HR : 128 X/menit
Pernapasan : 64 X/menit
Moro Reflek : ada
Tonik Neck Reflek : ada
Palmos Gepe Reflek : Belum ada
Rooting Reflek : Belum ada
Sucking Reflek : Belum ada

Riwayat Persalinan :
Air ketuban bercampur mekonium

3. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial


Dx potensial : Potensial terjadi sifilis
Mx potensial : potensial terjadi asfiksi

4. Identifikasi Kebutuhan segera


Resusitasi (HAIKAP)
Melakukan ventilasi

5. Intervensi
Dx : By Ny R Baru lahir dengan suspect sifilis
Tujuan : - Agar bayi

K.H : K.U : Baik


Kesadaran : Composmentis
As :8-9
Suhu : 36.5 37,5 o C
HR : 150 160 x/m
Pernapasan : 30 60 x/ menit
Sifilis dapat teratasi

Intervensi:
1.Lakukan pemantauan pada bayi setiap hari
R/: Memantau keadaan dan perkembangan kesehatan bayi
2.Berikan susu formula
R/ : Mengganti ASI ibu ( karena ibu menderita sifilis)
3.Berikan terapi sesuai dengan kebutuhan bayi
R/: Untuk melakukan pengobatan pada bayi

6. Implementasi
Tanggal : 07 08 2009, Jam 17.45 wib
1.Melakukan pemantauan pada bayi
2.Memberikan susu formula setiap kali bayi haus
3.Memberikan terapi pengobatan pada bayi sesuai kebutuhan
Penicillin procaine 200.000/kgBB/hari selama 5 hari

7. Evaluasi
Tanggal; 07 08 2009, Jam 18.00 Wib.
Dx : BBL dengan suspek sifilis
S : Ibu mengatakan bayinya sudah di berikan terapi
O : Ku : baik
As : 6-7
Kesadaran : Composmentis.
A : BBL Normal
P : - Anjurkan ibu untuk memberikan susu formula
- Anjurkan ibu untuk melakukan pengobatan ke
dokter
- Anjurkan ibu untuk makan makanan yang
mengandung gizi seimbang

DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007. Jakarta.
JNPK KR.
Depkes. 2005. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Mansjoer, Arief. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jilid I. FKUI: Media
Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Wiknojasastro, Hanifa dkk. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBPSP.

You might also like