You are on page 1of 14

ASUHAN PERSALINAN

NORMAL(APN)2011
ASUHAN PERSALINAN NORMAL(APN)2011

A.Definisi
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir secara
spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi.

B. Sebab Sebab Mulainya Persalinan


Sebab sebab mulainya persalinan belum diketahui secara pasti. Banyak faktor yang
memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan.

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab persalinan ialah :


1. Penurunan kadar progesteron
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
kerenggangan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga timbul his.
2. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot
rahim.
3. Ketegangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya terenggang oleh
karena isinya.
4. Pengaruh janin / fetal cortisol
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan, oleh
karena itu pada anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu penyebab
permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau
E2 yang diberikan secara intravena, intra dan ekstra amnial menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu
hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
C. Tanda dan Gejala Inpartu
Gejala persalinan sebagai berikut :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
pengeluaran lendir
lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :
Perlukaan cervix
Pendataran cervix
Pembukaan cervix
D. Batasan Berlangsungnya Persalinan Normal
Partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu :
1. KALA I
Batasan
persalinan kala I (satu) dimulai dari pembukaan 1cm sampai 10cm (lengkap).
Fase-fase persalinan kala I
Kala I fase laten :
pembukaan cervix kurang dari 3 cm
cervix membuka perlahan selama fase ini
fase laten biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam
Kala I fase aktif :
pembukaan cervix 4 cm sampai 10 cm.
his dalam fase ini lebih kuat dan cervix membuka lebih cepat.
Fase aktif tidak boleh berlangsung dari 7 jam
2. KALA II
Batasan
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh tubuh janin.
Tanda dan gejala persalinan kala II
Didapatkan hal-hal berikut ini:
ibu ingin meneran
perineum menonjol
vulva dan anus membuka
meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
kepala telah turun di dasar panggul.
Diagnosis pasti persalinan kala II adalah bila saat dilakukan pemeriksaan dalam
didapatkan:
pembukaan cervix lengkap
kepala bayi terlihat pada introitus vagina.
3. KALA III
Batasan
Persalinan kala III (tiga) dimulai setelah bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya
pelepasan plasenta berkisar 15-30 menit setelah bayi lahir.
Fisiologi dan penatalaksanaan kala III
Pada persalinan kala III myometrium akan berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran
rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Pengurangan ukuran uterus ini
menyebabkan pula berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan
terlepas dari dinding uteri setelah plasenta terpisah, ia akan turun ke segmen bawah
rahim.
Tanda-tanda pelepasan plasenta
Bentuk uterus globuler
Tali pusat bertambah panjang (tanda afeld)
Semburan darah tiba-tiba.
Cara pelepasan plasenta ada 2 :
1. Secara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan terjadi hematoma retroplasentair
yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma
diatasnya sekarang jatuh kebawah dan menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang
tampak pada vulva adalah permukaan foetal sedangkan hematoma sekarang berada dalam
kantong yang berputar balik. Pada pelepasan secara schultze tidak ada perdarahan
sebelum plasenta lahir atau sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya. Baru seluruh
plasenta lahir darah sekonyong-konyong mengalir. Pelepasan secara schultze paling
sering kita jumpai.
2. Secara Ducan
Pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir antara selaput janin dan dinding
rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta lepas dan terus berlangsung
sampai plasenta lepas secara keseluruhan. Pelepasan secara ducan sering terjadi pada
plasenta letak rendah.
4. KALA IV
Batasan
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1 jam setelah itu.
Pemantauan pada kala IV :
kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
perkiraan pengeluaran darah
laserasi atau luka episiotomi pada perineum dengan perdarahan aktif.
Keadan umum dan tanda-tanda vital ibu.
E. Mekanisme Persalinan Normal
KALA II
Saat pembukaan lengkap seiring dengan adanya his ibu ingin meneran, perineum
menonjol, vulva dan anus membuka. Maka ibu dipimpin mengejan sambil
mendukung/memuji usaha ibu. Apabila tidak ada his ibu dianjurkan istirahat. Apabila
ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi pada saat tidak ada his. Pada saat kepala
janin kelihatan di vulva dengan diameter 5-6 cm, handuk bersih dipasang diatas perut ibu
untuk mengeringkan janin. Melekkan kain bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Saat subocciput tampak di bawah symphisis, tangan kanan menahan perineum untuk
menjaga supaya tidak terjadi rupture dan tangan kiri menahan puncak kepala supaya tidak
terjadi defleksi terlalu cepat. Setelah kepala lahir kita tunggu sampai kepala janin
melakukan putar paksi luar secara spontan. Setelah kepala janin menghadap salah satu
paha ibu, tangan kanan berada diatas dan tangan kiri berada dibawah kepala janin, kepala
kita pegang secara biparietal kemudian dielevasi kebawah sampai bahu depan lahir
kemudian elevasi keatas sampai bahu belakang lahir. Setelah itu tangan kanan pindah
menyangga kepala, leher dan bahu sedangkan tangan kiri menelusuri punggung, bokonng
sampai menjepit kedua tungkai janin, maka lahirlah seluruh tubuh janin. Setelah itu kita
nilai secara sepintas gerak, tangis dan warna kulit. Kemudian kita klem tali pusat dengan
jarak 3 cm dari umbilicus, kemudian kita urut kearah maternal lalu kita klem dengan
jarak 2cm dari klem I. kemudian tali pusat kita potong dengan tangan kiri melindingi
tubuh bayi dari gunting. Setelah itu kita ikat tali pusat dengan jarak 1 cm dari umbilical.
KALA III
Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal/ganda. Setelah itu suntik
oxytocin 10 IU secara IM pada bagian luar paha kanan 1/3 atas dengan jangka waktu
kurang dari 2 menit setelah bayi lahir. Kekemudian melakukan penegangan tali pusat
terkendali. Klem dipindah dengan jarak kurang lebih 5 cm dari vulva. Apabila tali pusat
bertambah panjang, uterus globuler dan ada semburan darah berarti plasenta sudah lepas,
maka kita lakukan PTT, tangan kanan menarik plasenta sedang tangan kiri menekan
uterus kearah dorsokranial. Setelah plasenta divulva, plasenta dipegang den kedua tangan
kemudian kita putar searah jarum jam sampai plasenta lahir seluruhnya. Setelah plasenta
lahir tangan kiri memeriksa kontraksi uterus (masase) dan memeriksa kandung kencing.
Sedangkan tangan kanan memeriksa kelengkapan plasenta
Pada Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal ini, telah diuraian materi-materi yang
diajarkan, penjelasan pelatih, uraian-uraian pengalaman dan harapan pelatih maupun
peserta, baik secara teori, praktek model / video dan praktek pada klien termasuk uraian
kwesioner awal dan tengah, evaluasi peserta dan Rencana kerja tindak lanjut, pembukaan
dan penutupan pelatihan. Ada beberapa catatan penulis dan dikombinasi dengan catatan-
catatan lainnya dalam penanganan persalinan dan bayi baru lahir yang tentunya perlu
diketahui oleh mereka yang bekerja diunit-unit pelayanan kesehatan, bidan-bidan desa,
bidan puskesmas dan di klinik-klinik persalinan yaitu

58 langkah standar dalam memberikan Asuhan Persalinan Normal yang sebelumnya


terdiri dari 60 langkah sekarang menjadi 59 Langkah, tambahannya adalah langkah
pemeriksaan kesehatan lengkap Bayi Baru Lahir (BBL). Hal ini dilakukan karena banyak
bayi yang baru dilahirkan, tampa disadari oleh sang penolong persalinan (tenaga
kesehatan=bidan) telah mengalami kelainan, dan celakanya yang mengetahui terlebih
dahulu adalah ibu dan atau keluarga sang bayi.
Langkah yang penting juga adalah Langkah dimana ketika bayi baru saja dilahir, tidak
langsung dipotong tali pusatnya, tetapi diletakan diatas perut ibu, kemudian diberikan
suntikan oksiitosin, sebelumnya langkah ini (masih dalam standar langkah 60), dipotong
tali pusat kemudian kemudian diberikan suntikan oksitosin. Perubahan ini karena dengan
pemberian suntikan terlebih dahulu, maka aliran darah melalui plasenta masih sempat
terjadi yaitu seitar 35 cc permenit, jadi jika standarnya ketika bayi lahir, kemudian
diletakan diatas perut ibu lalu disuntikan oksitosin berkisar 2-3 menit artinya sekitar 100
cc darah masih sempat diperoleh sang bayi dan sebagai awal penyesuaian diri dengan
lingkungan diluar rahim ibunya.
Langkah lainnya terlepas dari standar langkah APN adalah yaitu langkah 43 ketika bayi
dibiarkan tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Dan
kemudian masuk pada langkah selanjutnya. 1 jam bayi bersama ibunya adalah
kesempatan yang diberikan oleh bidan untuk melakuan Inisiani dini bayi. Sang bayi akan
merangkak mencari payudarah (the Breast Crawl). Ini berdasarkan penelitian Bayi pada
usia beberapa menit dapat merangkak kearah payudara dan menyusu sendiri (the Breast
Crawl ) (Marshall Klaus: Mother and Infant : Early Emotional Ties Ped 1998, UNICEF
India: BREAST CRAWL Initiation of breastfeeding by breast crawl. UNICEF India
2007). Penelitian lainnya Kemampuan kulit ibu menyesuaikan suhunya dengan suhu yang
dibutuhkan bayi (thermoregulator thermal synchron). ( Fransson A Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed 90 : 2005,; Niels Bergman: Kangoroo Care 2005 , Bergstorm et al Acta
Paediatr 2007). Inisiasi dini ini adalah langkah awal untuk Pemberian ASI Esklusif 6
bulan. Barang siapa yang tidak mendukung akan dikenahkan sangsi sebagai mana
terdapat dalam UU kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 200 yaitu Setiap orang yang
dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah masalah pendarahan, masalah ini penting
karena presentase penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, Masalah pendarahan
ini karena pada saat melahirkan ketika terjadi pendarahan maka jumlah darah yang keluar
adalah 350-500 cc permenitnya artinya jika jumlah darah normal sekitar 5 liter maka
dalam jangka waktu sekitar 10-15 menit saja sang ibu akan kehilangan darah, dan inilah
yang menyebabkan kematian.
Dan terakhir yang penulis catat selama pelatihan APN semua langkah adalah penting,
setiap langkah yang dibuat oleh para ahli mempunyai arti, maksud dan tujuan, apa yang
terjadi pada setiap langkah selalu didahului oleh tanda-tanda, bidan yang melakukan
persalinan harus dengan tenang, dan jangan tergesa-gesa, hanya bisa dilakukan bila setiap
langkah difahami dengan benar. Setiap langkah ada penjelasannya, ada jawabannya dan
ada pengambilan keputusan Seperti yang dikemukakan salah satu Fasilitator dr. Setia
Budi Sp.OG pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada
hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut
kepemimpinan persalinan
http://arali2008.files.wordpress.com/2010/02/p10708255.jpg?w=235&h=307
dr. Setia Budi Sp.OG menjelaskan Dalam APN, pengambilan keputusan itu adalah
kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk
memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan
Keseluruhan 58 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti,
maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah
Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.
Memakai celemek plastik.
Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
letakan kembali kedalam wadah partus set.
Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.
Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.
Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam
batas normal (120 160 x/menit).
Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih
untuk menderingkan janin pada perut ibu.
Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas.
Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin)
Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif ?
Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain
yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama.
Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila
perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok
fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam
kantong plastik yang tersedia.
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan anterolateral.
Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Melengkapi partograf.

Untuk memahami lebih mendalam 58 langkah tersebut ada lima Topik Materi yang
diajarkan dengan Metode yang digunakan adalah teori dengan aquisisi pada model dan
dilanjutkan dengan praktek pada klien kelima materi tersebut adalah

Lima Benang Merah Asuhan Persalinan Normal


Pencegahan Infeksi
Kala I-IV Persalinan termasuk penggunaan partograf, posisi dan pimpinan meneran,
manajemen aktif kala III
Asuhan Bayi Baru Lahir
Pengenalan Dini dan Penanganan Awal Komplikasi Persalinan
APN Terbaru (58 Langkah) 2011
Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan
persalinan normal sebagai berikut:

58 langkah APN
CHECKLIST
58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua

Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran


Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfingter ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm dari tubuh bayi2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menataksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk
asfiksia
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan
DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
langkah #9 )Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 %
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan larutan klorin 0.5% kemudian lepaskan dan rendam dalam
keaadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN
MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan abntu ibu
dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung
dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan
terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
:
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk ber istirahat di antara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di
antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala nayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut
ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan
bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap did ada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut
ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA


34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, utnuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorongan dorso-kranial)
jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan,
segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
pada wadah yang telah disediakan
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase

IX. MENILAI PERDARAHAN


40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN


42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara
biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu
jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pascapersalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit)
serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)

Kebersihan dan Keamanan


51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) , periksa tanda vital dan asuhan kala IV
Sumber :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002

You might also like