You are on page 1of 102

Pengalaman Perawat dalam Memberikan Perawatan Paliatif

pada Pasien Kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan

SKRIPSI

oleh

Wanda Elsa Pardede

111101101

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

Universitas Sumatera Utara


ii

Universitas Sumatera Utara


iii

Universitas Sumatera Utara


PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
judul Pengalaman Perawat dalam Memberikan Perawatan Paliatif pada Pasien
Kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada dr. Dedi
Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara, demikian juga kepada ErniyatiS.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan I serta
seluruh staf dan dosen pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
menyelesaikan studi jenjang Sarjana Keperawatan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dewi Elizadiani Suza,
S.Kp., MNS., Ph.D selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu
untuk membimbing saya dalam penulisan skripsi ini, memberikan pengetahuan,
bimbingan, motivasi dan masukan yang sangat bermanfaat sehingga penyusunan
skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Erniyati S.Kp.,
MNS dan Ners Asrizal M.Kep., RN., WOC(ET)N., CHt. N selaku dosen penguji
yang juga banyak memberi saran dan masukan yang membangun dalam penulisan
skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih teristimewa kepada kedua
orang tua, ayahanda Darwis Pardede dani bunda Ellya Pakpahan yang
telahmemberikan cinta kasihnya serta doa yang mereka panjatkan demi
kelancaran penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan
kepada adik-adik penulis yaitu Sonia, Cantika dan Agnesya serta kakak laki-laki
penulis yaitu Raffles, yang selalu menyemangati, menghibur dan membuat ceria
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan
angkatan 2011 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara teristimewa
untuk sahabat penulis Tabita, Loravina, Friska, Zevelyn, Junjungan dan Desy
yang telah banyak membantu, menyemangati dan member motivasi untuk

iv

Universitas Sumatera Utara


menyelesaikan skripsi ini serta teman satu dosen pembimbing Safrida, Renta dan
Chindy yang selalu menghibur dan menjadi tempat bertukar pikiran. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman satu KTB yaitu Siska, Citra, Putry,
Haryati dan Otania yang selalu memotivasi penulis.
Penulis tak lupa mengucapkan terimakasih kepada manajemen rumah sakit
Murni Teguh, dokter, kepala ruangan, serta perawat di unit perawatan paliatif
rumah sakit Murni Teguh yang telah memberikan ijin,kesempatan untuk
melakukan penelitian dan semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi
keperawatan.
Medan, Juli 2015

Penulis

Wanda Elsa Pardede

111101101

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

Halamanjudul .............................................................................................. i
PernyataanOrisinalitas................................................................................. ii
Halamanpengesahan .................................................................................... iii
Prakata ..................................................................................................... iv
Daftarisi v
Daftartabel ................................................................................................... vi
Abstrak ....................................................................................................... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1. Latarbelakang ............................................................................... .1
2. Perumusanmasalah ....................................................................... . 7
3. Tujuanpenelitian ........................................................................... . 7
4. Manfaatpenelitian ......................................................................... . 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... ....8


1. Kanker ............................................................................................ . 8
1.1 Pengertian ............................................................................. ....8
1.2 Penyebab ................................................................................. . 8
1.3 Tanda dan gejala ..................................................................... .12
1.4 Pencegahan .............................................................................. 15
1.5 Penatalaksanaan ...................................................................... 17
2. PerawatanPaliatif.......................................................................... 21
2.1 Pengertian ............................................................................... 21
2.2 Prinsipperawatanpaliatif ......................................................... 22
2.3 Tim perawatanpaliatif ............................................................ 24
2.4 Tempatperawatanpaliatif ..................................................... ..25
2.5 Peranperawat .......................................................................... 27
3. StudiFenomenologi ...................................................................... 29

BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................... 35


1. Desainpenelitian ........................................................................... 35
2. Partisipan ...................................................................................... 36
3. Lokasidanwaktupenelitian......................................................... ..36
4. Pertimbanganetik.......................................................................... 37
5. Instrumenpenelitian ...................................................................... 38
6. Pengumpulan data ........................................................................ 38
7. Analisa data .................................................................................. 40
8. Keabsahan data............................................................................. 42

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 43


1. Hasil penelitian........ .................................................................... 43
2. Karakteristik partisipan ................................................................ 43

vi

Universitas Sumatera Utara


3. Pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada
pasien kanker di rumah sakit murni teguh ................................... 44
4. Pembahasan . ........... .................................................................... 55

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 65


1. Kesimpulan ............ .................................................................... 65
2. Saran ....................... .................................................................... 66

Daftarpustaka ................................................................................................. 67
Lampiran-lampiran ......................................................................................... 73
Lampiran 1 Inform consent
Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi partisipan
Lampiran 3 Kuesioner data demografi
Lampiran4 Panduan wawancara
Lampiran5 Surat uji validitas pertanyaan wawancara
Lampiran6 Surat komisi etik
Lampiran 7 Surat ijin penelitian
Lampiran 8 Surat selesai penelitian
Lampiran 9 Jadwal penelitian
Lampiran 10 Anggaran dana
Lampiran 11 Lembar bukti bimbingan
Lampiran 12 Lembar pernyataan perubahan judul skripsi
Lampiran 13 Riwayat hidup

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.KarakteristikPartisipan ................................................................ 44


Tabel 4.2.MatriksTema . ............................................................................. 53

viii

Universitas Sumatera Utara


Judul : PengalamanPerawat dalam Memberikan Perawatan
Paliatif pada Pasien Kanker di Rumah Sakit Murni Teguh
Medan
Nama Mahasiswa : Wanda Elsa Pardede
NIM : 111101101
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan USU
Tahun Akademik : 2014 / 2015

ABSTRAK

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan kepada pasien


dengan penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Perawatan paliatif diberikan
untuk mengatasi masalah fisik, psikologis, dan spiritual serta memberikan
dukungan ketika berduka. Perawatan paliatif diberikan oleh tim multidisipliner
yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi, pemuka agama, dan perawat.
Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi yang bertujuan untuk
mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada
pasien kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak
sembilan orang partisipan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan bulan Juni 2015. Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode
Collaizi.Penelitian ini menemukan ada 6 tema terkait dengan pengalaman perawat
dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di Rumah Sakit Murni
Teguh Medan, yaitu (1) dukungan, (2) manajemen nyeri, (3) kebutuhan
psikologis, (4) kolaborasi, (5) penerapan perawatan paliatif, dan (6) harapan dan
kebutuhan.Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat memberikan
pelayanan yang semakin baik dan perawatan paliatif dapat berkembang dengan
pesat serta bagi institusi pendidikan dapat memperkenalkan perawatan paliatif di
tahap akademik sehingga dapat menambah wawasan dan mampu menerapkan
perawatan paliatif.

Kata Kunci :pengalaman, perawat, perawatan paliatif

ix

Universitas Sumatera Utara


x

Universitas Sumatera Utara


Judul : PengalamanPerawat dalam Memberikan Perawatan
Paliatif pada Pasien Kanker di Rumah Sakit Murni Teguh
Medan
Nama Mahasiswa : Wanda Elsa Pardede
NIM : 111101101
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan USU
Tahun Akademik : 2014 / 2015

ABSTRAK

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan kepada pasien


dengan penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Perawatan paliatif diberikan
untuk mengatasi masalah fisik, psikologis, dan spiritual serta memberikan
dukungan ketika berduka. Perawatan paliatif diberikan oleh tim multidisipliner
yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi, pemuka agama, dan perawat.
Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi yang bertujuan untuk
mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada
pasien kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak
sembilan orang partisipan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan bulan Juni 2015. Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode
Collaizi.Penelitian ini menemukan ada 6 tema terkait dengan pengalaman perawat
dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di Rumah Sakit Murni
Teguh Medan, yaitu (1) dukungan, (2) manajemen nyeri, (3) kebutuhan
psikologis, (4) kolaborasi, (5) penerapan perawatan paliatif, dan (6) harapan dan
kebutuhan.Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat memberikan
pelayanan yang semakin baik dan perawatan paliatif dapat berkembang dengan
pesat serta bagi institusi pendidikan dapat memperkenalkan perawatan paliatif di
tahap akademik sehingga dapat menambah wawasan dan mampu menerapkan
perawatan paliatif.

Kata Kunci :pengalaman, perawat, perawatan paliatif

ix

Universitas Sumatera Utara


x

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Schneider (2010) menyatakan kanker merupakan suatu peristiwa

molekuler yang mengubah sifat normal sel. Dalam sel-sel kanker, sistem kontrol

normal yang mencegah pertumbuhan berlebihan pada sel dan invasi jaringan lain

tidak berfungsi akibatnya sel terus berkembang dan bertumbuh. Sel-sel aktif

membelah dan tumbuh sehingga tidak lagi membutuhkan sinyal khusus untuk

menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel.

American Cancer Society (2013) menyatakan kanker merupakan

sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali

dan menyebar dari sel-sel abnormal di dalam tubuh. Sel-sel kanker terus

membelah dan dengan demikian menciptakan lebih banyak sel bahkan ketika

tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

American Cancer Society (2013) menyatakan bahwa jenis kanker yang

paling banyak di derita oleh orang dewasa adalah kanker paru-paru, payudara,

kolorektal, prostat, dan kulit. Jenis kanker yang paling banyak diderita oleh anak-

anak adalah kanker leukemia, neuroblastoma, lymphoma, osteosarcoma,

wilmtumor, retinoblastoma dan adrenokortikal karsinoma.

Riset Kesehatan Dasar (2013) menyatakan bahwa prevalensi kanker di

Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 per orang. Kanker

merupakan penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia dengan presentasi 5,7%

dari seluruh penyebab kematian. Kanker payudara dan leher rahim merupakan

Universitas Sumatera Utara


2

jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh rumah

sakit di Indonesia, dengan jumlah pasien sebanyak 12.014 orang (28,7%) untuk

payudara, dan kanker leher rahim 5.349 orang (12,8%), leukemia 4.342 orang

(10,4%), lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan kanker paru 3.244 orang (7,8%).

Cancer Research (2014) menyatakan bahwa di Inggris rata-rata 331.000

orang di diagnosa kanker setiap tahun dan setiap hari ada 910 orang di diagnosa

kanker. Kanker yang paling sering di diagnosa adalah kanker payudara (15%),

paru-paru (13%), prostat (13%), usus (13%), kulit (4%), kandung kemih (3%),

ginjal (3%), tumor otak (3%), pankreas (3%), dan kanker lainnya (28%).

World Health Organization (2013) menyatakan bahwa insiden kanker

meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus 2012.

Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi

8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia

sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskuler. Diperkirakan pada tahun 2030

insiden kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal

akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan

lebih cepat.

Faktor yang diduga dapat menyebabkan kanker yaitu faktor genetik, gaya

hidup, lingkungan yang terpapar radiasi dan zat kimia tertentu (American Cancer

Society, 2013). Yayasan Kanker Indonesia (2014) menyatakan penyebab

banyaknya angka kejadian kanker adalah kurang mengetahui informasi tentang

kanker, kurangnya pengetahuan dan pengenalan dini tentang gejala kanker serta

kurangnya penanganan segera terhadap penyakit kanker.

Universitas Sumatera Utara


3

American Cancer Society (2013) menyatakan kanker memiliki prognosis

baik apabila di diagnosa pada stadium awal, penggunaan obat-obatan yang efektif

serta usia dan karakteristik penderita. Penanganan pada kasus kanker meliputi

pembedahan, radiasi dan kemoterapi telah meningkatkan harapan hidup penderita

kanker tindakan tersebut dalam waktu yang lama dapat menimbulkan efek

samping berupa nyeri, kelelahan yang hebat, dan lesi pada kulit (Graham &

Chordas, 2003)

American Cancer Society (2013) menyatakan bahwa penderita yang di

diagnosa kanker rata-rata harapan hidup hanya 5 tahun tetapi sekarang dengan

meningkatnya penanganan kanker maka harapan hidup meningkat untuk semua

kanker di diagnosis pada 2004-2010 adalah 68%, naik dari 49% pada 1975-1977.

Peningkatan kelangsungan hidup mencerminkan diagnosa awal kanker tertentu

dan perbaikan dalam pengobatan. Penatalaksanaan yeng cepat dan tepat

diharapkan dapat meningkatkan harapan hidup pasien kanker.

Penanganan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah

fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi

juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas

hidupnya. Maka kebutuhan pasien tidak hanya berfokus pada pengobatan gejala

fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan

spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai

perawatan paliatif (Kepmenkes, 2007).

National Hospice and Palliative Care Organization (2014) menyatakan

bahwa penderita kanker yang menerima perawatan paliatif di hospice care pada

Universitas Sumatera Utara


4

tahun 2009 sebanyak 1,3 juta penderita dan tahun 2013 sebanyak 1,5 juta

penderita. Penderita kanker yang meninggal di hospice care pada tahun 2009

sebanyak 1,1 juta penderita dan pada tahun 2013 sebanyak 1.3 juta penderita.

Departement of Health(2009) menyatakan bahwa penderita kanker yang

memerlukan perawatan paliatif yaitu penderita kanker dengan kondisi hidupnya

yang terbatas dimana tidak ada harapan yang rasional untuk dapat sembuh.

Crozier dan Hancock (2012) menyatakan bahwa perawatan paliatif

bukanlah merupakan alternatif metode pengobatan bagi penderita kanker tetapi

sebaliknya metode perawatan yang dapat diberikan berdampingan dengan

perawatan kuratif untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi penderita

kanker. Perawatan paliatif befokus pada penatalaksanaan gejala-gejala yang

timbul selama proses pengobatan, kualitas hidup penderita dan keluarga serta

dukungan keluarga.

Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI nomor 812 tahun 2007

menyatakan bahwa perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan

memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang

berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, pencegahan dengan

identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-

masalah lain seperti fisik, psikososial, dan spiritual.

Tan et al (2006) menyatakan bahwa perawatan paliatif bertujuan untuk

memastikan akhir kehidupan pasien kanker adalah bermartabat dan hal itu harus

diterapkan dimanapun baik di rumah, di rumah sakit atau rumah perawatan.

Menurut Hill dan Coyne (2012) pelaksanaan perawatan paliatif sebaiknya

Universitas Sumatera Utara


5

menerapkan prinsip-prinsip perawatan paliatif khusus seperti menyediakan

perawatan yang berpusat pada keluarga, mengurangi rasa nyeri atau

ketidaknyamanan selama tindakan pengobatan, meningkatkan kualitas hidup

pasien kanker dan keluarga, serta menyediakan perawatan yang cukup dan

membantu dalam proses berkabung ketika penderita meninggal.

Penelitian Ewing (2009) menyatakan perawat melihat pasien kanker

sebagai bagian dari unit keluarga dan melibatkan keluarga dalam perencanaan dan

pemberian perawatan. Penelitian ini di dukung Brook dan Hain (2008) yang

menyatakan perawat harus bekerjasama dengan keluarga, mendengarkan setiap

keluhan-keluhan dari keluarga, menjawab pertanyaan-pertanyaan dan membantu

keluarga dalam membuat suatu keputusan.

Penelitian Rushton (2005) menyatakan bahwa dalam memberikan

perawatan paliatif perawat menghadapi perasaan emosional termasuk rasa sakit,

stres dan kelelahan ketika merawat pasien kanker yang sekarat. Perawat perlu

mengembangkan kompetensi dan keyakinan dalam memberikan perawatan

paliatif dan perawat juga perlu untuk mengelola serta mampu mengatasi

kesedihan untuk keberhasilan perawatan pasien (Rushton et al., 2006).

Penelitian Brunelli dan Mulligan (2004) menyatakan bahwa proses

kesedihan bagi perawat berbeda dengan kesedihan dengan anggota keluarga.

Ketika mengalami kesedihan perawat menemukan diri mereka dalam peran yang

saling bertentangan. Pada satu sisi mereka adalah orang-orang yang harus tetap

kuat dalam memberikan dukungan, pada sisi lain mereka juga terpengaruh oleh

hilangnya seseorang yang pernah berhubungan erat dengannya akibatnya perawat

Universitas Sumatera Utara


6

mengadopsi mekanisme koping yang tidak efektif seperti menghindari diri dari

pengalaman yang dapat mengakibatkan perasaan emosional.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Wright dan Hogan (2008) yang

menyatakan pemimpin perawatan mengenali bahwa perawat mengalami

kesedihan ketika pasien mereka meninggal dan banyak perawat yang minimal

dalam menghadapi proses kesedihan.

Penelitian Davies et al (2008) menyatakan bahwa hambatan dalam

memberikan paliatif yaitu akses terbatas penyedia perawatan paliatif,

ketidakpastian dalam prognosis dan hasil pengobatan dan kurangnya komunikasi

serta hambatan dari pemberi perawatan. Sejalan dengan penelitian di atas banyak

penelitian telah mencatat bahawa kurangnya pendidikan dan pelatihan

keterampilan adalah penghalang untuk perawatan paliatif (Ogle et al., 2003).

Perawatan paliatif di wilayah Sumatera Utara tepatnya di kota Medan

masih sangat terbatas. Dari 40 rumah sakit yang terdapat di kota medan, peneliti

mendapat 2 rumah sakit yang menyediakan perawatan paliatif yaitu Rumah sakit

Adam Malik dan rumah sakit Murni Teguh. Kedua rumah sakit umum tersebut

peneliti melakukan wawancara kepada perawat dari masing-masing rumah sakit,

dan peneliti menemukan perbedaan dalam melaksanakan perawatan paliatif.

Rumah sakit Adam Malik melaksanakan perawatan paliatif khusus untuk

penderita TB paru tetapi rumah sakit Murni Teguh melaksanakan perawatan

paliatif khusus untuk penderita kanker. Berdasarkan latar belakang diatas maka

peneliti merasa perlu untuk meneliti pengalaman perawat dalam memberikan

perawatan paliatif pada pasien kanker di rumah sakit Murni Teguh kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


7

2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif

pada pasien kanker?

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan perawatan

paliatif pada pasien kanker.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi praktik keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh nantinya dapat dijadikan sumber pengetahuan

dan strategi bagi tenaga pelayanan khususnya bagi perawat dalam menerapkan

perawatan paliatif pada pasien kanker.

4.2 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pendidikan

keperawatan tentang gambaran praktek rumah sakit. Sehingga dapat menjadi

motivasi dan sumber pengetahuan bagi mahasiswa dalam menerapkan perawatan

paliatif pada pasien kanker.

4.3 Bagi penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan

yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan selanjutnya dalam

menerapkan perawatan paliatif pada pasien kanker.

Universitas Sumatera Utara


8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kanker

1.1 Pengertian

Kanker adalah proses penyakit yang dimulai ketika sel abnormal diubah

oleh mutasi genetik dari DNA selular. Sel yang abnormal membentuk suatu

kumpulan dan mulai berkembang biak secara abnormal, mengabaikan sinyal yang

mengatur pertumbuhan di lingkungan sekitar sel. Sel-sel yang abnormal ini dapat

menyebar ke jaringan lain dan mendapatkan akses ke getah bening dan pembuluh

darah sehingga sel-sel ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya (Hinkle &

Cheever, 2013).

Kanker merupakan suatu penyakit dimana sekelompok sel-sel yang

abnormal tumbuh tidak terkendali dengan mengabaikan sinyal normal untuk

pembelahan sel. Sel-sel normal terus mengikuti sinyal yang menentukan apakah

sel harus membagi, berdiferensiasi menjadi sel lain atau mati. Sel-sel kanker

mengembangkan tingkat otonomi dari sinyal-sinyal ini, sehingga pertumbuhan

tidak terkontrol bahkan sampai menyebar ke organ lain (Hejmadi, 2010).

1.2 Penyebab

Menurut Hinkle dan Cheever (2013) akan diuraikan penyebab terjadinya

penyakit kanker, yaitu :

1.2.1 Virus dan bakteri

Virus sebagai penyebab kanker pada manusia sulit untuk menentukannya

karena virus sulit untuk mengisolasi. Virus diperkirakan menggabungkan diri

Universitas Sumatera Utara


9

dalam struktur genetik sel, sehingga mengubah generasi sel yang mungkin

mengarah ke kanker. Sebagai contoh, virus Epstein-Barr sangat dicuragai sebagai

penyebab limfoma burkitt, kanker nasofaring, dan limfoma non-hodgkin. Herpes

simplex virus type II, cytomegalovirus, dan papilloma virus tipe 16, 18, 31 dan 33

yang berhubungan dengan dysplasia dan kanker serviks. Virus hepatitis B yang

terlibat dengan kanker hati, lymphotropic T-sel virus dapat menjadi penyebab

beberapa leukemia limfositik dan limfoma. Bakteri helicobacter pylori telah

dikaitkan dengan peningkatan insiden keganasan peradangan dan cedera pada

lambung.

1.2.2 Faktor fisik

Faktor fisik yang terkait dengan karsinogenesis meliputi paparan sinar

matahari atau radiasi, iritasi kronis atau peradangan, dan penggunaan tembakau.

Paparan berlebihan terhadap sinar ultraviolet dari matahari, terutama pada

seseorang berkulit putih, atau bermata hijau dan biru, meningkatkan risiko kanker

kulit. Faktor-faktor seperti gaya pakaian tanpa lengan atau menggunakan celana

pendek, pengunaan tabir surya, pekerjaaan, kebiasaan rekresi, lingkungan

termasuk kelembaban, ketinggian, semua turut berperan dalam jumlah paparan

sinar ultraviolet. Terapi radiasi yang digunakan dalam pengobatan penyakit atau

paparan bahan radioaktif di tempat produksi senjata nuklir atau tenaga nuklir

dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi dari leukemia, kanker paru-paru,

tulang, payudara, tiroid dan jaringan lain.

Universitas Sumatera Utara


10

1.2.3 Faktor kimia

Sekitar 75% dari semua kanker yang diduga berhubungan dengan

lingkungan. Asap tembakau dianggap sebagai karsinogen kimia yang paling

mematikan, menyumbang setidaknya 30% dari kematian akibat kanker. Merokok

sangat terkait dengan kanker paru-paru, kepala dan leher, kerongkongan,

pankreas, leher rahim, dan kandung kemih. Tembakau juga dapat bertindak

sinergis dengan zat lain, seperti alkohol, uranium, dan virus. Banyak zat kimia

yang ditemukan di tempat kerja telah terbukti karsinogen dan co-karsinogen.

Daftar luas diduga zat kimia terus berkembang dan mencakup pewarna anilin,

pestisida, formadehydes, arsenik, ter, cadmium, benzena, dan polyvinyl chloride.

Kebanyakan bahan kimia berbahaya menghasilkan efek beracun dengan

mengubah struktur DNA di dalam tubuh yang jauh dari paparan bahan kimia.

Organ yang paling sering terkena adalah hati, paru-paru dan ginjal dikarenakan

peran organ tersebut dalam detoksifikasi kimia.

1.2.4 Faktor genetik

Hampir setiap jenis kanker telah terbukti terjadi dalam keluarga. Ini karena

genetika, lingkungan bersama, dan budaya atau faktor gaya hidup. Faktor genetik

memainkan peran dalam pembangunan sel kanker. Pola kromosom yang abnormal

dan kanker dikaitkan dengan memiliki kromosom ekstra, terlalu sedikit

kromosom, atau translokasi kromosom. Kanker tertentu dengan mendasari

kelainan genetik termasuk limfoma Burkitt, leukemia myelogenous kronis,

meningioma, leukemia akut, retinoblastoma, Wilms tumor, dan kanker kulit ganas

termasuk melanoma. Sekitar 5% sampai 10% dari kanker dewasa dan kanak-

Universitas Sumatera Utara


11

kanak menampilkan kecenderungan pada keluarga. Pada kanker dengan

predisposisi keluarga, individu dapat mengembangkan beberapa kanker secara

umum, dua atau lebih kerabat tingkat pertama berbagi jenis kanker yang sama.

Kanker yang berhubungan dengan warisan keluarga termasuk retinoblastoma,

nephroblastoma, pheochromocytoma, neurofibromatosis ganas, payudara,

ovarium, kanker endometrium, kolorektal, lambung, prostat, dan paru-paru.

1.2.5 Faktor makanan

Faktor makanan berperan sebagai penyebab kejadian kanker. Zat makanan

bisa proaktif, karsinogenik, atau co-karsinogenik. Risiko kanker meningkat

dengan mengkonsumsi secara jangka panjang karsinogen atau co-karsinogen atau

tidak adanya kronis zat proaktif dalam makanan. Zat makanan yang terkait dapat

meningkatkan risiko kanker termasuk lemak, alkohol, daging asap, makanan yang

mengandung nitrat dan nitrit, dan asupan makanan kalori tinggi. Zat makanan

yang dapat mengurangi risiko kanker termasuk makanan yang tinggi serat,

sayuran seperti kubis, brokoli, kembang kol, makanan yang mengandung

karotenoid seperti wortel, tomat, dan bayam, makanan yang mengandung vitamin

E , C, seng, dan selenium. Obesitas dikaitkan dengan kanker endometrium dan

kemungkinan kanker payudara pascamenopause. Obesitas juga dapat

meningkatkan risiko untuk kanker usus besar, ginjal, dan kandung empedu.

1.2.6 Faktor hormonal

Pertumbuhan tumor dapat disebabkan oleh gangguan pada hormon

penyeimbang, produksi hormon tubuh secara endogen atau dengan pemberian

hormon eksogen. Kanker payudara, prostat, dan rahim diperkirakan tergantung

Universitas Sumatera Utara


12

pada kadar pertumbuhan hormon endogen. Dietilstilbestrol (DES) telah lama

dikenal sebagai penyebab karsinoma vagina. Terapi penggantian estrogen yang

berkepanjangan terkait dengan peningkatan kejadian hepatoseluler, endometrium,

dan kanker payudara. Kombinasi estrogen dan progesteron muncul paling aman

dalam menurunkan risiko endometrium kanker. Perubahan hormon reproduksi

juga terkait dengan kejadian kanker.

1.3 Tanda dan gejala

Menurut American Cancer Society (2013) tanda dan gejala penyakit

kanker, yaitu :

1.3.1 Demam

Demam adalah kejadian yang sangat umum dengan kanker, tetapi lebih

sering terjadi setelah kanker telah menyebar dari tempat dimana ia dimulai.

Hampir semua pasien dengan kanker akan mengalami demam pada beberapa

waktu, terutama jika kanker atau pengobatannya mempengaruhi sistem kekebalan

tubuh. Hal ini dapat membuat lebih sulit bagi tubuh untuk melawan infeksi. Paling

sering, demam mungkin merupakan tanda awal kanker, seperti kanker darah

seperti leukemia atau limfoma.

1.3.2 Kelelahan

Kelelahan yang terjadi tidak dapat segera pulih hanya dengan istirahat. Ini

merupakan gejala penting karena pertumbuhan kanker. Hal ini terjadi lebih awal

dalam beberapa kanker seperti leukemia. Beberapa kanker kolon atau lambung

dapat menyebabkan kehilangan darah. Hal ini merupakan cara kanker untuk dapat

menyebabkan kelelahan.

Universitas Sumatera Utara


13

1.3.3 Nyeri

Nyeri merupakan gejala awal beberapa kanker seperti kanker tulang atau

kanker testis. Sakit kepala yang tidak hilang atau menjadi lebih baik dengan

pengobata merupakan gejala dari tumor otak. Nyeri punggung dapat merupakan

gejala dari kanker usus besar, rektum, atau ovarium. Paling sering nyeri akibat

kanker berarti telah menyebar atau bermetastasis dari mana kanker dimulai.

1.3.4 Perubahan kulit

Seiring dengan kanker kulit, beberapa kanker lainnya dapat menyebabkan

perubahan kulit yang dapat dilihat. Tanda-tanda dan gejala termasuk: kulit yang

tampak gelap (hiperpigmentasi), kulit dan mata berwarna kekuningan (jaundice),

kulit kemerahan (eritema), gatal (pruritus), dan pertumbuhan rambut yang

berlebihan.

1.3.5 Perubahan pola buang air besar atau fungsi kandung kemih

Sembelit jangka panjang, diare, atau perubahan ukuran tinja mungkin

merupakan tanda dari kanker usus besar. Nyeri saat buang air kecil, darah dalam

urin, atau perubahan fungsi kandung kemih, seperti perlu buang air lebih sering

dari biasanya dapat dikaitkan dengan kandung kemih atau kanker prostat.

1.3.6 Luka yang tidak kunjung sembuh

Kanker kulit dapat berdarah dan terlihat seperti luka yang tidak kunjung

sembuh. Sebuah luka yang tidak kunjug sembuh di mulut bisa menjadi kanker

mulut. Hal ini harus ditangani dengan segera, terutama pada orang yang merokok,

mengunyah tembakau, atau sering minum alkohol. Luka pada penis atau vagina

dapat berupa tanda-tanda infeksi atau kanker dini.

Universitas Sumatera Utara


14

1.3.7 Bintik-bintik putih di lidah dan mulut

Bercak putih di dalam mulut dan bintik-bintik putih di lidah mungkin

leukoplakia. Leukoplakia adalah daerah pra-kanker yang disebabkan oleh sering

iritasi. Hal ini sering disebabkan oleh merokok atau penggunaan tembakau

lainnya. Orang yang merokok pipa atau menggunakan tembakau beresiko tinggi

untuk leukoplakia. Jika tidak diobati, leukoplakia bisa menjadi kanker mulut.

1.3.8 Perdarahan

Perdarahan yang tidak biasa bisa terjadi pada kanker dini atau lanjut.

Batuk darah di sputum merupakan tanda dari kanker paru-paru. Darah dalam tinja

yang dapat terlihat seperti tinja sangat gelap atau hitam bisa menjadi tanda dari

usus besar atau kanker rektum. Kanker serviks atau endometrium dapat

menyebabkan perdarahan vagina abnormal. Darah dalam urin merupakan tanda

dari kandung kemih atau kanker ginjal. Darah yang keluar dari puting tanda

kanker payudara.

1.3.9 Benjolan

Banyak kanker dapat dirasakan melalui kulit. Kanker ini kebanyakan

terjadi pada payudara, testis, kelenjar getah bening (kelenjar), dan jaringan lunak

tubuh. Sebuah benjolan atau penebalan merupakan tanda awal atau akhir dari

kanker. Kanker payudara muncul dengan kulit merah atau menebal serta adanya

tonjolan.

1.4 Pencegahan kanker

Beberapa tahun terakhir ahli medis maupun para peneliti telah

menempatkan penekanan yang lebih besar pada pencegahan primer dan sekunder.

Universitas Sumatera Utara


15

Pencegahan primer bersangkutan dengan mengurangi risiko kanker pada orang

sehat sedangkan pencegahan sekunder melibatkan deteksi dan skrining untuk

mencapai diagnosis dini dan intervensi yang cepat untuk menghentikan proses

kanker (Hinkle & Cheever, 2013). Beberapa hal yang dapat mencegah kanker,

yaitu :

1.4.1 Pencegahan primer

Dengan mengakui sisi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk mendidik masyarakat tentang risiko kanker, perawat di semua bidang

memainkan peran kunci dalam pencegahan kanker. Membantu pasien untuk

menghindari karsinogen diketahui adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko

kanker. Cara lain yaitu dengan melibatkan perubahan gaya hidup dimana

penelitian menunjukkan perubahan pengaruh pada risiko kanker. Beberapa uji

klinis telah dilakukan untuk mengidentifikasi obat yang dapat membantu untuk

mengurangi kejadian tertentu jenis kanker. Sebuah studi pencegahan kanker

payudara didukung oleh National Cancer Institute telah dilakukan di beberapa

pusat kesehatan di seluruh negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat

tamoxifen dapat mengurangi kejadian kanker payudara sebesar 49% pada wanita

pascamenopause diidentifikasi sebagai berisiko tinggi untuk kanker payudara.

Perawat dapat menggunakan konseling serta keterampilan mereka untuk

mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam program pencegahan kanker dan

untuk mempromosikan gaya hidup sehat (Hinkle & Cheever, 2013).

Universitas Sumatera Utara


16

1.4.2 Pencegahan sekunder

Pemahaman berkembang tentang peran genetika dalam pembangunan sel

kanker telah memberikan kontribusi terhadap upaya pencegahan dan pemeriksaan.

Individu yang mewarisi mutasi genetik tertentu memiliki peningkatan kerentanan

terhadap kanker. Sebagai contoh, individu yang memiliki keluarga adenomatosis

poliposis memiliki peningkatan risiko untuk kanker usus besar. Untuk

memberikan pendidikan individual dan rekomendasi untuk terus pengawasan dan

perawatan pada populasi berisiko tinggi, perawat perlu mengikuti perkembangan

berkelanjutan di bidang genetika dan kanker. Banyak pusat kanker seluruh negeri

yang menawarkan evaluasi risiko kanker, program yang inovatif dalam

menyediakan skrining dan tindak lanjut untuk individu yang ditemukan berada

pada risiko tinggi untuk kanker.

Kesadaran masyarakat tentang perilaku untuk meningkatkan kesehatan

dapat ditingkatkan dalam berbagai cara yaitu dengan pendidikan kesehatan dan

program pemeliharaan kesehatan yang disponsori oleh organisasi masyarakat.

Meskipun program pencegahan primer dapat fokus pada bahaya penggunaan

tembakau atau pentingnya gizi sedangkan program pencegahan sekunder dapat

mempromosikan pemeriksaan payudara serta pemeriksaan dini. Banyak organisasi

melakukan kegiatan skrining kanker yang berfokus pada kanker dengan tingkat

insiden tertinggi atau mereka yang telah meningkatkan kelangsungan hidup jika

didiagnosis dini, seperti payudara atau kanker prostat (Hinkle & Cheever, 2013).

Universitas Sumatera Utara


17

1.5 Penatalaksanaan

Pilihan pengobatan yang ditawarkan untuk pasien kanker harus didasarkan

pada tujuan yang realistis dan dapat dicapai untuk setiap jenis kanker tertentu.

Berbagai tujuan pengobatan yang mungkin yaitu mencakup penyembuhan,

memperpanjang kelangsungan hidup, penahanan pertumbuhan sel kanker, atau

menghilangkan gejala terkait dengan penyakit. Menurut Hinkle dan Cheever

(2013) penatalaksanan penyakit kanker, meliputi :

1.5.1 Pembedahan

Operasi pengangkatan seluruh kanker merupakan pilihan yang ideal dan

paling sering digunakan sebagai metode pengobatan. Pendekatan bedah tertentu,

mungkin berbeda untuk beberapa alasan. Operasi diagnostik adalah metode

definitif untuk mengidentifikasi karakteristik seluler yang mempengaruhi semua

keputusan pengobatan. Pembedahan merupakan metode primer dalam

pengobatan, atau mungkin profilaksis, paliatif, atau rekonstruktif.

1.5.2 Terapi radiasi

Dalam terapi radiasi, radiasi pengion digunakan untuk mengganggu

pertumbuhan sel. Lebih dari setengah pasien kanker menerima bentuk terapi

radiasi di beberapa titik selama pengobatan. Radiasi dapat digunakan untuk

mengobati kanker, seperti pada penyakit Hodgkin, testis seminoma, karsinoma

tiroid, kanker lokal dari kepala dan leher, dan kanker serviks. Terapi radiasi juga

dapat digunakan untuk mengontrol penyakit ganas ketika tumor tidak dapat

diangkat melalui pembedahan atau ketika metastasis nodal lokal ini, atau dapat

digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah infiltrasi leukemia ke otak atau

Universitas Sumatera Utara


18

sumsum tulang belakang. Terapi radiasi paliatif digunakan untuk meringankan

gejala penyakit metastatik, terutama ketika kanker telah menyebar ke otak, tulang,

atau jaringan lunak, atau untuk mengobati keadaan darurat onkologi, seperti

superior vena cava syndrome atau kompresi sumsum tulang belakang.

Dua jenis pengion sinar radiasi elektromagnetik (sinar-x dan sinar gamma)

dan partikel (elektron partikel beta, proton, neutron, dan partikel alpha), dapat

menyebabkan gangguan jaringan. Kebanyakan gangguan jaringan berbahaya

adalah perubahan molekul DNA dalam sel-sel dari jaringan. Radiasi pengion

heliks DNA, menyebabkan kematian sel. Radiasi pengion juga dapat mengionisasi

konstituen cairan tubuh, terutama air, yang mengarah pada pembentukan radikal

bebas dan ireversibel merusak DNA. Jika DNA tidak mampu memperbaiki, sel

akan mati segera atau mungkin memulai membunuh sel (apoptosis).

1.5.3 Kemoterapi

Pada kemoterapi, agen antineoplastik digunakan dalam upaya untuk

menghancurkan sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi sel dan reproduksi.

Kemoterapi digunakan terutama untuk mengobati sistemik penyakit daripada lesi

yang lokal dan untuk operasi atau radiasi. Kemoterapi dapat dikombinasikan

dengan operasi atau terapi radiasi, atau keduanya, untuk mengurangi ukuran

tumor sebelum operasi, untuk menghancurkan sel-sel tumor yang tersisa pasca

operasi, atau untuk mengobati beberapa bentuk leukemia. Tujuan dari kemoterapi

penyembuhan, kontrol, dan paliatif harus realistis karena mereka akan

menentukan obat yang akan digunakan dan agresivitas rencana pengobatan. Sel

membunuh dan siklus sel setiap kali tumor terkena agen kemoterapi, persentase

Universitas Sumatera Utara


19

sel tumor 20% sampai 99%, tergantung pada dosis hancur. Dosis berulang

kemoterapi diperlukan lebih dari satu waktu lama untuk mencapai regresi tumor.

Pemberantasan 100% dari tumor hampir mustahil, tapi tujuan pengobatan adalah

untuk memberantas tumor sehingga sel tumor yang tersisa dapat dihancurkan oleh

sistem kekebalan tubuh.

1.5.4 Transplantasi sumsum tulang

Meskipun operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi telah meningkatkan

kelangsungan hidup untuk pasien kanker, banyak kanker yang awalnya

mengalami kekambuhan. Hal ini berlaku dari kanker hematologi yang

mempengaruhi sumsum tulang dan tumor padat kanker diobati dengan dosis yang

lebih rendah dari antineoplastics untuk mengampuni sumsum tulang dari yang

lebih besar, dosis ablatif kemoterapi atau terapi radiasi. Peran transplantasi

sumsum tulang (BMT) untuk keganasan serta beberapa penyakit non ganas terus

berkembang. Proses untuk memperoleh sel donor telah berkembang selama

beberapa tahun. Sel donor dapat diperoleh dari jaringan sumsum tulang di bawah

anestesi umum di ruang operasi.

Sebuah metode baru, yang disebut sebagai transplantasi sel induk darah

perifer (PBSCT), sudah digunakan secara luas. Metode pengumpulan

menggunakan apheresis dari donor untuk mengumpulkan sel yang akan reinfusi.

Hal ini dianggap lebih aman dan lebih efektif. Alogenik BMT digunakan terutama

untuk penyakit sumsum tulang, tergantung pada ketersediaan leukosit dan antigen

yang cocok untuk donor. Keuntungan untuk alogenik BMT adalah bahwa

transplantasi sel-sel tidak harus toleran terhadap keganasan dan immunologi

Universitas Sumatera Utara


20

pasien. Penerima harus menjalani dosis ablatif dari kemoterapi dan mungkin

jumlah iradiasi tubuh untuk menghancurkan semua yang ada. Donor dipanen

kemudian sumsum diinfuskan secara intravena ke penerima dan perjalanan ke

situs dalam tubuh di mana ia menghasilkan sumsum tulang dan menetapkan

sendiri. Ini pembentukan sumsum tulang baru yang dikenal sebagai engraftment.

Setelah engraftment selesai 2 sampai 4 minggu, sumsum tulang baru menjadi

fungsional dan mulai memproduksi sel-sel darah merah, leukosit, dan trombosit.

1.5.5 Terapi gen

Kemajuan teknologi dan informasi yang diperoleh melalui penelitian

genetika telah membantu peneliti dan dokter dalam memprediksi, mendiagnosis,

dan mengobati kanker. Terapi gen termasuk pendekatan yang memperbaiki cacat

genetik atau memanipulasi gen untuk menginduksi kerusakan sel tumor dengan

harapan mencegah atau memerangi penyakit. Sel somatik yaitu sel yang tidak

terkandung dalam embrio atau dijadikan untuk menjadi terapi gen pada sel telur

atau sperma. Jenis terapi melibatkan penyisipan dari gen diinginkan ke dalam sel

target. Meskipun terapi gen saat diteliti, peneliti memprediksi itu akan memiliki

dampak besar pada perawatan medis dan kesehatan di abad ke-21. Lebih dari 100

uji klinis untuk terapi gen dalam mengobati kanker telah dimulai. Contoh dari

salah satu percobaan tersebut melibatkan memasukkan gen supresor tumor p53

dalam sel-sel kanker. Biasanya gen ini bertanggung jawab untuk memperbaiki

yang rusak sel atau menyebabkan kematian sel ketika sel tidak dapat diperbaiki.

Banyak jenis sel kanker telah bermutasi gen p53 yang kemudian mengarah

pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Penyisipan gen p53 yang normal dapat

Universitas Sumatera Utara


21

menyebabkan baik kematian sel kanker atau memperlambat pertumbuhan tumor.

Pendekatan ini telah diuji pada kanker paru-paru, kepala dan leher, dan kanker

usus besar.

2. Perawatan Paliatif

2.1 Pengertian

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien yang memiliki penyakit serius atau yang

mengancam jiwa, seperti kanker. Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk

mencapai kualitas hidup yang baik bagi seseorang yang memiliki hambatan untuk

terus hidup akibat suatu penyakit dan memberikan dukungan bagi keluarga

(National Cancer Institute, 2010).

World Health Organization (2010) menyatakan bahwa perawatan paliatif

merupakan perawatan total secara aktif bagi tubuh, pikiran, dan jiwa serta

melibatkan pemberian dukungan kepada keluarga. Hal ini dimulai ketika penyakit

didiagnosis dan terlepas dari pasien menerima atau tidak menerima pengobatan

yang diarahkan pada penyakit.

Menurut Becker, (2009) perawatan paliatif merupakan perawatan yang aktif

dan holistik dan diberikan sejalan dengan kemajuan penyakit. Perawatan paliatif

diberikan dari awal penyakit didiagnosis, menjalani pengobatan, serta kematian

dan proses berkabung. Perawatan paliatif mencakup bagaimana memanajemen

gejala dan nyeri, memberikan dukungan sosial dan spiritual.

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang dicapai dengan efektif

dengan mengelola rasa sakit dan hal lainnya yang membuat tidak nyaman seperti

Universitas Sumatera Utara


22

kelelahan, dyspnea, mual, muntah, gelisah, sembelit, anoreksia, depresi,

kebingungan, serta menyediakan psikologis dan perawatan spiritual dari awal di

diagnosis dan terus sepanjang seluruh program pengobatan dalam kehidupan

pasien. Perawatan paliatif tidak berfokus untuk menunda kematian tetapi berusaha

untuk membimbing dan membantu pasien serta keluarga dalam membuat

keputusan yang dapat memaksimalkan kualitas hidup mereka (Palliative Care

Australia, 2014).

2.2 Prinsip Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif harus tersedia bagi semua orang terlepas dari penyakit

mereka. Penyediaan pelayanan harus memiliki fokus tim multidisiplin dan

memastikan kesinambungan perawatan bagi pasien dan keluarga. Becker (2009)

menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar dalam memberikan perawatan paliatif

meliputi :

2.2.1 Menghormati dan menghargai pasien serta keluarga.

Dalam memberikan perawatan paliatif, perawat harus menghargai dan

menghormati keinginan pasien dan keluarga. Berkonsultasi dengan keluarga

mengenai rencana perawatan harus menghormati pasien yang sedang sakit

dimulai dari awal diagnosa sampai pada tahap pengobatan. Sesuai dengan prinsip

menghormati, informasi tentang perawatan paliatif harus tersedia dan keluarga

dapat memilih untuk memulai rujukan untuk program perawatan paliatif.

Kebutuhan keluarga juga harus diperhatikan baik selama sakit dan setelah

kematian pasien untuk mempersiapkan kemampuannya dalam menghadapi

cobaan hidup.

Universitas Sumatera Utara


23

2.2.2 Kesempatan atau hak untuk mendapatkan kepuasan dan perawatan

paliatif yang pantas.

Petugas kesehatan harus memberikan kesempatan kepada terapi untuk

mengurangi rasa sakit dan gejala fisik lainnya, sehingga memungkinkan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien. Terapi tersebut mencakup pendidikan,

konseling keluarga, dukungan teman sebaya, terapi musik, dukungan spiritual

untuk keluarga dan serta perawatan menjelang kematian.

2.2.3 Mendukung pemberi perawatan (caregiver)

Pelayanan perawatan yang profesional harus didukung oleh tim perawatan

paliatif, rekan kerja dan institusi untuk penanganan proses berduka dan kematian.

Dukungan dari institusi seperti konseling rutin dengan ahli psikologi.

2.2.4 Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif.

Peraturan, keuangan, dan pengetahuan sering menjadi hambatan keluarga

untuk mendapatkan kesempatan untuk layanan perawatan paliatif. Pendidikan

tenaga profesional dan masyarakat dapat mendorong kesadaran perlunya nilai dan

perawatan paliatif sehingga hal ini diupayakan untuk mengatasi hambatan dalam

memberikan perawatan paliatif. Penyuluhan kepada masyarakat tentang kesadaran

akan kebutuhan perawatan dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk

mempersiapkan serta memperbaiki hambatan secara ekonomi.

2.2.5 Pengembangan perawatan paliatif melalui penelitian dan pendidikan.

Penelitian klinis mengenai efektivitas dan manfaat dari intervensi

perawatan paliatif dan model penyediaan layanan harus dipromosikan. Selain itu,

Universitas Sumatera Utara


24

informasi tentang perawatan paliatif yang sudah tersedia harus efektif disebarkan

dan dimasukkan ke dalam pendidikan dan praktek klinis.

2.3 Tim perawatan paliatif

Tim perawatan paliatif merupakan kolaborasi multidisiplin dan biasanya

mencakup seorang dokter dan perawatan senior bersama dengan satu atau lebih

pekerja sosial dan ahli agama, sebagai tambahan tim tersebut dibantu teman

sejawat dari gizi dan rehabilitasi, seperti fisioterapis atau petugas terapi okupasi

dan terapis pernafasan (Campbell, 2013).

Karena tidak ada satu orang dapat memberikan semua yang diperlukan

dalam memberikan dukungan bagi pasien dan keluarga, perawatan paliatif adalah

perawatan yang terbaik dengan menggunakan pendekatan multidisipliner. Tim

perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat, pekerja sosial beserta dengan

apoteker, ahli gizi, pendeta, dan profesional medis lainnya. Anggota tim paliatif

juga mencakup pasien dan atau pengasuh keluarganya. Tim perawatan paliatif

bekerjasama dengan pengasuh keluarga, dokter yang biasa menangani anggota

keluarga, dan orang lain yang terlibat dalam perawatan pasien (Center to Advance

Palliative Care, 2013).

Menurut Pamela (2005) fokus dari tim perawatan paliatif adalah dukungan

tim, perawatan berkualitas, dan memastikan kesinambungan perawatan untuk

pasien dan keluarga dari rumah sakit ke rawat jalan, dan kunjungan rumah. Dalam

memberikan perawatan paliatif, tim paliatif memiliki standar yaitu harus

mencakup mekanisme untuk memastikan transisi yang baik dalam masa

perawatan pasien, menyediakan minimal satu orang yang konsisten dalam

Universitas Sumatera Utara


25

mengasuh pasien, menyediakan tenaga kesehatan yang ahli dan menyediakan

perawatan paliatif 24 jam sehari atau 365 hari dalam setahun (American Academy

of Pediatric, 2000).

Pendekatan 24 jam dalam 7 hari untuk perawatan pasien dengan

kebutuhan perawatan paliatif dihargai oleh keluarga, keluarga merasa lebih

menjalin hubungan yang erat dengan para tenaga profesional sehingga lebih

mudah untuk berbicara mengenai hal-hal yang sulit (Maynard & Lynn, 2014).

2.4 Tempat perawatan paliatif

Menurut Hockenberry, Wilson, & Wong (2013) pasien dengan penyakit

kronis progresif awalnya menerima layanan perawatan paliatif sebagai koordinasi

pelayanan antara pasien rawat jalan dan dokter yang diberikan oleh lembaga

masyarakat di rumah. Keadaan lokasi perawatan penyakit penting untuk

memfokuskan pada intervensi yang membahas semua aspek pasien dan

kenyamanan keluarga. Hal ini memerlukan perhatian untuk kenyamanan fisik

pasien dan kebutuhan sosial, emosional dan spiritual pasien serta keluarga.

Berdasarkan hasil keputusan oleh pasien dan keluarga mengenai keinginan untuk

perawatan, ada beberapa pilihan untuk tempat perawatan yang dapat dipilih

keluarga, meliputi :

2.4.1 Dirumah sakit

Keluarga dapat memilih untuk tetap berada di rumah sakit untuk

menerima perawatan jika pasien sakit atau kondisi pasien tidak stabil. Perawatan

di rumah bukanlah suatu pilihan jika kondisi pasien dalam keadaan sakit dan

memerlukan pengawasan yang ketat. Jika sebuah keluarga memilih untuk tetap

Universitas Sumatera Utara


26

berada di rumah sakit untuk perawatan terminal pada pasien maka pengaturan

kamar harus dibuat seperti keadaan di rumah. Selain itu, dalam memberikan

perawatan harus ada rencana yang konsisten dan terkoordinasi dengan melibatkan

keluarga.

2.4.2 Dirumah

Beberapa keluarga dapat memilih untuk membawa anggota keluarga

mereka ke rumah dengan menerima jasa perawatan di rumah. Umumnya layanan

ini memerlukan jadwal kunjungan perawatan untuk memberikan pengobatan,

peralatan yang dibutuhkan, atau persediaan obat-obatan. Perawatan di rumah

adalah pilihan yang paling sering dipilih oleh keluarga karena pandangan

tradisional yang mengharuskan penderita kanker yang memiliki harapan hidup

kurang dari 6 bulan maka harus dirawat dekat dengan keluarga.

2.4.3 Di Hospice care

Hospice care merupakan pelayanan kesehatan yang mengkhususkan diri

dalam kasus kematian pasien dengan menggabungkan filosofi hospice care

dengan prinsip-prinsip perawatan paliatif. Filosofi hospice care menganggap

kematian sebagai proses yang alami dan perawatan pasien yang sekarat termasuk

pengelolaan kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual penderita kanker serta

keluarga. Layanan di hospice care menyediakan home visit dan kunjungan dari

pekerja sosial, pemuka agama, dan dokter. Obat-obatan, peralatan medis dan

apapun yang diperlukan semua sudah dikoordinasikan oleh organisasi rumah sakit

pemberi perawatan.

Universitas Sumatera Utara


27

2.4 Peran perawat

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan untuk

keluarga di seluruh penyakit penderita kanker, mengelola gejala (Mackenzie &

Mac Callam, 2009), menyediakan perawatan yang cukup dan membantu dalam

proses berkabung saat pasien meninggal (Davies, 2003). Menurut Matzo &

Sherman (2014) peran perawat paliatif meliputi :

2.5.1 Praktik di klinik

Perawat memiliki kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi nyeri

beserta keluhan dari nyeri yang dialami pasien. Perawat dapat berkolaborasi

dengan tim profesional lainnya dalam mengembangkan dan menerapkan

perencanaan perawatan yang komprenhensif. Perawat mengidentifikasi

pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan dikembangkan sesuai dengan standar

rumah sakit sehingga dapat dipraktekkan sesuai dengan aturan di rumah sakit.

2.5.2 Pendidik

Perawat memahami filosofi yang komplek, etik dan diskusi dalam

membantu pasien dan keluarga di dalam penatalaksanaan pasien di klinik

sehingga semua tim perawatan dapat mencapai hasil yang baik. Perawat

menunjukkan dasar keilmuannya yang meliputi mengatasi nyeri nueropatik,

potensi jika terjadi konflik peran dengan profesi lainnya, mengatasi rasa beduka

dan kehilangan. Perawat pendidik serta tim perawatan lainnya seperti farmasi,

sesuai dengan pedoman dari tim perawatan paliatif maka memberikan perawatan

yang khusus dalam mengunakan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri

neuropati yang sulit diatasi.

Universitas Sumatera Utara


28

2.5.3 Peneliti

Perawat menghasilkan pengetahuan dari hasil sebuah penelitian dan

terbukti dalam praktek. Perawat menyelidiki dengan strategi penelitian terpadu

dalam pelayan paliatif misalnya penggunaan obat-obatan intravena dalam

mengatasi nyeri neuropati.

2.5.4 Kolaborator

Perawat melakukan pengkajian untuk mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual

serta intervesinya. Perawat membangun hubungan kolaborasi dengan profesi

lainnya dengan mengidentifikasi sumber dan kesempatan bekerja. Perawat

memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam pelayanan, dokter dan

perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga, tim profesional dan tenaga

profesional lainnya dalam rangka mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang

terbaik.

2.5.5 Konsultan

Perawat berkonsultasi dan berkolaborasi dengan dokter, tim perawatan

paliatif, dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk

memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga. Dengan mempertahankan kehadiran

yang konsisten dengan pasien dan keluarga dan dengan tim perawatan paliatif

lainnya, perawat membantu meminimalkan konflik dalam pengambilan

keputusan.

2.3 Studi Fenomenologi

Penelitian kualitatif adalah suatu cara untuk menggali persepsi manusia

dengan berbagai fenomena pengalaman hidup manusia, sehingga penelitian

Universitas Sumatera Utara


29

kualitatif sangat relevan untuk digunakan pada bidang keilmuan (Streubert &

Carpenter, 2013). Salah satu pendekatan yang digunakan pada penelitian kualitatif

adalah pendekatan fenomenologi. Metode ini merupakan suatu pendekatan untuk

menggali makna dari gambaran pengalaman hidup seseorang (Streubert &

Carpenter, 2013).

Creswell (2012) menyatakan bahwa studi fenomenologi bertujuan untuk

mempelajari, mengembangkan atau menemukan pengetahuan dengan

menggunakan pendekatan ilmiah dalam memberikan makna atau

menginterpretasikan berdasarkan beberapa hal yang berarti bagi manusia. Selain

itu, pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami respon seluruh

manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa dan memberikan gambaran

terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami beberapa individu dalam situasi

yang dialami. Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali defenisi

atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti. Tujuan penelitian

fenomenologi sepenuhnya adalah untuk memahami arti peristiwa dan

menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Beck,

2012).

Pendekatan fenomenologi terdiri dari dua jenis yaitu fenomenologi

deskriptif dan fenomenologi interpretif (Beck, 2013). Jenis fenomenologi yang

pertama adalah fenomenologi deskriptif, dikembangkan oleh Husserl pada tahun

1962. Jenis penelitian ini menekankan pada deskripsi tentang pengalaman yang

dialami oleh manusia. Penelitian ini memiliki empat langkah, yaitu bracketing,

intuiting, analyzing, dan describing.

Universitas Sumatera Utara


30

Langkah pertama yaitu bracketing. Bracketing adalah proses

mengidentifikasi dan mengurungkan keyakinan yang terbentuk sebelumnya serta

opini yang objektif tentang fenomena yang diteliti. Bracketing adalah tidak

mencampurkan asumsi, pikiran atau opini-opini peneliti kedalam fenomena yang

diteliti (Streubert & Carpenter, 2013).

Langkah selanjutnya adalah intuiting. Intuiting yaitu memulai kontak dan

memahami fenomena yang diteliti, dengan mendengar, melihat, berimajinasi dan

peka terhadap adanya variasi fenomena. Pada tahap intuiting peneliti masuk

secara total kedalam peristiwa atau data dan mencoba memahami peristiwa

(Streubert & Carpenter, 2013).

Pada tahap berikutnya adalah analyzing. Pada tahap ini peneliti

mengindentifikasi arti atau makna dari fenomena yang telah digali atau

mengeksplor hubungan serta keterkaitan antar fenomena yang diteliti dengan

fenomena lain yang berkaitan (Streubert & Carpenter, 2013).

Langkah terakhir yaitu describing. Describing merupakan suatu upaya

mendeskripsikan, mengartikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Peneliti

membuat narasi yang luas dan mendalam tentang fenomena yang diteliti

(Streubert & Carpenter, 2013).

Proses analisis data untuk fenomenlogi deskriptif adalah Collaizi, Giorgi,

dan Van Kaam. Ketiga fenenomenologis tersebut berpedoman pada filosofi

Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah

fenomena (Beck, 2013)

Universitas Sumatera Utara


31

Jenis fenomenologi yang kedua adalah fenomenologi interpretif.

Fenomenologi interpretif dikembangkan oleh Heidegger. Jenis penelitian ini

menekankan pada pemahaman dan penafsiran, tidak sekedar deskripsi

pengalaman manusia. Penelitian interpretif bertujuan untuk menemukan

pemahaman dari makna pengalaman hidup dengan cara masuk ke dalam dunia

partisipan (Beck, 2013).

Fenomenologis yang berpedoman pada fenomenologi interpretif adalah

Van Manen. Van Manen menekankan bahwa pendekatan fenomenologi tidak

terpisah dari praktik menulis. Penulis hasil analisa kualitatif merupakan suatu

upaya untuk memahami dan mengenali makna hidup dari fenomena yang diteliti

yang dituangkan dalam bentuk teks tertulis. Teks tertulis yang dibuat oleh peneliti

harus dapat mengarahkan pemahaman pembaca dalam memahami fenomena

tersebut. Van Manen juga mengatakan identifikasi tema dari deskripsi partisipan

tidak hanya diperoleh dari teks tertulis hasil transkrip wawancara, tetapi juga

diperoleh dari sumber artistik lain seperti literatur, musik, lukisan, dan seni

lainnya yang dapat menyediakan wawasan bagi peneliti dalam melakukan

interpretasi dan pencarian makna dari suatu fenomena (Beck, 2013).

Sumber data dalam studi fenomenologi berasal dari perbincangan yang

cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti

membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya

suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk

menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).

Universitas Sumatera Utara


32

Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat adalah 10 orang

atau lebih sedikit. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini akan dipilih dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hal ini, partisipan harus

memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck,

2012).

Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses

analisa data. Collaizi (1978 dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan ada tujuh

langkah yang harus dilalui untuk menganalisa data. Proses analisa data tersebut

meliputi (1) membaca transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka;

(2) meninjau setiap transkrip dan menarik peryataan yang signifikan; (3)

menguraikan makna dari setiap pernyataan yang signifikan dan memilih kata

kuncinya; (4) mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-

kelompok tema; (5) mengintegrasikan kedalam bentuk transkrip; (6)

memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

identifikasi pernyataan; (7) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada

partisipan sebagai tahap validasi akhir.

Penelitian kualitatif termasuk fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas

dan integritas dalam proses penelitiannya, sehingga perlu diperiksa bagaimana

tingkat keabsahan data pada penelitian kualitatif termasuk fenomenologi. Lincoln

dan Guba (1985 dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan bahwa untuk

memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan 4

kriteria yaitu: (1) credibility (dapat dipercaya); (2) dependability (konsisten); (3)

Universitas Sumatera Utara


33

confirmability (persetujuan relevansi); dan (4) transferability (bisa digunakan

pada konteks lain).

Credibility meliputi keyakinan terhadap kebenaran data dan

interpretasinya. Kredibilitas yang tinggi tercapai jika partisipan yakin dan

mengenali dengan benar tentang hal-hal yang diceritakannya. Tujuan prosedur ini

adalah untuk memvalidasi keakuratan hasil laporan transkrip kepada partisipan

terhadap apa yang telah diceritakan tentang pengalamannya.

Dependability merupakan suatu bentuk kestabilan data pada setiap waktu

dan kondisi. Dependability dilakukan dengan melibatkan pembimbing penelitian

atau pakar penelaahan data. Pembimbing merupakan eksternal viewer yang

berfungsi untuk memeriksa hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti.

Confirmability mengandung makna bahwa sesuatu hal dinilai secara

objektif dan netral, dimana ada beberapa orang independen yang menilai data-data

yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Prinsip confirmability dilakukan dengan

cara mendiskusikan hasil penelitian berupa tema-tema yang telah didapatkan

kepada ahli dalam penelitian ini yaitu pembimbing.

Transferability merupakan bentuk validitas eksternal yang menunjukkan

derajat ketepatan sehingga hasil penelitian dapat diterapkan pada setting dan

kelompok yang berbeda pada populasi yang sama. Seorang peneliti harus dapat

menyediakan deskripsi data dengan rinci, jelas, sistematis dan mudah dimengerti

pada laporan penelitiannya sehingga pengguna lainnya dapat mengevaluasi data

kedalam konteks yang lain.

Universitas Sumatera Utara


34

BAB 3

METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan jenis kualitatif dengan menggunakan metode

fenomenologi.Fenomenologi yaitu metode yang berfokus pada penemuan fakta

terhadap suatu fenomena sosial dan berusaha memahami tingkah laku manusia

berdasarkan perspektif partisipan (Streubert & Carpenter, 2013).Fokus dari studi

fenomenologi adalah bagaimana orang mengalami suatu pengalaman hidup dan

menginterpretasikan pengalamannya.Peneliti fenomenologi mempercayai

pengalaman hidup memberi arti pada setiap persepsi mengenai satu bagian

fenomena (Polit & Beck, 2012).

Penelitan ini menggunakan jenis fenomenologi deskriptifyang

dikemukakan oleh Husserl, dimana peneliti menggali atau mengekplorasi

langsung, menganalis serta mendeskripsikan fenomena pengalaman perawat

dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker.Fenomenologi

deskriptif berfokus untuk mengetahui gambaran suatu fenomena. Pendekatan

fenomenologi ini diharapkan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang

pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker.

2. Partisipan

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan

menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian

(Polit & Beck, 2012). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah

Universitas Sumatera Utara


35

(1)perawat yang ikut dalam tim perawatan paliatif, (2) komunikatif, dan (3)

bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan secara verbal atau dengan

menandatangani surat perjanjian penelitian.

Jumlah partisipan pada penelitian ini berjumlah sembilan

orang.Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah

tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan informasi sampai

mencapai saturasi data (Polit & Beck, 2012).Pada penelitian ini sudah terjadi

saturasi data saat partisipan kesembilan.

3. Lokasi dan waktu penelitian

3.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Murni Teguh Medan dengan

pertimbangan, rumah sakit ini merupakan tempat perawatan paliatif pada pasien

kanker dimana dalam tim perawatan paliatif salah satunya adalah perawat dan di

rumah sakit ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengalaman perawat

dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker.

3.2 Waktu penelitian

Penelitian dimulai dari April 2015 sampai dengan Juni 2015, yaitu mulai

pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan data.

4. Pertimbangan etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu

mengajukan surat permohonan kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian. Dalam penelitian

Universitas Sumatera Utara


36

ini juga dilakukan ethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan.Setelah terbina hubungan saling percaya

antara peneliti dan partisipan, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan

prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon partisipan bersedia berpartisipasi

dalam penelitian, maka partisipan dipersilahkan untuk menandatangani informed

consent.

Peneliti tidak memaksa jika partisipan menolakuntuk diwawancarai dan

menghormati hak-haknya sebagai partisipan dalampenelitian ini. Untuk menjaga

kerahasiaan identitas partisipan maka peneliti tidakmencantumkan nama dari

partisipan (anonymity). Nama partisipan dibuat denganinisial. Selanjutnya

identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality) dimana hanyainformasi

yang diperlukan saja yang akan dituliskan dan dicantumkan dalampenelitian.

5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua bagian.

Pertama merupakan Kuesioner Data Demografi,yang berisi pernyataanmengenai

data umum partisipan meliputi inisial, usia, jenis kelamin, alamat, agama,

pendidikan terakhir dan masa bekerja partisipan (lihat Lampiran 3).

Instrumen kedua merupakan panduan wawancara. Panduan wawancara ini

berisi pertanyaan yang diajukan kepada partisipan, dimana pertanyaan tersebut

dibuat sendiri oleh peneliti. Panduan wawancara ini berisi enam pertanyaan yang

diajukan seputar pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada

Universitas Sumatera Utara


37

pasien kanker (lihat Lampiran 4). Instrumen panduan wawancara ini telah

divalidasi oleh tiga dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang

pakar di bidang perawatan paliatif. Hasil dari validasi pertanyaan tersebut

didapatkan lima pertanyaan yang dibuat peneliti telah clear, credible dan relevant

dengan judul penelitian.

6. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari Dekan

Fakultas Keperawatan USU dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

kemudian peneliti meminta izin RS Murni Teguh Medan untuk melakukan

penelitian dan setelah diizinkan pihak RS Murni Teguh Medan.

Selanjutnya, peneliti mengambil data perawat yang memberikan perawatan

paliatif pada pasien kanker untuk memperoleh data calon partisipan.Peneliti

kemudian melakukan pilot study. Pilot study dilakukan dengan cara

mewawancarai seorang perawat yang memberikan perawatan paliatif pada pasien

kanker di rumah sakit Murni Teguh. Pilot study pada penelitian ini dilakukan

untuk menguji apakah peneliti sebagai instrumen sudah cukup baik dalam

melakukan wawancara dan melakukan analisa data kualitatif.

Setelah pilot study dilakukan, peneliti melakukan wawancara kepada

partisipan. Proses wawancara dimulai dengan melakukan prolonged engagement

yaitu pendekatan dengan pertemuan minimal tiga kali kepada partisipan agar

memiliki keterkaitan, saling akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga

tidak ada informasi yang disembunyikan. Prolonged engagement yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara


38

peneliti sangat singkat hanya sekitar 1 kalikepada setiap partisipan hal ini

menyebabkan kurang keterkaitan antara peneliti dengan partisipan dan partisipan

merasa kurang akrab dengan peneliti sehingga informasi yang disampaikan masih

belum diberitahukan secara lebih lengkap.

Langkah selanjutnya peneliti memperkenalkan diri serta maksud dari

penelitian kepada partisipan. Setelah partisipan bersedia untuk diwawancarai

maka partisipan diminta membaca dan mengisi lembar persetujuan dan data

demografi untuk mendapatkan data dasar kemudian peneliti melakukan

wawancara mendalam atau in-depth interview.

In-depth interview adalah salah satu cara pengumpulan data melalui

percakapan dan proses tanya jawab antara peneliti dengan partisipan yang

bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektifitas

yang dipahami oleh individu (Polit & Beck, 2012). Pada metode ini peneliti dan

partisipan bertemu secara langsung untuk mendapatkan informasi secara jelas

dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan

penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan di Rumah Sakit Murni Teguh.

Wawancara dilakukan sekitar45 menit.Pada penelitian ini semua partisipan

dilakukan wawancara dengan 1 kali pertemuan. Peneliti menggunakan panduan

wawancara yang telah dibuat untuk memandu peneliti dalam mengumpulkan

informasi. Kemudian peneliti melanjutkan mengajukan berbagai pertanyaan

dengan menggunakan teknik probing. Peneliti menggunakan alat perekamuntuk

merekam wawancara.

Universitas Sumatera Utara


39

Langkah selanjutnya adalah peneliti membuat transkrip hasil wawancara

setiap kali selesai melakukan wawancara.Penelitimengelompokan data dan

menguraikan data kedalam bentuk narasi kedalambentuk tema, sub tema dan

kategori. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan kepada sembilan

partisipan.

Kesulitan yang peneliti hadapi adalah menunggu surat ijin pengumpulan

data dari rumah sakit Murni Teguh dan sebelumnya, peneliti juga sempat salah

dalam menentukan rumah sakit tempat dilakukannya penelitian, sehingga peneliti

harus mengajukan kembali surat ijin pengumpulan data dan harus menunggu

sekitar dua minggu dari pengajuan. Hal ini lah yang membuat peneliti mengalami

kesulitan untuk memulai penelitian. Setelah surat tersebut diserahkan kepada

kepala ruangan unit perawatan paliatif, akhirnya beliau memberikan masukan

terhadap peneliti untuk mengubah judul penelitian yaitu perawatan paliatif pada

anak dengan leukemia menjadi perawatan paliatif pada pasien kanker karena di

rumah sakit Murni Teguh perawatan paliatif yang diberikan belum terfokus pada

jenis penyakit dan masih dilakukan kepada pasien secara umum.

Saat melakukan kontrak waktu dengan partisipan, partisipan yang ada

berjumlah sembilan orang dan hanya tiga orang bertugas di rumah sakit dan yang

lainnya berada di home care sehingga salah seorang partisipan membantu untuk

menginformasikan maksud dan tujuan penelitian kepada partisipan lainnya yang

berada di home care. Partisipan tersebut juga membantu membuat jadwal

penelitian karena beliau yang tahu jadwal partisipan lainnya yang bertugas di

home care dan disesuaikan dengan jadwal peneliti.

Universitas Sumatera Utara


40

Hambatan lain yang ditemukan peneliti adalah pada saat mewawancarai

partisipan kelima. Selama dilakukan wawancara partisipan tersebut duduk di kursi

kerja beroda sehingga partisipan tersebut bergerak ke samping kanan dan kiri

sehingga memancing tawa peneliti namun peneliti mencoba untuk tetap fokus dan

konsentrasi. Selain itu, partisipan keempat ketika dilakukan wawancara

pernyataan yang diungkapkan beberapa hal ada yang pendek dalam menjawab

pertanyaan peneliti. Akhirnya peneliti mencari solusi dengan cara

menyederhanakan kalimat pertanyaan dan mencoba menanyakan kembali hal

yang belum jelas menurut peneliti.

7. Analisa data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain (Polit & Beck, 2012).

Proses analisa data dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses

wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip wawancara, kemudian

transkrip tersebut dibaca berulang kali atau dilakukan seleksi data satu persatu

(kata perkata). Peneliti menggunakan metode Colaizzi (1978, dalam Polit & Beck,

2012) dalam menganalisa data karena metode ini memberikan langkah-langkah

yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana. Ini adalah salah satu metode yang

Universitas Sumatera Utara


41

umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi.

Proses analisa data dalam penelitian ini meliputi:

1. Membaca berulang-ulang seluruh pernyataan-pernyataan partisipan, hal ini

dilakukan untuk menemukan pernyataan-pernyataan atau informasi yang

bermakna tentang perawatan paliatif pada pasien kanker.

2. Meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan. Dalam

langkah ini, frase dan kalimat signifikan yang menyinggung tentang pengalaman

perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di Rumah Sakit

Murni Teguh.

3. Menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini

pernyataan yang signifikan dipelajari untuk diambil pengertiannya.

4. Mengelompokkan makna-makna tersebut ke dalam kelompok-kelompok tema.

Dalam langkah ini, peneliti mengidentifikasi tema dari makna yang

diformulasikan kedalam kelompok sub tema dan kategori.

5. Mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi. Dalam analisis ini, deskripsi

mendalam tentang pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif

pada pasien kanker di Rumah Sakit Murni Teguh diperoleh, yaitu integrasi narasi

dari semua tema, sub tema dan kategori.

6. Memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

identifikasi pernyataan setegas mungkin.

7. Memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi

akhir. Dalam langkah ini peneliti memvalidasi hasil matriks tema yang didapat

kepada perwakilan partisipan sebanyak 5 orang. Dari hasil validasi, partisipan

Universitas Sumatera Utara


42

menyatakan hasil yang didapat pada penelitian ini sudah sesuai dengan apa yang

dimaksud oleh partisipan.

8. Keabsahan data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data

divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu credibility (dapat dipercaya),

transferability (bisa digunakan pada konteks lain), dependability (konsisten) dan

confirmability (persetujuan relevansi) (Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit &

Beck, 2012).

Credibility (uji tingkat kepercayaan) merupakan kriteria untuk memenuhi

nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Credibility pada

penelitian ini dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement.

Prolonged engagementpada penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan

hanya 1 kali pertemuan dengan partisipan dikarenakan peneliti tidak memiliki

cukup waktu untuk melakukann penelitian. Dengan demikian, antara peneliti dan

partisipan kurang memiliki hubungan saling percaya dan kurang memiliki

keterkaitan yang lama sehingga belum terjalinkeakraban antara peneliti dengan

partisipan, hal ini menyebabkan informasi yang diperoleh masih kurang lengkap.

Confirmability pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa seluruh

transkrip wawancara dan tabel analisis tema kepada ahli di kualitatif. Dalam hal

ini dilakukan oleh pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif.

Kemudian peneliti menentukan tema dari hasil penelitian dalam bentuk matriks

tema.

Universitas Sumatera Utara


43

Dependability merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas

dari proses yang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini, beberapa catatan yang

dapat digunakan untuk menilai kualitas dari proses penelitian adalah data mentah

yang diperoleh melalui pengumpulan transkrip-transkrip wawancara, hasil analisa

data, membuat koding-koding (pengkodean), dan draft hasil laporan penelitian

untuk menunjukkan adanya kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.

Transferability mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat

diterapkan dalam situasi atau kelompok yang lain. Kriteria ini digunakan untuk

melihat bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu

dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki karakteristik yang

sama.Transferability pada penelitian ini dapat diterapkan jika kelompok lain

dalam hal ini rumah sakit lain memiliki kesamaan mengenai perawatan paliatif.

Universitas Sumatera Utara


44

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam

pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di

rumah sakit Murni Teguh Medan. Hasil penelitian yang dibahas adalah

karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian.

2. Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang. Kesembilan partisipan

dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai.

Para partisipan adalah perawat yang memberikan perawatan paliatif pada pasien

kanker. Karakteristik partisipan pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin,

agama, latar belakang pendidikan dan lama masa kerja. Dari kesembilan

partisipan mayoritas partisipan berusia antara 23-30 tahun (n=6, 67% ), beragama

Kristen Protestan (n=8, 89%), berjenis kelamin perempuan (n=8, 89%), berlatar

belakang pendidikan D-III (n=5, 56%) dan memiliki pengalaman bekerja antara 4-

12 bulan (n=8, 89%). Data demografi partisipan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara


45

Tabel 4.1

Karakteristik Partisipan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia
22-30 tahun 6 67
31-40 tahun 3 33
Jenis kelamin
Perempuan 8 89
Laki-laki 1 11
Agama
Islam 1 11
Kristen Protestan 8 89
Latar pendidikan
D-III 5 56
S-1 4 44
Masa kerja
4-12 bulan 8 89
13-36 bulan 1 11

3. Pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker

di rumah sakit Murni Teguh Medan.

Hasil penelitian ini mendapatkan 6 tema terkait pengalaman perawat

dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di rumah sakit Murni

Teguh Medan meliputi (1) dukungan, (2) manajemen nyeri, (3) kebutuhan

psikologis, (4) kolaborasi, (5) peranan perawatan paliatif, dan (6) harapan dan

kebutuhan. Matriks tema dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara


46

3.1 Dukungan.

Berdasarkan analisa data didapatkan ada dua bentuk dukungan yang

diberikan partisipan kepada pasien kanker yaitu dukungan spiritual dan dukungan

kepada keluarga.

A. Dukungan spiritual

Partisipan dalam penelitian ini menyarankan kepada pasien untuk lebih

mendekatkan diri kepada Tuhan, dan lebih bersemangat dalam menghadapi

penyakitnya serta menjelaskan kepada pasien bahwa hidup itu harus dijalani dan

disyukuri sambil memasukkan sedikit kerohanian-kerohanian yang disesuaikan

dengan agama pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut :

Saya pernah menyarankan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,


memberikan semangat untuk hidup, semangat untuk menghadapi
penyakitnya seperti kanker ini
(Partisipan 2)

Menjelaskan sama mereka ya seperti masuk sedikit kerohanian-


kerohanian gitu ya kita lihat juga agamanya apa ya
(Partisipan 5)

Kita bisa menjelaskan kepada si pasien bahwa hidup itu harus dijalani
gitu bahwa apapun yang terjadi kita harus mensyukurinya, kembali ke
agamanya masing-masing ya jadi kita bisa jelaskan juga perjalanan
penyakitnya
(Partisipan 7)

Partisipan lainnya memberikan dukungan yaitu mendampingi pasien

dengan dibantu oleh pemuka agama yang disesuaikan dengan agama yang dianut

oleh pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut :

Universitas Sumatera Utara


47

Jadi kita berikan untuk dekat kepada Tuhan kita berikan semangat untuk
tetap mengandalkan Tuhan, walaupun obat apapun yang diberikan kalau
tidak ijin Tuhan apapun tidak akan terjadi. Kalau perlu kita bisa panggil
pemuka agama
(Partisipan 8)

Dari segi kristen misalnya dari sudut kristen ya kita dampingi mereka
gitu dan kalau misalnya pasiennya muslim ya kita ajak mereka untuk
panggil ustad
(Partisipan 9)

B. Dukungan kepada keluarga.

Perawat memberikan dukungan dan penghiburan kepada keluarga agar

keluarga tidak lebih dalam lagi merasakan duka dan keluarga juga dapat

menerima keadaan anggota keluarganya yang sedang sakit. Perawat juga

memotivasi keluarga dengan harapan agar keluarga dapat juga mengajak pasien

berkomunikasi sehingga pasien tidak larut dalam kesedihannya. Hal tersebut

sejalan dengan pernyataan berikut ini :

Saya memberikan dukungan atau support kepada keluarga supaya


keluarga dapat menerima keadaannya
(Partisipan 1)

Nah, kita sebagai perawat memberi support memberi dukungan,


memberi ya seperti menghiburlah atau memberikan dukungan seperti agar
mereka tidak lebih dalam lagi merasakan duka mereka gitu, karena
perjalanan hidup setiap orang pasti akan mengalaminya
(Partisipan 3)

Bentuk motivasi yang kita lakukan ke keluarga ya kita harapkan


keluarga bisa dekat dengan pasien mengajak pasien berkomunikasi
jangan biarkan pasien larut dalam kesedihannya
(Partisipan 6)

Universitas Sumatera Utara


48

3.2 Manajemen nyeri.

Empat partisipan mengatakan bahwa keluhan yang paling sering dirasakan

oleh pasien kanker adalah nyeri. Perawat memanajemen nyeri yang dialami oleh

pasien yaitu dengan mengkaji nyeri lalu mengatasi nyeri dengan tindakan non

farmakologi.

A. Mengkaji nyeri.

Untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien harus dikenali dahulu jenis

nyerinya, penyebabnya, letak nyeri yang dirasakan serta jumlah nyeri yang

dialami pasien, seperti pernyataan di bawah ini :

Untuk mengatasi nyerinya kita harus mengenali nyerinya itu apa,


kemudian disebabkan oleh apa
(Partisipan 1)

Mengatasi pasien itu supaya tidak ada rasa nyeri pada dia kita harus
melakukan misalnya teknik napas dalam. kita ajarkan dulu dengan catatan
kita harus bertanya dulu sama dia apa diamana dan berapa jumlah nyeri
yang dirasakan
(Partisipan 8)

B. Tindakan non farmakologi

Perawat mengatasi nyeri yang dialami pasien dengan melakukan tindakan

non farmakologi seperti mengompres dengan air hangat dan melakukan teknik

relaksasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan di bawah ini :

Ada keluhan lain seperti nyeri ya dengan menghilangkan nyeri


terkadang dengan mengompres dengan air hangat
(Partisipan 2)

Ya cara untuk mengatasi nyerinya dengan merelaksasikan pasiennya


tergantung dari intensitas nyerinya
(Partisipan 6)

Universitas Sumatera Utara


49

3.3 Kebutuan psikologis

Perawat meningkatkan keadaan psikologis pasien kanker bertujuan untuk

mengurangi stres dan pasien dapat menerima keadaannya secara keseluruhan baik

keadaan saat sakit maupun keadaan kematiannya kelak.

A. Mengurangi stres

Untuk mengurangi stres yang dialami pasien perawat mengajak pasien

berbicara, melakukan pendekatan secara emosi, serta memberikan motivasi yang

dapat membangkitkan semangat pasien. Seperti yang diungkapkan di bawah ini :

Terapi ringan itu contohnya memberi komunikasi terapeutik, memberi


terapi mengajak berbicara
(Partisipan 1)

Untuk mengatasi masalah psikologis dapat dengan memberikan

komunikasi terapeutik. Hal ini sejalan dengan pernyataan ini :

Kalau dengan cara psikologis itulah dengan komunikasi terapeutik


seperti itu
(Partisipan 2)

Agar komunikasi yang disampaikan dapat diterima oleh pasien maka

perawat dapat melakukan pendekatan secara emosi kepada pasien, seperti

merasakan apa yang dialami pasien dengan penyakit yang dialaminya. Hal ini

sejalan dengan pernyataan di bawah ini :

Pendekatan secara emosi dia ya kan. Contohnya apa sih yang dia alami
apa sih yang dia rasakan dengan penyakitnya sekarang. Bagaimana
dengan perasaannya terus apa yang dia pikirkan gitu
(Partisipan 3)

Perawat memotivasi pasien dengan memberikan perhatian serta membuat

pasien merasa bahwa ada yang memperhatikan serta memperdulikannya hal inilah

Universitas Sumatera Utara


50

yang membangkitkan semangat yang ada pada diri pasien. Hal ini sejalan dengan

pernyataan di bawah ini :

Kita memberikan perawatan itu ya dia merasa kalau dirinya


diperdulikan bukan dikucilkan atau diasingkan jadi dia berfikir kalau
masih ada orang yang care sama dia dan pasien tidak merasa kesepian
meskipun penyakitnya sudah parah
(Partisipan 4)

Perawatan paliatif ini kita berikan dia support terapi atau care kita
kasilah yang paling penting kita beri sama dia bagaimana dia merasa
hidupnya berarti, hidupnya masih ada berguna dan sekelilingnya memberi
dia dukungan terutama keluarganya
(Partisipan 9)

B. Pasien menerima secara keseluruhan.

Keseluruhan partisipan menyatakan bahwa dalam peningkatan keadaan

psikologis pasien bertujuan agar pasien dapat menerima keadaannya dimulai saat

awal sakitnya, perjalanan pengobatan serta kelak pada kematiannya. Hal ini sesuai

dengan pernyataan di bawah ini :

Dia menerima apa itu penyakitnya, menerima dengan dirinya sendiri


bagaimana
(Partisipan 2)

Kalau misalnya pasiennya sudah menjelang kematian mereka sudah


menerima dan pasiennya juga sudah menerima sakitnya. Memang dia
sudah menerima
(Partisipan 5)

Pasien kita itu bisa menerima keadaannya, bisa menerima keadaan


penyakitnya dan juga menerima bahwa kehidupan dan kematian itu
adalah hal yang normal
(Partisipan 7)

Universitas Sumatera Utara


51

Kalau pasien yang saya jumpai itu dia sudah menerima dengan apa yang
terjadi pada rambutnya, dia tetap semangat
(Partisipan 8)

3.4 Kolaborasi.

Perawatan paliatif terdiri dari sebuah tim yang terdiri dari dokter, perawat,

ahli gizi, pemuka agama, fisioterapi dan psikolog. Dalam memberikan perawatan

paliatif tim ini bekerjasama untuk mencapai satu tujuan yang sama yaitu

memberikan pengobatan atau pelayanan yang terbaik bagi pasien kanker.

Keseluruhan partisipan menyatakan hal di atas sesuai dengan pernyataan di bawah

ini :

Perawatan selanjutnya yaitu dengan mengkonsultasikan masalah


gizinya,obat-obatan itu juga perlu karena pasien yang perawatan kanker
ini butuh nutrisi kan
(Partisipan 1)

Paliatif itu juga bisa berkolaborasi dengan spiritual yaitu tokoh agama,
dokter untuk masalah pengobatan, dan fisioterapi bila pasiennya
membutuhkan mobilisasi
(Partisipan 2)

Kami jelaskan sebaiknya ini dikonsulkan ke bagian fisioterapi agar bisa


dilatih mobilisasi aktifitasnya bagaimana bagusnya jika pasien seperti ini
kan itu kan lebih mengerti itu orang fisioterapi ya sudah dikonsulkan ke
dokter paliatif kemudian ke dokter fisioterapi
(Partisipan 4)

Kemaren ada kasus pasien jadi sudah dikaji nyerinya ternyata sudah
dikasi obat bahkan sudah dosis tinggi tapi dia tidak berkurang sedikit pun
nyerinya ternyata setelah dikaji lagi ternyata dia mempunyai masalah dan
dia dikonsulkan ke yang dia mau yang bisa contohnya, psikolog setelah
dia bercerita dengan bapak itu nyerinya bisa hilang gitu

(Partisipan7)

Universitas Sumatera Utara


52

3.5 Penerapan perawatan paliatif.

Dalam memberikan perawatan paliatif terdapat hambatan sehingga

perawatan paliatif belum bisa diterima baik, oleh beberapa pasien kanker.

Hambatan tersebut terdapat dari pasien yang belum bisa menerima kondisi

paliatif. Hal ini sesuai dengan ungkapan di bawah ini :

Kendalanya dari pasien sendiri terkadang menentang dengan apa yang


kita bilang
(Partisipan 4)

Ada juga kendala dari pasien tersebut dimana keadaannya dalam tahap
pengingkaran, dia tidak bisa menerima semuanya sehingga dia menolak
(Partisipan 7)

3.6 Harapan dan kebutuhan.

Pelayanan dalam perawatan paliatif yang diberikan oleh perawat terdapat

harapan yang ingin dicapai dan kebutuhan akan pelayanan yang lebih baik.

Harapan ini sebagai cita-cita bersama yang ingin diwujudkan oleh tim perawatan

paliatif salah satunya adalah perawat. Harapan tersebut dijelaskan dibawah ini :

A. Melalui peningkatan pengetahuan

Untuk memenuhi kebetuhan akan pelayanan yang lebih baik perawat

membutuhkan peningkatan pengetahuan agar ilmu yang dimiliki dapat

berkembang dan pelayanan yang diberikan pun semakin lebih baik. Hal ini sejalan

dengan pernyataan di bawah ini :

Kita semakin banyak membaca, semakin banyak menggali. Belajar,


belajar dan belajar terus
(Partisipan 3)

Universitas Sumatera Utara


53

Partisipan lainnya dalam peningkatan pengetahuan juga bisa dengan cara

berdiskusi dengan sesama tim perawatan paliatif. Hal ini sejalan dengan

pernyataan di bawah ini :

Kita bisa bertanya dengan teman-teman. Eh..teman ini gimana sih


caranya? Kan diajarin gitu kalau berkolaborasi dengan teman dengan
dokter juga bisa bertannya
(Partisipan 2)

Sementara partisipan lainnya menambahkan untuk ada pelatihan-pelatihan

yang diselenggarakan oleh rumah sakit untuk menambah ketrampilan dalam

memberikan perawatan paliatif. Hal ini sejalan dengan pernyataan di bawah ini :

Saya sih berharap dalam waktu dekat ini perawat paliatif ini sering ikut
pelatihan sehingga untuk melakukan perawatan paliatif ke pasien itu lebih
terampil
(Partisipan 7)

B. Pengembangan perawatan paliatif.

Perawatan paliatif merupakan suatu hal baru yang masih terus

memerlukan pengembangan saat ini banyak masyarakat yang belum mengenal

perawatan paliatif itu. Hal ini sesuai dengan ungkapan di bawah ini :

Kita harapkan perkembangan kita itu, kita harus mengejar harapan kita
ini akan semakin lebih tidak asing lagi khususnya di Indonesia bahkan
harapan kita perkembangannya lebih pesat itu harapan kita
(Partisipan 3)

Saya berharap sih, ini semakin berkembang kalau bisa ke desa-desa dan
semua masyarakat tahu kalau istilahya rumah sakit sudah menyediakan
perawatan khusus terhadap pasien yang mengalami penyakit-penyakit
yang sudah terminal
(Partisipan 4)

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel 4.2
Matriks Tema
Pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di
Rumah Sakit Murni Teguh Medan

NO Tema 1 : Dukungan
1. Sub tema Kategori :
1. Dukungan spiritual a. Memberikan dukungan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan
b. Perawat menjelaskan secara kerohanian
c. Perawat menjelaskan sesuai dengan
kepercayaan pasien
d. Perawat memanggil pemuka agama bila
diperlukan

2. Dukungan kepada a. Perawat memberikan dukungan untuk


keluarga menerima keadaan pasien
b. Perawat memberikan dukungan untuk
penghiburan
c. Perawat memotivasi keluarga bertujuan
mengajak pasien keluar dari kesedihannya

Tema 2 : Manajemen nyeri


2. Sub tema Kategori :
1. Mengkaji nyeri a. Mengatasi nyeri dengan mengkaji terlebih
dahulu nyeri yang dialami pasien.
b. Perawat mengkaji nyeri pasien untuk
mengatasi keluhan nyeri

a. Mengatasi nyeri dengan mengompres


2. Tindakan non dengan air hangat
farmakologis b. Mengatasi nyeri dengan merelaksasikan
pasien

Tema 3 : Kebutuhan psikologis


3. Sub tema: Kategori :
1. Mengurangi stres a. Memberi terapi mengajak pasien berbicara
b. Berkomunikasi secara komunikasi
terapeutik
c. Pendekatan secara emosi kepada pasien
d. Perawat membangkitkan kepercayaan diri
pasien
e. Perawat memberi dukungan sehingga
pasien merasa lebih berarti

Universitas Sumatera Utara


55

2. Menerima secara a. Pasien menerima keadaan penyakitnya


keseluruhan b. Pasien menerima sakitnya
c. Pasien menerima bahwa kehidupan dan
kematian adalah hal yang normal
d. Pasien menerima perubahan yang terjadi
pada fisiknya

Tema 4 : Kolaborasi
4. Sub tema : Kategori :
1. Berkolaborasi a. Ahli gizi
b. Dokter
c. Fisioterapi
d. Psikologi
e. Pemuka agama

Tema 5 : Penerapan perawatan paliatif


5. Sub tema : Kategori :
1. Pasien belum a. Pasien menentang perawatan yang
menerima kondisi diberikan perawat
paliatif b. Pasien menolak perawatan

Tema 6 : Harapan dan kebutuhan


6 Sub tema : Kategori :
1. Peningkatan a. Berdiskusi dengan sesama tim
pengetahuan b. Membaca dan belajar
c. Pelatihan

2. Pengembangan a. Perawatan paliatif tidak asing di Indonesia


perawatan paliatif b. Banyak masyarakat mengenal perawatan
paliatif
c. Perawatan paliatif dapat disosialisasikan

Universitas Sumatera Utara


56

4. Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan diuraikan teori-teori yang terkait dengan

pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker.

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai 6 tema yang telah ditemukan terhadap

pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker (1)

dukungan, (2) manajemen nyeri, (3) kebutuhan psikologis, (4) kolaborasi, (5)

penerapan perawatan paliatif, dan (6) harapan dan kebutuhan. Tema-tema tersebut

akan diuraikan sebagai berikut:

4.1 Dukungan.

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan

bahwa dukungan yang diberikan perawat kepada pasien kanker diantaranya adalah

dukungan spiritual yaitu dengan menyarankan pasien mendekatkan diri kepada

Tuhan, menjelaskan secara kerohanian dan sesuai dengan kepercayaan pasien

serta memanggil pemuka agama, kemudian memberikan dukungan kepada

keluarga yaitu dukungan untuk menerima keadaan anggota keluarga yang sakit,

memberikan penghiburan serta memotivasi keluarga yang bertujuan untuk

mengajak pasien keluar dari kesedihannya.

1. Dukungan spiritual.

Dari hasil analisa data diperoleh dukungan spiritual yang diberikan

perawat kepada pasien kanker yaitu dengan menyarankan pasien untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan, memberikan penjelasan secara kerohanian yang

disesuaikan dengan kepercayaan pasien serta memanggil pemuka agama. Hal ini

sesuai dengan pendapat Association with Specialist Palliative Care

Universitas Sumatera Utara


57

Units(2010)tugas utama ketika memberikan dukungan spiritual kepada pasien

adalah untuk membantu pasien terhadap beberapa penyelesaian, lebih luas dari

sekedar mengurangi nyeri dan penanganan gejala seperti kehadiran dengan pasien

untuk membantu mendekatkan diri dengan Tuhan.

Menurut pendapat Demierre et al (2003) menyatakan spritualitas terutama

terbangun di akhir kehidupan dimana pasien mencari tujuan dan makna. Perawat

dapat membantu pasien dengan membuat hubungan yang berarti dengan pasien

sehingga pasien merasa memiliki tujuan hidup mereka kembali apabila perawat

merasa kesulitan karena tidak memiliki satu kepercayaan yang sama dengan

pasien maka dapat memanggil pemuka agama (Association with Specialist

Palliative Care Units, 2010).

Mishra et al (2010) menemukan 98% pasien yang diwawancarai dengan

kanker stadium lanjut yang didasarkan spiritual iman dan agama mereka percaya

bahwa Tuhan akan membantu mereka. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Vallurupalli et al (2012) yang menyatakan bahwa pasien dengan kanker stadium

lanjut sering melaporkan bahwa spiritualitas memiliki peran kunci dalam

memberikan harapan. Manfaat lain yang ditemukan adalah bahwa iman tersebut

dapat mengurangi kecemasan pasien. Kesejahteraan spiritual juga memberikan

cara lain untuk menilai optimisme, mengingat hubungan yang signifikan antara

optimisme dan spiritualitas sehingga spiritualitas yang baik dapat menujukkan

optimisme yang baik dari pasien (Mazanec et al., 2010).

Penelitian Pavlish dan Ceronsky (2009) menyatakan bahwa spritualitas

seseorang dapat dilihat sebagai sumber daya untuk menciptakan harapan dan

Universitas Sumatera Utara


58

menghilangkan ketakutan, sehingga perawat harus terbuka untuk mendiskusikan

dengan pasien tanpa menilai atau mendiskriminasi nilai-nilai kepercayaan pasien.

2. Dukungan kepada keluarga.

Dari hasil analisa data menunjukkan bahwa bentuk dukungan yang

diberikan perawat kepada keluarga pasien bertujuan agar keluarga menerima

keadaan pasien, memberikan penghiburan serta memotivasi keluarga agar

mengajak pasien untuk keluar dari kesedihannya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Association with Specialist Palliative Care Units (2010), dimana perawat

mengidentifikasi dan berkomunikasi dengan keluarga pasien untuk memberikan

dukungan dan memberikan penjelasan mengenai keadaan pasien sehingga

keluarga dapat memberikan dukungan kepada anggota keluarganya yang sedang

sakit.

Menurut penelitian Robinson et al (2014) bahwa keluarga merasa dengan

adanya dukungan dari perawat ketika menghadapi salah satu anggota keluarga

yang sakit hal ini memberikan pemulihan sehingga dapat lebih optimal dalam

menangani keluarganya yang sakit. Tidak hanya pasien kanker yang dilakukan

perawatan paliatif tetapi juga keluarga karena keluarga sangat berperan penting

dalam mendukung perawatan pasien hal ini sesuai dengan pernyataan World

Health Organization (2010) menyatakan bahwa perawatan paliatif merupakan

perawatan total secara aktif bagi tubuh, pikiran dan jiwa serta melibatkan

pemberian dukungan kepada keluarga.

Universitas Sumatera Utara


59

4.2 Manajemen nyeri.

Nyeri adalah salah satu gejala yang paling umum dirasakan oleh pasien

kanker di akhir kehidupannya. Nyeri merupakan sumber dari kesulitan terbesar

yang dihadapi pasien kemudian diperburuk oleh keadaan lainnya. Oleh karena itu

pengelolaan nyeri pada akhir kehidupan pasien kanker sangat penting (Rome et

al., 2011). Menurut penelitian Silberman et al., (2012) lebih dari 50% dari semua

pasien kanker mengalami nyeri dan 60-90% dari pasien dengan pengalaman

kanker stadium lanjut yang mengalami rasa nyeri sedang sampai berat. Penelitian

Robinson et al (2014) menyimpulkan bahwa pengendalian akan rasa nyeri sangat

penting untuk mempertahankan kenyamanan serta memperpanjang kemungkinan

untuk hidup. Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan bahwa untuk

memanajemen nyeri yang dialami pasien dilakukan dengan cara berikut ini :

1. Mengkaji nyeri

Memanajemen nyeri adalah tujuan penting dari perawatan paliatif. Untuk

mengatasi nyeri, perawat harus terlebih dahulu mengenali rasa nyeri yang diderita

oleh pasien (Rome et al., 2011). Pernyataan ini sesuai dengan hasil analisa data

yang didapatkan peneliti dalam memanajemen nyeri yaitu dengan mengkaji nyeri

pasien terlebih dahulu, yaitu dengan melihat seperti apa nyeri yang dirasakan,

berapa kali dirasakan, dan dimana letak nyeri yang dirasakan, sebelum perawat

memberikan tindakan untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien. Hal ini sejalan

dengan pendapat Assosciation with Specialist Palliative Care Units, (2010)

menyatakan memajemen nyeri pasien yaitu dengan menilai secara hati-hati apa

arti rasa sakit bagi pasien, berapa kali merasakan rasa sakit, dan seperti apa rasa

Universitas Sumatera Utara


60

sakit yang dirasakan. Bakitas et al (2010) juga menjelaskan menilai atau

mengukur rasa nyeri dengan menggunakan skala nyeri kemudian mengelola

gejala nyeri pada waktu yang tepat dan efektif.

2. Tindakan non farmakologis.

Association with Specialist Palliative Care Units, (2010) menyatakan

terapi komplementer atau teknik relaksasi bertujuan untuk mendorong relaksasi

sehingga dapat digunakan untuk mengatasi keluhan nyeri yang dialami pasien.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu perawat memberikan terapi non

farmakologis untuk mengatasi nyeri pasien yaitu dengan mengompres

menggunakan air hangat dan merelaksasi pasien. Relaksasi dapat membantu untuk

mengurangi rasa nyeri agar tidak semakin buruk dengan mengurangi ketegangan

otot. Hal itu dapat membantu untuk memudahkan tidur, memberikan lebih energi,

mengurangi kecemasan dan dapat melakukan aktifitas. Beberapa orang

menggunakan kompres dingin atau panas agar lebih cepat mengurangi nyeri dan

lebih baik bila pasien beristirahat di saat sedang melakukan tindakan relaksasi

(Silbermann, 2012).

4.3 Kebutuhan psikologis.

Perawat memiliki peran penting dalam peningkatan keadaan psikologis

pasien kanker di sepanjang perjalanan kehidupan pasien kanker. Dengan

penjelasan dan komunikasi yang efektif terhadap pasien kanker memungkinkan

untuk meningkatkan keadaan psikologis mereka (Rangachari, 2013). Tujuan

meningkatkan keadaaan psikologis pasien dapat dijelaskan berikut di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


61

1. Mengurangi stres

Dari hasil penelitian untuk mengurangi stres yang dialami pasien perawat

mengajak pasien berbicara, melakukan pendekatan secara emosi, serta

memberikan motivasi yang dapat membangkitkan semangat pasien. Hal ini sesuai

dengan pendapat George, (2012) menyatakan bahwa pendekatan beberapa

perawat tampaknya dibentuk oleh kepekaan perawat terhadap perasaan pasien.

Menyadari pengalaman pasien terkait dengan upaya perawat untuk menemukan

dan memahami apa yang pasien alami dan mengapa bereaksi seperti yang pasien

lakukan. Ellis et al (2011) menjelaskan bahwa perawat memiliki peran ketika

mendukung pasien yaitu dengan membangun komunikasi kepada pasien. Perawat

dapat mulai memahami bagaimana pasien melihat diri mereka sebagai individu,

apa yang penting bagi mereka dan bagaimana kemampuan mereka untuk hidup

dengan pengobatan yang dijalaninya.

Komunikasi merupakan aspek penting bagi perawat dalam memberikan

perawatan paliatif, ketika berkomunikasi perawat harus menunjukkan empati,

perhatian dan kasih sayang, apa yang diharapkan harus dikomunikasikan kepada

pasien (Kaiyare, 2011). Hal ini sejalan dengan pendapat Santos et al (2007)

menyatakan bahwa berbicara dengan pasien merupakan salah satu tugas utama

perawat dalam memberikan perawatan paliatif. Berkomunikasi merupakan

ketrampilan yang berharga karena memungkinkan perawat untuk menunjukkan

bahwa perawat mengerti apa yang pasien katakan, melalui empati dan bagaimana

perawat ikut merasakan hal tersebut.

Universitas Sumatera Utara


62

Ketrampilan komunikasi sangat penting untuk membangun hubungan

terapeutik, sehingga memungkinkan pasien untuk merasa nyaman saat

menyampaikan perasaan mereka (Ellis et al., 2011). Sejalan dengan pendapat di

atas Chalifour (2009) juga menjelaskan dukungan emosional memanifestasikan

perawat dalam ekpresi perasaan positif, menunjukkan minat, harga diri dan kasih

sayang bagi pasien, menghormati emosi pasien dan mendorong pasien untuk

mengekspresikan keyakinan dan perasaan mereka. Perawat membantu pasien

mengatasi situasi ini dengan memberikan pasien perhatian dan menjadikan pasien

sesuatu yang manusiawi.

2. Menerima secara keseluruhan.

Peningkatan keadaan psikologis pasien bertujuan agar pasien dapat

menerima keadaannya secara keseluruhan. Hasil dari penelitian menunjukkan

bahwa pasien dapat menerima keadaan penyakitnya, menerima keadaan dirinya

ketika pengobatan berlangsung dan menerima kehidupan serta kematiannya

adalah milik Tuhan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sampson et al (2014)

menyatakan bahwa pasien telah berdamai dengan diagnosis dan prognosis.

Perawatan paliatif yang telah diberikan perawat bermanfaat bagi pasien agar dapat

membantu pasien berpikiran positif dan telah membantu pasien untuk menerima

hal-hal yang berhubungan dengan masalah penyakit pasien.

4.4 Kolaborasi

Tim perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat, farmasi, psikolog,

fisioterapi serta ahli gizi yang secara komprehensif melakukan perawatan

multidisiplin (Silbermann, 2012). Perawatan paliatif adalah sumber daya yang

Universitas Sumatera Utara


63

disediakan oleh tim dokter, perawat dan sepesialis lainnya yang bekerjasama

dengan penyedia layanan kesehatan yang dapat memberikan dukungan tambahan,

dengan demikian perawatan paliatif dapat bermakna digunakan pada penyakit

serius termasuk keadaan dimana disediakan bersamaan dengan terapi kuratif

(Rangachari, 2013). Pemberi perawatan paliatif terdiri dari tim yaitu meliputi

psikolog, pekerja sosial, dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, pemuka agama, dan

ahli terapi fisik yang bekerja sama memberikan perawatan paliatif profesional

yang membantu memenuhi kebutuhan medis, aktivitas hidup sehari-hari,

kebutuhan emosional serta spiritual pasien (Formica, 2011).

Bakitas et al (2010) dalam penelitiannya menjelaskan pemberian

perawatan paliaif diberikan oleh tim multidisipliner yang terampil dan

profesional. Anggota tim perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat, pekerja

sosial, apoteker, pemuka agama yang saling bekerja sama. Hal ini sesuai dengan

hasil analisa data dimana terdapat tim perawatan paliatif dan salah satunya adalah

perawat. Perawat mengkonsultasikan masalah gizi kepada ahli gizi dan

mengkonsultasikan masalah obat-obatan kepada dokter. Perawat berkolaborasi

dengan psikolog, fisioterapi dan pemuka agama untuk memberikan perawatan

paliatif yang profesional.

4.5 Penerapan perawatan paliatif.

Hasil analisa data didapatkan bahwa ketika memberikan perawatan paliatif

tidak semua orang dapat menerimanya hal ini diakibatkan pasien belum menerima

kondisi paliatif. Pasien menolak untuk diberikan perawatan paliatif dan pasien

menentang perawatan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan penelitian

Universitas Sumatera Utara


64

Silbermann, (2012) perawatan paliatif di negara-negara Timur Tengah khususnya

di Jordan menyatakan bahwa hambatan yang menyangkut perasaan pasien merasa

dirinya diasingkan dan diisolasi bersama rasa takut diabaikan oleh tim perawatan

bila dirinya dinyatakan mengikuti perawatan paliatif serta pasien masih dalam

masa depresi atau tidak menerima dirinya mengalami masalah kesehatan serius

sehingga harus dilakukan perawatan paliatif. Penelitian Fallowfield et al., (2011)

menemukan bahwa depresi merupakan hal yang sangat umum terjadi pada

penderita dengan kanker stadium lanjut dengan persentasi 25-50%.

4.6 Harapan dan kebutuhan.

Partisipan dalam penelitian mengungkapkan bahwa dalam memberikan

perawatan paliatif terdapat harapan yang menjadi cita-cita tim perawatan paliatif

yaitu pengembangan perawatan paliatif dan kebutuhan akan pelayanan yang lebih

baik, berikut ini :

1. Harapan akan perawatan paliatif

Harapan akan perawatan paliatif yaitu pengembangan dari perawatan paliatif

tersebut, karena perawatan paliatif merupakan suatu perawatan yang tergolong

baru sehingga masih terus memerlukan pengembangan saat ini banyak masyarakat

yang mengenalnya terutama masyarakat pedesaan. Hal ini sejalan dengan

penelitian Silbermann, (2012) menyatakan bahwa dalam peningkatan ketersediaan

layanan perawatan paliatif diharapkan dapat berkembang di daerah pedesaan.

Harapan lain terkait pengembangan perawatan paliatif diungkapkan

partisipan adalah dengan berkembangnya perawatan paliatif di Indonesia sehingga

perawatan paliatif tidak asing di dengar oleh masyarakat Indonesia. Hal ini sesuai

Universitas Sumatera Utara


65

dengan keadaan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia yaitu masih terbatas di

lima Ibukota Propinsi.

2. Kebutuhan akan pelayanan yang lebih baik

Kebutuhan akan pelayanan yang baik maka diperlukan peningkatan

pengetahuan yaitu dengan berdiskusi dengan sesama tim , membaca dan belajar

serta mengikuti pelatihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Russell (2015)

menyatakan bahwa kebutuhan pelayanan yang baik dapaat terwujud bila

pengetahuan pemberi pelayanan dapat dikembangkan. Untuk mencapai tujuan

yaitu menciptakan pelayanan yang profesional pelatihan sangat dibutuhkan untuk

meningkatkan ketrampilan perawat (Silbermann, 2012). Hasil penelitian ini di

dukung oleh rumah sakit Murni Teguh yaitu dengan menyelenggarakan pelatihan-

pelatihan secara rutin bagi perawat paliatif untuk meningkatkan keterampilan dan

kemampuan dalam memberikan perawatan.

Universitas Sumatera Utara


66

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap sepuluh

partisipan, maka penelitian ini menemukan 6 tema terkait pengalaman perawat

dalam memberikan perawatan paliatif. Keenam tema tersebut adalah (1)

dukungan, (2) manajemen nyeri, (3) kebutuhan psikologis, (4) kolaborasi, (5)

penerapan perawatan paliatif, dan (6) harapan dan kebutuhan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan ke sembilan partisipan terdapat

banyak persamaan antara teoritis dan kenyataan yang dijumpai didalam

memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker. Selain itu, dari hasil penelitian

ini tidak ditemukan adanya perbedaan antara teoritis dan kenyataan yang

ditemukan dilapangan saat perawat memberikan perawatan paliatif pada pasien

kanker.

Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat kendala yang ditemukan oleh

peneliti, terutama berasal dari peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian. Tema

yang ditemukan masih belum mendalam disebabkan peneliti masih sebagai

peneliti kualitatif pemula. Sehingga peneliti masih belum mampu mengeksplorasi

pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker

secara mendalam.

Kendala lainnya yaitu waktu wawancara yang terbatas kerena partisipan

menyediakan waktu wawancara setelah selesai dinas sementara partisipan harus

segera pulang dikarenakan kelelahan. Partisipan juga menyediakan waktu

luangnya saat bekerja sehingga peneliti kurang menggali informasi.

Universitas Sumatera Utara


67

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengalaman perawat

dalam memberikan perawatan paliatif, peneliti memiliki beberapa saran sebagai

berikut:

2.1. Pendidikan Keperawatan

Ilmu keperawatan terus mengalami perkembangan sesuai dengan zaman

dan kebutuhan masyarakat. Sebagai wadah pendidikan, instansi pendidikan dapat

memberikan bimbingan dan sumber pengetahuan agar mahasiswa keperawatan

ditahap akademik menambah wawasannya mengenai perawatan paliatif sehingga

dapat menerapkan perawatan paliatif pada pasien kanker di rumah sakit.

2.2. Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini memberikan pengetahuan bagaimana perawat dalam

memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker yang berguna untuk

pengembangan pelayanan keperawatan sehingga perawat dapat lebih terampil dan

profesional dalam memberikan perawatan paliatif ketika praktik memberikan

pelayanan kesehatan di masyarakat.

2.3. Penelitian Keperawatan

Perawatan paliatif ini merupakan perawatan yang diberikan kepada pasien-

pasien yang mengalami penyakit kronis dimana penyakit ini belum dapat

disembuhkan selain itu, perawatan paliatif bersifat sangat komplek dan mencakup

seluruh masalah, baik masalah fisik, psikologis, spritual sampai pada dukungan

ketika berduka. Maka untuk penelitian lebih lanjut, peneliti dapat meneliti tentang

Universitas Sumatera Utara


68

pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada masalah

kesehatan lain yang membutuhkan perawatan paliatif.

Universitas Sumatera Utara


69

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society USA.(2013). Cancer fact and figure.diaksesdari


http://www.carcer.org. padatanggal 18 November 2014.
Association with Specialist Palliative Care Units. (2010). Advice on clinical
management. diakses dari http://www.ruh.nhs.uk.com.pada tanggal 29
Juni 2015.
Bakitas, et al. (2010). Developing successful models of cancer palliative care
services. Semil oncology nurse, 26(4), 266-284.
Beck, C.T. (2013). Routledge International Handbook of Qualitative Nursing
Research. New York: Routledge.
Becker, R. (2009). Principles of palliative care nursing and end of life care.
Nursing time, 105(13), 14-16.
Brook, L &Hain, R. (2008). Predicting death in cancer.Arch dischild, 93(12),
1067.
Brunelli, T. (2005). A concept analysis: the grieving process for nurses. Nursing
forum, 14(4), 123-128.
Cancer Research UK. (2014). Cancer statistics key facts.diaksesdari
http://www.cancerresearchuk.org. padatanggal 10 Oktober 2014.
Campbell, M. L. (2013). Nurse to nurse: perawatanpaliatif.diterjemahkanoleh
Daniaty, D. Jakarta: SalembaMedika.
Center to Advance Palliative Care. (2013). Palliative care. diakses dari
http://www.capc.org. pada tanggal 13 maret 2015.
Chalifour, J. (2009). The therapeutic intervention: Intervention strategies.
Lusodidacta: Lounes.
Creswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative research. Boston: Pearson
Education.
Crozier, F &Hancock, L. E. (2012).Palliative care: Beyond the end of
life.Journal palliative nursing, 38(4), 198-227.
Davies, et al. (2008).Barries to palliative care for perceptions of patient cancer
health care providers. Journal of palliative, 121(2), 282.
Davies, R. (2003). Establishing need for palliative care services for young people.
British journal of nursing, 12(4), 224.

Universitas Sumatera Utara


70

Depkes RI. (2014). Empatpersenpenderitakankeradalahanak-anak.Diakses


darihttp://www.depkes.go.id.padatanggal 10 oktober 2014.
Departementof health and children. (2009). Palliative care for children with life
limiting conditions in Ireland a national policy.The stationery office,
Dublin.
Demierre, et al. (2003). Prognosis Clinical Oucomes and Quality of Life Issues in
Cutaneous T-cell Lymphoma. Hematology/Oncology clinics of north
america, 17(6), 1485-1507.
Elli, V. (2012). Pain management of a cancer patient in palliative care. Journal
palliative care, 105(25), 45-50.
Eliis, et al. (2006). Psychological Issues in Grundy. Nursing in Hematological
Oncology, 23(1), 457-474.
Ewing, B. (2009). Wish fulfillment: palliative care and end of life intervention
palliative nursing. Journal of palliative nursing, 35(2), 81-85.
Fallowfield, et al. (2011). Psychiatric morbidity and it recognition by doctors in
patients cancer. Supportive and palliative care, 4(2), 291-298.
Formica, M. J. (2011). Living beyond breast cancer. West lancaster: Haverford.
Georges, et al. (2012). Being palliative care nurse in an academic hospital: a
qualitative study about nurses perceptions of palliative care nursing.
Journal of clinical nursing, 11, 785-793.
Global Cancer Burden.(2012). International agency for research on cancer.
diaksesdarihttp://www.iarc.fr/en/media.pdf. padatanggal 10 Oktober.
Hejmadi, M. (2010). Introduction to cancer biology. USA: Ventus publishing.
Hill, K & Coyne, I. (2012).Palliative care of nursing for cancer in the UK and
Ireland.British journal of nursing, 21(5), 276-281.
Hinkle, J. L & Cheever, K. H. (2013). Brunner and Suddarts textbook of medical
surgical nursing. 13ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Hockenberry, M. J., Wilson, D., & Wong, D. L. (2013).Wong essentials of
pediatricnursing. 9ed. USA: Elsevier mosby.
Kaiyare, D. N. (2011). To support the mental wellbeing of patients in palliative
care. Skripsi. Finlandia: Fakultas keperawatan, Universtas Arcada.
KEPMENKES.(2007). Kebijakanperawatanpaliatif.Kepmenkes RI. No 812
Tahun 2007.
Mackenzie, J & Mac Callam, J. (2009). Preparing staff to provide bereavement
support.Palliative nursing, 21(3), 22.

Universitas Sumatera Utara


71

Matzo, M. L & Sherman, D.W. (2006).Palliative care nursing: Quality care to


theend of life. 2ed. New York: springer publishing company.
Maynard, L & Lynn, D. (2014).Innovative approach to providing 24/7 palliative
carefor cancer.Nursing children and young people, 26(6), 27 34.
Mazanec, et al. (2010). The relationship between optimism and quality of life in
newly diagnosed cancer patients. Cancer nursing, 33(3), 235-243.
Mishra, et al. (2010). Psychological concerns in patients with advanced cancer: an
observational study at regional cancer centre India. American journal of
hospital and palliative medicine, 27(5): 316-319.
Mulligan, L. (2004).Overcoming compassion fatigue.The Kansas nurse, 79(7),
1-2.
National Cancer Institute. (2010). Palliative care. diakses dari
http://www.m.cancer.gov. pada tanggal 13 maret 2015.
National Hospice and Palliative care. (2014). NHPCO facts and figures. Diakses
dari http://www.nhpco.org. Pada tanggal 13 maret 2015.
Ogle, et al. (2003). Hospice and primary care pediatricians: attitudes, knowledge,
andbarriers. Palliative care, 20(1), 41-51.
Palliative Care Australia. (2014). Palliative care. diakses dari
http://www.health.gov.au. pada tanggal 13 maret 2015.
Pavlish, C. &Ceronsky, L. (2009). Oncology nurses perceptions of nursing roles
and professional attributes in palliative care. Clinical journal of oncology
nursing, 3(4), 410.
Polit, D. F & Beck, C. T. (2012). Nursing research: principle and methods. 7ed.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Rangachari, D. & Smith, T. J. (2013). Integrating palliative care in oncology.
Cancer journal, 19(5), 373-378.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Hasil riset kesehatan dasar 2013. diakses dari
http://www.depkes.go.id. pada tanggal 23 maret 2015.
Robinson, et al. (2014). Patient and family experiences of palliative care in
hospital: what do we know? An integrating review. Palliative medicine,
28(1), 18-33.
Rome, et al. (2011). The role of palliative care at the end of life. The ochsner
journal, 11(1), 348-352.
Rushton, C. H. (2005). A framework for integrated pediatric palliative care being
with dying.Journal pediatric nursing, 20(5), 311.

Universitas Sumatera Utara


72

Rushton, et al. (2006).Interdiciplinary interventions to improved pediatric


palliativecare and reduce health care professional suffering. Journal
palliative care,9(4), 922-933.
Russell, R. (2015). Do defenitions matter in palliative care. International journal
of palliative nursing, 21(4), 160-161.
Santos, et al. (2007). Palliative care to the cancer patient. Journal of palliative
care, 15(2), 350.
Sampson, et al. (2013). The practice of palliative care from the perspective of
patients and cancer. Supportive and palliative care, 4(2), 291-298.
Silberman, et al. (2012). Palliative care in middle eastern countries
accomplishments and challenges. Annals of oncology, 23(3), 15-18.
Streubert, H. J. S & Carpenter, D. R. (2013).Qualitative research in nursing
advancing the humanistic imperative.5ed. Philadelphia: Lippicot.
Tan, et al. (2006). End of life decisions and palliative care in a childrens hospital.
Palliative Med, 9(2), 332-342.
Vallurupalli, et al. (2012). The role of sprituality and religious coping in the
quality of life of patients with advanced cancer receiving palliative
radiation therapy. Journal support oncology, 10(2), 81-87.
World Health Organization.(2010). Palliative care.diaksesdari
http://www.who.int.padatanggal 12 Oktober 2014.
Wright, P. M & Hogan, N. S. (2008). Grief theories and models: applications to
hospice nursing practice. Journal of hospice and palliative nursing, 10,
350-358.
YayasanKanker Indonesia.(2014). Apakah kanker itu.diaksesdari
http://www.yayasankankerindonesia.org.padatanggal 10 Oktober 2014.

Universitas Sumatera Utara


73

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

NamaPeneliti : Wanda Elsa Pardede

Nim : 111101101

InstansiPeneliti : IlmuKeperawatanFakultasKeperawatan

Universitas Sumatera Utara

JudulPenelitian : PengalamanPerawatdalamMemberikanPerawatan

Paliatif pada Pasien Kanker

Peneliti adalah mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi

ini sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi

atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun saudara inginkan tanpa

ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum saudara memutuskan, saya akan

menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Penelitian ini adalah salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses

belajar-mengajar di program studi Ilmu Keperawatan Universitas

Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengalaman

perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker. Hasil

penelitian ini sangat bermanfaat untuk pengembangan pelayanan

Universitas Sumatera Utara


74

keperawatan khususnya pada perawat yang memberikan perawatan

paliatif.

2. Jika saudara bersedia ikut dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan

wawancara kepada saudara pada waktu dan tempat sesuai kesepakatan.

Jika saudara mengijinkan, peneliti akan menggunakan alat perekam suara

untuk merekam yang saudara katakan. Wawancara akan dilakukan

minimal satu kali selama kurang lebih 60 menit.

3. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko. Apabila saudara merasa tidak

aman saat wawancara, saudara boleh tidak menjawab atau mengundurkan

diri dari penelitian ini.

4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin

kerahasiaannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada

saudara jika saudara menginginkannya. Hasil penelitian ini akan diberikan

kepada institusi tempat peneliti belajar dan pelayanan kesehatan setempat

dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas.

5. Jika ada yang belum jelas, silahkan saudara tanyakan pada peneliti.

6. Jika saudara sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini, silahkan saudara menandatangani lembar persetujuan yang

akan dilampirkan.

Peneliti,

Wanda Pardede

Universitas Sumatera Utara


75

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN

Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama : .

Umur : .

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan penelitian ini dan setelah

mendapatkan jadwal dan pertanyaan terkait penelitian ini, maka saya memahami

tujuan penelitian ini dan pertanyaan terkait penelitian ini, maka saya memahami

tujuan penelitian ini yang nantinya akan bermanfaat bagi perawat dalam

memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker.

Saya sangat memahami bahwa keikut sertaan saya menjadi partisipan pada

penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi pemahaman tentang memberikan

perawatan paliatif pada pasien kanker. Dengan menandatangi surat persetujuan

ini, berarti saya menyatakan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa paksa

dan bersifat sukarela.

Medan, ........2015

Partisipan

(.)

Universitas Sumatera Utara


76

Lampiran3

DATA DEMOGRAFI PARTISIPAN

Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar.

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Agama :

Pendidikan terakhir :

Masa kerja :

Alamat :

Tlp

Universitas Sumatera Utara


77

Lampiran4

PANDUAN WAWANCARA

Saya sangat tertarik untuk mengetahui pengalamanan dalam memberikan

perawatan paliatif pada pasien kanker. Saya sangat mengharapkan agar anda

menceritakan pengalaman tersebut, termasuk peristiwa, perasaan, serta pendapat

yang anda alami ketika melakukan perawatan paliatif pada pasien kanker.

1. Bagaimana pengalaman anda mengenai perawatan paliatif ?

2. Bagaimana pengalaman anda dalam memberikan perawatan paliatif pada

pasien kanker?

3. Bagaimana manfaat perawatan paliatif yang anda berikan pada pasien

kanker ?

4. Bagaimana pengalaman anda dalam menghadapi keluarga yang berduka ?

5. Bagaimana kendala yang andah adapi ketika memberikan perawatan

paliatif pada pasien kanker ?

6. Bagaimana harapan anda sebagai perawat terhadap pengalaman anda

dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker?

Universitas Sumatera Utara


78

Universitas Sumatera Utara


79

Universitas Sumatera Utara


80

Universitas Sumatera Utara


81

Universitas Sumatera Utara


82

Universitas Sumatera Utara


83

Universitas Sumatera Utara


84

Universitas Sumatera Utara


85

Lampiran 10

TAKSASI DANA

NO KEGIATAN BIAYA
1. PROPOSAL
Biaya internet danpulsa modem Rp. 100.000,-
Kertas A4 80 gr @ 2 rim Rp. 80.000,-
Sumber-sumberbukuuntukdaftarpustaka Rp. 300.000,-
Tinta print Rp. 80.000,-
Fotocopymemperbanyak proposal Rp. 50.000,-
Sidang proposal Rp. 150.000,-
2. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA
Ethical clearancedarifakultaskeperawatan Rp. 150.000,-
Fotocopy KDD danfield note Rp. 25.000,-
Fotocopyinformed consent Rp. 15.000,-
Cendramata Rp. 150.000,-
3. PENGUMPULAN LAPORAN SKRIPSI
Kertas A4 80 gr @ 1 rim Rp. 40.000,-
Fotocopymemperbanyakskripsi Rp. 150.000,-
Sidangskripsi Rp. 180.000,-
4. Biayatakterduga Rp. 200.000,-
5. TOTAL Rp. 1.670.000,-

Universitas Sumatera Utara


86

Universitas Sumatera Utara


87

Universitas Sumatera Utara


88

Universitas Sumatera Utara


89

Universitas Sumatera Utara


90

Lampiran 13

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wanda Elsa Pardede

Tempat/Tgl.lahir : Medan, 06 Oktober 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Kuali no. 35a Ayahanda, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Santo Thomas 4 Medan (2000-2006)

2. SMP Santo Thomas 1 Medan (2006-2009)

3. SMA Negeri 4 Medan (2009-2011)

4. Universitas Sumatera Utara (2011-sekarang)

Universitas Sumatera Utara

You might also like