You are on page 1of 8

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI TENDINITIS

SUPRASPINATUS DEXTRA DENGAN MODALITAS ULTRASOUND,


MYOFACIAL RELEASE DAN TERAPI LATIHAN
DI RSUD BENDAN KOTA PEKALONGAN

Muhammad Yusron, Irine Dwitasari Wulandari


Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email : irinefisioterapiunikal@yahoo.com

ABSTRACT

Supraspinatus tendinitis is inflammation of the supraspinatus tendon. The purpose of riset


is to understand the implementation of physiotherapy in reducing pain, reducing muscle spasm,
improving muscle strength, increase range of motion and increase the ability of functional activity
in the supraspinatus tendinitis condition with ultrasound modality, myofacial release and exercise
therapy. This research was carried out in Bendan District Hospital Pekalongan with descriptive
analytic methods. Once done six times therapy, results obtained the presence of pain reduction i.e.
silent pain T1 = 1 at the T6 = 0, tenderness T1 = 3 T6 = 1, pain motion T1 = 7 at T6 = 3, decrease
muscle spasm T1 = 1 at the T6 = 0. The increased range of motion in the active movement.
Increasing the scope of the joint motion on the active and passive movement. On increasing
muscle strength, namely the abductor muscles T1 = 3 at T6 = 5. Improving the ability of functional
activity, i.e.: T1 = 63,07 at T6 = 40,76. Interventions physiotherapy using ultrasound modality,
myofacial release and exercise therapy can help reduce the problems that arise on the condition of
the supraspinatus tendinitis.

Keywords : supraspinatus tendinitis dextra, ultrasound, myofacial release and therapeutic


exercise.

PENDAHULUAN Nyeri bahu juga menduduki


Aktivitas manusia didasari oleh peringkat ketiga dari keluhan
adanya kebutuhan karena manusia muskuloskeletal setelah nyeri
merupakan mahluk biopsikososial. punggung dan lutut dengan tidak
Setiap individu mempunyai aktivitas melihat faktor usia. Pada tahun 2007
yang berbeda-beda. Dari semua perserikatan buruh sedunia
aktivitas yang dilakukan keterlibatan mengatakan bahwa cedera bahu
penggunaan sendi bahu sangat tinggi. setiap harinya terjadi pada
Sendi bahu merupakan sendi yang pekerjanya (Setiyawati dkk, 2013).
sangat kompleks. Adanya gangguan Otot supaspinatus berperan
pada sendi tersebut akan berakibat sebagai abduksi lengan atas dan
timbulnya nyeri dan menurunya menstabilkan sendi bahu. Otot
aktivitas fungsional dari supraspinatus M. supraspinatus
penderitanya. berorigo di fossa supraspinata dan
Nyeri bahu adalah keluhan berinsertio di bagian tuberculum
umum dengan prevalensi dari 20% majus, otot ini memperkuat humerus
sampai 33% pada populasi dewasa. pada lekuk sendi, menegangkan

9
capsula articularis dan abduksi waktu yang lama (Mens dan deWolf,
lengan dipersarafi oleh 1994).
n.suprascapularis Cervical 4 sampai Penyebab tendinitis supra-
dengan Cervical 6 (Keith, 2002). spinatus berupa cidera langsung
Gerak fisiologis fleksi-ekstensi yang mengenai bahu ataupun juga
dalam bidang sagital dengan ROM karena cidera atau trauma yang
fleksi 180o dan ekstensi 60o dengan disebabkan oleh kerja m.
stetch end feel (elastic) dan gerak supraspinatus yang berlebihan
arthrokinematicnya berupa spin. (Mens dan deWolf, 1994).
Gerak fisiologi abduksi dalam Tendinitis pada salah satu otot
bidang frontal dengan ROM 90o dan rotator bisa terjadi berdasarkan
elastic hard end feel, gerak perubahan-perubahan degeneratif,
arthrokinematicnya berupa caudal dengan atau tanpa adanya
translasi. Gerak fisiologi internal pembebanan yang terlalu berat.
rotasi dalam bidang transversal Petunjuk bahwa pembebanan terlalu
dengan ROM 100o dan elastic end berat sering ditemui dalam
feel, gerak arthrokinematicnya anamnesis. Keluhannya tidak dapat
berupa dorsal translasi. Gerak dibedakan dari keluhan kebanyakan
fisiologi eksternal rotasi dalam gangguan bahu lainnya (Appley
bidang transversal dengan ROM 80o 1995).
dan elastic end feel, gerak Tendinitis supraspinatus dapat
arthrokinematicnya berupa ventral disertai ataupun tanpa adanya
translasi. Gerak fisiologi horizontal kalsifikasi. Ada tidaknya klasifikasi
abduksi dan adduksi dalam bidang mempunyai hubungan langsung
transversal ROM 110o dan 30o dengan ada tidaknya rasa nyeri. Rasa
dengan elastic end feel, gerak nyeri dapat timbul bila defosit
arthrokinematicnya berupa ventral berdiameter 5 mm atau lebih (kadang
translasi dan dorsal translasi defosit kalsiumnya kurang dari 1,5
(Clarkson, 2000). cm diameternya bersifat asimtomatis
Tendinitis supraspinatus (Appley 1995).
adalah peradangan pada tendon Tanda dan gejala Tendinitis
supraspinatus akibat gesekan tendon supraspinatus antara lain.
terhadap tulang bahuyang dibentuk a. Adanya nyeri tekan pada tendon
oleh caput humeri dengan bungkus supraspinatus yang berinsertio
kapsul sendi glenohumeral sebagai pada tuberculum mayus.
penyebabnaya, dan akromion serta b. Adanya nyeri 60- 75 pada saat
ligamentum coraco acromiale abd aktif
sebagai penutup bagian atasnya) c. Pain full arc 0-60 (Mens dan
secara berulang-ulang dalam jangka deWolf, 1994).

10
Nyeri didefinisikan sebagai kelemahan otot atau tidak dapat
rasa yang tidak menyenangkan dan menggunakan MMT.
merupakan pengalaman emosional Untuk menilai kemampuan
yang berhubungan dengan kerusakan fungsional dasar pasien dengan
jaringan baik yang aktual maupun menggunakan indeks SPADI
pontensial (Price dkk, 2008). Nyeri (Shoulder Pain and Disability
merupakan gejala yang paling umum Indeks).
ditemukan pada tendinitis
supraspinatus bahu. Nyeri METODE PENELITIAN
merupakan mekanisme protektif atau Metode penelitian yang
perlindungan bagi tubuh, nyeri digunakan adalah penelitian analisis
timbul bila jaringan sedang rusak dan deskriptif, yaitu penelitian yang
nyeri akan menyebabkan individu dilakukan terfokus pada suatu kasus
tersebut bereaksi untuk tertentu untuk diamati dan dianalisis
menghilangkan rasa nyeri rasa nyeri secara cermat sampai tuntas. Kasus
tersebut bisa diukur dengan skala yang dimaksud berupa tunggal. Data
VAS (Wall and Melzack, 1999). studi kasus diperoleh berupa hasil
Spasme otot dapat terjadi assesment dan perubahan yang dapat
karena reaksi spontan dari suatu otot diketahui melalui evaluasi hasil dari
karena proteksi terhadap rasa nyeri, program fisioterapi pada kasus
reaksi potensi lain adalah penderita seorang pasien (Sutedi, 2009).
berusaha menghindari dari gerakan Desain penelitian digambarkan
yang menyebabkan gerakan nyeri sebagai berikut.
sehingga akan mengganggu proses
latihan atau terapi. Untuk X Y
mengetahui adanya spasme atau
tidak dapat diperiksa dengan palpasi Z
(Mardiman dkk, 1993).
Adanya rasa nyeri pada daerah X : Keluhan pasien sebelum
shoulder menyebabkan keterbatasan diberikan program fisioterapi
gerak pada shoulder, untuk itu perlu Y : Keluhan pasien setelah
diperiksa LGS shoulder dengan diberikan program fisioterapi
menggunakan goneometer. Z : Program fisioterapi
Pada kondisi tendinitis
supraspinatus sangat sering ditemui. Permasalahan yang terjadi
Pasien ini penurunan nilai otot terjadi pada pasien sebelum dilakukan
karena pasien enggan untuk program fisioterapi adalah adanya
menggerakan sendi bahu. Hal ini nyeri, spasme, penurunan kekuatan
akan menimbulakan potensi berupa otot, menurunnya LGS (Lingkup
atrofi otot untuk mengetahui adanya Gerak Sendi), dan penurunan

11
aktivitas fungsional. Sebelumnya HASIL DAN PEMBAHASAN
pasien menjalani pemeriksaan Evaluasi Nyeri dengan VAS
fisioterapi diantaranya pemeriksaan Skala VAS (Visual Analog
nyeri dengan VAS (Visual Analogue Scale) merupakan suatu alat
Scale), spasme dengan palpasi, pengukuran derajat nyeri dengan
kekuatan otot dengan MMT, LGS menunjukkan titik pada garis skala
dengan goniometer, dan kemempuan nyeri (0 10 cm) salah satu titik
fungsional dengan SPADI (Shoulder ujung tidak nyeri dan ujung yang
Pain and Disability Indeks). lain menunjukkan nyeri tak
Dalam hal ini modalitas yang tertahankan (I Made dkk, 2013).
diberikan adalah Ultrasound, Grafik 1 Evaluasi Nyeri
myofacial release dan terapi latihan. 8
Dengan pemberian tersebut 6
Nyeri Diam
diharapkan adanya peningkatan pada 4
Nyeri Tekan
kapasitas fisik dan kemampuan 2
fungsional. Nyeri Gerak
0
Prosedur pengambilan atau T1 T2 T3 T4 T5 T6
pengumpulan data ini mencakup data
primer dan data sekunder : Simpulan dari hasil (T1)
Data Primer : sampai (T6) adanya penurunan
Pemeriksaan fisik bertujuan intensitas nyeri. Pada terapi pertama
untuk mengetahui keadaan fisik (T1) nilai nyeri diam: 1 pada (T6): 0.
pasien, keadaan fisik terdiri dari vital Pada nyeri tekan (T1): pada (T6): 1,
sign, inspeksi, palpasi, auskultasi dan dan nyeri gerak pada terapi pertama
perkusi. (T1): 7 pada (T6): 3 (nyeri sedang).
Metode wawancara digunakan
untuk mengumpulkan data dengan Evaluasi Spasme Otot dengan
cara tanya jawab antara terapis Palpasi
dengan sumber data / pasien, yaitu Spasme otot dengan palpasi
dengan auto anamnesis. yaitu dengan cara menekan dan
Metode observasi dilakukan memegang tubuh pasien untuk
untuk mengambil perkembangan mengetahui ketegangn otot trapezius
pasien selama dilakukan tindakan upper, misal terasa kaku, tegang atau
fisioterapi dan latihan yang lunak (Mardiman dkk, 1993).
dilakukan di rumah. Untuk kriteria penilaian
Data sekunder dalam studi sebagai berikut.
dokumentasi penulis mengamati dan (0) = tidak ada spasme
mempelajari data-data medis dan (1) = ada spasme
fisioterapi dari awal sampai akhir.

12
Grafik 2 Evaluasi Spasme Grafik 4 Evaluasi LGS Pasif
spasme Otot 2
1
0 M. 160
Nilai

T1T2T3T4T5T6 Trapezius Ekstensi


Upper 140
Frekuensi Terapi
Fleksi
120

100 Abduksi
Simpulan hasil terapi pertama
(T1) sampai terapi ke enam (T6) 80 Abduksi
terdapat penurunan spasme yang Horizontal

terjadi saat terapi ke tiga (T3). 60 Adduksi


Horizontal
40
Eksorotasi
Evaluasi Lingkup Gerak Sendi
20
dengan Goniometer Endorotasi
Lingkup gerak sendi adalah 0
lingkup gerak yang dapat dilakukan T1 T2
oleh suatu sendi. Goniometer
digunakan sebagai alat evaluasi yang
paling sering digunakan dalam Evaluasi Kekuatan Otot dengan
praktek fisioterapi. MMT
Grafik 3 Evaluasi LGS Aktif Pemeriksaan kekuatan otot
penggerak otot bahu ini dilakukan
160 Ekstensi dengan menggunakan MMT
140 (Manual Muscle Testing). MMT
Fleksi adalah suatu usaha untuk
120
menentukan atau mengetahui
100 Abduksi kemampuan seseorang dalam
80 mengkontraksikan otot atau
Abduksi
60 kelompok ototnya secara voluntary
Horizontal
40 (Luklukaningsih, 2009). Penilaian
Adduksi
Horizontal
kekuatan otot dapat dilakukan
20
dengan MMT. Yang diukur pada
0 Eksorotasi
anggota gerak ekstremitas shoulder.
T1 T6
0 : kontraksi otot tidak terdeteksi
dengan palapasi
1 : kontraksi otot dapat dipalpasi
tidak ada pergerakan sendi
2 : subjek bergerak dengan LGS
tidak penuh tanpa melewan
grafitasi

13
3 : subjek bergerak penuh dengan Tabel 1. Klasifikasi Penilaian
LGS penuh dapat melawan
gravitasi Nama : _______ Tanggal : _______
4 : subjek bergerak penuh Skala nyeri : Seberapa berat nyeri Anda...?
melawan gravitasi dengan Tidak kesulitan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sangat sulit sekali (membutuhkan bantuan)
tahanan minimal 1 Saat kondisi paling buruk
5 : subjek bergerak penuh (paling nyeri)?
melawan gravitasi dan 2 Saat berbaring pada sisi lesi?
3 Saat meraih sesuatu pada
tahanan maksimal. tempat yang tinggi?
4 Saat menyentuh bagian
Grafik 5 Evaluasi Kekuatan Otot belakang leher?
5 Saat mendorong dengan
6 lengan sisi nyeri?
Flekxor

5
Extensor Skala disabilitas: Seberapa besar kesulitan
yang Anda alami...?
4 Tidak kesulitan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Abduktor Sangat sulit sekali (membutuhkan bantuan)
3 6 Saat mencuci rambut
Adduktor (keramas)?
2 7 Saat mandi membersihkan
Abduktor punggung?
1 horizontal 8 Saat memakai BH ?
Adduktor 9 Saat memakai baju dengan
0
horizontal kancing di depan?
T1 T6
10 Saat memakai celana?
11 Saat menaruh benda di
Dari evaluasi terapi yang tempat yang tinggi?
12 Saat membawa benda
pertama diperoleh hasil bahwa dengan berat + 5 kg (10
kekuatan grup otot penggerak pond)?
shoulder terjadi peningkatan. 13 Saat mengambil sesuatu dari
saku belakang?
Sekor = jumlah
Evaluasi Kemampuan Aktivitas nlai/130x100
Fungsional dengan Indeks SPADI Sumber : Roach, et al. 1991
(Shoulder Pain and Disability
Index).
Untuk mengetahui adanya
permasalahan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan
SPADI.

14
Grafik 6. Evaluasi Aktivitas mempengaruhi penurunan
Fungsional produktifitas pasien.
Terapi yang telah diberikan
Total Sekor kepada pasien dengan
Indeks SPADI mengaplikasikan modalitas ultra-
sound, myofacial release dan terapi
80
latihan sangat membantu mengurangi
60
Total nyeri, menurunkan spasme,
40 Sekor meningkatkan LGS, menambah
20 Indeks
SPADI kekuatan otot dan meningkatkan
0 aktivitas fungsional.
T1 T2 T3 T4 T5 T6

DAFTAR PUSTAKA
Hasil dari tetapi pertama (T1)
sampai terapi ke enam (T6) terdapat Graham, A.A. dan L. Salomon. 1995.
adanya peningkatan aktivitas Buku Ajar Orthopedi dan
fungsional sehari-hari. Fraktur System Appley,
edisi 7, diterjemahkan oleh
dr. Edy Nugroho, Jakarta:
SIMPULAN Widya Medika.
Tendinitis supraspinatus adalah
peradangan pada tendon Clarkson. Hazel M. 2000.
supraspinatus. Problematika fisio- Musculosskeletal Assessment
terapi yang muncul pada tendinitis joint Rage Of Motion and
supraspinatus dextra adalah Muscle Streght, Edisi 2,
Lippincott Williams &
impairment yang berupa nyeri tekan
Wilkins, Maryland.
dan gerak pada bahu kanan, spasme
otot trapezius upper, penurunan Moore dan Keith L. 2002. Anatomi
kekuatan otot, keterbatasan gerak Klinik Dasar. Jakarta:
sendi bahu kanan dan gangguan Hipokretes.
dalam melakukan aktifitas
Luklukaningsih Zuyina. 2009.
fungsional. Problem yang lain adalah
Sinopsis Fisioterapi untuk
functional limitation yang berupa Terapi Latihan, Yogyakarta:
pasien mengalami kesulitan saat Mitra Cendikia.
gerakan mengangkat bahu ke depan,
ke samping dan ke belakang. Mardiman. Sri. dkk. 1994;
Problematika yang muncul Dokumentasi Persiapan
baik impairment, functional Praktek Profesional
Fisioterapi. Surakarta:
limitation sangat mepengaruhi
Akademi Fisioterapi Depkes.
aktivitas sosial (participation
restriction) yang pada akhirnya

15
Mens, J.M.A dan de Wolf, A.N. dengan Kombinasi
1994. Pemeriksaan Alat Ultrasound dan Latihan
Penggerak Tubuh; Codman Pendulum dalam
(Terjemahan). Cetakan menurunkan Nyeri dan
kedua, Bohn Stafleu Van Meningkatkan Kemampuan
Loghum, Belanda. Aktivitas Fungsional Sendi
Bahu Pada Penderita
Mujiyanto. 2013. Cara Cepat Sindroma Impengement
Mengatasi 10 Besar Kasus Subakromialis. Sport and
Muskuloskeletal dalam Fitnes Jurnal..
Praktik klinik Fisioterapi.
Edisi 1, Jakarta: TIM. Yasa I Made Astika, Adipura I
Nyoman. Muliarta Made.
Price, Sylvia A., Willson dan 2013. Penambahan
Lorraine M. 2005. Transverse Friction Massage
Patofisiologi, Edisi 6, Jakarta: dan Hold Relax Exercise
Penerbit EGC. Pada Intervensi
Transcutaneus Electrical
Roach, Budiman KE dan Mark E., Nerve Stimulation,
Songsirijed, N. et al. 1991. Ultrasound Lebih
Shoulder Pain and Disability Menurunkan pada Kas
Index. Arthritis CareRes. Frozen Shoulder Akibat
Diakses tanggal 15/12/2014. Tendinitis Supraspinatus.

Setiyawati, D., A. Nyoman, dan I. Wall Patrick D. Melzack Ronald.


Muhammad. 2013. 1999. Text Book of Pain,
Kombinasi Ultrasound dan Fourth Edition. Elsevier,
Traksi Bahu Ke Arah Kaudal Chulchill Livingstone. USA.
Terbukti Sama Efeknya

16

You might also like