You are on page 1of 11

Al Razi (865-925) - Sang Kimiawan

Salah satu ilmuwan muslim yang pernah hidup adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria
al-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains
Iran yang hidup antara tahun 864 930. Beliau lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251
H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Di awal kehidupannya, al-Razi begitu tertarik
dalam bidang seni musik. Namun al-Razi juga tertarik dengan banyak ilmu pengetahuan
lainnya sehingga kebanyakan masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji ilmu-ilmu
seperti kimia, filsafat, logika, matematika dan fisika.
Walaupun pada akhirnya beliau dikenal sebagai ahli pengobatan seperti Ibnu Sina, pada
awalnya al-Razi adalah seorang ahli kimia.? Menurut sebuah riwayat yang dikutip oleh
Nasr (1968), al-Razi meninggalkan dunia kimia karena penglihatannya mulai kabur akibat
ekperimen-eksperimen kimia yang meletihkannya dan dengan bekal ilmu kimianya yang
luas lalu menekuni dunia medis-kedokteran, yang rupanya menarik minatnya pada waktu
mudanya.? Beliau mengatakan bahwa seorang pasien yang telah sembuh dari
penyakitnya adalah disebabkan oleh respon reaksi kimia yang terdapat di dalam tubuh
pasien tersebut. Dalam waktu yang relatif cepat, ia mendirikan rumah sakit di Rayy, salah
satu rumah sakit yang terkenal sebagai pusat penelitian dan pendidikan medis.? Selang
beberapa waktu kemudian, ia juga dipercaya untuk memimpin rumah sakit di
Baghdad.Beberapa ilmuwan barat berpendapat bahwa beliau juga merupakan
penggagas ilmu kimia modern. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya tulis maupun hasil
penemuan eksperimennya.

Al-Razi berhasil memberikan informasi lengkap dari beberapa reaksi kimia serta deskripsi
dan desain lebih dari dua puluh instrument untuk analisis kimia. Al-Razi dapat
memberikan deskripsi ilmu kimia secara sederhana dan rasional. Sebagai seorang
kimiawan, beliau adalah orang yang pertama mampu menghasilkan asam sulfat serta
beberapa asam lainnya serta penggunaan alkohol untuk fermentasi zat yang manis.

Beberapa karya tulis ilmiahnya dalam bidang ilmu kimia yaitu:


Kitab al Asrar, yang membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya.
Liber Experimentorum, Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan
dan mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.
Sirr al-Asrar:
Imu dan pencarian obat-obatan daripada sumber tumbuhan, hewan, dan galian, serta
simbolnya dan jenis terbaik bagi setiap satu untuk digunakan dalam rawatan.
Ilmu dan peralatan yang penting bagi kimia serta apotek.
Ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kimia yang melibatkan pemrosesan raksa, belerang
(sulfur), arsenik, serta logam-logam lain seperti emas, perak, tembaga, timbal, dan besi.

Menurut H.G Wells (sarjana Barat terkenal), para ilmuwan muslim merupakan golongan
pertama yang mengasas ilmu kimia. Jadi tidak heran jika sekiranya mereka telah
mengembangkan ilmu kimia selama sembilan abad bermula dari abad kedelapan
masehi.

IMAM BUKHARI
Biografi Imam Bukhari. Tokoh Muslim satu ini terkenal dengan riwayat-
riwayatnya mengenai hadist Rasulullah Muhammad SAW. Nama lengkapnya adalah
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Jufi.
Akan tetapi beliau lebih terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, karena beliau lahir
di kota Bukhara, Turkistan. Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya.
Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim Alaihissalaam yang
mengatakan, Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari,
pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu
karena seringnya engkau berdoa. Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan
bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.

Kehidupan Imam Bukhari


Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau
melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah,
Mesir, dan Syam.
Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang
sangat terkenal adalah Abu Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin
Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, Abdan bin Utsman,
Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin
Hammad Asy-Syuaisi, Muhammad bin Ararah, Hajjaj bin Minhaal,
Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja, Khalid bin Makhlad, Thalq
bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri, Khallad bin Yahya, Abdul Azizi
Al Uwaisi, Abu Al Yaman, Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nuaim
bin Hammad, Al Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan
ulama ahlul hadits lainnya.

Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang


paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi,
penyusun kitab Shahih Muslim. Al Imam Al Bukhari sangat terkenal
kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau pernah berkata, Saya
hafal seratus ribu hadits shahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu
hadits yang tidak shahih. Pada kesempatan yang lain belau berkata,
Setiap hadits yang saya hafal, pasti dapat saya sebutkan sanad
(rangkaian perawi-perawi)-nya.

Beliau juga pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq,
Apakah engkau hafal sanad dan matan setiap hadits yang engkau
masukkan ke dalam kitab yang engkau susun (maksudnya : kitab
Shahih Bukhari, pent.)? Beliau menjawab, Semua hadits yang saya
masukkan ke dalam kitab yang saya susun itu sedikit pun tidak ada
yang samar bagi saya. Anugerah Allah kepada Al Imam Al Bukhari
berupa reputasi di bidang hadits telah mencapai puncaknya. Tidak
mengherankan jika para ulama dan para imam yang hidup sezaman
dengannya memberikan pujian (rekomendasi) terhadap beliau. Berikut
ini adalah sederet pujian (rekomendasi) termaksud:

Muhammad bin Abi Hatim berkata, Saya mendengar Ibrahim bin


Khalid Al Marwazi berkata, Saya melihat Abu Ammar Al Husein bin
Harits memuji Abu Abdillah Al Bukhari, lalu beliau berkata, Saya tidak
pernah melihat orang seperti dia. Seolah-olah dia diciptakan oleh Allah
hanya untuk hadits. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah
berkata, Saya tidak pernah meliahat di kolong langit seseorang yang
lebih mengetahui dan lebih kuat hafalannya tentang hadits Rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wasallam dari pada Muhammad bin Ismail (Al
Bukhari).Muhammad bin Abi Hatim berkata, Saya mendengar Abu
Abdillah (Al Imam Al Bukhari) berkata, Para sahabat Amr bin Ali Al
Fallaas pernah meminta penjelasan kepada
saya tentang status (kedudukan) sebuah hadits. Saya katakan kepada mereka, Saya tidak
mengetahui status (kedudukan) hadits tersebut. Mereka jadi gembira dengan sebab
mendengar ucapanku, dan mereka segera bergerak menuju Amr. Lalu mereka
menceriterakan peristiwa itu kepada Amr. Amr berkata kepada mereka, Hadits yang
status (kedudukannya) tidak diketahui oleh Muhammad bin Ismail bukanlah hadits.

Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang
diberi judul Al Jami atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih Al Bukhari. Para ulama
menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah
kitab suci Al Quran.
Hubungannya dengan kitab tersebut, ada seorang ulama besar ahli fikih, yaitu Abu Zaid
Al Marwazi menuturkan, Suatu ketika saya tertidur pada sebuah tempat (dekat Kabah
ed) di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim.

Di dalam tidur saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam. Beliau berkata
kepada saya, Hai Abu Zaid, sampai kapan engaku mempelajari kitab Asy-Syafii,
sementara engkau tidak mempelajari kitabku? Saya berkata, Wahai Baginda Rasulullah,
kitab apa yang Baginda maksud? Rasulullah menjawab, Kitab Jami karya Muhammad
bin Ismail. Karya Al Imam Al Bukhari yang lain yang terkenal adalah kita At-Tarikh yang
berisi tentang hal-ihwal para sahabat dan tabiin serta ucapan-ucapan (pendapat-
pendapat) mereka. Di bidang akhlak belau menyusun kitab Al Adab Al Mufrad. Dan di
bidang akidah beliau menyusun kitab Khalqu Afaal Al Ibaad.

Ketakwaan dan keshalihan Al Imam Al Bukhari merupakan sisi lain yang tak pantas
dilupakan. Berikut ini diketengahkan beberapa pernyataan para ulama tentang
ketakwaan dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan. Abu Bakar bin Munir
berkata, Saya mendengar Abu Abdillah Al Bukhari berkata, Saya berharap bahwa ketika
saya berjumpa Allah, saya tidak dihisab dalam keadaan menanggung dosa ghibah
(menggunjing orang lain). Abdullah bin Said bin Jafar berkata, Saya mendengar para
ulama di Bashrah mengatakan, Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti
Muhammad bin Ismail dalam hal marifah (keilmuan) dan keshalihan. Sulaim berkata,
Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri semenjak enam puluh
tahun orang yang lebih dalam pemahamannya tentang ajaran Islam, leblih wara (takwa),
dan lebih zuhud terhadap dunia daripada Muhammad bin Ismail.

Al Firabri berkata, Saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam di dalam
tidur saya. Beliau Shallallaahu Alaihi Wasallam bertanya kepada saya, Engkau hendak
menuju ke mana? Saya menjawab, Hendak menuju ke tempat Muhammad bin Ismail
Al Bukhari. Beliau Shallallaahu Alaihi Wasallam berkata, Sampaikan salamku
kepadanya!.

Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai
usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa
di Samarkand. Semoga Allah Taala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari.

Ibnu Jarir At-Thabari


Imam Ahli Tarikh dan Tafsir, Orang Paling Alim Dimasanya.
Ia adalah ulama pada masanya yang paling bersemangat dalam menuntut ilmu
dan menggapainya, mengarang kitab-kitab induk. Bahkan ada yang
meriwayatkan, ia mampu menulis sebanyak 40 halaman setiap harinya. Dialah
Imam Muhammad bin Jarir ath-Thabari, pengarang dua kitab terbesar
dalam bidang Tafsir dan Tarikh.
Ahmad bin Khalakan menuturkan tentang sosok ulama satu ini, al-Alam,
Mujtahid, ulama pada masanya, pengarang karya-karya yang indah, Tsiqah,
jujur, Hafizh, pionir dalam tafsir, imam dalam fiqih, ijma dan ikhtilaf, Allamah
dalam sejarah dan hari-hari manusia, Arif dalam hal Qiraat, bahasa dan
lainnya.

Kehidupan Ilmiahnya
Ia memulai perjalanan menutut ilmu pasca tahun 240 H. Banyak menjelajah
bumi, bertemu dengan para tokoh mulia, menyodorkan bacaan al-Qur`an-nya
kepada al-Abbas bin al-Walid, kemudian pindah darinya menuju Madinah
Munawwarah, kemudian ke Mesir, Ray dan Khurasan. Lalu akhirnya menetap di
Baghdad.

Ath-Thabari mendengar dari sejumlah Syaikh, sejumlah perjalanan dilakukannya


ke sekian banyak ibukota-ibukota dunia Islam yang berjaya dengan para ulama
dan ilmunya, salah satunya, Mesir.

Karya-Karyanya
Ath-Thabari termasuk ulama pada masanya yang paling produktif dalam
menelorkan karya tulis. Di antara karya-karya tulisnya yang paling populer
adalah tafsirnya yang bernama Tafsir ath-Thabari dan kitab Tarikh al-Umam Wa
al-Muluk. Diriwayatkan darinya, bahwa ia pernah berkata, Tiga tahun
lamanya, aku memohon pilihan terbaik kepada Allah dan meminta
pertolonganNya atas penulisan karya tafsir yang aku niatkan, sebelum
aku mengerjakannya, lantas Dia memberikan pertolonganNya
kepadaku.
Al-Hakim berkata, Dan aku mendengar Abu Bakar bin Balwaih berkata, Abu
Bakar bin Khuzaimah berkata kepadaku, Telah sampai ke telingaku bahwa
engkau telah menulis tafsir dari Muhammad bin Jarir. Aku berkata,
Benar, aku menulis darinya secara dikte. Ia berkata,Seluruhnya.? Aku
berkata, Ya. Ia berkata, Tahun berapa.? Aku menjawab, Dari tahun 283 H
hingga 290 H. Ia berkata, Lalu Abu Bakar meminjamnya dariku, kemudian
mengembalikannya setelah sekian tahun, kemudian ia berkata, Aku telah
melihat isinya, dari awal hingga akhirnya. Aku tidak mengetahui di
muka bumi ini ada orang yang paling berilmu dari Muhammad bin
Jarir.
Sebagian ulama berkata, Andaikata seorang laki-laki bepergian ke China
hingga mendapatkan tafsir Muhammad bin Jarir, maka pastilah tidak
akan banyak.
Metodenya Dalam Penulisan
Diriwayatkan dari Abu Said ad-Dinuri, orang yang mendiktekan kepada Ibn
Jarir, Abu Jafar Muhammad bin Jarir ath-Thabari memberitahukan kepada
kami tentang aqidahnya, di antaranya, Cukuplah bagi seseorang untuk
mengetahui bahwa Rabbnya adalah Dzat yang meninggi di atas Arsy;
siapa yang melebihi dari itu, maka ia telah berbuat sia-sia dan
merugi.
Ini adalah tafsir imam ini tentang ayat-ayat sifat yang penuh dengan perkataan-
perkataan ulama Salaf dalam menetapkannya, bukan menafikan atau
menakwilkannya. Bahwa sifat itu tidaklah menyerupai sifat-sifat para makhluk
sama sekali.

Pujian Para Ulama Terhadapnya


Abu Said bin Yunus berkata, Muhammad bin Jarir merupakan penduduk
Amil, menulis di Mesir, pulang ke Bangdad, lalu mengarang banyak
buku-buku yang bagus yang menunjukkan keluasan ilmunya.
Al-Khathib al-Baghdadi berkata, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir
bin Ghalib merupakan salah seorang ulama tokoh yang perkataannya
dijadikan putusan hukum, pendapatnya dijadikan rujukan karena ilmu
dan keutamaannya. Ia mengoleksi berbagai ilmu, hal yang belum ada
pada diri salah seorang pun di masanya. Beliau seorang yang hafal al-
Quran, mengerti tentang Qiraat, paham tentang makna-makna, faqih
dalam hukum-hukum al-Quran, alim tentang hadits-hadits dan jalur-
jalurnya; Shahih, Dhaif, Nasikh dan Mansukhnya. Beliau juga
memahami perkataan para shahabat dan Tabiin serta sejarah dan
hari-hari manusia. Ia termasuk orang yang langka di zamannya dari
sisi ilmu, kecerdasan dan padat karya, belum pernah mata melihat
orang sepertinya.
Beberapa Momentum Dalam Hidupnya
Diceritakan, pernah al-Muktafi (khalifah) ingin menahan wakaf yang sudah
disepakati oleh para ulama, lalu ia menghadirkan Ibn Jarir untuk itu, lalu ia
mendiktekan sebuah kitab berkenaan dengan itu. Setelah itu, ia diberi hadiah
namun ditolaknya. Lantas ada yang mengatakan kepadanya, Harus diambil
untuk memenuhi kebutuhanmu. Lalu ia berkata, Mintalah kepada Amirul
Mukminin agar melarang meminta-minta pada hari Jumat. Lalu Amirul
Mukminin pun melakukannya. Demikian pula, pernah seorang menteri
memintanya agar mengarang sebuah buku tentang fiqih, lalu ia pun mengarang
untuknya sebuah buku ringan, lalu ia diberi uang sejumlah 1000 dinar namun
ditolaknya.

Ath-Thabari tidak mau menerima jabatan karena takut mengalihkannya dari


menuntut ilmu. Di samping alasan lainnya, yaitu bahwa ketika itu sudah menjadi
kebiasaan ulama menjauhi kekuasaan.
Al-Maraghi meriwayatkan, Tatkala al-Khaqani memangku jabatan
menteri, ia memerintahkan agar memberikan kepada Abu Jafar ath-
Thabari uang yang banyak, namun ia tidak mau menerimanya. Lalu
sang menteri menawarkan jabatan Qadhi kepadanya tetapi ia
menolaknya, lalu menawarkan kepadanya jabatan ketua al-Mazhalim
(semacam lembaga pengaduan atas tindakan zhalim), akan tetapi ia
tetap menolaknya. Karena penolakannya itu, sahabat-sahahabatnya
mencercanya seraya berkata, Kamu dapat pahala menjalani jabatan
ini, dapat menghidupkan sunnah. Mereka pun mendesaknya agar
menerima jabatan prestisius itu. Mereka membawanya bersama mereka untuk
menghadap guna menerima jabatan itu, namun mereka malah dihardiknya,
seraya berkata, Sungguh, aku sebelumnya mengira andai menerima
jabatan itu, kalian justeru akan melarangku. Perawi mengatakan, Lalu
kami pun berpaling darinya karena merasa malu.
Wafatnya
Abu Muhammad al-Firghani berkata, Abu Bakar ad-Dinuri menceritakan
kepadaku, ia berkata, Tatkala waktu shalat Zhuhur tiba pada hari Senin di mana
Ibn Jarir wafat di akhir waktunya, ia meminta air untuk memperbarui wudhunya,
ada yang mengatakan kepadanya, Sebaiknya kamu shalat jamak takhir saja
(shalat Zhuhur dilakukan pada waktu Ashar dengan menggabungkannya dengan
shalat Ashar). Namun ia menolak dan tetap shalat Zhuhur secara tersendiri dan
Ashar juga pada waktunya secara sempurna dan demikian indahnya. Saat
kematian akan menjemputnya, hadir sejumlah orang, di antara mereka ada Abu
Bakar bin Kamil. Lantas ada yang berkatanya kepadanya sebelum ruhnya
keluar, Wahai Abu Jafar, engkau adalah hujjah antara kami dan Allah
SWT dalam keberagamaan kami, tidakkah ada sesuatu yang engkau
akan wasiatkan kepada kami dari perkara agama ini, dan sebagai bukti
yang karenanya kelak kami berharap dapat selamat saat kami kembali
kepadaNya.? Ia berkata, Hal yang aku jadikan agamaku kepada Allah
dan aku wasiatkan adalah apa yang sudah valid (dalil yang shahih) di
dalam buku-buku karyaku; amalkanlah ia Dan perkataan-perkataan
seperti itu. Ia lalu memperbanyak bersyahadat, berzikir kepada Allah SWT,
mengusap tangannya ke wajahnya, menutup matanya dengan tangannya sendiri
dan membentangkannya, lalu ruhnya pun meninggalkan dunia yang fana ini.
Ahmad bin Kamil berkata, Ibn Jarir wafat, malam Ahad, dua hari sebelum
habis bulan Syawwal tahun 110 H, dan dikuburkan di kediamannya di
Rahbah Ya`qub (alias Baghdad).Ia berkata, Beliau tidak merubah
ubannya di mana bulu-bulu hitam masih banyak. Matanya kecoklatan
lebih cenderung kehitaman, tubuhnya kurus panjang dan lebar. Para
pelayat dan pengantar jenazahnya tidak terhitung jumlahnya, hanya
Allah Yang Maha Tahu.

Al Khawarizmi
Sampai saat ini, sangat sedikit sekali orang yang mengetahui riwayat hidup Al-
Khawarizmi. Sebab, sejarah yang mengulas tentang namanya masih sedikit. Kalaupun
ada, hanya sebatas biografi kecil yang tidak jauh beda dengan sumber lainnya. Menurut
banyak situs atau blog, Al-Khawarizmi lahir sebelum tahun 800 M dan meninggal setelah
tahun 847 M. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Musa. Ia dikenal
dengan sebutan Al-Khawarizmi karena berasal dari Khawarizm, sebuah daerah di timur
laut Kaspia.

Al-Khawarizmi diperkirakan hidup di pingigiran Bagdad pada masa khalifah Al-Mamun


(813-833M) dari dinasti Abbasiya. Khalifah Al-Mamun menjadi sahabat karibnya yang
menjadikan Al-Khawarizmi sebagai anggota Baitul Hikmah di Bagdad, yakni sebuah
lembaga penelitian ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.
Baitul Hikmah memiliki berbagai keunggulan yang mahsyur di dunia Islam.

Kesuksesan Al-Khawarizmi dalam bidang Astronomi dan aljabar didedikasikan kepada


Khalifah Al-Mamun, sedangkan Khalifah Al-Mamun sendiri banyak memberikan
penghargaan kepada Al-Khawarizmi.

Dengan ilmu astronomi, Al-Khawarizmi mengungkapkan ramalan tentang waktu Nabi


Muhammad SAW dilahirkan secara cermat. Ia juga tercatat sebagai salah seorang
astronom yang ikut membuat peta dunia atas permintaan Khalifah AL-MaMun. Peta
dunia tersebut kemudian dikenal dengan nama Peta Ptolemy karya intelektual muslim
Al-Khawarizmi.

Penulis sejarah matematika kenamaan, Goerge Sarton, mengungkapkan bahwa Al-


Khawarizmi termasuk salah satu seorang ilmuwan muslim terbesar dan terbaik pada
masanya. Sarton menggolongkan periode antara abad ke 4-5 sebagai zaman Al-
Khawarizmi, karena ia adalah ahli matematika terbesar pada masanya.

Smith dan Karpinski menggambarkan pribaai Al-Khawarizmi sebagai tokoh terbesar pada
masa keemasan Bagdad, setelah seorang penulis muslim menggabungkan ilmu
matematika klasik Barat dan Timur, lalu mengklasifikasikan, hingga akhirnya
membangkitkan kesadaran daratan Eropa.

Pengaruh lain yang berkaitan erat dengan ilmu matematika adalah kata algoritm yang
dinotasikan sebagai prosedur baku dalam menghitung sesuatu. Kata ini berasal dari
perubahan versi Al-Khawarizmi ke dalam versi latin, dari algorismi, algorism, dan
akhirnya menjadi algorithm. Tulisannya tentang aritmatika berbahasa Arab yang pertama
kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin memainkan peran penting dalam
perkembangan bilangan Arab dan sistem bilangan yang diterapkan saat ini. Meskipun
bukan murni sebagai penemunya, namun tahapan yang dilakukan oleh Al-
Khawarizmi merupakan format pengembangan sistem bilangan kita sekarang. Hal ini
menjelaskan bahwa penggunaan sistem bilangan Arab dan notasi penulisan basis
sepuluh yang diperkenalkan oleh Al-Khawarizmidapat dikatakan sebagai sebuah revolusi
perhitungan di abad pertengahan bagi bagsa Eropa.

Setelah Al-Khawarizmi meninggal dunia, keberadaaan karyanya beralih kepada


komunitasIslam, yaitu tentang cara menjabarkan bilangan dalam sebuah metode
perhitungan, termasuk dalam bilangan pecahan. Suatu penghitungan aljabar merupakan
warisan untuk menyelesaikan persoalan penghitungan dan rumusan yang lebih akurat
daripada rumusan yang pernah ada sebelumya.

Di dunia Barat, ilmu matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya Al-
Khawarizmidibanding karya para penulis pada abad pertengahan. Masyarakat modern
saat ini berutang budi kepada seorang Al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan
Arab. Notasi penempatan bilangan dengan basis sepuluh, penggunaan bilangan
irrasional, dan diperkenalkannya konsep aljabar modern membuat Al-Khawarizmi layak
menjadi figur penting dalam bidang matematika dan revolusi penghitungan di abad
pertengahan di daratan Eropa melalui penyatuan matematika Yahudi, Hindu, dan
mungkin Babilonia.

Aplikasi Belajar Sains dan Pemikiran Al-Khawarizmi


Banyak penemuan dan karya yang ditinggalkan oleh Al-Khawarizmi dalam bidang sains,
khususnya matematika. Karya aljabarnya yang paling monumental berjudul Al-
Mukhtasar fi Hisab Al-Jabr wal Muqabalah. Al-Khawarizmi adalah penemu teori
algoritma dan aljabar. Beberapa penemuan sains dan pemikirannya yang bisa dijadikan
sebagai aplikasi belajar adalah sebagai berikut :

1. Penemu bilangan nol.


Bayangkan jika tidak ada angka nol! Bagaimana kita akan menuliskan sejuta, semilyar,
setriliun, danlebih banyak lagi? Angka nol penting bagi suatu bilangan dan tentu
berpengaruh terhadap ilmu-ilmu menghitung, ilmu pasti, ilmu alam, serta ilmu lainnya,
dan ilmuan Islam-lah yang pertama kali menemukan bilangan nol. Dialah Muhammad
Al-Khawarizmi.

Nol adalah suatu angka dan digit angka yang digunakan untuk mewakili angka dalam
angka. Angka nol memainkan peran penting dalam matematika, yakni sebagai identitas
tambahan bagi bilangan bulat, bilangan real, dan struktur aljabar lainnya. Sebagai angka,
nol digunakan untuk tempat dalam sistem nilai tempat. Sejauh ini, belum ada sumber
yang menjelaskan inspirasi Al-Khawarizmi menggunakan angka nol tersebut.

2. Penemu Algoritma
Kata algoritma berasal dari latinisasi nama Al-Khawarizmi, sebagaimana tercantum
pada terjemahan karyanya dalam bahasa Latin pada abad ke-12, yakni algorithmi de
numero Indorum, Awalnya, kata algorismaadalah sitilah yang merujuk pada aturan-
aturan aritmetis untuk menyelesaikan persoalan menggunakan bilangan numerik Arab
(sebenarnya dari India). Kemudian, pada abad ke-18, istilah ini berkembang menjadi
algortima yang mencakup semua prosedur atau urutan langkah yang jelas dan
diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Hal yang pertama ditekankan dalam alur pemikiran untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang dituangkan secara tertulis adalah alur pikiran. Sehingga, algoritma
seseorang bisa berbeda dengan algoritma orang lain, Adapun penekanan kedua adalah
tertulis, yang artinya dapat berupa kalimat, gambar atau tabel tertentu.

3. Penemu konsep Aljabar


Penemu aljabar adalah Al-Khawarizmi. Aljabar merupakan cabang matematika yang
mempelajari penyerdehanaan dan pemecahan masalah menggunakan simbol sebagai
pengganti konstanta dan variabel.

IBNU SINA
Biografi Ibnu Sina. Tokoh satu ini saat terkenal dalam duani kedokteran karena
sumbangsihnya terhadap perkembangan ilmu kedokteran dan banyak tulisan-tulisannya
menjadi rujukan bagi sarjana-sarjana kedokteran barat. Berikut Profilnya Bernama
lengkap Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang
dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah
desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang
berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah
terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi
membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar
Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.

Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas
keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih
berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi
terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366
hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan
mengobatinya.

Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar.
Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang
kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum
pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat
membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku
menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.
Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan
berbagai cabangnya. Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani,
juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami
dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan,
tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai
penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa
Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan
risalah.

Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku
yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu
kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa.
Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan
risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah
bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa dalam filsafat
dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa ditulis dalam 18
jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq
al-Syifa saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami,
sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa sampai saat ini juga
masih menjadi bahan telaah.

Sumbangan Ibnu Sina Dalam Dunia Kedokteran


Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi
kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum
ilmukedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan
gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode
pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum
pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.

Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan.
Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu
perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan
masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.

Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De
Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang
asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina
mengatakan, Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama
menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa.
Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan
munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada
permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin
juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini
adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.

Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori
matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai
filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia
menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari
pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan
pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau
membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud
dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan metafisika
Aristoteles yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.

Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting.
Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada
periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua
adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang
dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.

Ibnu Sina dan Filsafat


Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi
dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan
rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan
filsafat yang tak terjawab sebelumnya.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang
kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos
Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280
Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat
Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang
mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan
pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina
adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya
oleh para pemikir Barat.

Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah
menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya
akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar
Iran di zamannya.

You might also like