You are on page 1of 2

Patofisiologi

Walaupun patofisiologi tidak dipahami sepenuhnya, namun erupsi obat tipe


morbiliformis biasanya merupakan hasil dari respon imun. Erupsi obat tipe morbiliformis
diawali oleh reaksi hipersensitivitas tipe IVb dan tipe Ivc. Secara klasik, antigen presenting
cell mempresentasikan hapten , terdiri dari obat atau metabolitnya yang berikatan dengan
protein atau peptida, kepada sel T naive. Sel T-spesifik antigen berproliferasi, menginfiltrasi
kulit, dan melepaskan sitokin, kemokin, dan mediator pro-inflamasi lainnya yang
bertanggung jawab atas gejala dan manifestasi klinis dari ruam akibat erupsi obat.

Limfosit T, terutama Sel T CD4+ dan CD8+ yang menghasilkan protein bergranula
sitotoksik yaitu perforin dan granzyme B, berproliferasi sebagai respon kepada hapten obat
yang dipresentasikan oleh sel langerhans. Protein-protein ini berikatan baik secara kovalen
maupun tidak kovalen pada kompleks MCH II-peptida di keratinosit. Protein bergranul
sitotoksik ini men-trigger kematian sel dengan cara menghasilkan pori pada membran sel
keratinosit dan menginduksi degradasi DNA.

Berdasarkan teori p-i atau interaksi farmakologi obat dan reseptor imun, molekul
kecil obat atau metabolit obat yang bukan merupakan antigen lengkap dapat mengaktifkan sel
T dengan cara berikatan langsung dengan reseptor sel T. Beberapa obat yang memiliki jalur
alternatif untuk mengaktifkan sistem imun, sebagai contoh obat sufametoksazol yang dapat
langsung berikatan dengan kompleks MHC II-peptida dan reseptor sel T dalam jalur non-
kovalen. Namun, walaupun obat dapat langsung mengaktifkan mekanisme respon sel T,
masih belum diketahui mengapa hanya sedikit orang yang mengalami reaksi imunologis
dengan gejala klinis yang jelas, sedangkan yang lain mengalami reaksi imunologis tanpa
ruam.

Peningkatan sitokin dan kemokin dilaporkan sebagai hasil dari reaksi erupsi obat tipe
morbiliformis. Sitokin pro-inflamasi tipe 1 (yaitu IFN-, dan TNF-) dan tipe 2 (yaitu IL-5)
dapat munculpada erupsi obat tipe morbiliformis. Peningkatan IFN- terjadi akibat
penigkatan MHC-II pada sel keratinosit, yang mengfasilitasi obat untuk dipresentasikan pada
sel T CD4+. IL-5 dan eotaksin (CCL-11) meningkat pada erupsi obat tipe morbiliformis dan
merupakan faktor yang menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi, dan aktivasi dari eusinofil
yang secara tipikal terlihat pada histologi dari erupsi obat tipe morbiliformis.
Histopatologi

Walaupun biopsi cenderung tidak spesifik, bentuk histologikal yang paling sering ditemukan
pada epidermis adalah spongiosis ringan (97%) dengan keterlibatan yang lebih besar dari
lapisan di bawahnya. Spongiosis pada epidermis biasanya diikuti oleh hiperplasia ringan
(72%) yang membantu untuk membedakan erupsi obat dengan dermatitis psoriasiform,
seperti psoriasis vulgaris, dermatitis atopi, dan dermatitis numularis. Terkadang keratinosit
yang nekrosis dapat terlihat pada lapisan suprabasal. Limfosit juga dapat terlihat pada laposan
epidermis, namun dalam jumlah yang tidak banyak. Pada dermoepidermal junction,
vakuolisasi muncul baik terfokus maupun menyebar, diikuti dengan limfosit yang tersebar
dan sel keratinosit yang nekrosis.

You might also like